Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN LAYANAN KONSULTASI TERJADWAL

UNTUK MENINGKATKAN MINAT KONSELING SISWA


KELAS IX.2 SMP NEGERI 2 SUNGAI PINANG
Oleh:
Muaida
(SMPN 2 Sungai Pinang)

ABSTRAK

Di SMP Negeri 2 Sungai Pinang banyak siswa kelas IX yang”takut dipanggil”


oleh guru BK,kesan guru mata pelajaran yang menganggap bahwa konsultasi
dengan BK menandakan siswa tidak mampu mandiri menyelesaikan masalahnya
bahkan dianggap kekanak-kanakan akan sangat menghambat kegiatan
BK.Kenyataan tersebut menjadikan kegiatan konseling yang dilakukan oleh guru
pembimbing dijauhi atau dihindari siswa, sehingg berdampak dengan rendahnya
minat konseling siswa.Hal ini dibuktikan dengan hasil angket penelitian,yang
menunjukkan perbedaan hasil, sebelum dan sesudah tindakan dilakukan.Karena
itulah peneliti mencoba menerapkan layanan konsultasi terjadwal untuk
meninfkatkan minat konseling siswa .
Hasil pengamatan selama penelitian, menunjukkan bahwa siswa nampak antusias
dengan penerapan layanan konsultasi terjadwal.Sebagaimana diketahui bahwa
observasi awal menunjukkan bahwa siswa masih ragu bahkan takut berhubungan
dengan guru pembimbing bahkan jumlahnya mencapai 98 persen. Namun setelah
konsultasi jumlah yang memandang negatif terhadap BK jauh berkurang dan
sebaliknya rata-rata hampir 60 persen ke atas siswa berminat untuk berhubungan
dengan guru pembimbing.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan agar guru BK SMP .
Membuat jadwal konsultasi adalah salah satu teknik untuk melayani siswa secara
proaktif sehingga semua siswa terlayani dalam bimbingan dan konseling di
sekolah.Peneliti percaya bahwa Konsultasi terjadwal dapat meningkatkan minat
konseling siswa.
Kata kunci : Konsultasi , Minat Konseling
A.Pendahuluan.
Siswa kelas IX SMP pada umumnya memiliki berbagai variasi pengalaman
masing-masing dalam memahami serta mengenal peran maupun fungsi BK
(Bimbingan dan Konseling ). Dalam hal ini pemahaman terhadap BK sangat
tergantung kepada bagaimana kinerja guru pembimbingnya serta fungsi dan peran
yang dilakukan dalam membimbing siswa. Namun berdasarkan observasi
langsung di kelas, ternyata 98 persen merasa malu, ragu, bahkan takut untuk

