PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bagaimana kinerja guru pembimbingnya serta fungsi dan peran yang dilakukan
ternyata 98 persen merasa malu, ragu, bahkan takut untuk berhubungan dengan
guru pembimbing. Keadaan ini tentu menjadi hal yang sangat memilukan sebab
motto BK yang ”peduli siswa” tidak bisa diterapkan di sekolah secara benar.
lebih berperan sebagai penegak disiplin dengan memberi sanksi terhadap siswa
yang melanggar tata tertib sekolah. Walaupun ada juga beberapa siswa yang
dipanggil atau berhubungan dengan guru pembimbing adalah mereka yang telah
1
tahun. Hal ini menyebabkan tugas keamanan yang dilakukan oleh guru
selama ini, maka 95 persen guru mata pelajaran belum tahu bagaimana
kesan bahwa BK adalah pekerjaan ”santai” karena bila pelanggaran tidak ada
maka BK tidak bekerja. Kondisi yang juga turut menjadi hal yang sulit dihapus
adalah BK juga dilibatkan secara langsung dalam pencatatan sistem kredit poin
pelanggaran. Hal ini juga menjadi sesuatu yang makin menjadikan siswa ”takut”
menangani masalah bila telah mendapat laporan. Untuk mengoreksi kinerja yang
belum maksimal dan juga kesalahan persepsi tentang BK, maka telah ditempuh
melalui komunikasi intensif kepada semua guru dan terutama kepala sekolah
2
bagaimana menghilangkan citra buruk terhadap BK yang sudah tertanam sejak
lama tersebut.
Fakta bahwa masih banyak siswa yang ”takut dipanggil” oleh BK tetap
saja terjadi. Di samping itu kesan guru mata pelajaran yang menganggap bahwa
BK. Kenyataan tersebut menjadikan kegiatan konseling yang dilakukan oleh guru
disebutkan bahwa salah satu kriteria keberhasilan BK adalah apabila siswa secara
Berbagai kendala dalam pelaksanaan konseling seakan tetap tetap tidak bisa
konsultasi hanya pada siswa yang bermasalah baik karena adanya laporan dari
guru lain atau berdasarkan data yang diperoleh langsung oleh BK. Pada akhirnya
kesan bahwa siswa yang dipanggil adalah mereka yang dianggap memiliki
masalah dan ini sebagai sesuatu yang ”buruk” sulit dihapuskan. Oleh karena itu
kiranya mendesak untuk mengubah kesan negatif tentang panggilan guru BK.
Panggilan terhadap siswa yang bermasalah saja atau bagi siswa yang berbuat
pelanggaran yang dilakukan selama ini sudah sepatutnya dihindari. Hal ini
3
Langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat konseling siswa
konsultasi rutin bagi setiap siswa. Dalam hal ini siswa yang memiliki masalah
(sedang bermasalah) atau pun mereka yang tidak atau belum bermasalah
satu argumentasi yang penting dikemukakan dalam kegiatan ini adalah bahwa
orang dewasa pun butuh konsultasi dengan orang lain dalam menghadapi suatu
permasalahan. Sehingga siswa yang masih remaja dan beranjak dewasa tentu
wajar bila konsultasi dengan orang lain yang lebih dewasa termasuk kepada guru
menghilangkan kesan negatif dari terhadap panggilan BK selama ini sebab semua
membuat jadual konsultasi tetap bagi setiap siswa. Yang perlu diketahui bahwa
B. Identifikasi Masalah
4
3. Bosan mendengarkan guru berceramah menjelaskan materi, beberapa siswa
ada yang mengobrol dengan teman disampingnya, ada siswa yang sibuk
bermain handphone.
4. Kurangnya minat siswa dalam melakukan bimbingan konseling
5. Tanggapan beberapa siswa tentang metode ceramah yang digunakan guru
dalam mengajar, mereka merasa jenuh dan bosan dalam belajar karena guru
selalu ceramah dalam menyampaikan materi.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih efektif, efisien dan terarah maka diperlukan
diatas maka fokus permasalahan pada penelitian ini adalah pada kurangnya minat
menjadi pasif dalam belajar, karena mengalami berbagai kesulitan tapi tidak
diatasi. Oleh karena itu perlu diterapkan metode baru, dan dalam penelitian ini
D. Rumusan Masalah
penelitian ini adalah bagaimana cara meningkatkan minat siswa Jurusan TKJ
kelas XII A SMK Negeri 2 Ende terhadap bimbingan dan konseling melalui
konsultasi terjadwal
E. Tujuan Penelitian
penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat siswa Jurusan TKJ kelas XII A
terjadwal.
5
F. Manfaat Penelitian
mereka dapat tercegah atau mampu terhindar dari masalah yang mungkin
akan dihadapinya.
siswa.
kegiatan bimbingan secara umum baik oleh guru atau pun siswa yang
hanya wajar bila memanggil siswa yang tidak mampu mengatasi masalah
dialaminya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Konsultasi
orang dewasa dengan tujuan bahan yang diprolehnya dapat membuat suatu pola
pengertian baru atau keputusan yang lebih mantap terhadap sesuatu. Pendapat
Namun jika dianalisis lebih jauh maka terdapat perbedaaan antara konsultasi dan
Bimbingan dan Konseling adalah salah satu alat pengumpul data melalui
lisan.
digunakan sebagai teknik menolong siswa yang dapat dibagi dalam empat bentuk
nampak bahwa konsultasi adalah salah satu dari bentuk wawancara, sehingga
pengertian wawancara lebih luas dibanding konsultasi. Dari pendapat di atas dapat
7
lebih luas sebab apapun yang dilakukan dengan tanya jawab antara seseorang
B. Bimbingan Konseling
Menurut Abu Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang
diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki
antarab dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan
Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang,
bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli agar konseli mampu
8
a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu
9
d. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
10
g. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam
11
tersebut membantu kita untuk menerima setiap sisi yang ada di dalam
diri kita.
karena kita dibantu untuk mencari sumber stress tersebut serta dibantu
terselesaikan itu.
hubungan yang efektif dengan orang lain serta dapat berdamai dengan
diri sendiri.
3. Asas
yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak
boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, guru
terjamin,
12
layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya. Guru Pembimbing
seperti itu.
peserta didik (klien). Agar peserta didik (klien) mau terbuka, guru
13
mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. Guru Pembimbing
didik.
apa yang ada dan diperbuat peserta didik (klien) pada saat sekarang.
harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi
14
ilmu pengetahuan, dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku. Bahkan
norma tersebut.
kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula,
kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam
15
l. Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar
4. Prinsip
perseorangan (individual).
tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran
16
karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan
bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas
nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat penting baginya dalam
17
f. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting
dan pekerjaan.
suatu hal yang perlu mengingat konsultasi tersebut akan menjadi jalan ke arah
pelaksanaan konseling yang sesungguhnya. Menurut Sahani dkk (1999) salah satu
sukarela meningkat. Hal ini berarti bahwa semakin banyak siswa yang sukarela
sekolah sulit berjalan sesuai dengan yang seharusnya. Hal mendasar yang menjadi
kendala di berbagai sekolah adalah sarana dan prasarana pendukung yang kurang.
Sebagai contoh kebanyakan ruang BK di sekolah ditata seperti ruang guru yang
terbuka. Padahal ruang yang terbuka dan tanpa sekat akan menjadikan siswa
kurang nyaman berkonsultasi ataupun konseling dengan gurunya. Selain itu tidak
adanya ruang khusus untuk konseling akan menyebabkan masalah yang akan
18
dikemukakan siswa tidak secara maksimal dan transparan dikemukakan karena
Kendala lain yang juga menjadi salah satu faktor penghambat adalah latar
dialihtugaskan dari guru mata pelajaran, walaupun sebagian dari mereka telah
mengikuti pelatihan atau penataran tentang bimbingan. Hal yang tetap menjadi
kendala adalah keterampilan mereka tetap masih minim. Kondisi ini menjadikan
pelaksanaan konseling berjalan tidak sesuai dengan ketentuan ataupun kode etik
yang masih rendah tersebut menurut Prayitno dan Anti (1999) menyebabkan
mengarah pada upaya paksa agar siswa berubah. Pada kenyataannya banyak guru
misalnya membuat perjanjian siswa yang melanggar, memaksa siswa wajib lapor
adalah penyimpangan.
19
D. Minat Konseling Siswa
meanggil siswa, inisiatif siswa untuk mendatangi konselor atau inisiatif pihak atau
didahului oleh analisis yang mendalam; 2) Panggilan dengan bahasa yang halus
dan tidak ada unsur paksaan; 3) Panggilan beralasan untuk kepentingan siswa; 4)
Panggilan tidak merugikan siswa dari segi kerahasiaan atau yang merugikan
sukarela adalah hal yang ideal untuk terselanggaranya konseling yang baik.
tatap muka secara langsung dengan konselor. Hal ini berarti bahwa kegiatan
konseling merupakan sesuatu yang perlu terlaksana dan memiliki waktu atau
disepelekan. Hal ini sesuai pendapat Winkel (1991) bahwa kekaburan tentang
20
peran konselor di sekolah dapat timbul karena berbagai pihak mempunyai
Willis (2004) guru pembimbing di sekolah kurang dalam segi keterampilan (skill)
sekolah yang masih beranggapan bahwa mereka bekerja bila ada permasalahan
terutama pelanggaran oleh siswa. Mereka tidak menyadari bahwa bahwa guru
sebagai preventif (pencegahan) dimana mereka seharusnya bekerja dari awal dan
itu timbul.
sekolah sehingga guru BK dijauhi siswa. Hal ini karena Guru BK sering
memangil, menghukum, memarahi siswa yang bermasalah atau nakal. Kondisi ini
tentu tidak bisa dipisahkan dari kurang pahamnya guru pembimbing dan juga
selama ini.
21
Yusuf dan Nurihsan (2005) juga mengemukakan bahwa konseling tidak
berjalan di sekolah karena siswa merasa tidak senang kepada guru pembimbing.
Menurutnya kondisi ini disebabkan oleh pemberian tugas dari kepala sekolah
faktor. Upaya guru pembimbing untuk meningkatkan minat konseling sudah perlu
bahwa kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan ini diutamakan pada
dalam dua siklus. Berdasarkan hasil analisis dari kedua siklus yang telah
konsultasi terjadwal. Hal ini dilihat dari peningkatan nilai tes rata-rata dan
ketuntasan belajar klasikal pada aspek afektif, dan psikomotorik. Jadi, dapat
siswa pada mata pelajaran bimingan konseling siswa kelas X Teknik Kendaraan
F. Kerangka Berpikir
22
Keberhasilan suatu pembelajaran tidak hanya dilihat dari nilai akhir hasil
belajar saja namun juga dilihat dari proses pembelajarannya, input yang
berkualitas tetapi tidak diikuti oleh proses yang sesuai maka output yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yakni model atau metode
metode pembelajaran yang kurang bervariasi dan kurang melibatkan siswa dapat
meneyebabkan siswa menjadi seseorang yang pasif, bosan dan jenuh dalam
mengikuti pelajaran.
Model atau metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar
Salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian belajar adalah minat bimbingan
konseling siswa. Pemilihan metode yang tepat dan sesuai dengan materi yang
akan disampaikan akan membawa peran serta siswa dan dapat mebangkitkan
minat bimbingan konseling siswa. Pembelajaran yang masih berpusat pada guru
dengan bercerita atau berceramah, yang selama ini dilakukan dalam proses
Jurusan TKJ kelas XII A SMK Negeri 2 Ende. Solusi untuk mengatasi
G. Hipotesis Tindakan
23
Minat siswa Jurusan TKJ kelas XII A SMK Negeri 2 Ende terhadap
terjadwal.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Kelas yang menjadi objek pengamatan pada kegiatan tersebut adalah kelas
XII A Jurusan TKJ SMK Negeri 2 Ende. Alasan pilihan terhadap kelas tersebut
Seluruh kegiatan khusus untuk pengamatan pada kelas XII A Jurusan TKJ
mulai dengan masa perencanaan, kegiatan dan penilaian hasil, dilaksanakan pada
Juli 2021 s.d. September 2021. Perencanaan dilakukan sejak Juli 2021, kegiatan
di roster dengan persetujuan guru mata pelajaran. Lama konsultasi terhadap setiap
24
siswa dibatasi waktunya maksimal 10 menit. Untuk konsultasi yang sudah
mengarah pada konseling, waktunya dapat lebih lama hingga 20 menit dengan
B. Rencana Tindakan
1. Skenario Tindakan
atau tanggapan negatif lainnya. Selain itu jumlah siswa yang direncanakan
dengan para guru serta persetujuan kepala sekolah. Adapun bentuk jadwal
dan juga papan informasi sekolah serta dibagikan kepada ketua kelas
panggilan konsultasi yang diberikan kepada guru yang akan mengajar atau
25
yang hadir saat konsultasi diadministrasikan, diobservasi dan selanjutnya
test dan post tes, yang dilakukan pada awal dan akhir kegiatan. Alat bantu
2. Pelaksanaan Tindakan
sesuai atau belum terlaksana sesuai apa yang direncanakan sesuai data
siswa, persetujuan guru atau kendala lain, maka model jadwal diperbaiki
3. Pengolahan Data
dinilai yang bentuknya terbagi atas penilaian proses dan penilaian hasil
kegiatan yaitu:
26
a. Penilaian proses dilakukan melalui observasi langsung mengenai
dibahas.
