Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
c. Layanan Responsif
Layanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada peserta didik
yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan
segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam
proses pencapaian tugas-tugas perkembangan
Layanan responsif bertujuan untuk membantu konseli yang sedang
mengalami masalah tertentu menyangkut perkembangan pribadi,sosial, belajar,
dan karir. Bantuan yang diberikan bersifat segera, karena dikhawatirkan dapat
menghambat perkembangan dirinya dan berlanjut ke tingkat yang lebih serius.
Hasil dari layanan ini, konseli diharapkan dapat mengalami perubahan pikiran,
perasaan, kehendak, atau perilaku yang terkait dengan perkembangan pribadi,
sosial, belajar, dan karir.
Fokus layanan responsif adalah pemberian bantuan kepada konseli yang
secara nyata mengalami masalah yang mengganggu perkembangan diri dan secara
potensial menghadapi masalah tertentu namun dia tidak menyadari bahwa dirinya
memiliki masalah. Masalah yang dihadapi dapat menyangkut ranah pribadi,
sosial, belajar, atau karir. Jika tidak mendapatkan layanan segera dari Konselor
atau Guru Bimbingan dan Konseling maka dapat menyebabkan konseli
mengalami penderitaan, kegagalan, bahkan mengalami gangguan yang lebih
serius atau lebih kompleks. Masalah konseli dapat berkaitan dengan berbagai hal
yang dirasakan mengganggu kenyamanan hidup atau menghambat perkembangan
diri konseli, karena tidak terpenuhi kebutuhannya, atau gagal dalam mencapai
tugas-tugas perkembangan.
e. Dukungan Sistem
Dukungan sistem merupakan komponen layanan dan kegiatan manajemen,
tata kerja, infra struktur (misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi) dan
pengembangan kemampuan profesional konselor secara berkelanjutan yang
secara tidak langsung memberikan bantuan kepada peserta didik atau
memfasilitasi kelancaran perkembangan peserta didik.
Komponen program dukungan sistem bertujuan memberikan dukungan
kepada konselor atau guru bimbingan dan konseling dalam memperlancar
penyelenggaraan komponen-komponen layanan sebelumnya dan mendukung
efektivitas dan efisiensi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling,
sedangkan bagi personel pendidik lainnya adalah untuk memperlancar
penyelenggaraan program pendidikan pada satuan pendidikan. Dukungan sistem
meliputi jaring, kegiatan manajemen, pengembangan keprofesian secara
berkelanjutan.
Berikut implementasi kegiatannya :
Pengembangan Profesi. Konselor secara terus menerus berusaha untuk meng-
update pengetahuan dan keterampilannya melalui in-service training, aktif
dalam organisasi profesi, aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti
seminar danworkshop atau melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi.
Manajemen Program. Program pelayanan bimbingan dan konseling tidak
mungkin akantercipta, terselenggara dan tercapai bila tidak memiliki suatu
sistem manajemen yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis,
dan terarah. Oleh karena itu, bimbingan dan konseling harus ditempatkan
sebagai bagian terpadu dari seluruh program sekolah/madrasah dengan
dukungan wajar dalam aspek ketersediaan sumber daya manusia (konselor),
maupun sarana dan pembiayaan.
Riset dan Pengembangan. Strategi melakukan penelitian mengikuti kegiatan
profesi dan mengikuti aktifitas peningkatan profesi serta kegiatan pada
organisasi profesi.
DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). (2007). Penataan Pendidikan
Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan
Formal, Departemen Pendidikan Nasional.
Hera Lestari Mikarsa dkk, (2007). Pendidikan Anak di SD, Universitas Terbuka.
Irman, M. & Wiyani, N.A. 2014. Bimbingan dan Konseling: Teori dan Aplikasi di Sekolah
Dasar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Rusmana, N. 2009. Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah (Metode, Teknik, dan
Aplikasi). Bandung: Rizqi.
Susanto, Ahmad. (2015). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rajawali Pers. Yusuf,
Syamsul, & Nurhasan, Juntika. (2014). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya