Anda di halaman 1dari 13

PROFESI GURU BK ATAU KONSELOR DAN

TANTANGANNYA

Oleh:
Ajeng Gustiani Putri 19130050
Alvina Wahyuni 19130061
Baharudin Yusup Budiman 19130024
Fara Yesika 19130043
Nuriyah Kusumawati 19130033

Program Studi Bimbingan dan Konseling


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Metro
September 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Penyusun menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penyusun menerima koreksi, kritik dan saran guna
perbaikan di makalah yang selanjutnya.
Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan baik moril dan materil, baik langsung maupun tidak
langsung sehingga makalah ini bisa sampai kehadapan para pembaca.

September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………….………………………………………ii
Daftar Isi ………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………1
B. Rumusan Masalah ..………………………………….…….1
C. Tujuan Penulisan …………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN
A. Profesi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah …………2
B. Jati Diri Profesi Bimbingan dan Konseling …………………4
C. Bimbingan dan Konseling Profesi yang Bermartabat …………5
D. Kode Etik Profesi Konselor …………………………………6
E. Tantangan Guru Bimbingan dan Konseling Dalam IPTEK ….7

BAB II Kesimpulan dan Penutup


A. Kesimpulan …………………………………………………9
B. Saran …………………………………………………………9

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masyarakat yang semakin maju , masalah penentuan identitas menjadi masalah yang
semakin rumit. Hal ini disebabkan oleh masyarakat yang semakin maju menyebabkan mereka
semakin tinggi dalam menetapkan syarat agar seorang individu dapat diterima di dalam
masyarakatnya. Masyarakat bukan hanya menuntut kematangan secara fisik ataupun ekonomi
tapi masyarakat juga menuntut kematangan secara emosional , psikologis , kultural , vokasional ,
intelektual , dan religius.
Kerumitan ini akan semakin meningkat terutama pada masyarakat yang sedang
membangun sebab mereka mengalami perubahan sosial yang begitu cepat yang disebabkan oleh
derasnya arus globalisasi yang melanda mereka. Hal inilah yang kemudian menjadi tantangan
tersendiri bagi peserta didik. Keadaan inilah yang menuntut diselenggrakannya program BK di
sekolah yang berimplikasi pada tuntutan ketersediaan tenaga yang ahli dalam bidang bimbingan
dan konseling.
Tenaga BK yang diminta oleh banyak instansi membuat BK saat ini menjadi salah satu
pilihan bagi tamatan SMA untuk melanjutkan studi mereka di bidang BK. Hal inilah yang
membuat BK sebagai profesi menjadi salah satu profesi yang dibidik oleh masyarakat saat ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada makalah ini maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu:
1. Bagaimanakah Profesi Guru Bimbingan dan konseling ?
2. Bagaimanakah Jati Diri Profesi Bimbingan dan Konseling ?
3. Apa Kode Etik Bimbingan dan Konseling ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang diinginkan dicapai dalam makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui Profesi Guru Bimbingan dan konseling
2. Untuk mengetahui Jati Diri Profesi Bimbingan dan Konseling
3. Untuk mengetahui Kode Etik Bimbingan dan Konseling

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Profesi Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Jabatan seorang guru dilatarbelakangi oleh munculnya kebutuhan akan tenaga pendidik
atau guru. Kebutuhan akan tenaga guru ini meningkat seiring dengan adanya lembaga
pendidikan yang mengharuskan calon guru untuk menghasilkan guru yang professional.
Sementara menurut Saat (Siantur,dkk., 2019:43) profesi guru di negara ini berada pada situasi
yang masih sulit. Pada satu sisi guru dituntut untuk professional dalam menjalankan tugasnya,
tetapi pada sisi lain sebagian besar guru masih perlu berjuang untuk dapat memenuhi kebutuhan
dasar yang tidak tercukupi dengan penghasilannya sebagai guru. Sementara itu Hasibuan
(Sianturi, dkk., 2022:43) menyatakan bahwa professionalisme merupakan suatu pekerjaan
maupun jabatan yang menuntut sebuah keahlian atau keterampilan dari seseorang, sehingga
pekerjaan tersebut tidak dapat dilaksanakan oleh sembarang orang. Tetapi memerlukan
pendidikan dan pelatihan yang khusus supaya seseorang dapat menjalankan tugas dan
kewajaiban nya secara efektif dan efisien.

