Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 2

Eksistensi BK di sekolah dan kedudukan BK di sekolah berdasarkan landasan


yuridis formal dan yuridis informal.

DISUSUN OLEH :
Anestra Putri Fauziah
22129012

DOSEN PEMBIMBING :
Soeci Izzati Adlya

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
1. Mind Maping
2. Penjelasan

A. Eksistensi BK di sekolah

Pendidik sangat memegang peranan penting agar proses pendidikan terhadap siswa di
sekolah berjalan maksimal dan optimal. Sebutan pendidik ini, tak hanya guru kelas dan guru
bidang studi, tetapi jugatermasuk didalamnya guru Bimbingan dan Konseling (BK) atau
seringkali disebut konselor. Melihat perjalanan BK di sekolah memang sama-sama kita akui
mengalami jalan yang bisa dikatakan berat.

Eksistensi BK pernah juga dipandang sebelah mata, sehingga bentuk kinerjanya tak
diapresiasi oleh beberapa pihak. Kualifikasi guru BK pun sempat dipertanyakan karena
adanya beberapa sekolah sekedar mengambil guruguru bidang studi yang secara garis
besarnya tak pernah memperoleh wawasan, kepengetahuan, dan keterampilan tentang BK.
Malah BK di sekolah pernah mendapatkan perhitungan tak positif dengan menyebut guru BK
sebagai “polisi sekolah”. Pekerjaan BK yang diidentikkan dengan “menghukumi” siswa-siswa
yang diperkirakan bermasalah menguatkan pernyataan itu. Padahal BK tak hanya berfungsi
mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa.

Peran guru BK di sekolah sangat penting. Proses pendidikan di sekolah tentu saja tak
sekadar memberikan materi pelajaran eksata maupun non-eksata dan mengasah
keterampilan, tetapi juga membangun kepribadian siswa dimanapun ia berada. Guru BK di
sekolah dapat memberikan layanan agar siswa memiliki konsep diri yang sangat jelas.

B. Kedudukan BK di sekolah berdasarkan landasan yuridis formal

Landasan Yuridis Formal (Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Permendikbud

No. 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling)

Setelah penantian yang cukup panjang akhirnya layanan BK di sekolah kini

telah memperoleh dasar legalitas yuridis formal yang lebih kokoh, yaitu dengan

hadirnya Permendikbud No. 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada

Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, yang ditandatangani oleh Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan per tanggal 8 Oktober 2014.

Permendikbud ini menjadi rujukan penting, khususnya bagi para Guru BK/

Konselor dalam menyelenggarakan dan mengadministrasikan layanan Bimbingan BK

di sekolah. Hal yang dianggap baru dari kehadiran Peraturan Menteri ini yaitu secara
resmi mulai diterapkannya pola Bimbingan dan Konseling Komprehensif,

sebagaimana disampaikan dalam Pasal 6 ayat 1 yang menyebutkan bahwa:

“Komponen layanan Bimbingan dan Konseling memiliki 4 (empat) program yang

mencakup:

(a) layanan dasar;

(b) layanan peminatan dan perencanaan individual;

(c) layanan responsif;

(d) layanan dukungan sistem”. (Minto Tulus, 2014)

Layanan Bimbingan dan Konseling diselenggarakan secara terprogram

berdasarkan asesmen kebutuhan (need assesment) yang dianggap penting (skala

prioritas) dilaksanakan secara rutin dan berkelanjutan (scaffolding). Semua peserta

didik harus mendapatkan layanan bimbingan dan konseling secara terencana, teratur,

dan sistematis serta sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu, Konselor atau Guru

Bimbingan dan Konseling dialokasikan jam masuk kelas selama 2 ( dua ) jam

pembelajaran per minggu setiap kelas secara rutin terjadwal.

C. Landasan Yuridis Informal (Psikologis, Sosial, IPTEK, dan Globalisasi).

1. Landasan Psikologis

Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan

pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan.

Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu

dikuasai oleh konselor adalah tentang :

(a) Motif dan motivasi;

(b) Pembawaan dan lingkungan,

(c) Perkembangan individu;

(d) Belajar; dan

(e) Kepribadian.

2. Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan

pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan

sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada

dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak

lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku

sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya.

3. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang

memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya.

Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis

dengan menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis

dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam

bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.

4. Landasan Globalisasi

Landasan ini berhubungan dengan eksistansi guru BK untuk menjadikan anak

didiknya sebgai anak didik yang berlandasan dan mengikuti globalisasi. Namun

landasan globalisasi ini juga dapat menghambat atau memantau siswa agar tidak

terbawa akan arus globalisasi yang isfatnya dapat merusak peserta didiknya. Karena

peserta didik yang masih duduk dikalangan sekolah dapat dengan mudah terpengaruh

dengan perkembangan globalisasi.


DAFTAR PUSTAKA

Afifudin.(2012). Bimbingan dan Konseling. Bandung:CV.PUSTAKA SETIA.

Anas Salahudin.2012.Bimbingan & Konseling.Bandung: CV.PUSTAKA


SETIA.

Aqib Zainal. (2012). Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung:


YRAMA WIDYA

Andi Prastowo.2010. Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data


Penelitian Kualitatif.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif: Komunikasi,Ekonomi, Kebijakan


publik dan ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai