Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN BIMBINGAN KONSELING

DI SDIT MAWADDAH DEPOK

Disusun untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester

Mata Kuliah Manajemen Bimbingan Konseling

Dosen Pembimbing:

Elis Trisnawati, S.Si., M.Pd

Oleh:

Herriyati (18.02.0026)

Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Qudwah

2018
MANAJEMEN BIMBINGAN KONSELING

DI SDIT MAWADDAH DEPOK

Abstrak
Bimbingan dan konseling (BK) merupakan sebuah layanan untuk
membantu peserta didik secara perorangan/individu maupun kelompok agar dapat
hidup mandiri dan dapat mengembangkan diri secara optimal dalam bimbingan
secara pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung berdasarkan norma yang berlaku. Ada empat macam materi
bimbingan konseling (BK) di sekolah dasar yaitu bimbingan pribadi, bimbingan
sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier. Tujuan dari penulisan artikel ini
adalah untuk mengetahui bagaimanakah manajemen bimbingan konseling (BK)
yang dilaksanakan di SDIT Mawaddah, dan untuk mengetahui seberapa efektif
bimbingan konseling yang dilakukan terhadap hasil prestasi peserta didik yang
mengalami permasalahan belajar.
Kata Kunci: manajemen, bimbingan konseling (BK)