menurut jadwal yang telah disusun. Disamping itu kehadiran dan proses
konseling juga diamati dan dicatat kejadian yang terjadi termasuk masalah
yang dikonsultasikan.
27
Untuk memperoleh data diberikan angket secara langsung kepada siswa
C. Pendekatan Penelitian
tujuan dari penelitian ini, adalah penelitian tindakan (action research). Alasan
tepat tersebut, perlu dilakukan uji coba berupa tindakan dari peneliti.
Jenis data yang harus dikumpulkan oleh peneliti secara sistematis adalah
menggunakan skala psikologis, data berupa gambar, dokumen dan lain-lain, yang
28
Penelitian tindakan menurut Ebbut dalam Kasbolah (2001: 45) merupakan
memperbaiki kualitas minat terhadap bimbingan dan konseling bagi siswa dalam
perlu dilakukan tindakan dan refleksi dari peneliti. Selain itu desain penelitian
dunia kerja atau dunia aktual yang lain (Suryabrata 2005: 94). Ketrampilan-
ketrampilan baru dalam layanan bimbingan ini akan dikembangkan oleh peneliti
Kelemahan yang ada pada penelitian tindakan ini menurut Madya (2006:
48-50) yaitu:
29
(3) Kesulitan yang berhubungan dengan konsepsi proses kelompok, proses
sistematis.
pelibatan partisipan dari awal sampai akhir dan dan membuat variasi dalam
kegiatan kelompok.
diharapkan proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti akan dapat berjalan
dengan baik.
30
mengetahui kondisi awal dari subyek yang berkenaan untuk menjaring atau
setelah dilakukan tindakan pada tiap siklusnya, untuk mengetahui seberapa jauh
psikologi merupakan alat ukur aspek psikologis atau atribut afektif. Menurut
kepribadian individu.
memancing jawaban yang berupa refleksi dari keadaan subyek secara sadar,
(3) Responden tidak menyadari arah jawaban yang dikehendaki dan kesimpulan
dari pertanyaan.
Karakteristik dalam skala psikologi sebagai alat ukur menurut Azwar, (2005:
3-4) adalah:
31
(1) Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung
aitem.
(3) Respon subyek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah”.
Tetapi semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan
sungguh-sungguh.
sehingga obyek yang akan memilih jawaban sesuai dengan kondisi obyek.
tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah, menggunakan penilaian dengan skor
standar (Azwar 2001: 163). Pemberian nilai yang menggunakan skor standar
bentuk penyimpangannya dari mean, dalam satuan deviasi standar. Dalam hal ini
dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto 2006 : 156). Observasi dalam
penelitian ini digunakan sebagai suatu pedoman pemberian nilai yang merupakan
32
norma ditentukan terlebih pelengkap atau pendukung terhadap data yang diperoleh
E. Analisis Data
% = n/ N x 100
Keterangan:
Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah analisis
data yang diperoleh dari skala sikap tatakrama yang dilakukan setelah pemberian
skor tertinggi (empat) dikurangi skor terendah (satu), maka diperoleh tiga,
kemudian dibagi banyaknya interval yang akan dibuat (empat). Maka diperoleh
33
G. Indikator Keberhasilan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Subjek penelitian tindakan adalah seluruh siswa Jurusan TKJ kelas XII A
SMK Negeri 2 Ende tahun pelajaran 2021/2022. Kondisi awal minat konseling
siswa dapat diketahui melalui observasi. Pada saat observasi sebelum tindakan
dilakukan sebagian besar siswa merasa ragu-ragu dan takut bila dipanggil untuk
konseling. Selain itu dari hasil observasi yang dilakukan diperoleh data mengenai
tempat konsultasi boleh dilaksanakan dimana saja ada 39,5 persen. Sebanyak 7,9
34
percaya terhadap BK untuk berkonsultasi hanya 2,6 persen. Sikap senang terhadap
konseling. Titik penekanan pada konsultasi pertama adalah upaya menarik minat
siswa untuk konseling dan tidak ragu atau takut masalah yang diungkapkannya
diketahui orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing meyakinkan siswa bahwa
dikemukakan termasuk yang sangat pribadi atau bersifat rahasia dari setiap siswa
untuk dipentaskan.
data yang diperoleh guru pembimbing lewat Sosiometri atau AUM. Alternatif
B. Hasil Tindakan 1
1. Hasil Pengamatan
a) Jadwal yang disusun tidak sesuai dengan nama yang hadir karena
jadwal dan nama yang belum dipanggil. Selain itu pada saat
35
materi pelajaran yang sedang atau akan diberikan membutuhkan
baik berduaan atau bertiga. Dengan kondisi seperti ini kadang nama
mengefisienkan waktu.
2. Hasil Refleksi
a) Jadwal Konsultasi yang dibuat tidak dipatuhi oleh siswa karena masih
merasa ragu.
b) Perlu segera dibuat jadwal ulang sesuai minat siswa, sehingga tidak
C. Hasil Tindakan 2
1. Hasil Pengamatan
36
a) Setelah konsultasi pertama banyak dari siswa yang berkeinginan
jadwal yang sudah disusun maka hanya tujuh siswa yang sempat
karena beberapa siswa tidak mematuhi jadwal yang telah dibuat. Oleh
karena itu pada tindakan kedua segera dibuat jadwal baru sesuai
keinginan siswa.
2. Hasil Refleksi
37
a) Dari angket yang diberikan kepada siswa Jurusan TKJ kelas XII A
disetujui 58 persen.
persen.
ASPEK PERSEN
Minat Konseling 71
Tempat konseling 58
Pemahaman terhadap BK 82
Kepercayaan pada BK 66
38
b) Jika dibandingkan antara kondisi sebelum tindakan dan sesudah
Tabel 4.2. Perbandingan Minat Konseling Siswa Sebelum Tindakan dan Sesudah
Tindakan
39
c) Penilaian Siswa Tentang Konsultasi Berdasarkan Perbedaaan Jenis
Kelamin
41 persen.
persen.
40
LAKI-LAKI PEREMPUAN
% %
Minat Konseling 53 86
Tempat konseling 41 71
Pemahaman
71 90
terhadap BK
Kepercayaan pada
35 90
BK
Sikap terhadap
71 81
konseling
D. Pembahasan
minat siswa dalam kegiatan bimbingan yang lebih formal yaitu konseling.
Walaupun pada dasarnya konsultasi agak mengikat siswa namun secara perlahan
justru dipandang sebagai kebutuhan. Hal ini tentu sangat berkaitan dengan
timbulnya pemahaman siswa yang benar terhadap maksud dan tujuan konsultasi
tersebut.
mengingat seluruhnya senang dengan kegiatan BK yang proaktif yang selama ini
ibarat menunggu bola. Walaupun demikian tetap ada kendala sebab saat panggilan
dilaksanakan ada beberapa guru yang meminta panggilan ditunda beberapa saat
karena materi pelajaran agak penting dan butuh kehadiran siswa di dalam kelas.
