PENDAHULUAN
A. Rasional
Sejalan dengan Tujuan Pendidikan Nasional (UU No. 20 Tahun 2003) SMP Budi
utama kerobokan, sebagai satuan pendidikan tidak hanya memberikan pembekalan
ilmu pengetahuan dan teknologi (perkembangan aspek kognitif) namun juga
memfasilitasi perkembangan peserta didik seI cara optimal. Upaya untuk memberikan
pembekalan ilmu pengetahuan dan teknologi (perkembangan aspek kognitif)
merupakan wilayah garapan guru bidang studi sedangkan upaya untuk memfasilitasi
perkembangan peserta didik merupakan wilayah garapan bimbingan dan konseling
yang harus dilakukan secara proaktif dan berbasis data tentang perkembangan peserta
didik beserta faktor yang mempengaruhinya. Meskipun demikian, dalam
pelaksanaannya layanan bimbingan dan konseling memerlukan kolaborasi antara
konselor dengan kepala sekolah, guru, staf administrasi, orang tua peserta didik dan
pihak-pihak terkait begitu juga sebaliknya.
Keberadaan bimbingan dan konseling dalam sistem pendidikan nasional di
Indonesia dijalani melalui proses panjang sejak kurang lebih 48 tahun yang lalu. Pada
saat ini keberadaan pelayanan bimbingan dan konseling dalam setting pendidikan,
khususnya persekolahan, telah memiliki legalitas yang kuat dan menjadi bagian
terpadu dari sistem pendidikan nasional. Pelayanan bimbingan dan konseling telah
mendapat tempat di semua jenjang pendidikan mulai dari jenjang Taman
Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi. Pengakuan ini terus mendorong perlunya
tenaga profesional yang secara khusus dipersiapkan untuk menyelenggarakan layanan
bimbingan dan konseling. Secara eksplisit telah ditetapkannya
1. Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai salah satu layanan pendidikan yang
harus diperoleh semua peserta didik telah termuat dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar dan
Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah.
2. ”Konselor” sebagai salah satu jenis tenaga kependidikan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pada Bab I Pasal 1 angka 6 dinyatakan bahwa “pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan”.
3. Pelayanan konseling yang merupakan bagian dari kegiatan pengembangan diri
telah termuat dalam struktur kurikulum yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar Menengah.
4. Beban kerja Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor pada Pasal 54 ayat (6)
Peraturan Pemerintah republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
yang menyatakan bahwa beban kerja Guru Bimbingan dan Konseling atau
Konselor yang memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah
mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh)
peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan. Lebih lanjut dalam
penjelasan Pasal 54 ayat (6) yang dimaksud dengan “mengampu layanan
bimbingan dan konseling” adalah pemberian perhatian, pengarahan, pengendalian,
dan pengawasan kepada sekurang-kurangnya 150 (seratus lima puluh) peserta
didik, yang dapat dilaksanakan dalam bentuk pelayanan tatap muka terjadwal di
kelas dan layanan perseorangan atau kelompok bagi yang dianggap perlu dan
memerlukan.
5. Penilaian kinerja Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor pada Pasal 22
ayat (5) Peraturan bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor 03/V/PB/2010 dan Nomor 14 tahun 2010 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya dinyatakan
bahwa penilaian kinerja guru bimbingan dan konseling atau konselor dihitung
secara proporsional berdasarkan beban kerja wajib paling kurang 150 (seratus lima
puluh) orang siswa dan paling banyak 250 dua ratus lima puluh) orang siswa per
tahun.
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor, yang
menyatakan bahwa kualifikasi akademik konselor dalam satuan pendidikan pada
jalur pendidikan formal dan nonformal adalah: (i) sarjana pendidikan (S-1) dalam
bidang bimbingan dan konseling; (ii) berpendidikan profesi konselor. Kompetensi
konselor meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional, yang berjumlah 17 kompetensi dan 76 sub
kompetensi.
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 68
Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMP/MTs, Nomor
69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/MA, dan
Nomor 70 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
SMK/MAK, yang memberikan kesempatan kepada peserta didik belajar
berdasarkan minat mereka. Struktur kurikulum memperkenankan peserta didik
melakukan pilihan dalam bentuk pilihan kelompok peminatan, lintas minat atau
pendalaman minat.