Abstract
Guidance and counseling (BK) is a service to help individual learners /
individuals and groups in order to live independently and can develop themselves
optimally in the guidance of personal, social, learning and career through various
types of services and support activities based on prevailing norms . There are four
kinds of counseling guidance material (BK) in primary school that is personal
guidance, social guidance, tutoring, and career guidance. The purpose of writing
this article is to find out how the counseling management guidance (BK)
implemented in SDIT Mawaddah, and to find out how effective counseling
guidance conducted on the achievement of learners who experience learning
problems.
Keywords: management, counseling guidance (BK)
PENDAHULUAN
Pembentukan sumber daya manusia yang berkompetensi dan mampu
bersaing di era globalisasai seperti saat ini sangat diperlukan, salah satu caranya
adalah melalui peningkatan kualitas pendidikannya. Institusi pendidikan dalam hal
ini adalah sekolah, memiliki tanggung jawab untuk membantu peserta didik agar
berhasil dalam proses belajarnya. Untuk itu sekolah hendaknya memberikan
layanan bantuan kepada peserta didik untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan yang terjadi di dalam dirinya. Menurut Suwarno (2006:23) layanan
yang sesuai untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah yang dihadapinya
adalah layanan bimbingan dan konseling (BK).
Bimbingan dan konseling (BK) merupakan sebuah layanan untuk
membantu peserta didik secara perorangan/individu maupun kelompok agar dapat
hidup mandiri dan dapat mengembangkan diri secara optimal dalam bimbingan
secara pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung berdasarkan norma yang berlaku yaitu SK Mendikbud No.
025/D/1995. Bimbingan konseling (BK) ini sangat diperlukan dalam dunia
pendidikan karena berfungsi untuk menangani pembinaan kepribadian peserta
didiknya. Bimbingan konseling (BK) penting dilaksanakan karena banyaknya
kasus kenakalan dan juga kriminalitas yang dilakukan oleh peserta didik, yang
dapat mengakibatkan perkembangan akademis, pribadi maupun hubungan sosial
mereka menjadi terhambat.
Bimbingan konseling (BK) yang dilaksanakan di SDIT Mawaddah
dilakukan oleh guru kelas. Layanan BK ini merupakan proses bantuan khusus
yang diberikan guru kelas kepada peserta didiknya dengan memperhatikan
kemungkinan-kemungkinan dan juga kenyataan tentang kesulitan yang dihadapi
dalam mengembangkan diri secara optimal sehingga dapat memahami dan
mengarahkan dirinya sendiri,serta dapat bertindak sesuai dengan keadaan dan
tuntutan lingkungan baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun
lingkungan masyarakat.
Paparan di atas menunjukkan bahwa selain mengajar, guru kelas juga
bertanggung jawab untuk memberikan layanan BK bagi seluruh peserta didiknya
karena guru kelas berada bersama siswa setiap hari sehingga guru kelas lebih
memahami perkembangan peserta didiknya. Oleh karena itu, guru kelas
merupakan pembimbing, pengasuh, dan pendidik utama bagi peserta didiknya.
Layanan bimbingan konseling (BK) di SDIT Mawaddah kurang terlaksana
dengan baik karena beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurang
berhasilnya layanan BK di SDIT Mawaddah diantaranya adalah tidak tersedianya
konselor di sekolah, data pendukung seperti administrasi BK tidak tertib
dikerjakan, sikap guru kelas yang kurang aktif (bereaksi setelah muncul masalah),
serta kurang maksimalnya guru kelas dalam memberikan layanan BK karena
tugas dan tanggung jawab guru kelas yang sarat akan beban seperti tugas
seperangkat administrasi yang harus dikerjakan.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lapangan, terdapat beberapa
siswa di kelas V SDIT Mawaddah yang mengalami kesulitan belajar. Gejala-
gejala yang menandai terjadinya kesulitan belajar ini diantaranya siswa lamban
menyelesaikan tugas, kurang antusias dalam mengerjakan soal di papan tulis, nilai
prestasi banyak yang dibawah KKM, serta gejala emosional yang tidak wajar
seperti pemurung, melamun di kelas, mudah tersinggung dan pemarah dalam
menghadapi sesuatu. Jika dibiarkan, hal ini dapat mempengaruhi prestasi belajar
peserta didik di SDIT Mawaddah, oleh karena itu pendidik dalam hal ini adalah
guru kelas wajib memberikan layanan yang dapat membantu permasalahan
tersebut yaitu dengan cara mengadakan layanan bimbingan konseling (BK).
Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah
manajemen bimbingan konseling (BK) yang dilaksanakan di SDIT Mawaddah,
dan untuk mengetahui seberapa efektif bimbingan konseling yang dilakukan
terhadap hasil prestasi peserta didik yang mengalami permasalahan belajar.
Manfaat dari penelitian ini ada dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat
praktis. Manfaat teoritisnya yaitu sebagai tambahan wawasan ilmiah dan juga
sebagai referensi dalam melaksanakan manajemen BK di Sekolah Dasar,
sedangkan manfaat praktisnya yaitu bagi kepala sekolah dapat meningkatkan
peran sertanya sebagai manajer sekolah sehingga dapat melaksanakan fungsi-
fungsi BK dengan lebih professional. Bagi guru kelas dapat digunakan sebagai
masukan dalam meningkatkan layanan BK dengan memperhatikan model dan
juga strategi yang digunakan.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam meneliti manajemen BK di
SDIT Mawaddah ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut
Sugiyono (2008:9) adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, penelitian ini digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah. Peneliti menggunakan metode kualitatif karena ingin mendapatkan data
mendalam yaitu data yang pasti yang merupakan nilai balik dari data yang
tampak.
Sumber data dalam penelitian ini adalah kepala SDIT Mawaddah, guru
kelas V SDIT Mawaddah, data siswa kelas V yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan guru kelas V SDIT Mawaddah. Teknik pengumpulan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan juga studi dokumentasi.