41
Kendala yang timbul dalam pembuatan jadwal adalah tidak sesuainya
siswa yang dipanggil dengan yang hadir. Kondisi ini perlu diperbaiki agar
pengadministrasian jauh lebih mudah dan efektif. Cara yang mungkin lebih baik
tetap. Adanya sosialisasi yang dilakukan kepada siswa tentang rencana konsultasi
tentu bertujuan agar mereka tidak salah paham terhadap kegiatan yang akan
dilakukan.
urutan minat siswa lebih efektif. Siswa yang datang untuk konseling sudah dapat
kegiatan yang direncanakan lebih cepat dari jadwal. Di samping itu tempat
konsultasi ternyata tidak menjadi kendala siswa untuk berkomunikasi dengan guru
pembimbing. Sebab berdasarkan fakta di lapangan banyak juga siswa yang ingin
berkonsultasi di ruang kelas saja tetapi dengan syarat tidak didengar oleh siswa
lainnya.
dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan besar dari hasil observasi awal
observasi awal menunjukkan bahwa siswa masih ragu bahkan takut berhubungan
42
sebaliknya rata-rata hampir 60 persen ke atas siswa berminat untuk berhubungan
Dari beberapa aspek minat yang diukur maka aspek pemahaman adalah
yang tertinggi nilainya diantara aspek lain sebab jumlahnya mencapai 82 persen.
Ini berarti bahwa sebagian besar siswa sudah memahami perlunya konsultasi
besar bagi pandangan positif yang lain terhadap BK. Dengan demikian di masa
mendatang kesan bahwa BK selama ini dijauhi oleh siswa berubah menjadi
Aspek yang juga perlu mendapat perhatian adalah pandangan siswa dalam
hal kepercayaan kepada guru pembimbing. Dalam hal ini kepercayaan siswa
negatif yang terjadi selama ini. Sehingga diperlukan pendekatan dan cara yang
tepat kepada siswa untuk dapat lebih terbuka kepada guru pembimbing. Suatu
yang patut dievaluasi adalah kepribadian dari guru pembimbing, yang mungkin
menjadi kendala bagi keterbukaan dan kepercayaan siswa. Karena salah satu fakta
di sekolah bahwa guru pembimbing masih ada yang belum menampakkan sikap
yang mampu menjaga rahasia siswa sehingga sangat berdampak bagi kepercayaan
ruang khusus BK perlu dikaji lebih jauh. Sebab alasan bahwa walaupun konsultasi
boleh dilakukan dimana saja, tetapi adanya syarat agar pembicaraan tidak
didengar atau diketahui oleh pihak lain tentu logis. Sehingga kemungkinan perlu
43
dipikirkan untuk membuat semacam lokasi atau tempat santai dan kondusif di
dan perempuan terhadap kegiatan konsultasi. Dari aspek yang dinilai dalam
dibanding laki-laki. Fakta tersebut perlu kiranya diteliti lebih jauh agar tujuan
Dari konsultasi langsung terhadap siswa, sebagian besar siswa senang bila
guru pembimbing ramah kepada siswa. Selain itu kebanyakan siswa menanyakan
Kondisi ini tentu menunjukkan bahwa meyakinkan siswa agar mereka lebih
percaya dan terbuka kepada guru pembimbing butuh strategi yang tepat. Hal ini
tentu disebabkan oleh karena siswa masih trauma dengan kinerja BK selama ini
44
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil kegiatan yang dihimpun dari awal sampai akhir Konsultasi
positif terhadap bimbingan dan konseling berdasarkan observasi awal dan setelah
konseling siswa yang mencapai 70,6%. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket
berupa minat siswa untuk mengikuti konseling sebanyak 71% yang menyatakan
45
persentasenya mencapai 82%, Kepercayaan kepada guru pembimbing diyakini
66%, dan Siswa yang merasa senang mengikuti konsultasi sebanyak 76%.
B. Saran
BK.
2. Guru pembimbing hendaknya lebih aktif dan kreatif melayani siswa satu-
4. Pihak sekolah hendaknya memberi tugas dan peran yang sesuai dengan
46
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Gani, Ruslan. 1997. Ciri Khas Anak Jenius. Jakarta. Sarana Cipta Ilmu
P3G.
P3G.
Prayitno dan Erman Anti. 1999. Dasar-Dasar BK. Jakarta. Rineka Cipta.
47
Prayitno. 1998. Buku III Seri Pemandu Pelaksanaan BK di Sekolah. Jakarta.
Dirjen Dikdasmen
Dirjen Dikdasmen.
Rineka Cipta.
48