1
berhubungan dengan guru pembimbing. Keadaan ini tentu menjadi hal yang
sangat memilukan sebab motto BK yang ”peduli siswa” tidak bisa diterapkan di
sekolah secara benar.
Beberapa pendapat siswa menunjukkan bahwa guru pembimbing mereka
lebih berperan sebagai penegak disiplin dengan memberi sanksi terhadap siswa
yang melanggar tata tertib sekolah. Kondisi di SMP Negeri 2 Sungai Pinang juga
tidak berbeda dengan keadaaan tersebut, disebabkan karena guru pembimbing
merangkap sebagai Koordinator dan pelaksana 7K ( Keamanan, ketertiban, dll)
yang sudah berlangsung bertahun-tahun. Hal ini menyebabkan tugas keamanan
yang dilakukan oleh guru pembimbing misalnya memberi hukuman, justru
dianggap sebagai tugas utama mereka.
Kondisi yang juga turut menjadi hal yang sulit dihapus adalah BK juga
dilibatkan secara langsung dalam pencatatan sistem kredit poin pelanggaran. Hal
ini juga menjadi sesuatu yang makin menjadikan siswa ”takut” berhubungan
dengan BK. Keadaan ini diperparah oleh bentuk bimbingan atau konseling yang
dilakukan guru pembimbing yang lebih cenderung ”menunggu bola”, misalnya
menangani masalah bila telah mendapat laporan.
Upaya yang dilakukan oleh Guru pembimbing melalui komunikasi intensif
kepada semua guru dan terutama kepala sekolah untuk menghindari pemberian
tugas sebagai 7K akhirnya berhasil. Kesempatan ini mulai memotivasi mereka
untuk menunjukkan eksistensi BK sebagai ”pembimbing” bukan sebagai
”penghukum”.Fakta bahwa masih banyak siswa yang ”takut dipanggil” oleh BK
tetap saja terjadi. Di samping itu kesan guru mata pelajaran yang menganggap
bahwa konsultasi dengan BK menandakan siswa tidak mampu mandiri
menyelesaikan masalahnya bahkan dianggap kekanak-kanakan akan sangat
menghambat kegiatan BK. Kenyataan tersebut menjadikan kegiatan konseling
yang dilakukan oleh guru pembimbing dijauhi atau dihindari siswa. Padahal
dalam konsep bimbingan disebutkan bahwa salah satu kriteria keberhasilan BK
adalah apabila siswa secara sukarela dengan inisiatif sendiri menghubungi guru
pembimbing untuk mengikuti konseling.
Langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat konseling siswa
sekaligus mengubah pandangan keliru tentang konseling adalah melaksanakan
sekaligus mengubah pandangan keliru tentang konseling adalah melaksanakan
konsultasi rutin bagi setiap siswa. Dalam hal ini siswa yang memiliki masalah
(sedang bermasalah) atau pun mereka yang tidak atau belum bermasalah
semuanya diberi kesempatan untuk berkonsultasi dengan guru pembimbing.
Salah satu argumentasi yang penting dikemukakan dalam kegiatan ini
adalah bahwa orang dewasa pun butuh konsultasi dengan orang lain dalam
menghadapi suatu permasalahan. Sehingga siswa yang masih remaja dan beranjak
dewasa tentu wajar bila konsultasi dengan orang lain yang lebih dewasa termasuk
kepada guru pembimbing.

2
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti melakukan
penelitian dengan judul “ Penerapan Layanan konsultasi Terjadwal Untuk
Meningkatkan Minat Konseling Siswa Kelas IX.2 SMP Negeri 2 Sungai Pinang.
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan dalam
kalimat Tanya berikut ini.“Apakah konsultasi terjadwal dapat meningkatkan minat
konseling siswa kelas IX.2 SMP Negeri 2 Sungai Pinang ?”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana konsultasi terjadwal
dapat meningkatkan minat konseling siswa kelas IX.2 SMP Negeri 2 Sungai
Pinang.
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menjadikan konsultasi sebagai
langkah awal guna menarik minat siswa untuk mengikuti konseling dalam
pengentasan masalah yang dialaminya, memberi motivasi kepada guru
pembimbing untuk secara aktif serta ”tidak menunggu bola” dalam memberi
pelayanan konseling terhadap siswa, serta mengubah pemahaman yang salah
terhadap kegiatan konseling ataupun kegiatan bimbingan secara umum baik oleh
guru atau pun siswa yang menganggap berhubungan dengan BK hanyalah bagi
orang yang bermasalah atau melakukan pelanggaran tata tertib saja.
B.Pengertian Konsultasi.
Menurut Siswohardjono (1990:54) konsultasi adalah wawancara antara dua
orang dewasa dengan tujuan bahan yang diprolehnya dapat membuat suatu pola
pengertian baru atau keputusan yang lebih mantap terhadap sesuatu.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa antara konsultasi dan wawancara
tidak berbeda. Namun jika dianalisis lebih jauh maka terdapat perbedaaan antara
konsultasi dan wawancara. Pendapat Sukardi (2000: 87) bahwa wawancara
(interviu) dalam Bimbingan dan Konseling adalah salah satu alat pengumpul data
melalui pembicaraan langsung terhadap siswa. Sedangkan menurut Hallen (2005:
112) wawancara dilakukan dengan cara mengemukakan pertanyaan kepada klien
secara lisan.
Di samping itu menurut Siswohardjono (1990: 65) wawancara dapat
digunakan sebagai teknik menolong siswa yang dapat dibagi dalam empat bentuk
yaitu 1) nasehat; 2) Informasi; 3) Konsultasi; dan 4) Konseling. Dengan demikian
nampak bahwa konsultasi adalah salah satu dari bentuk wawancara, sehingga
pengertian wawancara lebih luas dibanding konsultasi.
Dari pendapat di atas dapat diperoleh dua pengertian berbeda tentang
konsultasi dan wawancara. Konsultasi lebih sempit pengertiannya dibanding
wawancara karena konsultasi cenderung hanya dalam bentuk memberi pengertian
pada seseorang sedangkan wawancara lebih luas sebab apapun yang dilakukan
dengan tanya jawab antara seseorang dengan orang lainnya dapat dikategorikan
sebagai wawancara.
C.Minat Konseling.

