Anda di halaman 1dari 11

PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGHADAPI

PERMASALAHAN-PERMASALAHAN PADA SISWA MTS KIFAYATUL ACHYAR

Tempat Penelitian:
MTS. Kifayatul Achyar
Jl. AH. Nasution No.495 RT. 02/RW.05; Kodepos, 40614
Desember 20, 2022

Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Teti Ratnasih, M.Ag.

Oleh:

Atiqah Khairiyah Lubis (1202080005)


Kelas 5A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022
ABSTRAK
Karya tulis ilmiah ini dibuat untuk mengetahui sampai mana keefektifan program
Bimbingan dan Konseling di MTS Kifayatul Achyar dengan melakukan observasi yang ditujukan
kepada guru Bimbingan dan Konseling yang ada di sekolah tersebut. Jenis penelitian ini adalah
Kualitatif Deskriptif yaitu metode penelitian yang berupa gambaran mengenai situasi atau
kejadian, kata- kata tertulis atau lisan, orang- orang dan perilaku yang dapat diamati dan diarahkan
pada latar alamiah dan individu tersebut secara menyeluruh. Data-data tersebut dideskripsikan
dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam menjawab rumusan masalah penelitian adalah wawancara, observasi secara langsung pada
informan yang dipilih. Data yang dikumpulkan disini berupa kata-kata, gambar perilaku, kemudian
hasil penelitian tersebut penulis ungkapkan dalam bentuk kalimat.

PENDAHULUAN
Sekolah adalah tempat dimana para siswa mendapat kesempatan mengaktualisasikan
dirinya, baik dalam berkomunikasi, berprilaku, bergaul dan lain sebagainya. Akan tetapi tidak
banyak siswa yang mampu melakukan hal tersebut. Berbagai upaya telah dilakukan pihak
sekolah untuk dapat meningkatkan keinginan siswa mengaktualisasikan dirinya, seperti
memberikan siswa tugas yang dikerjakan secara berkelompok agar siswa mampu bertukar
pikiran dengan teman yang satu dan teman yang lainnya, memberikan tugas presentasi agar
siswa dapat berinteraksi dengan teman kelasnya melalui diskusi, Namun kenyataan yang ada di
lapangan masih banyak siswa yang terkesan tertutup, kurang mampu bergaul, malu untuk
mengungkapkan pendapatnya. Dan tidak jarang ditemukan siswa yang sering tidak masuk kelas,
jika terus dibiarkan hal ini akan menjadi masalah besar bagi sekolah dan juga siswa itu sendiri.
Untuk menangani masalah tersebut diperlukan guru bimbingan dan konseling yang dapat
melaksanakan peranan profesional yang unik dan terciptanya layanan bimbingan dan konseling
secara efektif, sebagaimana adanya tuntutan profesi, konselor harus memiliki kualitas pribadi.
Keberhasilan konseling lebih tergantung pada kualitas pribadi konselor
dibandingkan kecermatan teknik. Pribadi konselor yang amat pentingmendukung efektivitas
perannya adalah pribadi yang altuistis (rela berkorban) untukkepentingan konseling.
Menurut Willis (2004), yang dimaksud kualitas konselor adalah semua kriteria keunggulan
termasuk pribadi, pengetahuan, wawasan, keterampilan dan nilai-nilai yangdimilikinya yang akan
memudahkannya dalam proses konseling sehingga mencapaitujuan dengan efektif. Salah satu
kualitas konselor yang dimaksud di atas adalah kualitas pribadi konselor. Adapun yang dimaksud
kualitas pribadi konselor adalah kriteria yang menyangkut segala aspek kepibadian yang amat
penting dan menentukan keefektifan konselor jika disbandingkan dengan pendidikan dan latihan
yang diperolehnya (Willis, 2004: 79)
Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas program Bimbingan dan Konseling yang
dilaksanakan di sekolah. Baik dari segi permasalahan yang ditemukan pada tiap siswa dan cara
mengatasinya, kemudian mencari tahu bagaimana guru bk mengetahui permasalahan yang sedang
dialami siswa, apa saja tugas dari pada guru bk itu, apakah hanya sebagai penasehat bagi siswa
yang tidak mematuhi peraturan, dan apakah harus guru bk saja yang memahami dan menangani
masalah konseling ini. Semua akan dibahas pada penelitian ini dengan melakukan wawancara
terhadap guru bk disalah satu sekolah yang ada dibandung.

