Anda di halaman 1dari 7

Tugas Resume

Bimbingan dan Konseling

Nama : Wittrina Dewi

Nim : 19129303

Seksi : 202111270106

Dosen Pengampu : Drs. Taufik M.Pd, Kons

Jenis-Jenis Layanan Bimbignan Dan Konseling Komprehensif.

A. Pengertian Layanan Dasar Bimbingan


Layanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh peserta didik melalui
kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok, yang disajikan secara
sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-
tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian) yang diperlukan
dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani
kehidupannya.
Penggunaan instrumen asesmen perkembangan dan kegiatan tatap muka terjadwal di kelas sangat
diperlukan untuk mendukung implementasi komponen ini. Asesmen kebutuhan diperlukan untuk
dijadikan landasan pengembangan pengalaman terstruktur yang disebutkan tersebut.
1. Tujuan Layanan Dasar Layanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh
perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan
dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu siswa agar mereka dapat mencapai tugas-
tugas perkembangannya.
Menurut Vivi Lutfiyani (2017: 373-376) tujuan layanan dasar bimbingan adalah membantu
seluruh siswa dalam mengembangkan keterampilan dasar untuk kehidupan. Layanan dasar
Bimbingan dan Konseling komprehensif memiliki cakupan dan urutan bagi pengembangan
kompetensi siswa. Layanan yang diberikan dapat berupa bimbingan kelas dan bimbingan
kelompok.
Secara rinci tujuan layanan ini dapat dirumuskan sebagai upaya untuk membantu siswa agar
(a) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan,
sosial budaya dan agama), (b) mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi
tanggung jawab atau 7 seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan
lingkungannya, (c) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan (d)
mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya (Tri Pujiastuti,
2011).
2. Strategi Layanan Dasar
Layanan Dasar dapat berupa bimbingan klasikal atau kelompok dalam mengembangkan
konsep diri dengan meningkatkan pemahaman mereka tentang siapa saya dengan
mengkategorikan kekuatan, minat, dan kemampuan pribadi. Sedangkan dalam pengembangan
berinteraksi dengan orang lain bisa dilakukan dengan bimbingan kelompok seperti
permainan. Kemudian untuk mengembangkan pentingnya pertumbuhan dan perubahan dalam
diri guru dapat menjadi model. Siswa diajak menuliskan target apa yang diinginkan pada
setiap mata pelajaran.
a. Bimbingan Kelas Program yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak
langsung dengan para peserta didik dikelas. Secara terjadwal, konselor memberikan
pelayanan bimbingan kepada para peserta didik. Kegiatan bimbingan kelas ini bisa
berupa diskusi kelas atau brain storming (curah pendapat).
b. Bimbingan Kelompok Konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada peserta didik
melalui kelompok-kelompok kecil (5-10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk merespon
kebutuhan dan minat para peserta didik. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan
kelompok ini, adalah masalah yang bersifat umum (common problem) dan tidak rahasia,
seperti cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat menghadapi ujian dan mengelola stress.
c. Pelayanan Orientasi Pelayanan ini merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan
peserta didik dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, terutama
8 lingkungan sekolah/madrasah, untuk mempermudah atau memperlancar berperannya
mereka di lingkungan baru tersebut. Pelayanan orientasi ini biasanya dilaksanakan pada
awal program pelajaran baru. Materi pelayanan orientasi disekolah/madrasah biasanya
mencakup organisasi sekolah/madrasah, staf dan guru-guru, kurikulum, program
bimbingan dan konseling, program ekstrakulikuler, fasilitas atau sarana dan prasarana
dan tata tertib sekolah/madrasah.

B. Layanan Peminatan Dan Perencanaan Karir


Pengambilan Keputusan Karir Super (Tuti, Tjahjono dan Kartika, 2006) menyatakan bahwa
pengambilan keputusan karir adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan
pikirannya untuk membuat perencanaan karir. Peter M Blau (Sukardi, 1987) mengungkapkan
bahwa pembuatan atau pengambilan keputusan karir pada intinya penentuan pilihan. Penentuan
pilihan tersebut Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 “PENERAPAN PANDUAN
OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP) BIMBINGAN DAN KONSELING DI
SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI
BK DI ABAD 21 299 didasari oleh pengetahuan tentang pemahaman diri, pengetahuan
lingkungan yang efektif, pertimbangan kemandirian serta keinginan untuk mencari informasi.
Pemilihan karir merupakan salah satu tugas perkembangan remaja yang mengarahkan diri kepada
suatu tahap baru dalam kehidupan mereka, yaitu melihat posisi dalam menentukan ke arah mana
mereka akan menuju masa depan.
Langkah-langkah dalam pemberian layanan peminatan dan perencanaan individual khususnya
dalam arah peminatan karir sebagai berikut :
1. Pemberian informasi baik langsung maupun melalui media
2. Pengumpulan data tentang pilihan karir pasca SMA atau studi lanjut.
3. Memberikan layanan konsultasi, konseling individual atau
4. Membuat laporan tentang proses dan hasil layanan konsultasi.
5. pemberian layanan peminatan individual masuk perguruan tinggi
6. Pengumpulan data tentang pilihan program studi di Perguruan Tinggi
7. Penyelenggaraan “carrier day”.
8. Memberikan layanan konsultasi yang mengalami hambatan di dalam mengambil keputusan
tentang rencana studi lanjut.

Selain layanan dasar yang dapat diberikan oleh guru BK mengenai pengambilan keputusan karir
siswa sekolah menengah, juga dibutuhkannya kontribusi dari pihak sekolah agar nantinya siswa
dapat mengambil keputusan karir sesuai dengan yang diharapkan. Aspek-aspek kompetensi
pilihan karir yang digunakan dalam pengambilan keputusan karir menurut Crites (Kotsko, 2009)
yaitu penilaian diri (self appraisal) yang akurat, pengumpulan informasi pekerjaan (Gathering
Occupational Information), pemilihan tujuan (Goal Selection), rencana masa depan (Planing),
pemecahan masalah (Problem solving).

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan terhadap
pilihan karir studi yaitu faktor dari dalam individu dan faktor dari luar individu, antara lain: 10 a)
fakor-faktor yang bersumber pada diri individu, yaitu: kemampuan intelegensi, kepribadian,
prestasi, aspirasi dan pengetahuan sekolah serta pengetahuan tentang dunia kerja b) faktor-faktor
sosial, yaitu: jenis pekerjaan dan penghasilan orangtua, pendidikan tertinggi orangtua, status
sosial ekonomi keluarga, harapan orangtua terhadap pendidikan anak, pekerjaan yang
didambakan orangtua terhadap anaknya (Sukardi, 1987).

C. Layanan Responsif Layanan


Responsif merupakan pemberian bantuan kepada peserta didik yang menghadapi kebutuhan dan
masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat
menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. Konseling
indiviaual, konseling krisis, konsultasi dengan orangtua, guru, dan alih tangan kepada ahli lain
adalah ragam bantuan yang dapat dilakukan dalam layanan responsif.
1. Konseling Individual dan Kelompok
Pemberian pelayanan konseling ini ditujukan untuk membantu peserta didik yang mengalami
kesulitan, mengalami hambatan dalam mencapai tugas- tugas perkembangannya. Melalui
konseling, peserta didik (konseli) dibantu untuk mengidentifikasi masalah, penyebab
masalah, penemuan alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih
tepat. Konseling ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok
2. Referal (Rujukan atau Alih Tangan)
Apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah konseli,
maka sebaiknya dia mereferal atau mengalih tangankan konseli kepada pihak lain yang lebih
berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian. Konseli yang sebaiknya
direferal adalah mereka yang memiliki masalah, seperti mempunyai niat untuk bunuh diri,
depresi, tindak kejahatan (kriminalitas), kecanduan narkoba, dan penyakit kronis.
3. Kolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas
Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka 11 memperoleh informasi
tentang peserta didik (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya), membantu
memecahkan masalah peserta didik, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat
dilakukan oleh guru mata pelajaran. Aspekaspek itu di antaranya: memahami karakteristik
peserta didik yang unik dan beragam, menandai peserta didik yang diduga bermasalah,
membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar melalui program remedial.
4. Kolaborasi dengan Orang tua Konselor perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua
peserta didik. Kerjasama ini penting agar proses bimbingan terhadap peserta didik tidak
hanya berlangsung di sekolah/madrasah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui
kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar
pikiran antar konselor dan orang tua dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik atau
memecahkan masalah yang mungkin dihadapi peserta didik.
5. Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah/madrasah
Yaitu berkaitan dengan upaya sekolah/madrasah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-
unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu pelayanan bimbingan.
6. Konsultasi
Konselor menerima pelayanan konsultasi bagi guru, orang tua, atau pihak pimpinan
sekolah/madrasah yang terkait dengan upaya membangun kesamaan persepsi dalam
memberikan bimbingan kepada para peserta didik, menciptakan lingkungan
sekolah/madrasah yang kondusif bagi perkembangan peserta didik, melakukan referal, dan
meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling.
7. Bimbingan Teman Sebaya Bimbingan teman sebaya ini adalah bimbingan yang dilakukan
oleh peserta didik terhadap peserta didik yang lainnya. Peserta didik yang menjadi
pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh konselor. Peserta didik yang
menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu peserta didik lain
dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun 12 non-akademik. Di
samping itu dia juga berfungsi sebagai mediator yang membantu konselor dengan cara
memberikan informasi tentang kondisi, perkembangan, atau masalah peserta didik yang perlu
mendapat pelayanan bantuan bimbingan atau konseling.
8. Konferensi Kasus Yaitu kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu
pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan
dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik itu. Pertemuan konferensi
kasus ini bersifat terbatas dan tertutup.
9. Kunjungan Rumah Yaitu kegiatan untuk memperoleh data atau keterangan tentang peserta
didik tertentu yang sedang ditangani dalam upaya mengentaskan masalahnya melalui
kunjungan ke rumahnya.

D. Layanan perencanaan individual


Layanan ini diartikan proses bantuan kepada peserta didik agar mampu merumuskan dan
melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman
akan kelebihan dan kekurangan dirinya serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang
tersedia di lingkungannya. Pemahaman peserta didik secara mendalam dengan segala
karakteristiknya, penafsiran hasil asesmen dan penyediaan informasi yang akurat sesuai dengan
peluang dan potensi yang dimiliki peserta didik amat diperlukan sehingga peserta didik mampu
memilih dan mengambil keputusan yang tepat di dalam mengembangkan potensinya secara
optimal, termasuk keberbakatan dan kebutuhan khusus peserta didik.
Berdasarkan Permendikbud No. 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada
pendidikan dasar dan menengah (BK-PDPM) sebagai dasar penyusunan operasional
penyelenggaraan bimbingan dan konseling menjelaskan menjelaskan peminatan adalah program
kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi pilihan minat, bakat, dan/atau kemampuan
pserta didik/ konseli 13 dengan orientasi pemusatan, perluasan, dan/atau pendalaman mata
pelajaran.
Layanan peminatan dan perencanaan individual dapat diberikan bersamaan dengan penerimaan
peserta didik baru atau setelah diterima atau minggu pertama tahun pelajaran baru. Tujuan
layanan peminatan dan perencanaan individual membantu konseli agar memiliki pemahaman
tentang diri dan lingkungannya, mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan
terhadap perkembangn dirinya, baik mennyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
selain itu agar konseli dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana
yang telah dirumuskan.
Meskipun peminatan dan perencanaan individual ditujukan untuk seluruh peserta didik atau
konseli, layanan yang diberikan lebih bersifat individual karena didasarkan atas perencanaan,
tujuan dan keputusan yang ditentukan oleh masingmasing peserta didik atau konseli.
a. Fokus pengembangan layanan peminatan dan perencanaan individual, meliputi; Pemberian
informasi program peminatan
b. Melakukan pemetaan dan penetapan peminatan peserta didik (pengumpulan data, analisis
data, interpretasi hasil analisis data dan penetapan peminatan)
c. Layanan pilihan kelompok mapel; bidang, program, paket keahlian
d. Layanan lintas minat
e. Layanan pendalaman minat
f. Layanan pindah minat
g. Pendampingan dilakukan melalui bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, konseling
individual, konseling kelompok, dan konsultasi
h. Pengembangan dan penyaluran
i. Evaluasi dan tindak lanjut

E. Dukungan Sistem Keempat


Komponen diatas, merupakan pemberian layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik
secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen layanan dan kegiatan
manajemen, tata kerja, infra struktur (misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi) dan
pengembangan kemampuan 14 profesional konselor secara berkelanjutan yang secara tidak
langsung memberikan bantuan kepada peserta didik atau memfasilitasi kelancaran perkembangan
peserta didik.
1. Pengembangan Profesi Konselor secara terus menerus berusaha untuk meng-update
pengetahuan dan keterampilannya melalui in-service training, aktif dalam organisasi profesi,
aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti seminar dan workshop atau melanjutkan studi
ke program yang lebih tinggi.
2. Manajemen Program Program pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan
tercipta, terselenggara dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem manajemen yang
bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Oleh karena itu,
bimbingan dan konseling harus ditempatkan sebagai bagian terpadu dari seluruh program
sekolah/madrasah dengan dukungan wajar dalam aspek ketersediaan sumber daya manusia
(konselor), maupun sarana dan pembiayaan.
3. Riset dan Pengembangan Strategi melakukan penelitian mengikuti kegiatan profesi dan
mengikuti aktifitas peningkatan profesi serta kegiatan pada organisasi profesi. Dukungan
sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantabkan, memelihara, dan
meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan professional;
hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/ penasehat, masyarakat yang
lebih luas; manajemen program; penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990).

Anda mungkin juga menyukai