3
Pada hakekatnya konseling di sekolah terselenggara bila siswa secara aktif
mau menemui konselor untuk melaksanakan konseling. Di sekolah konseling
dapat diupayakan keterlaksanaannya dalam tiga bentuk yaitu inisiatif konselor
meanggil siswa, inisiatif siswa untuk mendatangi konselor atau inisiatif pihak atau
guru lain sebagai perantara.
Berdasarkan seri pemandu pelaksanaan BK di sekolah (1995 : 120)
persentase kegiatan konseling baik perorangan ataupun kelompok dialokasikan
sebanyak 30 persen dalam kegiatan bimbingan. Kegiatan tersebut tentu
dilaksanakan melalui tatap muka secara langsung dengan konselor. Hal ini berarti
bahwa kegiatan konseling merupakan sesuatu yang perlu terlaksana dan memiliki
waktu atau alokasi khusus dalam kegiatan bimbingan dan konseling.
Namun berbagai pihak yang belum paham bagaimana peran guru BK di
sekolah menjadikan konseling sebagai kegiatan yang tidak penting dan
disepelekan. Hal ini sesuai pendapat Winkel (1991 : 35) bahwa kekaburan tentang
peran konselor di sekolah dapat timbul karena berbagai pihak mempunyai
konsepsi berbeda tentang peranan tersebut.
Yusuf dan Nurihsan (2005: 45) juga mengemukakan bahwa konseling tidak
berjalan di sekolah karena siswa merasa tidak senang kepada guru pembimbing.
Menurutnya kondisi ini disebabkan oleh pemberian tugas dari kepala sekolah
yang berseberangan dengan tugas yang seharusnya dilakukan guru pembimbing.
Dengan demikian rendahnya minat konseling ternyata dipengaruhi banyak
faktor. Upaya guru pembimbing untuk meningkatkan minat konseling sudah perlu
segera dilakukan dengan metode yang tepat di samping tetap berusaha
mengurangi faktor faktor negatif yang bisa menghambat kepercayaan siswa
kepada guru pembimbing.
D.Hipotesis Tindakan.
Hipotesis dari tindakan ini adalah “Penerapan Layanan konsultasi Terjadwal
Dapat Meningkatkan Minat Konseling Siswa Kelas IX.2 SMP Negeri 2 Sungai
Pinang.
E.Metode Penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas dengan menggunakan penerapan layanan konsultasi terjadwal Di SMP
Negeri 2 Sungai Pinang, pada Bimbingan dan Konseling, Subjek penelitiannya
adalah Siswa Kelas IX.2 SMP negeri 2 Sungai Pinang Tahun Pelajaran 2018 /
2019 dengan jumlah siswa 38 orang.
F.Perencanaan.
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, dengan tujuan masing-masing
siklus : meningkatkan minat konseling siswa, serta mengetahui respon siswa
setelah diterapkannya layana konsultasi terjadwal sebagai penelitian tindakan
kelas di kelas ini.