KERANGKA TEORITIS
Salah satu tugas pokok guru BK adalah merancang program bimbingan dan konseling. Apa
yang dimakksud dengan program BK, tujuan, dan manfaat program BK? Berikut uraian yang
terkait dengan pengertian, tujuan dan manfaat penyusunan program BK.
1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling
Menurut Prayitno (2000) program BK adalah satuan rencana kegiatan BK yang akan
dilaksanakan pada periode waktu tertentu, program BK diartikan seperangkat kegiatan BK yang
dirancang secara terencana, terorganisasi, terkoordinasi selama periode waktu tertentu dan
dilakukan secara kait mengait untuk mencapai tujuan.
Sementara Dewa Ketut Sukardi (2003) menyatakan bahwa perencanaan merupakan otot
dan urat yaitu bagian dari pengelolaan dan dikatakan sebagai suatu pemikiran kemasa depan.
2. Tujuan Penyusunan Program BK
Tujuan penyusunan program tidak lain agar kegiatan BK disekolah dapat terlaksana dengan
lancar, efektif, efisien, serta hasil-hasilnya dapat dinilai. Dewa Ketut Sukardi (2003:8)
memaparkan tujuan penyusunan program BK ialah agar guru bimbingan konseling memiliki
pedoman yang pasti dan jelas sehingga kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah dapat
terlaksana dengan lancar, efektif, dan efisien serta hasilhasilnya dapat dinilai. Tersusun dan
terlaksananya program BK dengan baik selain akan lebih menjamin pencapaian tujuan kegiatan
BK pada khususnya tujuan sekolah pada umumnya, juga akan menegakkan akuntabilitas BK di
sekolah.
3. Manfaat penyusunan program BK
Penyusunan program oleh guru BK memiliki manfaat atau keuntungan bagi banyak pihak
terutama bagi sekolah, petugas bimbingan, dan bagi pengelola pendidikan.
a. Keuntungan bagi sekolah
1) Memperkokoh kekompakkan kerjasama antar petugas bimbingan dengan guru bidang
studi/ wali kelas, kepala sekolah dan staf administrasi sekolah.
2) Terwujudnya tradisi musyawarah dalam penyusunan program bimbingan di sekolah
mendorong petugas bimbingan dan konseling untuk mewujudkan dirinya menjadi
suatu organisasi yang kaya dengan kegiatan yang profesional.
3) Mantapnya kedudukan dan peranan bimbingan dan konseling sebagai suatu kegiatan
yang fungsional dalam membantu tercapainya kelancaran dan keberhasilan siswa
belajar secara optimal.
Untuk menambah pemahamam guru bimbingan konseling tentang keuntungan dari penyusunan
program, Djumhur (dalam Suhertina, 2000) mengemukakan sebagai berikut:
1) Tujuan setiap langkah bimbingan akan lebih jelas.
2) Setiap petugas bimbingan akan menyadari peranan dan tugasnya.
3) Penyediaan fasilitas akan lebih sempurna
4) Pemberian pelayanan lebh teratur dan memadai
5) Memungkinkan lebih eratnya komunikasi dengan berbagai pihak yang berkepentingan
dengan kegiatan bimbingan.

METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif yaitu proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan penelitian kualitatif dipilih karena
penelitian ini dilakukan pada kondisi yang natural atau menggambarkan keadaan yang
sesungguhnya dari MTS Kifayatul Achyar. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Kualitatif Deskriptif yaitu metode penelitian yang berupa gambaran mengenai situasi atau
kejadian, kata- kata tertulis atau lisan, orang- orang dan perilaku yang dapat diamati dan diarahkan
pada latar alamiah dan individu tersebut secara menyeluruh. Data-data tersebut dideskripsikan
dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam menjawab rumusan masalah penelitian adalah wawancara, observasi secara langsung pada
informan yang dipilih. Data yang dikumpulkan disini berupa kata-kata, gambar perilaku, kemudian
hasil penelitian tersebut penulis ungkapkan dalam bentuk kalimat.

PEMBAHASAN
Penelitian ini ditujukan kepada MTS Kifayatul Achyar untuk mengetahui efektifitas
program bimbingan konseling yang dilaksanakan di Sekolah tersebut. Dengan mengidentifikasi
masalah masalah yang terdapat pada siswa MTS Kifayatul Achyar, dan bagaimana cara guru BK
menangani permasalahan tersebut. Permasalahan dalam pelaksanaan layanan bimbingan konseling
di sekolah dapat dikategorikan atas tiga, yaitu; pertama faktor pemahaman guru, siswa dan
masyarakat mengenai bimbingan konseling; kedua faktor profesionalisme guru bimbingan dan
konseling; dan ketiga manajemen sekolah dan sarana pendukung. pemahaman siswa, guru dan
masyarakat Guru, siswa dan masyarakat hendaklah memiliki pemahaman yang sama mengenai
bimbingan dan konseling. Dengan adanya pemahaman yang sama maka pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh konselor dapat berjalan dengan baik. Namun dalam
banyak penelitian ditemukan adanya kesalahan pemahaman terkait dengan peran konselor dan juga
layanan bimbingan konseling di sekolah. Siswa sekolah memiliki persepsi negatif terhadap
layanan bimbingan dan konseling (Pratiwi & Muis, 2013).
Masyarakat sekolah juga masih menemukan kendala dalam pemahaman mengenai fungsi
dari BK dan kurangnya pemahaman ini akan berlanjut kepada kurangnya pemahaman dari pihak
orang tua atau wali. Orang tua yang tidak paham akan fungsi guru BK akan memperoleh
pengetahuan dari anaknya, yang juga mengalami masalah mispersepsi tentang peran BK. Hal ini
menambah mempersulit guru BK dalam membantu siswa dalam memecahkan masalahnya.
Namun apabila orang tua atau masyarakat umum memahami fungsi dari guru BK, maka bersama-
sama orang tua, guru mata pelajaran dan guru BK saling berdampingan untuk membantu anaknya
dalam menyelesaikan masalahnya secara mandiri. Dalam hal menyamakan persepsi dan
menghindari kesalahpahaman mengenai peran guru bimbingan dan konseling maka perlu juga
diberikan sosialisasi kepada pihak orang tua sebagai anggota masyarakat secara umum dan orang
tua atau wali dari siswa secara khusus.
Penelitian ini ditujukan kepada Guru BK dan siswa MTS Kifayatul Achyar untuk
memperluas pemahaman dan pengaplikasian BK dimasyarakat dan di Sekolah. Namun observasi
terhadap siswa tidak jadi dilaksanakan dikarenakan siwa MTS Kifayatul Achyar telah libur. Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai bk yang ada dilingkungan sekolah dilakukan
wawancara terhadap guru BK, dengan dimulai dari pertanyaan;
Di MTS Kifayatul Achyar ini memiliki ruangan khusus untuk program bimbingan konseling
sebagai sarana dan prasana yang mendukung kelancaran prosesnya. Pada program BK di Sekolah
ini tidak terdapat jam pelajaran khusus untuk BK namun siswa diberi kebebasan untuk datang
konseling ke guru BK. Cara guru bk membangun perasaan keterbukaan terhadap siswa dengan
dicari tahu terlebih dahulu apa permasalahan yang terjadi pada anak tersebut, salah satunya dengan
adanya informasi dari wali kelas yang disampaikan kepada guru bk dan kemudian guru BK
memanggil anak tersebut ke ruang bk untuk mengetahui persoalan apa yang sedang dialami. Atau
dengan menyampaikan kepada para siswa bahwa guru BK memfasilitasi untuk melakukan
bimbingan dan konseling secara terbuka, dan BK bisa dijadikan teman sharing, teman curhat agar
anak tidak takut dengan guru BK tersebut. Yang mana persepsi orang-orang bahwa BK itu
menyeramkan, BK itu hanya berurusan dengan anak-anak yang bandel saja, itu semua salah bahwa
sebaliknya diadakannya program BK disekolah bertujuan untuk mengayomi dan membantu anak-
anak dalam menyelesaikan permasalahan atau kesulitan yang sedang mereka alami. Prakteknya
BK ini dilakukan dengan kondisi sendiri, dan BK bukan hanya untuk anak yang bermasalah saja
namun dapat dilaksanakan untuk semua anak yang ingin mengutarakan keluh kesahnya.
Apakah ada perubahan sikap siswa setelah dilakukannya konseling kepada guru bk?
Ada perubahan setelah beberapa kali anak melakukan konseling kepada guru BK , ada timbal balik
dari si anak, yang terlihat dari sikap misalnya yang awalnya anak tersebut sering tidak sekolah
setelah melakukan konseling anak tersebut menjari rajin untuk datang kesekolah.
Masalah yang paling sering ditemukan disekolah ini yaitu pada bimbingan belajar, yang
diketahui dari buku chek masalah siswa ada yang terdapat 13 aspek : aspek pribadi, aspek sosial,
aspek belajar, aspek karir, aspek ekonomi, dsb. Dengan cara anak harus mengisi 13 aspek tsb
darisitu diketahuin anak tersebut menonjolnya di persoalan yang mana. Misalnya si anak jarang
sekolah, setelah diteliti ternyata dari faktor ekonomi yang kurang yang menjadi persoalan,
sehingga si anak tidak mempunyai ongkos untuk datang ke sekolah. Ekonomi siswa disekolah ini
rata-rat menengah ke bawah. Faktor ekonomi ini menjadi permasalahan yang mendominasi di
sekolah ini.
Peran bk disini yang berfungsi untuk mengetahui minat dan bakat siswa dengan cara dapat
dilihat dari perkembangan siswa melalui pelajaran Seni Kebudayaan dan Keterampilan (SBK)
setelah itu baru diarahkan oleh guru bk untuk melanjutkan ke arah mana anak tersebut ingin
mengembangkan bakatnya. Untuk anak yang mendapatkan nilai kecil sering kali diberi nasehat
agar tidak berkecil hati karena mereka mempunyai kemampuan di bidang seni atau yang lainnya
yang dapat mereka kembangkan, tidak hanya dapi nilai keseluruhan saja. Atau dari pelajaran pjok
dengan mengembangkan bakat di bidang Olahraga.
Guru BK sendiri harus bisa mengahadapi semua permasalahan karena sekolah itu
jantungnya adalah BK, maka dari guru BKnya juga harus bagus. Program bk disekolah ini
teragendakan dengan memiliki jadwal, mulai dari jadwal individu, perkelompok dll. Yang
dilakukan sebelum masuk ke kelas pelajaran akan tetapi prakteknya menjemput anak-anak yang
bermasalah dan memberi konselingnya di ruang BK. Sekolah ini juga sering mengadakan evaluasi
dan juga kuisioner, untuk mengukur sejauh mana siswa puas mengunjungi BK, dan sejauh mana
siswa mengetahui tentang BK. Kemudian juga diadakan evaluasi dengan guru-guru, dilakukan
survey kuisioner dan setelah itu dibuat laporan. Evaluasi dilakukan setiap 2 tahun sekali yang
berfungsi penilaian sekolah, membuat program yang lebih menarik dan mendukung
perkembangan BK disekolah ini.
KESIMPULAN
Penelitian ini ditujukan kepada MTS Kifayatul Achyar untuk mengetahui efektifitas program
bimbingan konseling yang dilaksanakan di Sekolah tersebut. Dengan mengidentifikasi masalah
masalah yang terdapat pada siswa MTS Kifayatul Achyar, dan bagaimana cara guru BK
menangani permasalahan tersebut. pemahaman siswa, guru dan masyarakat Guru, siswa dan
masyarakat hendaklah memiliki pemahaman yang sama mengenai bimbingan dan konseling.
Dengan adanya pemahaman yang sama maka pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang
dilakukan oleh konselor dapat berjalan dengan baik. Orang tua yang tidak paham akan fungsi guru
BK akan memperoleh pengetahuan dari anaknya, yang juga mengalami masalah mispersepsi
tentang peran BK. Cara guru bk membangun perasaan keterbukaan terhadap siswa dengan dicari
tahu terlebih dahulu apa permasalahan yang terjadi pada anak tersebut, salah satunya dengan
adanya informasi dari wali kelas yang disampaikan kepada guru bk dan kemudian guru BK
memanggil anak tersebut ke ruang bk untuk mengetahui persoalan apa yang sedang dialami. Yang
mana persepsi orang-orang bahwa BK itu menyeramkan, BK itu hanya berurusan dengan anak-
anak yang bandel saja, itu semua salah bahwa sebaliknya diadakannya program BK disekolah
bertujuan untuk mengayomi dan membantu anak-anak dalam menyelesaikan permasalahan atau
kesulitan yang sedang mereka alami. Prakteknya BK ini dilakukan dengan kondisi sendiri, dan BK
bukan hanya untuk anak yang bermasalah saja namun dapat dilaksanakan untuk semua anak yang
ingin mengutarakan keluh kesahnya.

SARAN
1) Saran yang pertama adalah lebih meningkatkan kualitas pelayanan bimbingan konseling di
sekolah yang dilaksanakan secara profesional
2) Diadakannya evaluasi selama 3 bulan sekali barang kali ada anak yang tidak berani
mengungkapkan secara langsung, maka anak itu akan menunggu saat kuisioner itu
diadakan.
DAFTAR PUSTAKA
Willis, Sofyan S. 2004. Konseling individual,Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.
Prayitno. 1997. Pelayanan Bimbingan dan Konseling (SLTP). Jakarta: PT. Bina
Sumber Daya MIPA.
Dewa Ketut Sukardi. (1985). Pengantar Teori Konseling Cetakan ke II. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Suhertina, 2008. Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Pekanbaru:
Suska Press.
LAMPIRAN
Dokumentasi Sekolah

Dokumentasi Ruang BK

Dokumentasi saat Wawancara


Dokumentasi bersama Guru BK

Anda mungkin juga menyukai