Anda di halaman 1dari 12

1

DASAR, APLIKASI DAN PERMASALAHAN GURU BK


DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Anggi Fadilah NIM: 18151054


Dosen: Prof. Neviyarni S., M.S., Kons
Universitas Negeri Padang

Abstrak

Layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan di bawah tanggung jawab Kepala Sekolah
dan seluruh Staff. Koordinator Bimbingan dan Konseling bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan bimbingan dan konseling secara operasional. Personil sekolah yang
mencakup Wakil Kepala Sekolah, Guru Pembimbing (Konselor), Guru Bidang Studi, dan
Wali Kelas memiliki peran dan tugas masing-masing dalam penyelenggaraan layanan
bimbingan dan konseling. Bimbingan dan Konseling pada dunia pendidikan menjadi  sangat
penting mengingat bahwa peserta didik pada jenjang pendidikan ini tengah memasuki
masa remaja yang mulai menghabiskan sebagian besar waktunya di luar rumah, sehingga
memungkinkan munculnya permasalahan lebih luas lagi. Berdasarkan hal tersebut, maka
dapat terlihat bahwa kinerja Guru BK akan semakin dibutuhkan dan bersifat urgensi.

Keywords: Dasar, aplikasi, permasalahan, guru bk

Anggi Fadilah, 18151054, Program Studi S2 Bimbingan dan Konseling,


Universitas Negeri Padang: Dasar, Aplikasi dan Permasalahan Guru BK

Pendahuluan
Bimbingan dan konseling pada dunia pendidikan menjadi urgensi mengingat peserta
didik adalah remaja yang sedang berkembang dalam mencari jati diri. Pelayanan bimbingan
dan konseling di sekolah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan
kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan
karir. Pelayanan bimbingan dan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik secara
individual, kelompok, dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat,
perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki.
Bimbingan dan Konseling pada dunia pendidikan menjadi  sangat penting mengingat
bahwa peserta didik pada jenjang pendidikan ini tengah memasuki masa remaja yang mulai
menghabiskan sebagian besar waktunya diluar rumah, sehingga memungkinkan munculnya
permasalahan lebih luas lagi. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat terlihat bahwa kinerja
Guru BK akan semakin dibutuhkan dan bersifat urgensi.
2

Pembahasan

A. Ketentuan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Beberapa uraian mengenai peraturan perundangan yang mendasari dan terkait
langsung dengan layanan BK di sekolah sebagai berikut:
1. UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional memberikan nuansa baru
tentang pengertian pendidikan dan secara eksplisit menyebut konselor sebagai
pendidik.
2. UU No.14/2005 tentang Guru dan Dosen yang secara eksplisit menekankan perlunya
profesionalisme kedua jenis pendidikan itu. Dalam undang-undang ini konselor
belum diposisikan, kecuali hanya disebutkan kembali sehubungan dengan jenis-jenis
tenaga pendidik.
3. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
bahwa setiap satuan pendidikan harus menyusun kurikulum yang disebut Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP. Pada penerapan KTSP, guru Bimbingan dan
Konseling di sekolah memberikan pelayanan bimbingan dan konseling dalam
memfasilitasi “Pengembangan Diri” siswa sesuai minat, bakat serta
mempertimbangkan tahapan tugas perkembangannya.
4. Permendiknas No.22/2006 tentang Standar Isi dan No.23/2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan, masing-masing untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.
Hal yang menarik dan perlu mendapat perhatian dunia konseling adalah perihal
profesi pelayanan konseling di dalam standar yang dimaksudkan itu, terutama dalam
standar isi. Di sana, khususnya dalam struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan
dasar dan menengah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, dan
SDLB/SMPLB/SMALB) kegiatan pelayanan konseling (bersama kegiatan ekstra
kurikuler) berada di bawah payung “komponen pengembangan diri” (struktur
kurikulum meliputi tiga komponen, yaitu komponen mata pelajaran, muatan lokal,
dan pengembangan diri). Di sana disebutkan bahwa pelayanan konseling di
sekolah/madrasah diselenggarakan oleh konselor sekolah/madrasah, dan konselor
sekolah/madrasah dapat melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler sesuai dengan
kemampuan dan kewenangannya melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler yang
dimaksud. Pelayanan konseling dan konselor sekolah/madrasah yang disebut dalam
permen tersebut merupakan istilah-istilah baru dalam dunia konseling yang secara
resmi digunakan pemerintah.
5. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah yang menjelaskan bahwa “pelayanan konseling: a) Memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri
sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat; b) Masalah pribadi, kehidupan sosial,
belajar dan pengembangan karir; c) Difasilitasi/dilaksanakan oleh konselor”.
6. Permendiknas No. 23 tahun 2006 dirumuskan SKL yang harus dicapai peserta didik
melalui proses pembelajaran bidang studi, maka kompetensi peserta didik yang harus
dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah kompetensi
kemandirian untuk mewujudkan diri (self-actualization) dan pengembangan
kapasitasnya (capacity development) yag dapat mendukung pencapaian kompetensi
lulusan. Sebaliknya, kesuksesan peserta didik dalam mencapai SKL akan secara
signifikan menunjang terwujudnya pengembangan kemandirian.
3

7. Permendiknas No.24 Tahun 2006 tentang Pemberlakuan KTSP pada Satuan


Pendidikan Dasar dan Menengah, khususnya berkenaan dengan komponen KTSP
yang memuat pelayanan konseling sebagai bagian integral KTSP.
8. Permendiknas No. 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/ Madrasah
yang mengisyaratkan adanya pembinaan dari pengawas terhadap layanan bimbingan
dan konseling.
9. Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentangStandar Pengelolaanbahwa sekolah harus
memiliki rencana kerja sekolah (RKS).
10. Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikanmenjelaskan
bahwa konselor juga merupakan pendidik.
11. Permendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana Prasarana bahwa sekolah
secara standar sarana prasarana harus memiliki ruang konseling dengan luas
minimum 9 M persegi.
12. PP No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru, yang mencantumkan beban kerja guru
bimbingan dan konseling / konselor.
13. Permendiknas No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Konselor, menyebutkan, Konselor : S1 BK + PPK, Kompetensi
Konselor Pola 17, dalam 5 tahun menyelenggarakan pendidikan profesi konselor.
14. Permenpan No. 16 Tahun 2009, tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya.

B. Konsep Guru BK di Sekolah


Guru BK adalah petugas sekolah yang memberikan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Menurut Thantawy R, Guru Bimbingan dan Konseling adalah:
“Tenaga kependidikan atau pembimbing di sekolah lanjutan tingkat pertama
(SLTP) dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) yang tugasnya memberikan
bantuan layanan bimbingan dan konseling baik kepada siswa yang bermasalah
maupun tidak, terutama untuk membantu perkembangan siswa agar dapat
mencapai prestasi yang optimal.”

Selanjutnya, Soejipto dan Raflis Kosasi mengemukakan pengertian guru


bimbingan dan konseling sebagai berikut: “Guru bimbingan dan konseling adalah orang
yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam
kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik.” Pendapat-pendapat
yang telah diungkapkan oleh beberapa ahli di atas dapat diartikan bahwa guru bimbingan
dan konseling berbeda dengan guru-guru lainnya (guru bidang studi atau guru mata
pelajaran). Perbedaan ini terlihat dari pembelajaran yang diberikan dan juga tanggung
jawab pengajarannya. Jika guru bidang studi atau guru mata pelajaran bertanggung jawab
terhadap mata pelajaran yang diajarkannya, maka guru bimbingan dan konseling jauh
lebih luas dari tenaga pendidik lainnya. Jika guru mata pelajaran memberikan
pembelajaran dengan mengajar mata pelajaran pokoknya, maka guru bimbingan dan
konseling memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada para siswa agar dapat
berkembang secara optimal, bertanggung jawab dan mandiri.
Guru bimbingan dan konseling yang melaksanakan tugas dalam memberikan
layanan bimbingan dan konseling kepada siswanya haruslah memiliki kepribadian yang
baik seperti yang diungkapkan oleh Yusuf Gunawan: “Syarat petugas bimbingan dan
4

konseling di sekolah diantaranya adalah memiliki kepribadian yang merupakan khas dan
tidak dimiliki oleh profesi lainnya selain guru bimbingan dan konseling”.
Selanjutnya menurut Bimo Walgito ada beberapa syarat yang diperlukan untuk
menjadi seorang pembimbing atau guru bimbingan dan konseling. Syarat-syarat tersebut
yaitu:
1. Guru pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas, baik dari segi
teori maupun segi praktik. Segi teori merupakan hal yang penting karena segi inilah
yang menjadi landasan di dalam praktik.
2. Dari segi psikologis, seorang pembimbing harus dapat mengambil tindakan yang
bijaksana jika pembimbing telah cukup dewasa secara psikologis, yang dalam hal ini
dimaksudkan sebagai adanya kemantapan atau kestabilan di dalam psikisnya,
terutama dalam hal emosi.
3. Seorang pembimbing harus sehat jasmani dan psikisnya. Apabila jasmani dan psikis
tidak sehat maka hal itu akan mengganggu dalam menjalankan tugasnya.
4. Seorang pembimbing harus mempunyai kecintaan terhadap pekerjaannya dan juga
terhadap anak atau individu yang dihadapinya. Sikap ini akan menimbulkan
kepercayaan pada anak.
5. Seorang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang baik sehingga usaha bimbingan
dan konseling dapat berkembang ke arah keadaan yang lebih sempurna untuk
kemajuan sekolah.
6. Karena bidang gerak dari pembimbing tidak terbatas pada sekolah saja maka seorang
pembimbing harus supel, ramah tamah, dan sopan santun di dalam segala
perbuatannya sehingga pembimbing dapat bekerja sama dan memberikan bantuan
secukupnya untuk kepentingan anak-anak.
7. Seorang pembimbing diharapkan mempunyai sifat-sifat yang dapat menjalankan
prinsip-prinsip, serta kode etik bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya.
Menurut kurikulum Pendidikan Dasar, peran dan tanggung jawab guru
bimbingan dan konseling adalah:
1. Kegiatan menyusun program pelayanan dalam bidang bimbingan pribadi, sosial,
belajar, dan karir serta semua jenis layanan termasuk kegiatan pendukung yang
dihargai sebanyak 12 jam.
2. Kegiatan layanan dalam bidang bimbingan pribadi sosial, belajar, dan karir yang
dihargai sebanyak 6 jam.
3. Sebagaimana guru mata pelajaran, konselor yang membimbing 150 siswa dihargai 18
jam selebihnya sebagai bonus dengan ketentuan berikut ini:
          a. 10 – 15 siswa = 2 jam
          b. 16 – 30 siswa = 4 jam
          c.  31 – 45 siswa = 6 jam
          d. 46 – 60 siswa = 8 jam
          e.  61 – 75 siswa = 10 jam
          f.   76 – lebih       = 12 jam.

C. Ketentuan tentang Guru BK


Peraturan terkait dengan keberadaan, fungsi, tugas dan aspek-aspek kinerja guru
pembimbing sebagai pendidik termuat dalam peraturan perundang-undangan yaitu
sebagai berikut:
5

1. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,


khususnya pasal/ayat-ayat berkenaan dengan pendidikan, konselor sebagai
pendidik, persyaratan dan fungsi pendidik;
2. Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, khususnya
pasal/ayat-ayat berkenaan dengan pengertian dan persyaratan tenaga profesional
pendidik;
3. Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
khususnya pasal/ayat-ayat berkenaan dengan standar pendidik, standar prasarana
dan sarana pendidikan; serta tentang penjaminan mutu pendidikan.
4. Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2008 tentang Guru, khususnya pasal/ayat-ayat
berkenaan dengan persyaratan tugas dan penghasilan konselor yang disetarakan
dengan guru profesional;
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, khususnya materi tentang
pelayanan konseling;
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.24 Tahun 2006 tentang Pemberlakuan
KTSP pada Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, khususnya berkenaan dengan
komponen KTSP yang memuat pelayanan konseling sebagai bagian integral KTSP;
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.24 Tahun 2007 tentang Standar
Prasarana dan Sarana, khususnya berkenaan dengan prasarana dan sarana
pelayanan konseling pada satuan pendidikan dasar dan menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.27 Tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor yang seluruhnya mengatur tentang
konselor;
9. Panduan Pengembangan Diri dari Pusat Pengembangan Kurikulum Balitbang
Diknas Tahun 2006 yang di dalamnya termuat Pedoman Penyelenggara Pelayanan
Konseling berdasar Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
10. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Konseling untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah yang diterbitkan oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Pendidikan Jasmani dan Bimbingan
Konseling tahun 2008 yang mengacu pada Panduan Pengembangan Diri dan
menjadi arah dan subtansi pokok pelatihan nasional para konselor.

D. Tugas dan Tanggung Jawab Guru BK


Syahril (2009:85) mengemukakan tugas Guru Bimbingan dan Konseling atau
Konselor adalah
1. Memasyarakatkan pelayanan Bimbingan dan Konseling
2. Merencanakan program layanan Bimbingan dan Konseling
3. Melaksanakan segenap program satuan layanan Bimbingan dan Konseling dan
layanan pendukung
4. Menilai proses dan hasil layanan Bimbingan dan Konseling
5. Menganalisa hasil layanan Bimbingan dan Konseling
6. Melaksanakan tindak lanjut hasil analisa layanan Bimbingan dan Konseling
7. Mengadministrasikan kegiatan satuan layanan Bimbingan dan Konseling
6

8. Mempertangggungjawabkan tugas dan kegiatannya kepada Koordinator BK dan


Kepala Sekolah.
Berdasarkan peraturan Mentri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No 22 tahun
2006 (Riska Ahmad, 2013:149), tugas konselor adalah: 1) merencanakan kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling 2) melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling
3) menilai kegiatan bimbingan dan konseling

E. Aplikasi Ketentuan tentang Guru BK


Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 27 Tahun 2008
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor dijelaskan bahwa yang
berkualifikasi dalam hal ini adalah:
1. Sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling, dengan gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.) (Terakreditasi)
2. Berpendidikan profesi konselor (Kons.).
Berdasarkan hal di atas, pelaksana kegiatan pelayanan konseling adalah konselor
sekolah dengan ketentuan sebagai berikut ( http://Akhmad Sudrajat.html):
1. Konselor pelaksana kegiatan pelayanan konseling di sekolah/madrasah wajib: (a)
Menguasai spektrum pelayanan pada umumnya, khususnya pelayanan profesional 
konseling; (b) merumuskan dan menjelaskan peran profesional konselor kepada
pihak-pihak terkait, terutama peserta didik, pimpinan sekolah/madrasah, sejawat
pendidik, dan orang tua; (c) melaksanakan tugas pelayanan profesional konseling
yang setiap kali dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan, terutama
pimpinan sekolah/madrasah, orang tua, dan peserta didik; (d) mewaspadai hal-hal
negatif yang dapat mengurangi keefektifan kegiatan pelayanan profesional konseling;
(e) mengembangkan kemampuan profesional konseling secara berkelanjutan;
2. Beban tugas wajib konselor ekuivalen dengan beban tugas wajib pendidik lainnya di
sekolah/madrasah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
3. Pelaksana pelayanan konseling: (a) pelaksana pelayanan konseling di SD/MI/SDLB
pada dasarnya adalah guru kelas yang melaksanakan layanan orientasi, informasi,
penempatan dan penyaluran, dan penguasaan konten dengan menginfusikan materi
layanan tersebut ke dalam pembelajaran, serta untuk peserta didik Kelas IV, V, dan
VI dapat diselenggarakan layanan konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan
konseling kelompok; (b) pada satu SD/MI/SDLB atau sejumlah SD/MI/SDLB dapat
diangkat seorang konselor untuk menyelenggarakan pelayanan konseling; (c) pada
satu SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB/SMK/MAK dapat diangkat sejumlah
konselor dengan rasio seorang konselor untuk 150 orang peserta didik.
Permenpan No. 16 Tahun 2009, tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya (secara tidak langsung menggantikan SK Menpan No. 84 Tahun 1993) yang
menyebutkan :
1. Pasal 5 ayat 3, Beban kerja Guru bimbingan dan konseling/konselor adalah
mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta
didik dalam 1 (satu) tahun.
2. Pasal 13, Rincian kegiatan Guru Bimbingan dan Konseling sebagai berikut:
a. Menyusun kurikulum bimbingan dan konseling;
b. Menyusun silabus bimbingan dan konseling;
c. Menyusun satuan layanan bimbingan dan konseling;
7

d. Melaksanakan bimbingan dan konseling per semester;


e. Menyusun alat ukur/lembar kerja program bimbingan dan konseling;
f. Mengevaluasi proses dan hasil bimbingan dan konseling;
g. Menganalisis hasil bimbingan dan konseling;
h. Melaksanakan pembelajaran/ perbaikan tindak lanjut bimbingan dan konseling
dengan memanfaatkan hasil evaluasi;
i. Menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar
tingkat sekolah dan nasional;
j. Membimbing guru pemula dalam program induksi;
k. Membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler proses pembelajaran;
l. Melaksanakan pengembangan diri;
m. Melaksanakan publikasi ilmiah; dan
n. Membuat karya inovatif.

F. Masalah dan Solusi


Pada pelaksanaan BK di sekolah, ada saja masalah yang dihadapi, di bawah ini
beberapa masalah yang sering dihadapi guru BK beserta solusinya:
1. Bimbingan dan konseling berpusat pada masalah permukaan saja.
Solusi: Usaha pelayanan seharusnya dipusatkan pada masalah yang sebenarnya itu.
Konselor tidak boleh terpaku oleh keluhan atau masalah yang pertama disampaikan
oleh kien. Konselor harus mampu memahami masalah yang sebenarnya dan
mendefinisikan masalah atau identifikasi masalah klien yang sebenarnya.
2. Guru BK belum begitu mampu mengembangkan profesionalitasnya sebagai
konselor sekolah
Solusi: Untuk mengatasi hal tersebut dalam upaya peningkatan profesionalitas guru
BK tentunya dapat dilakukan dengan mengikuti seminar,workshop yang membahas
pengetahuan tentang bimbingan konseling dan kegiatan lain yang berkenaan dengan
bimbingan konseling.
3. Keterbatasan waktu dalam memberi layanan BK  
Solusi: Dalam masalah ini upaya yang bisa dilakukan untuk hal tersebut konselor
bisa melakukan bimbingan kelompok sehingga konselor bisa memabantu konseli
untuk menenukan solusi sendiri, mengambil keputusan, sehingga banyak waktu
yang sanagat sedikit itu dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan optimal
4. Keterbatasan informasi yang diberikan dalam memberikan layanan BK
Solusi: Upaya yang seharusnya dilakukan oleh konselor agar bisa untuk mengatasi
permasalahan tersebut konselor bisa mencari referensi dibuku baik perpustakaan
atau di internet sehingga layanan bimbingan pemberian informasi bisa terlaksanana
dengan baik dan yang terpenting  bisa menjawab indicator yang diperlukan siswa.
5. Kuranganya dukungan dari sistem yang ada disekolah
Solusi: Konselor bisa menjalin komunikasi yang baik dengan pihak-pihak yang
terkait yang ada di sekolah sehingga dengan hal demikian semua sistem bisa bejalan
dengan baik dan mendukung proses BK d isekolah.
6. Konselor tidak bisa menyampaikan layanan BK layaknya sebagai seorang konselor
Solusi: Dalam menypaikan setiap layanan BK hendak nya konselor selalu
melibatkan peserta didik sebagai bagian dari pemberian layanan artinya peserta
didik dibuat aktif dalam setiap pemberian layanan bimbingan sehingga setiap
8

layanan yang diberikan akan lebih bermakna karena peserta didik turut serta
menjadi bagian dari pemberian layanan,untuk bisa membuat hal ini terwujud
hendaknya seorang konselor biasa menumbukan dinamika kelompok dalam setiap
layanan yang diberikan dan untuk menumbuhkan dinamika kelompok itu konselor
harus sering berlatih.
7. Tidak tersedia bank data (data jenis-jenis perkerjaan)
Solusi: Untuk penyelesaian hal ini tentunya mulai saat harus bisa mengumpulan
sedikit demi sedikit data tentang jenis pekerjaan sehingga akhirnya bisa terkumpul
lebih banyak dan hal ini tentunya bisa dilakukan oleh semua konselor bahaka bisa
melibatkan peserta didik atau mahasiswa jurusan BK untuk bisa membantu dalam
melengkapi bank data tersbut.
8. Konselor sering tidak bisa menjalin hubungan yang baik dengan peserta didik
Solusi: Menjadi konselor harus bisa menjadi mitra peserta didik bukannya
menimbulkan jarak hal ini salah satu cara yang bisa dilakukan: (a) konselorharus
bersikap ramah, (b) konselor membuang image killer, (c) mempunyai ketulusan, (d)
penerimaan tanpa syarat terhadap semua peserta didik, (d)menumbuhkan sikap
empati.
9. Berkerja di bawah tekanan
Solusi : Untuk mengatasi hal tersebut sangat lah sulit akan tetapi salah satu cara
unutk mengatasi hal tersbut konselor harus bisa mejelaskan funngsi, tugas, peran
seorang konselor sekolah dengan harapan pihak sekolah dapat mengerti tugas
konselor sesungguhnya dan tentunya disertai sikap tegas seorang konselor dalam
sertiap kebijakan yang dilauar fungsi, peran, tugas konselor.
10. Konselor di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah
Solusi: Petugas bimbingan dankonseling hendaknya bisa menjadi konselor
pengayom bagi siapa pun yang datang kepadanya. Dengan pandangan, sikap,
ketrampilan, dan penampilan konselor siswa atau siapapun yang berhubungan
dengan konselor akan memperoleh suasana nyaman.
11. Bimbingan dan konseling dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasehat.
Solusi: Konselor juga harus melakukan upaya-upaya tindak lanjut serta
mensinkronisasikan upaya yang satiu dan upaya lainnya sehingga keseluruhan
upaya itu menjadi suatu rangkaian yang terpadu dan bersinambungan dan
memahami teknik-teknik konseling sehingga pada saat proses konseling tidak
menjadi memberi nasehat.
12. Bimbingan dan Konseling hanya untuk orang yang bermasalah saja
Solusi: Seharusnya konselor selalu mengamati semua siswa baik yang memiliki
masalah atau yang tidak bermasalah untuk menghindari anggapan tersebut
hendaknya konselor selalu melaksanakan fungsi bimbingan preventif untuk
menimimalisir anggapan tersebut sehuingga dengan demikian sebelum ada masalah
BK sudah muncul (layanan bimbingan).
13. Layanan Bimbingan dan Konseling dapat dilakukan oleh siapa saja
Solusi: Jika bimbingan dan konseling itu dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip
keilmuan dan teknologi (yaitu mengikuti filosopi, tujuan, metode, dan asas-asas
tertentu), dengan kata lain dilaksanakan secara profesional. Salah satu ciri
keprofesionalan bimbingan dan konseling adalah bahwa pelayanan itu harus
dilakukan oleh orang-orang yang ahli dalam bidang bimbingan dan konseling.
9

Keahliannya itu diperoleh melalui pendidikan dan latihan yang cukup lama di
Perguruan Tinggi, serta pengalaman-pengalaman tentunya bila hal itu dilaksanakan
anggapan bimbingan dapat diberikan olah  siapa saja tentunya akan berubah
10

PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Di bawah ini yang bukan merupakan tugas guru BK adalah...


a. Memasyarakatkan BK
b. Melaksanakan program
c. Mengevaluasi layanan yang telah dilaksanakan
d. Memberikan nasehat

2. Permendiknas No.27 tahun 2008 berisikan tentang…


a. Standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor
b. Sarana dan prasarana
c. Jabatan fungsional guru
d. Beban kerja guru bimbingan dan konseling

3. Dalam Permendiknas No 22 tahun 2006, tugas konselor , kecuali..


a. Merencanakan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling
b. Melaksanaka kegiatan bimbingan dan konseling
c. Menilai kegiatan bimbingan dan konselinf
d. Memberikan tindak lanjut kegiatan bimbingan dan konseling

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Indonesia No.27 tahun 2008 tentang standar
kualifikasi akademik dan kompetensi konselor, kualifikasinya adalah...
a. Sarjana pendidikan (S1)
b. Berpendidikan profesi konselor
c. Sarjana Pendidikan + Profesi Konselor
d. Master Pendidikan + Profesi Konselor

5. Dibawah ini yang termasuk kedalam masalah yang sering ditemui di sekolah...
a. BK dianggap sebagai pemberi nasehat
b. Guru BK dianggap sebagai polisi sekolah
c. Bekerja di bawah tekanan
d. Semua benar
11

YEL-YEL

Song: Marilah kemari

Mari kawan-kawan hei hei hei..

Hei kawan..

Kita belajar materi manajemen kali ini

Dasar, aplikasi, dan permasalahan Guru BK

Ada ketentuan pelaksanaan BK

Ada juga konsep Guru BK

Yang tugasmya yang tugasnya memberikan bantuan layanan BK

Untuk pengentasan masalah dan perkembangan peserta didik yang optimal

Hei...

Hei…

Hei...
12

KEPUSTAKAAN

Bimo Walgito. 2010.  Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier). Yogyakarta: Andi.

Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Prayitno, dkk. (2002). Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Prayitno dkk. (2004). Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Jakarta : PT .Rineka Cipta.

Riska Ahmad & Marwisni Hasan. (2002). Pengelolahan Program BK. Padang :Departemen
Pendidikan Nasional.

Riska Ahmad. 2013. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Padang: UNP Press.

Soejipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Rineka Cipta, Jakarta, 2004.

Syahril, dkk. 2009. Profesi Kependidikan. Padang: UNP.

Thantawy R. 1995. Jakarta: Manajemen Bimbingan dan Konseling, Pamator.

Tohirin (2009). Bimbingan dan Konseling di Madrasah. Jakarta: Utama offse.

Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-undang Nomor 14 tahun 2006 tentang Guru dan Dosen.

Anda mungkin juga menyukai