4
Setelah menyusun jadwal konsultasi siswa yang dibuat berdasarkan nomor
urut absen untuk menghindari adanya prasangka siswa maupun guru selama ini,
bahwa yang dipanggil terlebih dahulu adalah yang selalu berbuat pelanggaran atau
tanggapan negatif lainnya.Disusunlah perangkat pembelajaran yang mengacu
pada peneapan layanan konsultasi terjadwal.
G.Pelaksanaan Tindakan.
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menggunakan layanan konsultasi
terjadwal untuk menngkatkan minat siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2
siklus.
Dalam pelaksanaan tindakan ini, persiapan yang dilakukan sebelum
pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut.
1. Skenario tindakan yang akan dilakukan adalah membuat perencanaan tindakan
yaitu bagaimana membuat jadwal konsultasi.
2. Materi konsultasi pada pertemuan pertama adalah informasi tentang fungsi BK
dan perlunya konseling. Pada konsultasi kedua diarahkan pada pembahasan
masalah yang telah didata melalui AUM (Angket Ungkap Masalah) atau
sosiometri
3. Untuk mengolah data, maka tindakan yang dilakukan diobservasi dan dinilai
yang bentuknya terbagi atas penilaian proses dan penilaian hasil kegiatan
4. Analisis hasil refleksi dimulai dengan mengobservasi kehadiran siswa menurut
jadwal yang telah disusun. Disamping itu kehadiran dan proses konseling juga
diamati dan dicatat kejadian yang terjadi termasuk masalah yang
dikonsultasikan.
5. Data tentang siswa diperoleh berdasarkan absen siswa. Sedangkan untuk
memperoleh data dan kejadian selama Tindakan Kelas yang dilakukan maka
segala catatan kegiatan dan observasi yang dilakukan dikumpulkan dan
diadministrasikan untuk kegiatan pelaporan.
H.Pengamatan.
Observasi atau pengamatan penelitian, dilakukan oleh kolaborator, testee,
yaitu siswa yang diteliti dan peneliti sendiri. Kolaborator mengamati setiap
pertemuan dan mencatat atau mengisi lembar pengamatan yang disediakan
peneliti.
Siswa bersama guru melaksanakan tindakan yaitu penerapan konsultasi
terjadwal.Hasil pengamatan siswa dicatat oleh peneliti pada waktu refleksi dengan
cara tanya jawab secara lisan
Alat observasi berupa lembar pengamatan yang diberikan kepada
kolaborator untuk diisi pada waktu mengamati jalannya penelitian.Alat kedua
berupa sejumlah pertanyaan yang dilontarkan kepada testee atau siswa pada waktu
refleksi.
I. Refleksi

5
Hasil pengamatan yang diperoleh selama proses penelitian berlangsung
dianalisa. Berdasarkan hasil analisa ini, guru berkolabolator melakukan refleksi
diri untuk menentukan keberhasilan peneliti dan merencanakan tindakan
berikutnya. Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila : “Ada peningkatan
minat berdasarkan hasil angket sebelum dan sesudah penelitian dlakukan”
J.Hasil Penelitian Dan Pembahasannya.
Penerapan Layanan konsultasi Terjadwal Untuk Meningkatkan Minat
Konseling Siswa Kelas IX.2 SMP Negeri 2 Sungai Pinang disajikan berdasarkan
pada hasil pengamatan dan pencatatan pelaksanaan selama tindakan Deskripsi
data mencakup data proses dan data hasil kegiatan siswa. Penerapan layana
konsultasi terjadwal dilakukan dalam dua siklus :
1. Tindakan Siklus I
 Pada tindakan pertama materi konsultasi diarahkan pada informasi tentang
fungsi BK di sekolah serta apa pengertian konseling.
 Teknis pelaksanaan konsultasi terjadwal dilakukan dengan komunikasi
dengan para guru serta persetujuan kepala sekolah
 Jadwal yang telah tersusun selanjutnya ditempel di papan bimbingan dan juga
papan informasi sekolah serta dibagikan kepada ketua kelas masing-masing
untuk memperlancar dan memudahkan proses pelaksanaannya setiap hari
 Skenario tindakan yang akan dilakukan adalah membuat perencanaan
tindakan yaitu bagaimana membuat jadwal konsultasi. Data tentang siswa
yang hadir saat konsultasi diadministrasikan, diobservasi dan selanjutnya
diadakan refleksi.
 Untuk penilaian tentang minat konseling, diadakan pre test dan post tes, yang
dilakukan pada awal dan akhir kegiatan
2.Tindakan Siklus II
 Pada tindakan kedua materi konsultasi diarahkan pada informasi tentang
fungsi BK di sekolah serta apa pengertian ketagihan belajar
 Teknis pelaksanaan konsultasi terjadwal dilakukan dengan komunikasi
dengan para guru serta persetujuan kepala sekolah
 Jadwal yang telah tersusun selanjutnya ditempel di papan bimbingan dan juga
papan informasi sekolah serta dibagikan kepada ketua kelas masing-masing
untuk memperlancar dan memudahkan proses pelaksanaannya setiap hari
 Skenario tindakan yang akan dilakukan adalah membuat perencanaan
tindakan yaitu bagaimana membuat jadwal konsultasi. Data tentang siswa
yang hadir saat konsultasi diadministrasikan, diobservasi dan selanjutnya
diadakan refleksi.
 Untuk penilaian tentang minat konseling, diadakan pre test dan post tes, yang
dilakukan pada awal dan akhir kegiatan
3.Proses Pelaksanaan Konsultasi Terjadwal .Siklus 1.
Proses Pelaksanaan Konsultasi Terjadwal .Siklus 1.

6
a) Langkah pertama : Mengarahkan siiswa untuk mulai berkonsultasi dengan
guru BK , untuk itu diterapkan layan konsultasi terjadwal untuk
meningkatkan minat konseling siswa Konsultasi dilakukan bertahap. Pada
pertemuan pertama materi konsultasi diarahkan pada informasi tentang
fungsi BK di sekolah serta apa pengertian konseling.
b) Langkah kedua : Dibuat jadwal konsultasi untuk siswa kelas IX.2
c) Langkah Ketiga : Siswa mulai berkonsultasi, ada yang sesuai jadwal, ada
pula yang ingin konsultasi didahulukan sehingga jadwal dibuat acak tidak
sesuai absen
d) Langkah ke empat : Membuat ulang jadwal konsultasi karena jadwal
Konsultasi yang dibuat tidak dipatuhi oleh siswa karena masih merasa
ragu.
Berdasarkan hasil angket dari data siswa siklus I yang berminat konsultasi 18,4
persen,Siswa yang menganggap tempat konsultasi boleh dilaksanakan dimana saja
ada 39,5 persen , sebanyak 7,9 persen siswa memahami BK sebagai sarana untuk
berkonsultasi , siswa yang percaya terhadap BK untuk berkonsultasi hanya 2,6
persen, dan siswa yang memiliki sikap senang terhadap guru BK adalah 2,6
persen
4.Proses Pelaksanaan Konsultasi Terjadwal .Siklus II.
Proses Pelaksanaan Konsultasi Terjadwal .Siklus II.
a) Langkah Pertama : Dikarenakan jadwal pada siklus I ada beberapa siswa
yang tidak mematuhi jadwal , karena itu pada tindakan kedua segera
dibuat jadwal baru sesuai keinginan siswa.
b) Langkah Kedua : Materi konsultasi pertama sesuai dengan apa yang
direncanakan, namun pada konsultasi kedua sebanyak tujuh siswa secara
sukarela langsung ingin mengemukakan masalahnya sehingga materi
konsultasinya adalah pembahasan masalah masing-masing.
c) Langkah ketiga : Siswa mulai berdatangan untuk melaksanakan konsultasi
sesuai jadwal kedua.
d) Langkah keempat : Guru BK mulai menerima semua masalah yang
diungkapkan siswa .Pada konsultasi kedua masalah yang dikemukakan
oleh siswa pada konsultasi kedua adalah masalah keluarga, masalah muda-
mudi dan keluhan tentang pemerasan oleh siswa lain.
Berdasarkan hasil angket dari data siswa siklus II yang berminat konsultasi
71 persen, Siswa yang menganggap tempat konsultasi boleh dilaksanakan dimana
saja ada 58 persen , sebanyak 82 persen siswa memahami BK sebagai sarana
untuk berkonsultasi , siswa yang percaya terhadap BK untuk berkonsultasi hanya
66 persen, dan siswa yang memiliki sikap senang terhadap guru BK adalah 76
persen.
Dari tindakan 2 yang dilakukan ternyata konsultasi terjadwal berdasarkan
urutan minat siswa lebih efektif . Siswa yang datang untuk konseling sudah dapat
diprediksi sehingga jadwal konsultasi berlangsung tanpa hambatan yang berarti.
Antusias siswa untuk mengikuti konsultasi tergolong sangat tinggi karena