Disinilah peranan bimbingan dan konseling penting dalam membantu
pemilihan dan penetapan peminatan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum pada
Lampiran IV: Pedoman Pembelajaran, Bagian VII Konsep dan Strategi Layanan
Bimbingan dan Konseling yang mengamanatkan Kegiatan Bimbingan dan
Konseling diselenggarakan di dalam kelas (sewaktu jam pembelajaran
berlangsung) dan/atau di luar kelas (diluar jam pembelajaran) di dalam jam
pembelajaran kegiatan tatap muka dilaksanakan secara klasikal dengan volume
kegiatan 2 jam per kelas (rombongan belajar per minggu dan dilaksanakan secara
terjadwal).
Di Indonesia gerakan bimbingan dan konseling sejak awalnya berorientasi
pendidikan. Lebih-lebih dewasa ini, dalam implementasi Kurikulum 2013 mulai
tahun ini peranan pelayanan BK perlu lebih difokuskan sehingga benar-benar
mampu menunjang pengembangan potensi peserta didik secara optimal. Dalam hal
ini, dikonsepkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling benar-benar
sepenuhnya berada dalam wilayah pendidikan. Konsepsi ini semakin diperkuat,
khususnya dalam rangka mensukseskan implementasi Kurikulum 2013 yang lebih
memberdayakan upaya pendidikan melalui proses pembelajaran secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik dalam
berdinamika berpikir, merasa, bersikap, bertindak, dan bertanggung jawab.
Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan program bimbingan dan
konseling yang mewadahi seluruh kegiatan bimbingan dan konseling yang akan
diberikan kepada peserta didik dalam rangka menunjang tercapainya tujuan
pendidikan nasional pada umumnya dan visi/misi yang ada di sekolah secara
khusus. Penyusunan program bimbingan dan konseling hendaknya merujuk pada
pedoman kurikulum dan berdasarkan kondisi objektif yang berkaitan dengan
kebutuhan nyata di sekolah yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan
peserta didik. Sehingga program yang dilaksanakan merupakan program yang
realistik dan layak untuk diimplementasikan dan dapat mengembangkan potensi
peserta didik di SMP Budi Utama Kerobokan
B. Landasan
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan
faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor
selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling.
Ibarat sebuah bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan
fundasi yang kuat dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fundasi
yang kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk.
Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari
oleh fundasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap
layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah
individu yang dilayaninya (klien). Secara teoritik, berdasarkan hasil studi dari
beberapa sumber, secara umum terdapat lima aspek pokok yang mendasari
pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan yuridis, landasan
religius, landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selanjutnya, di bawah ini akan dideskripsikan dari masing-masing landasan
bimbingan dan konseling tersebut :
1. Landasan Yuridis
Landasan yuridis penerapan layanan Bimbingan dan konseling Sebagai bagian dari
Kurikulum 2013 di SMP Budi Utama Kerobokan
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang memuat pengembangan
diri peserta didik dalam struktur kurikulum setiap satuan pendidikan difasilitasi
dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan.
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru
f. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi dan Kompetensi Konselor
g. Permendikbud No 54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah
h. Permendikbud No 64 tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah;
i. Permendikbud No 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah;
j. Permendikbud No 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar
dan Menengah;
k. Permendikbud No 68 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum SMP/MTs
l. Permendikbud No 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum;
2. Landasan Filosofis
Landasan Filosofis Pendidikan. Landasan filosofis pendidikan adalah
asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam
pendidikan. Ada berbagai aliran filsafat, antara lain: Idealisme,
Realisme,Pragmatisme, Pancasila,
a. Realisme
Menurut aliran realisme “pengetahuan yang benar diperoleh manusia melalui
pengalaman indra”. penganut Realisme mengutamakan metode mengajar yang
memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memperoleh pengetahuan
melalui pengalaman langsung (misal: melalui observasi,praktikum, dsb.) atau
pengalaman.
Implikasi dari landasan filosofis pendidikan realisme ini dalam layanan
Bimbingan Konseling di SMP Budi Utama Kerobokan akan
mengutamakan kegiatan layanan yang memberi kesempatan memperoleh
pengalaman langsung (experiental learning) pada konseli melalui kegiatan
seperti observasi dan praktik.
b. Idealisme,
Idealisme, berpandangan bahwa kenyataan akhir atau kenyataan
yangsebenarnya adalah spiritual/rokhaniah atau cita. Tujuan pendidikan adalah
mengembangkan individu sebagai pribadi yang terbatas, dan ia mampu berbuat
selaras dengan suatu kehidupan yang mulia. Tujuan ini dapat dicapai dengan
cara mengekspresikan dirinya secara positif, dengan mempergunakan metode
dialektis untuk mengembangkan kemampuan menilai dan menalar, yang bisa
dicapai melalui pengajaran..Implikasi dari landasan filosofis idealisme
tersebut diatas maka dalam layanan bimbingan dan konseling di SMP Budi
Utama Kerobkan memperhatikan aspek spiritual/rohaniayah (sikap spiritual)
peserta didik dan mengarahkan peserta didik pada perilaku yang mulia dan
positif.