Analisis data yang dilakukan peneliti menggunakan model yang sama dengan
Sugiyono (2008:246) yaitu model Miles dan Huberman yang meliputi reduksi
data, penyajian data, dan juga penarikan kesimpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Memahami karakteristik peserta didik dan membantu perkembangan sosial
serta kepribadian peserta didik adalah salah satu cmtoh tanggung jawab yang
harus diemban oleh guru sekolah dasar. Tanggung jawab ini semakin
menumbuhkan kebutuhan akan adanya bimbingan yang terorganisir seperti
layangan bimbingan konseling atau BK.
Soetopo (dalam Nasihin 2012:215) menyebutkan bahwa program layanan
bimbingan konseling (BK) focus memperhatikan permasalahan peserta didik
dalam rangka pengembangan potensi dirinya. Sejalan dengan Soetopo, Mortensen
& Scmuller (dalam Juntika 2011:7) juga menyebutkan bahwa layanan BK dapat
digunakan oleh tenaga ahli untuk membantu pengembangan kemampuan dan
potensi peserta didik. Pengembangan potensi yang dimaksud menurut Kartadinata
(2011:8) adalah pengembangan aspek-aspek perkembangan dan belajar peserta
didik. Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa layanan bimbingan
konseling (BK) merupakan salah satu bentuk layanan pemdampingan peserta
didik dalam rangka mengembangkan potensi dirinya.
Ada empat macam materi bimbingan konseling (BK) di sekolah dasar
menurut Adhiputra (2013:33), materi tersebut yaitu bimbingan pribadi, bimbingan
sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier. Bimbingan pribadi merupakan
layanan BK yang bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan,
mengenal, dan mengembangkan pribadi yang beriman serta bertaqwa kepada
Tuhan YME. Selain itu peserta didik juga diharapkan untuk mampu hidup secara
mandiri, aktif, kreatif, serta sehat jasmani dan rohaninya.
Pola penyelenggaraan layanan bimbingan konseling (BK) oleh guru kelas
menurut Prayitno (1997:156) ada empat yaitu:
1. Pola Infusi
Pola infuse adalah pola layanan BK dengan cara memasukkan materi
BK ke dalam mata pelajaran tertentu. Contoh dalam pelajaran Bahasa
Indonesia atau PKn diselipkan materi BK tentang sopan santun atau tata
krama, dalam pelajaran IPA, PKn, atau Bahasa Indonesia diselipkan materi
tentang kesehatan, kebersihan, dan keindahan lingkungan.
2. Pola Layanan Khusus
Pola layanan khusus adalah layanan BK melalui jenis-jenis layanan dan
kegiatan pendukung. Jenis-jenis layanan yang dimaksud yaitu orientasi,
informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, konseling
individu, bimbingan kelompok, mediasi, dan konsultasi, sedangkan yang
termasuk kegiatan pendukung yaitu aplikasi instrumentasi, himpunan data,
konferensi kasus, kunjungan rumah, dan alih yangan kasus.
3. Pola Alih Tangan Kasus
Pola alih tangan kasus yaitu layanan BK yang mengalih-tangankan
penanganan kasus kepada pihak lain yang lebih ahli seperti psikolog.
4. Pola Ekstrakurikuler
Pola ekstrakurikuler yaitu layanan BK di luar kegiatan belajar mengajar
dan tanpa melalui jenis layanan/pendukung tertentu seperti upacara bendera,
studi wisata, jam istirahat, dll.
Tujuan layanan BK menurut Sagala (2011:229) meliputi kebahagiaan
peserta didik, kehidupan yang efektif dan produktif, kesanggupan hidup bersama
orang lain, dan keserasian cita-cita dengan kemampuan yang dimilikinya. Berbeda
dengan Sagala, The American School Counselor Association atau ASCA (dalam
Glading 2012:481) menyebutkan bahwa tujuan BK secara umum adalah
mendukung misi sekolah dengan menekankan aspek orestasi akademik,
perkembangan pribadi dan sosial, serta perencanaan karier di masa depan. Dari
paparan di atas dapat dipahami bahwa tujuan dari layanan BK adalah agar peserta
didik mampu memahami dirinya sendiri dan mengatasi masalah yang dihadapinya
sehingga mereka dapat mengembangkan potensi yang dimiliki.
Tujuan-tujuan BK tersebut dapat tercapai apabila ada koordinasi yang baik
antarapeserta didik, guru, staff sekolah, konselor, dan pihak lain di luar sekolah
seperti orang tua dan juga psikolog. Arikunto dan Yulia (2012:37) menambahkan
bahwa kita harus melaksanakan fungsi-fungsi manajemen apabila akan mencapai
tujuan-tujuan BK tersebut.
Pelaksana layanan BK di sekolah dasar yang utama adalah guru kelas.
Guru SD diharapkan untuk memiliki kemampuan untuk memahami dan memiliki
keterampilan dalam melaksanakan layanan BK. Hal ini sesuai dengan pendapat
Winkel dan Hastuti (2007:139) yang menerangkan bahwa tenaga yang memegang
oeranan kunci BK di Sd adalah guru kelas. Selain itu, Gibson dan Mitchel (dalam
Usman 2011:7) juga menerangkan bahwa peran vital guru kelas adalah sebagai
pendidik, pengajar, dan pembimbing karena guru bukan hanya memperhatikan
perkembangan akademik peserta didiknya saja tetapi juga perkembangan sikap
dan perilaku siswa yang dinilai dari layanan BK.
Layanan BK mengelompokkan permasalahan siswa dalam empat kategori
yaitu permasalahan pribadi, permasalahan sosial, permasalahan belajar, dan juga
permasalahan karier. Yang termasuk dalam problematika pribadi dan sosial
menurut Yusuf dan Nurihsan (2010:28) antara lain malas shalat, kurang disiplin
menjaga kebersihan, belum mampu menghormati dan menghargai orang tua, dan
kurang bangga dengan diri sendiri. Yang termasuk problem akademik atau belajar
siswa adalah kedisiplinan dan juga kemandirian belajar. Hal ini sesuai dengan
pendapat Mua’wanah dan Hidayah (2012:27) yang menyatakan bahwa yang
termasuk permasalahan belajar peserta didik yang umum ditemui diantaranya
malas mengerjakan tugas atau PR, terlambat masuk kelas, kurang memperhatikan
pelajaran, tidak masuk tanpa izin, bermain saat diskusi, lupa membawa alat tulis
atau buku, dll. Sedangkan yang termasuk dalam problematika karier menurut
Natan dan Hill (2006:17) adalah ketidaktahuan tentang apa yang akan dan harus
dilakukan.
Manajemen BK diperlukan untuk menghasilkan layanan BK yang baik.
System manajemen adalah fungsi-fungsi manajemen dan administrasi dalam
pelaksanaannya. Unsur manajemen BK yang harus ada dalam pelaksanaan
layanan BK antara lain rencana program kerja dan jadwal kegiatan, data sebagai
dasar pemberian layanan, strategi pelaksanaan, dan juga penanggung jawab
layanan BK. Hal ini sesuai dengan pendapat ASCA (2012:45) yang menyatakan
bahwa:
This section addressed the when (action plan and calendar), why (use of
data), who will implement (management agreement), and on what
authority (management agreement and advisory council) the school
counseling program delivery.
Manajemen BK menurut Sukardi dan Kusmawati (2008:6) terdiri dari
penyusunan program, pelaksanaan program, pelaksanaan evaluasi, analisis hasil
pelaksanaan, dan juga pelaksanaan tindak lanjut. Hamper sama dengan Sukardi
dan Kusmawati, Nurihsan dan Sudianto (2005:29) berpendapat bahwa manajemen
layanan BK terdiri dari perencanaan program dan waktu pelaksanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, administrasi layanan BK, penanganan peserta
didik, pemanfaatan fasilitas, serta pengarahan, supervise, dan penilaian. Dari
beberapa pendapat di atas, dapat dipahami bahwa layanan manajemen yang ada
saat ini belum memiliki pola manajemen yang jelas karena baru menekankan pada
aspek manajemen program saja dan belum memperhatikan aspek kepemimpinan
dan pengajaran.
Manajemen menurut Harsey & Blanchard (dalam mulyati & Komariah
2012:86) adalah upaya untuk mencapai tujuan melalui kepemimpinan. Aspek
utama yang harus dilakukan dalam manajemen pendidikan menurut Fattah
(2011:13) adalah perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling).
Problematika atau permasalahan yang sering ditemui pada siswa kelas V
SDIT Mawaddah adalah permasalahan sosial, dan belajar. Permasalahan sosial
yang sering dilakukan peserta didik diantaranya: bertengkar dengan teman, kurang
sopan dengan orang tua atau guru, dan berbicara kotor, sedangkan permasalahan
belajar yang sering dilakukan siswa antara lain malas mengerjakan tugas atau PR,
lambat menyelesaikan tugas, kurang memperhatikan pelajaran, tidak masuk tanpa
izin, bermain saat diskusi, dan lupa membawa alat tulis atau buku pelajaran.
Permasalahan yang dialami peserta didik tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor
yang berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri seperti kelelahan (kelelahan
jasmani maupun kelelahan rohani), faktor jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), dan
juga faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,
keterampilan, dan kesiapan belajar). Sedangkan faktor ekstern yaitu faktor yang
berasal dari luar diri peserta didik seperti milsalnya keadaan lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat yang ada di sekitarnya.
Manajemen BK yang ada di SDIT Mawaddah oleh guru kelas V
dilaksanakan dengan pola infusi yaitu dengan cara memasukkan materi BK ke
dalam pembelajaran. Guru selalu menanamkan pendidikan karakter seperti saling
menghargai, menghormati, dan disiplin saat melakukan kegiatan pembelajaran.
Dengan diselipkannya pendidikan karakter tersebut siswa menjadi paham dengan
sikap apa yang harus dilakukan kepada orang lain seperti dengan teman, orang tua
dan juga gurunya.
Ada beberapa jenis layanan BK yang diberikan guru kelas V SDIT
Mawaddah untuk mengatasi kesulitan peserta didiknya, layanan BK tersebut yaitu
layanan konseling individual, layanan konseling teman sebaya, dan kolaborasi
antara orang tua dan siswa/murid.
Layanan BK di SDIT Mawaddah dilaksanakan secara terprogram dan juga
incidental. Layanan secara terprogram dilakukan setiap bulan sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan, sedangkan layanan secara insidental dilakukan
secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan siswa. Layanan secara terprogram
dilakukan guru setiap bulan untuk memantau perkembangan prestasi peserta didik
dengan melihat daftar nilai yang dikumpulkan melalui nilai harian dan nilai
ulangannya. Sedangkan layanan incidental dilakukan guru pada saan ada peserta
didik yang kesulitan mengerjakan tugas atau mendapatkan nilai di bawah KKM.
Layanan BK yang dilakukan guru kelas V SDIT Mawaddah sudah sesuai
dengan manajemen BK menurut Sukardi dan Kusmawati (2008:6) yaitu yang
terdiri dari penyusunan program, pelaksanaan program, pelaksanaan evaluasi,
analisis hasil pelaksanaan, dan juga pelaksanaan tindak lanjut.
Setelah dilakukan layanan BK oleh guru kelas ternyata ada peningkatan
prestasi peserta didik yang diberi layanan BK. Peningkatan tersebut dapat dilihat
dari hasil prestasi belajarnya yaitu nilai harian dan nilai ulangannya, ketepatan
waktu menyelesaikan tugas, daya konsentrasi saat mengikuti pembelajaran di
kelas.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka dapat ditarik
beberapa simpulan terhadap manajemen BK di SDIT Mawaddah, simpulan
tersebut antara lain:
1. Kesulitan belajar yang dialami siswa kelas V SDIT Mawaddah seperti
lambat mengerjakan tugas, gangguan dalam belajar, dan pencapaian nilai
yang rendah berasal dari faktor dari dalam diri siswa (faktor intern) dan juga
faktor dari luar diri siswa (faktor ekstern).
2. Ada beberapa jenis layanan BK yang diberikan guru kelas V SDIT
Mawaddah untuk mengatasi kesulitan peserta didiknya, layanan BK tersebut
yaitu layanan konseling individual, layanan konseling teman sebaya, dan
kolaborasi antara orang tua dan siswa/murid.
3. Layanan BK yang diberikan guru kelas V SDIT Mawaddah dilaksanakan
dengan pola infusi yaitu dengan memasukkan materi BK ke dalam
pembelajaran.
4. Layanan BK yang dilakukan oleh guru kelas V di SDIT Mawaddah
dilaksanakan secara terprogram dan juga incidental.
5. Ada peningkatan prestasi peserta didik yang diberi layanan BK oleh guru
kelas karena ada masalah kesulitan belajar. Peningkatan tersebut dapat
dilihat dari hasil prestasi belajarnya yaitu nilai harian dan nilai ulangannya,
ketepatan waktu menyelesaikan tugas, daya konsentrasi saat mengikuti
pembelajaran di kelas.

Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, maka pelaskanaan layanan
BK di SDIT Mawaddah dalam rangka mengatasi kesulitan belajar peserta didik
perlu dilakukan dengan lebih serius. Guru harus mampu berperan sebagai
informan, organisator, motivator, director, inisiator, transmitter, fasilitator,
mediator, dan juga evaluator dalam kegiatan BK. Pelaksanaan layanan BK ini
perlu dipersiapkan secara optimal yaitu dengan cara menyiapkan materi-materi
BK terbaru dan sesuai dengan karakteristik siswa yang diberi layanan BK agar
memperoleh hasil yang maksimal pula.
DAFTAR PUSTAKA

Adhiputa, Ngurah, Agung, Anak, Bimbingan Dan Konseling, Aplikasi Di Sekolah


Dasar Dan Taman Kanak-Kanak, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013)
Arikunto, Suharsimi dan Yulia, Lia. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya
Media, 2012.
Fattah, Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011.
Gladding, Samuel T. Konseling: Profesi yang Menyeluruh. Winarno & Lilian
Yuwono (terj.). Jakarta: Indeks, 2012.
Mua’wanah, Elfi dan Hidayah, Rifa. Bimbingan dan Konseling Islami di Sekolah
Dasar. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Mulyati, Yati Siti dan Komariah, Aan. “Manajemen Sekolah” dalam Manajemen
Pendidikan, ed. Riduwan. Bandung: Alfabeta, 2012.
Nasihin, Sukarti dan Sururi. “Manajemen Peserta Didik” dalam Majemen
Pendidikan, ed. Riduwan. Bandung: Alfabeta, 2012.
Nathan, Robert dan Hill, Linda. Career Counseling. California: SAGE
Publication, 2006.
Nurihsan, Achmad Juntika. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan. Bandung: Refika Aditama, 2011.
Prayitno. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sekolah Dasar, (Padang: PT. Ikrar
Mandiri Abadi,1997)
Sagala, Syaiful. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung: Alfabeta, 2011.
Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2006), 23.
Sugiyono. 2008.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung.
Alfabeta
Sukardi, Dewa Ketut dan Kusmawati, Desak Nila. Proses Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011.
Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, A. Juntika. Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung, Remaja Rosda Karya dan UPI, 2010.

Anda mungkin juga menyukai