7
kegiatan yang direncanakan lebih cepat dari jadwal. Di samping itu tempat
konsultasi ternyata tidak menjadi kendala siswa untuk berkomunikasi dengan guru
pembimbing. Sebab berdasarkan fakta di lapangan banyak juga siswa yang ingin
berkonsultasi di ruang kelas saja tetapi dengan syarat tidak didengar oleh siswa
lainnya.
Sebagaimana diketahui bahwa observasi awal menunjukkan bahwa siswa
masih ragu bahkan takut berhubungan dengan guru pembimbing bahkan
jumlahnya mencapai 98 persen. Namun setelah konsultasi jumlah yang
memandang negatif terhadap BK jauh berkurang dan sebaliknya rata-rata hampir
60 persen ke atas siswa berminat untuk berhubungan dengan guru pembimbing.
Data menunjukkan bahwa ada perbedaan pandangan antara siswa laki-laki
dan perempuan terhadap kegiatan konsultasi. Dari aspek yang dinilai dalam
angket, umumnya pandangan perempuan terhadap konsultasi jauh lebih baik
dibanding laki-laki. Fakta tersebut perlu kiranya diteliti lebih jauh agar tujuan
pelayanan konseling bagi seluruh siswa secara merata dapat diwujudkan.
Dari konsultasi langsung terhadap siswa, sebagian besar siswa senang bila
guru pembimbing ramah kepada siswa. Selain itu kebanyakan siswa menanyakan
apakah memang benar BK merahasiakan masalah yang akan mereka kemukakan.
Kondisi ini tentu menunjukkan bahwa meyakinkan siswa agar mereka lebih
percaya dan terbuka kepada guru pembimbing butuh strategi yang tepat. Hal ini
tentu disebabkan oleh karena siswa masih trauma dengan kinerja BK selama ini
yang bertindak sebagai keamanan sekolah.
Di samping itu siswa yang sempat mengikuti konsultasi kedua lebih banyak
perempuan dibanding laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan sifat keterbukaaan
atau kepercayaaan pihak perempuan lebih besar dibanding laki-laki.
K.Kesimpulan Dan Saran.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan :
1. Membuat jadwal konsultasi adalah salah satu teknik untuk melayani siswa
secara proaktif sehingga semua siswa terlayani dalam bimbingan dan konseling
di sekolah.
2. Konsultasi yang telah dilakukan menunjukkan adanya perubahan pandangan
siswa yang positif terhadap BK berdasarkan observasi awal dan setelah
diadakannya kegiatan.
3. Konsultasi terjadwal dapat meningkatkan minat konseling siswa kelas IX.2
SMP Negeri 2 Sungai Pinang.
Saran.
1. Guru Pembimbing hendaknya menerapkan jadwal konsultasi di sekolah
masingmasing sebagai wujud dari ”peduli siswa” yang merupakan motto BK.
2. Guru pembimbing hendaknya lebih aktif dan kreatif melayani siswa satu-
persatu baik dalam bimbingan khususnya dalam konseling, sehingga siswa
dapat memanfaatkan layanan BK di sekolah.

8
3. Guru pembimbing perlu berupaya agar siswa termotivasi dan secara ikhlas
mengikuti konseling.
4. Pihak sekolah hendaknya memberi tugas dan peran yang sesuai dengan fungsi
BK sehingga fokus pengembangan diri yang menjadi bidang tugas BK dapat
berjalan secara optimal.
5. Guru mata pelajaran dan seluruh personil sekolah hendaknya mengetahui dan
memahami peran BK di sekolah sehingga secara tidak langsung dapat
meningkatkan mutu sekolah dan juga peningkatan prestasi belajar siswa.
L.Dokumentasi.

Layanan Konsultasi Terjadwal (siswi )

Layanan Konsultasi Terjadwal (siswi )

DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, Dirjen Dikdasmen. 2005. Pengembangan Program BK SMA. Jakarta.
P3G.
Depdiknas, Dirjen Dikdasmen. 2005. Profesi Bimbingan dan Konseling. Jakarta.
P3G.
Hallen.A.2005. Bimbingan Dan Konseling. Ciputat : Quantum Teaching.

9
Terhadap Kualitas Pendidikan. Makalah. Disampaikan di Makassar 21 Mei
2006.
Prayitno dan Erman Anti. 1999. Dasar-Dasar BK. Jakarta. Rineka Cipta.
Prayitno. 1998. Buku III Seri Pemandu Pelaksanaan BK di Sekolah. Jakarta.
Dirjen Dikdasmen
Siswoharjono, Aryatmi. 1996. Perspektif Bimbingan dan Konseling di Berbagai
Institusi.
Semarang . Satya Wacana
Sukardi, Dewa Ketut. 2000. Pengantar Pelaksanaan BK di Sekolah. Jakarta.
Rineka Cipta.
Willis, Sofyan S. 2004. Konseling Individual ; Teori dan Praktek. Bandung :
Alfabeta
Winkel.W.S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia
Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juantika. 2005. Landasan Bimbingan dan
Konseling. Bandung . PT. Remaja Rosdakarya.

10

Anda mungkin juga menyukai