Keberadaan guru BK ini di sekolah menjadi banyak pertanyaan karena kurang pemahaman
mengenai hal ini. Padahal lebih jauh dari hal tersebut, guru BK ini sangat menentukan kualitas
murid atau siswa dalam proses pembelajaran. BK sendiri memiliki tugas untuk membantu
peserta didik menjadi insan yang berguna dalam kehidupan yang memiliki berbagai wawasan,
interpretasi, pilihan, penyesuaian dan lain sebagainya (Bahri, 2020).Posisi tersebut yang
mengharuskan seorang guru memiliki tingkat professional nya, dan professional itu didapat
apabila seseorang telah mencapai kualifikasi dan standarisasi keberhasilan suatu subjek.
Berdasarkan konteks lain, bahwa masyarakat umum memandang guru BK itu bukan suatu
profesi yang sangat sulit, melainkan begitu mudah sehingga peminat akan profesi ini pun
banyak. Padahal di lain sisi, hampir semua kendali mengenai pendidikan, pelayanan siswa,
sampai siswa tersebut melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan selanjutnya di pegang oleh
guru BK. Hal ini justru menjadi lumrah dalam penafsiran, dimana harus diadakan nya
pembuktian untuk sebuah kebenaran.

2
Pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6 menjelaskan mengenai
keberadaan konselor atau guru Bimbingan dan Konseling (BK) dalam sistem pendidikan
nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi tenaga pendidik, setara dengan kualifikasi
seorang Guru, Dosen, Pamong Belajar, Tutor, dan lain sebagainya. Sehingga profesi guru BK ini
sesuai dengan kualifikasi tenaga pendidik lain mengenai status keprofesian tersebut. Sementara
itu, pengertian dari profesi guru BK sendiri ialah konselor yang memiliki tugas, tanggung jawab,
wewenang, serta hak secara penuh pada kegiatan BK di setiap sekolah dalam pelayanan peserta
didiknya yang bertujuan untuk membantu siswa dalam upaya menemukan jati dirinya,
penyesuaian diri terhadap lingkungan nya, dan sebagai upaya merencakan masa depan siswa nya.
Menurut Nurhayati & Nurfarida PW (2018) menjelaskan bahwa peran atau fungsi dari BK ini di
sekolah adalah untuk memberikan layanan kepada peserta didik dalam konteks mengembangkan
kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan masa depan peserta
didik.

Seorang guru BK yang memberi layanan bimbingan dan konseling terhadap peserta
didiknya diperlukan sebuah kriteria yang harus dimilikinya untuk mewujudkan profesionalisme,
diantaranya:

1. Suatu profesi merupakan jabatan atau pekerjaan yang memiliki fungsi dan kebermaknaan
sosial yang sangat menentukan proses kedepannya.
2. Dalam mewujudkan sebuah fungsi tersebut, maka setiap anggota profesi harus
menyesuaikan pelayanan khusus yang didasarkan pada teknik-teknik intelektual dan
keahlian-keahlian tertentu yang terbilang unik.
3. Selain dilaksanakan secara rutin, pelayanan ini juga bersifat memecahkan masalah atau
penanganan situasi kritis yang menuntut pemecahan dengan melalui teori dengan metode
ilmiah.
4. Setiap anggota profesi BK harus mempunyai kerangka dasar ilmu yang sama, yakni
didasarkan pada ilmu yang jelas, sistematis, dan eksplisit, tidak hanya berdasarkan pada
akala tau logika.
5. Terakhir, diperlukannya pendidikan dan pelatihan pada konteks waktu yang cukup lama
supaya dapat menguasai kerangka ilmu tersebut.

3
Hal tersebut merupakan suatu kriteria atau karakteristik dari seorang guru BK yang
professional, sehingga dapat menyesuaikan diri terhadap penguasaan ilmu yang harus dimiliki.
Pada konsep kompetensi guru BK ini dirumuskan berdasarkan kerangka piker yang menekankan
konteks tugas dan ekspetasi kinerja dari seorang konselor tersebut, sehingga kompetensi tersebut
dapat dirumuskan sebagai berikut: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi professional. Berdasarkan kriteria dan kompetensi yang telah dijelaskan,
bahwa pada setiap guru BK yang berada di sekolah-sekolah harus memenuhi kualifikasi tersebut
sebagai upaya profesionalisme terhadap profesi nya sebagai guru BK.

B. Jati Diri Profesi Bimbingan dan Konseling

Secara harfiah jati diri menunjuk pada wujud diri (wajah dan batiniah) secara utuh,
sehingga tidak kehilangan identitas. Bimbingan dan konseling sebagai profesi yang diampu oleh
konselor profesional/guru bimbingan dan konseling yang menguasai kompetensi bimbingan dan
konseling sebagaimana yang diamanatkan oleh Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 tentang
bimbingan dan konseling pada pendidikan dasar dan pendidikan menangah. Jati diri profesi
bimbingan dan konseling sebagai pelayanan ahli pada setting pedagogis, tidak hanya
memberikan layanan konseling tapi juga layanan-layanan bimbingan dalam aspek pribadi, sosial,
belajar, dan karier yang menempatkan layananan konseling sebagai ikon pelayanan bimbingan
dan konseling yang memandirikan konseli dalam jalur pendidikan formal. Dalam era MEA, jati
diri profesi bimbingan dan konseling seharusnya tidak hanya pada setting pedagogis, tetapi
diperluas pada setting community yang mencakup national community dan international
community dengan memanfaatkan jaringan internet seperti media sosial (line, whatsApp, twitter,
instagram, blog, e-mail, facebook, sms, dan lain-lain) serta praktik langsung di tengah
masyarakat sehingga profesi bimbingan dan konseling menjadi komoditas yang dibutuhkan
masyarakat global.

Untuk dapat mewujudkan profesi bimbingan dan konseling sebagai profesi global
diperlukan kerja keras, kerja sama dengan semangat dan motivasi yang kuat di antara para
pengampu pelayanan ahli bimbingan dan konseling (konselor/guru bimbingan dan konseling
pada setting pendidikan formal) dan para pendidik calon konselor/calon guru bimbingan dan
konseling dalam wadah organisasi ABKIN dan divisidivisinya, sehingga perkembangan profesi
bimbingan dan konseling ke depan mampu bersaing secara positif dengan profesi lain di tengah

4
masyarakat global. Dalam berbagai kegiatan ilmiah yang diselenggarakan oleh PB ABKIN
sering dikumandangkan konseling di mana-mana (counseling for all), memberikan dorongan dan
semangat kepada konselor/guru bimbingan dan konseling untuk membuktikan bahwa profesi
bimbingan dan konseling dibutuhkan oleh masyarakat luas, tidak hanya pada setting pendidikan
formal, tetapi juga pada setting community.

C. Bimbingan dan Konseling Profesi yang Bermartabat

Bermartabat artinya mempunyai martabat, sedangkan kata dasar martabat berarti tingkat
harkat kemanusiaan. Berdasarkan arti harfiah martabat tersebut maka bimbingan dan konseling
sebagai profesi yang bermartabat artinya profesi bimbingan dan konseling di tengah masyarakat
memiliki tingkat harkat dan harga diri yang tinggi dalam memberikan pelayanan kemanusiaan
kepada konseli pada setting pendidikan formal dan setting community, dengan menjujung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan seperti keadilan, tolong menolong/saling membantu, toleransi,
kesopanan, dan tenggang rasa. Konselor/guru bimbingan dan konseling sebagai pengampu ahli
pelayanan bimbingan dan konseling yang berhasil memberikan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada konseli biasanya menunjukkan sikap humanistik, seperti tulus, jujur, hangat,
penuh penerimaan, selaras pikirannya, perasaan, dan perbuatannya (Hartono dan Boy
Soedarmadji, 2015).

Kemartabatan profesi bimbingan dan konseling ditunjukkan oleh dua ciri, yaitu (1)
dipercaya masyarakat (public trust), dan dibutuhkan masyarakat (needed community).Agar dapat
dipercaya dan dibutuhkan oleh masyarakat, pelayanan bimbingan dan konseling harus bermutu,
dikelola dengan baik yang didukung oleh fasilitas yang memadai, dijamin, dikembangkan, dan
demokratis. Untuk mewujudkan kondisi tersebut dibutuhkan sumber daya manusia yang bermutu
yaitu konselor/guru bimbingan dan konseling yang menguasai kompetensi bimbingan dan
konseling dalam tingkat tinggi, sehingga memiliki daya competitiveness yaitu kemampuan
bersaing secara positif dengan profesi lain yang ditunjukkan oleh kinerja tinggi bagi pengampu
profesi bimbingan dan konseling di tengah kehidupan masyarakat global.

Konselor/guru bimbingan dan konseling adalah pendidik profesional yang lazimnya


mampu meningkatkan profesionalitas dalam bidang bimbingan dan konseling sebagaimana yang
diamanatkan Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 7

5
antara lain yaitu: (1) memiliki bakat, minat, panggilan, dan idealisme; (2) memiliki komitmen
untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; (3) memiliki
kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (4) memiliki
kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (5) memiliki tanggung jawab atas
pelaksanaan tugas keprofesionalan; (6) memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; dan (7) memiliki
organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas
keprofesionalannya. Dalam meningkatkan profesionalitas, konselor/guru bimbingan dan
konseling melakukan pengembangan diri yang dapat dilakukan melalui studi lanjut (S2 dan S3
yang relevan dengan bidang tugasnya), terlibat aktif dalam seminar/workshop/ pelatihan sebagai
peserta atau pemakalah, melakukan penelitian, dan menulis karya ilmiah pada jurnal atau bentuk
publikasi lain yang menunjang profesi bimbingan dan konseling.

D. Kode Etik Profesi Konselor

Konseling merupakan proses pelayanan bantuan yang pelaksanaannya didasarkan atas


keahlian dengan demikian, dapat dipahami bahwa konseling tidak bisa dilaksanakan secara
asalasalan namun harus ada keterampilan khusus yang diliki konselor. Berdasarkan karakteristik
seperti yang telah dikemukakan di atas, maka setiap praktisi bimbingan dan konseling dalam
melaksanakan tugasnya harus diiringi etika-etika khusus. Etika dalam proses konseling disusun
dalam bentuk kode etik profesi sehingga mudah dipahami, dihayati, dan dilaksanakan oleh
konselor. Menurut Kartadinata (dalam Sujadi,2018:7) “kode etik profesi adalah regulasi dan
norma perilaku profesional yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi dalam
menjalankan tugas profesi dan dalam kehidupannya di dalam masyarakat”. penegasan identitas
profesi Bimbingan dan Konseling harus diwujudkan dalam implementasi kode etik dan
supervisinya. Kartadinata (dalam Sujadi, 2018:7) menjelaskan bahwa penegakan dan penerapan
kode etik bertujuan untuk: (1) menjunjung tinggi martabat profesi; (2) melindungi masyarakat
dari perbuatan malpraktik; (3) meningkatkan mutu profesi; (5) menjaga standar mutu dan status
profesi, dan (6) penegakan ikatan antara tenaga profesi dan profesi yang disandangnya.

Kode Etik Bimbingan dan Konseling di Indonesia sebagaimana disusun oleh ABKIN
(2006:69) memuat hal-hal berikut:

6
1. Kualifikasi; bahwa konselor wajib memiliki a) nilai, sikap, keterampilan, pengetahuan
dan wawasan dalam bidang Bimbingan dan Konseling, b) memperoleh pengakuan atas
kemampuan dan kewenangan sebagai Konselor.
2. Informasi, testing dan riset; a) penyimpanan dan penggunaan informasi, b) testing,
diberikan kepada Konselor yang berwenang menggunakan dan menafsirkan hasilnya, c)
riset, menjaga prinsip-prinisp sasaran riset serta kerahasiaan.
3. Proses pada pelayanan; a) hubungan dalam pemberian pada pelayanan, b) hubungan
dengan klien.
4. Konsultasi dan hubungan dengan rekan sejawat atau ahli lain; a) pentingnya
berkonsultasi dengan sesama rekan sejawat; b) alih tangan kasus apabila tidak dapat
memberikan bantuan kepada klien tersebut
5. Hubungan kelembagaan; memuat mengenai aturan pelaksanaan layanan konseling yang
berhubungan dengan kelembagaan
6. Praktik mandiri dan laporan kepada pihak lain; a) konselor praktik mandiri, menyangkut
aturan dalam melaksanakan konseling secara private, b) laporan kepada pihak lain.
7. Ketaatan kepada profesi, a) pelaksanaan hak dan kewajiban, serta b) pelanggaran
terhadap kode etik.

E. Tantangan Guru Bimbingan dan Konseling Dalam IPTEK

Salah satu tantangan guru bimbingan dan konseling yaitu dihadapi pilihan yang terus
berubah (over choise).para siswa lebih dahsyat dalam menerema pengaruh global, kondisi ini
menuntut guru BK untuk mengikuti perkembangan IPTEK. Informasi dunia kerja, cara dan
menghadapi masalah sosial harus mampu diakses guru BK melalui berbagai cara sekolah
ataupun lembaga wajib menyiapkan SDM calon guru BK agar kompetensinya relevan dengan
kebutuhan masyarakat. Guru BK harus mampu menyelesaikan masalah disekolah dan berperan
dimasyarakat, guru Bk disekolah harus berkreasi mengatasi tantangan masa depan berbagai
macam karekter peserta didik yang kompleks.

Lembaga pendidikan menyiapkan guru BK yang adaptif dengan perubahan iptek sehingga
teori yang dipelajari relevan dengan tugas BK. Maka sejatinya konselor memiliki akses dalam
pelayananseperti cybercounseling.Sehingga memudahkan peran konselor dalam melakukan

7
pelayanan yang diberikan kepada konseli baik dalam hal bidang perkembangan pribadi, sosial,
karier dan belajar.Hal ini dapat menentukan seberapa besar peran teknologi dalam membantu
pelayanan konselor baik disekolah maupun diluar sekolah.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Guru Bimbingan dan Konseling memiliki status profesi yang sangat penting di sekolah,
dari mulai pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik yang menjadi sebuah
bantuan yang diberikan kepada seseorang dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan yang
dialami. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat peran yang harus dilakukan guru bimbingan dan
konseling yaitu memberikan layanan informasi yang dapat membantu peserta didik dalam proses
pemecahan masalah, pencegah timbulnya permasalahan serta guna mengembangkan dan
memelihara potensi yang telah ada.

B. Saran

Tidak dapat dipungkiri manusia merupakan makhluk Allah SWT. Yang tiadak luput dari
kesalahan dan khilaf. Maka besar kemungkinan dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan baik dalam segi penulisan kata ataupun kurangnya referensi yang dimiliki
oleh penulis. Maka dari itu saran ataupun kritik sangatlah diperlukan untuk dapat membangaun
kreatifitas dalam penulisan makalah selanjutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Siantur, dkk., 2019:43. Profesi guru di negara ini berada pada situasi yang masih sulit.
Bahri, S. (2020). Studi Evaluasi Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling di sekolah, Jurnal
Pencerahan.
Hasibuan, R. A. (2019). Profesionalisme Guru Bimbingan dan Konseling dalam menyusun
Program.
Nurhayati, D. R., & Nurfarida PW, S. (2018). Optimalisasi peran dan Fungsi Guru Bimbingan
dan Konseling dalam Implementasi kurikulum 13.
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. “Kode Etik Konselor Indonesia”.

10

Anda mungkin juga menyukai