c. Pragmatisme:
Pragmatisme, berpandangan bahwa pengetahuan dan perbuatan bersatu tak
terpisahkan, dan semua pengetahuan bersumber dari dan diuji kebenarannya
melalui pengalaman. Tujuan pendidikan adalah pertumbuhan, dan kondisi
optimum atau tertinggi dari pertumbuhan adalah kebebasan mengadakan
penelitian bersama dengan urun pemikiran yang tidak terkekang dalam suatusi
sistem kerjasama yang terbuka. Metode pemecahan masalah yang telah
dikembangkan dalam ilmu sebagai pendekatan ilmiah, juga merupakan metode
belajar dalam pendidikan. Implikasi dari pandangan pragmatism tersebut
diatas maka dalam layanan Bimbingan dan Konseling di SMP Budi Utama
Kerobookan menekankan diperolehnya pengetahuan dan pengalaman agar
peserta didik dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
d. Pancasila:
Pandangan filsafat Pancasila tentang hakikat manusia, tidaklah memandang
tubuh manusia sebagai materi belaka, namun di dalam materi itu terdapat jiwa
yang merupakan kesatuan utuh dari dua dimensi. Pancasila sebagai filsafat
hidup yang mengakui religi sebagai suatu nilai, yang fundamental bagi manusia
dan bangsa Indonesia pada khususnya mengembangkan nilai-nilai religius.
Pancasila ialah filsafat hidup yang memandang manusia sebagai makhluk yang
mulia yang mengaku adanya Tuhan Implikasi dari pandangan filsafat
pancasila maka dalam layanan bimbingan dan konseling di SMP Budi Utama
Kerobokan diarahkan pada pembentukan pribadi peserta didik yang sesuai
dengan nilai-nilai luhur pancasila.
5. Landasan Religius
Landasan religius pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari religi
atau agama yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau
studi pendidikan.
Ada tiga hal yang harus ditekankan bagi layanan BK:
a. Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk Tuhan.
b. Sikap yang mendorong perkembangan dan prikehidupan manusia berjalan ke
arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama.
c. Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal
suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dan
meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan
pemecahan masalah individu.
Agama merupakan pandangan hidup yang mengajarkan manusia pada
kebenaran hakiki, sehingga dalam layanan bimbingan dan konseling tidak boleh
lepas dari kaidah-kaidah ajaran agama Oleh karena itu manusia harus sadar dan
mempunyai landasan hidup yang mereka pegang.
Misi sekolah dirumuskan untuk mewujudkan visi sekolah. Adapun misi SMP Budi Utama
Kerobokan ditetapkan sebagai berikut :
2.10 inovatif
2. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar)
adalah :
a. Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami
berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang
dialaminya.
b. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan
membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua
pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
c. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
d. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan
membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan
mempersiapkan diri menghadapi ujian.
e. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan
pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas,
memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha
memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan
wawasan yang lebih luas.
f. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
A. TUGAS PERKEMBANGAN
1. Penilaian hasil
untuk memperoleh informasi keefektifan layanan peminatan ditinjau dari
hasilnya. Kegiatannya penilaian segera (laiseg) penilaian jangka
pendek (laijapen), dan penilaian jangka panjang (laijapang).
a. Penilaian segera: Penilaian pada akhir setiap jenis layanan dan kegiatan
pendukung konseling untuk mengetahui perolehan peserta didik yang
dilayani
Fokus Penilaian segera:
1) Understanding : diperolehnya informasi dan pemahaman baru
2) Comfort : dicapaianya keringanan beban perasaan
3) Action : disusunnya rencana kegiatan pasca konseling dalam
rangka perwujudan upaya pengembangan diri dan/atau
pengentasan masalah klien.
b. Penilaian Jangka Pendek: Penilaian dalam waktu tertentu (satu minggu
sampai dengan satu bulan) setelah satu jenis layanan dan atau kegiatan
pendukung BK diselenggarakan untuk mengetahui dampak
layanan/kegiatan terhadap peserta didik
c. Penilaian Jangka Panjang: Penilaian dalam waktu tertentu (satu bulan
sampai dengan satu semester) setelah satu atau bebe-rapa layanan dan
kegiatan pendu-kung BK diselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh
dam-pak layanan dan atau kegiatan pendukung konseling terhadap pe-serta
didik.
2. Penilaian Proses
Penilaian proses kegiatan layanan BK dilakukan melalui analisis terhadap
keterlibatan unsur-unsur sebagaimana tercantum dalam SATLAN dan
SATKUNG, untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan.
Penilaian proses bimbingan dan konseling ditujukan kepada penilaian selama
proses yang dapat dilakukan dengan :
a. Mengamati partisipasi dan aktivitas siswa dalam kegistan layanan
b. Mengungkapkan pemahaman siswa atas materi yang disajikan atau
pemahaman atas masalah yang dialaminya.
c. Mengungkapkan kegunaan layanan dan mengamati perkembangan siswa.
d. Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan
layanan.
Sumber informasi untuk keperluan penilaian ini antara lain peserta didik, kepala
sekolah, para wali kelas, guru mata pelajaran, orang tua, tokoh masyarakat, para
pejabat Depdiknas, organisasi profesi bimbingan, sekolah lanjutan, dan sebagainya.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan berbagai cara dan alat seperti wawancara,
observasi, studi dokumentasi, angket, tes, analisis hasil kerja peserta didik, dan
sebagainya.
Penilaian perlu diprogramkan secara sistematis dan terpadu. Kegiatan penilaian
baik mengenai proses maupun hasil perlu dianalisis untuk kemudian dijadikan dasar
dalam tindak lanjut untuk perbaikan dan pengembangan program bimbingan dan
konseling. Dengan dilakukan penilaian secara komprehensif, jelas dan cermat maka
diperoleh data atau informasi tentang proses dan hasil pelayanan bimbingan dan
konseling yang kemudian dianalisis guna menentukan tindak lanjut. Data dan
informasi ini dapat dijadikan bahan untuk pertanggungjawaban/ akuntabiltas
pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah
E. STRATEGI PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Strategi pelaksanaan bimbingan dan konseling melalui tahapan sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ini meliputi kegiatan :
a. Analisis kebutuhan peserta didik
Analisis ini didasarkan dari instrumen antara lain :
1) Daftar Cek masalah (DCM)
2) Pengalaman konselor
3) Masukan dari berbagai pihak terkait (orang tua peserta didik, wali
kelas, guru mata pelajaran, kepala sekolah dan lain-lain)
b. Konsultasi program
c. Penyusunan program
d. Penyediaan sarana dan prasarana
e. Pembagian tugas
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan program BK meliputi dua kegiatan, yaitu :
a. Di dalam jam pembelajaran sekolah meliputi :
1) Kegiatan tatap muka secara klasikal dengan peserta didik untuk
menyelenggarakan layanan informasi, penempatan/penyaluran,
penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta layanan/ kegiatan
lain yang dapat dilakukan di dalam kelas
2) Volume kegiatan tatap muka adalah dua jam perkelas perminggu
dan dilaksanakan secara terjadwal
3) Kegiatan tidak tatap muka dengan peserta didik untuk
menyelengggarakan layanan konsultasi, kegiatan konferensi kasus,
himpunan data, kunjungan rumah, pemanfaatan kepustkaan, dan
laih tangan kasus.
3. Tahap evaluasi
Dalam tahap evaluasi terdiri dari :
a. Penilaian
Penilaian dilakukan terhadap keseluruhan kegiatan layanan
b. Tindak lanjut
Dari hasil penilaian yang dilakukan merupakan bahan untuk program tahun
berikutnya.
c. Pelaporan
Pelaporan terdiri dari laporan bulanan, laporan semester dan laporan tahunan
kepada kepala sekolah.
Prasarana pokok yang diperlukan ialah ruang bimbingan dan konseling yang
cukup memadai. Ruang dimaksud hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga peserta
dididk yang berkunjung merasa senang dan nyaman, serta ruangan tersebut dapat
digunakan untuk pelaksanaan berbagai jenis kegiatan layanan bimbingan dan
konseling baik individu maupun kelompok sesuai dengan asas-asas dan kode etik
bimbingan dan konseling.
Sedangkan Sarana dan prasarana berisi fasilitas dan perlengkapan yang
mendukung terhadap keterlaksanaan program bimbingan dan konseling. Sarana yang
akan digunakan dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling meliputi :
BAB III
PENUTUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN