Abstrak
Layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan di bawah tanggung jawab Kepala Sekolah
dan seluruh Staff. Koordinator Bimbingan dan Konseling bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan bimbingan dan konseling secara operasional. Personil sekolah yang
mencakup Wakil Kepala Sekolah, Guru Pembimbing (Konselor), Guru Bidang Studi, dan
Wali Kelas memiliki peran dan tugas masing-masing dalam penyelenggaraan layanan
bimbingan dan konseling. Bimbingan dan Konseling pada dunia pendidikan menjadi sangat
penting mengingat bahwa peserta didik pada jenjang pendidikan ini tengah memasuki
masa remaja yang mulai menghabiskan sebagian besar waktunya di luar rumah, sehingga
memungkinkan munculnya permasalahan lebih luas lagi. Berdasarkan hal tersebut, maka
dapat terlihat bahwa kinerja Guru BK akan semakin dibutuhkan dan bersifat urgensi.
Pendahuluan
Bimbingan dan konseling pada dunia pendidikan menjadi urgensi mengingat peserta
didik adalah remaja yang sedang berkembang dalam mencari jati diri. Pelayanan bimbingan
dan konseling di sekolah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan
kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan
karir. Pelayanan bimbingan dan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik secara
individual, kelompok, dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat,
perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki.
Bimbingan dan Konseling pada dunia pendidikan menjadi sangat penting mengingat
bahwa peserta didik pada jenjang pendidikan ini tengah memasuki masa remaja yang mulai
menghabiskan sebagian besar waktunya diluar rumah, sehingga memungkinkan munculnya
permasalahan lebih luas lagi. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat terlihat bahwa kinerja
Guru BK akan semakin dibutuhkan dan bersifat urgensi.
2
Pembahasan
konseling di sekolah diantaranya adalah memiliki kepribadian yang merupakan khas dan
tidak dimiliki oleh profesi lainnya selain guru bimbingan dan konseling”.
Selanjutnya menurut Bimo Walgito ada beberapa syarat yang diperlukan untuk
menjadi seorang pembimbing atau guru bimbingan dan konseling. Syarat-syarat tersebut
yaitu:
1. Guru pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas, baik dari segi
teori maupun segi praktik. Segi teori merupakan hal yang penting karena segi inilah
yang menjadi landasan di dalam praktik.
2. Dari segi psikologis, seorang pembimbing harus dapat mengambil tindakan yang
bijaksana jika pembimbing telah cukup dewasa secara psikologis, yang dalam hal ini
dimaksudkan sebagai adanya kemantapan atau kestabilan di dalam psikisnya,
terutama dalam hal emosi.
3. Seorang pembimbing harus sehat jasmani dan psikisnya. Apabila jasmani dan psikis
tidak sehat maka hal itu akan mengganggu dalam menjalankan tugasnya.
4. Seorang pembimbing harus mempunyai kecintaan terhadap pekerjaannya dan juga
terhadap anak atau individu yang dihadapinya. Sikap ini akan menimbulkan
kepercayaan pada anak.
5. Seorang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang baik sehingga usaha bimbingan
dan konseling dapat berkembang ke arah keadaan yang lebih sempurna untuk
kemajuan sekolah.
6. Karena bidang gerak dari pembimbing tidak terbatas pada sekolah saja maka seorang
pembimbing harus supel, ramah tamah, dan sopan santun di dalam segala
perbuatannya sehingga pembimbing dapat bekerja sama dan memberikan bantuan
secukupnya untuk kepentingan anak-anak.
7. Seorang pembimbing diharapkan mempunyai sifat-sifat yang dapat menjalankan
prinsip-prinsip, serta kode etik bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya.
Menurut kurikulum Pendidikan Dasar, peran dan tanggung jawab guru
bimbingan dan konseling adalah:
1. Kegiatan menyusun program pelayanan dalam bidang bimbingan pribadi, sosial,
belajar, dan karir serta semua jenis layanan termasuk kegiatan pendukung yang
dihargai sebanyak 12 jam.
2. Kegiatan layanan dalam bidang bimbingan pribadi sosial, belajar, dan karir yang
dihargai sebanyak 6 jam.
3. Sebagaimana guru mata pelajaran, konselor yang membimbing 150 siswa dihargai 18
jam selebihnya sebagai bonus dengan ketentuan berikut ini:
a. 10 – 15 siswa = 2 jam
b. 16 – 30 siswa = 4 jam
c. 31 – 45 siswa = 6 jam
d. 46 – 60 siswa = 8 jam
e. 61 – 75 siswa = 10 jam
f. 76 – lebih = 12 jam.
layanan yang diberikan akan lebih bermakna karena peserta didik turut serta
menjadi bagian dari pemberian layanan,untuk bisa membuat hal ini terwujud
hendaknya seorang konselor biasa menumbukan dinamika kelompok dalam setiap
layanan yang diberikan dan untuk menumbuhkan dinamika kelompok itu konselor
harus sering berlatih.
7. Tidak tersedia bank data (data jenis-jenis perkerjaan)
Solusi: Untuk penyelesaian hal ini tentunya mulai saat harus bisa mengumpulan
sedikit demi sedikit data tentang jenis pekerjaan sehingga akhirnya bisa terkumpul
lebih banyak dan hal ini tentunya bisa dilakukan oleh semua konselor bahaka bisa
melibatkan peserta didik atau mahasiswa jurusan BK untuk bisa membantu dalam
melengkapi bank data tersbut.
8. Konselor sering tidak bisa menjalin hubungan yang baik dengan peserta didik
Solusi: Menjadi konselor harus bisa menjadi mitra peserta didik bukannya
menimbulkan jarak hal ini salah satu cara yang bisa dilakukan: (a) konselorharus
bersikap ramah, (b) konselor membuang image killer, (c) mempunyai ketulusan, (d)
penerimaan tanpa syarat terhadap semua peserta didik, (d)menumbuhkan sikap
empati.
9. Berkerja di bawah tekanan
Solusi : Untuk mengatasi hal tersebut sangat lah sulit akan tetapi salah satu cara
unutk mengatasi hal tersbut konselor harus bisa mejelaskan funngsi, tugas, peran
seorang konselor sekolah dengan harapan pihak sekolah dapat mengerti tugas
konselor sesungguhnya dan tentunya disertai sikap tegas seorang konselor dalam
sertiap kebijakan yang dilauar fungsi, peran, tugas konselor.
10. Konselor di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah
Solusi: Petugas bimbingan dankonseling hendaknya bisa menjadi konselor
pengayom bagi siapa pun yang datang kepadanya. Dengan pandangan, sikap,
ketrampilan, dan penampilan konselor siswa atau siapapun yang berhubungan
dengan konselor akan memperoleh suasana nyaman.
11. Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasehat.
Solusi: Konselor juga harus melakukan upaya-upaya tindak lanjut serta
mensinkronisasikan upaya yang satiu dan upaya lainnya sehingga keseluruhan
upaya itu menjadi suatu rangkaian yang terpadu dan bersinambungan dan
memahami teknik-teknik konseling sehingga pada saat proses konseling tidak
menjadi memberi nasehat.
12. Bimbingan dan Konseling hanya untuk orang yang bermasalah saja
Solusi: Seharusnya konselor selalu mengamati semua siswa baik yang memiliki
masalah atau yang tidak bermasalah untuk menghindari anggapan tersebut
hendaknya konselor selalu melaksanakan fungsi bimbingan preventif untuk
menimimalisir anggapan tersebut sehuingga dengan demikian sebelum ada masalah
BK sudah muncul (layanan bimbingan).
13. Layanan Bimbingan dan Konseling dapat dilakukan oleh siapa saja
Solusi: Jika bimbingan dan konseling itu dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip
keilmuan dan teknologi (yaitu mengikuti filosopi, tujuan, metode, dan asas-asas
tertentu), dengan kata lain dilaksanakan secara profesional. Salah satu ciri
keprofesionalan bimbingan dan konseling adalah bahwa pelayanan itu harus
dilakukan oleh orang-orang yang ahli dalam bidang bimbingan dan konseling.
9
Keahliannya itu diperoleh melalui pendidikan dan latihan yang cukup lama di
Perguruan Tinggi, serta pengalaman-pengalaman tentunya bila hal itu dilaksanakan
anggapan bimbingan dapat diberikan olah siapa saja tentunya akan berubah
10
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Indonesia No.27 tahun 2008 tentang standar
kualifikasi akademik dan kompetensi konselor, kualifikasinya adalah...
a. Sarjana pendidikan (S1)
b. Berpendidikan profesi konselor
c. Sarjana Pendidikan + Profesi Konselor
d. Master Pendidikan + Profesi Konselor
5. Dibawah ini yang termasuk kedalam masalah yang sering ditemui di sekolah...
a. BK dianggap sebagai pemberi nasehat
b. Guru BK dianggap sebagai polisi sekolah
c. Bekerja di bawah tekanan
d. Semua benar
11
YEL-YEL
Hei kawan..
Hei...
Hei…
Hei...
12
KEPUSTAKAAN
Bimo Walgito. 2010. Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier). Yogyakarta: Andi.
Prayitno, dkk. (2002). Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Balitbang Depdiknas.
Prayitno dkk. (2004). Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Jakarta : PT .Rineka Cipta.
Riska Ahmad & Marwisni Hasan. (2002). Pengelolahan Program BK. Padang :Departemen
Pendidikan Nasional.
Riska Ahmad. 2013. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Padang: UNP Press.