Anda di halaman 1dari 3

Nama : Sonya Rusmana Landasan Yuridis Formal (Undang-undang No.

20 Tahun 2003,
Permendikbud No. 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan
NIM : 20053058
Konseling)
Prodi : Pendidikan Ekonomi

EKSISTENSI DAN KEDUDUKAN BK DI SEKOLAH Setelah penantian yang cukup panjang akhirnya layanan BK
di sekolah kini telah memperoleh dasar legalitas yuridis formal yang
Pendidik sangat memegang peranan penting agar proses
lebih kokoh, yaitu dengan hadirnya Permendikbud No. 111 tahun
pendidikan terhadap siswa di sekolah berjalan maksimal dan optimal.
2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan
Sebutan pendidik ini, tak hanya guru kelas dan guru bidang studi,
Pendidikan Menengah, yang ditandatangani oleh Menteri Pendidikan
tetapi juga termasuk didalamnya guru Bimbingan dan Konseling
dan Kebudayaan per tanggal 8 Oktober 2014.
(BK) atau seringkali disebut konselor.

Peran guru BK di sekolah sangat penting. Guru BK di Permendikbud ini menjadi rujukan penting, khususnya bagi

sekolah dapat memberikan layanan agar siswa memiliki konsep diri para Guru BK/ Konselor dalam menyelenggarakan dan

yang sangat jelas. Layanan BK yang diberikan kepada siswa tak mengadministrasikan layanan Bimbingan BK di sekolah. Hal yang

hanya menyangkut persoalan belajar dan sosial. Layanan BK juga dianggap baru dari kehadiran Peraturan Menteri ini yaitu secara

menyangkut persoalan pribadi, karir, dan sebagainya. Dengan resmi mulai diterapkannya pola Bimbingan dan Konseling

adanya BK di sekolah, siswa harapannya dapat mengenal dan Komprehensif, sebagaimana disampaikan dalam Pasal 6 ayat 1 yang

memahami dirinya untuk dapat mengaktualisasikan dirinya demi menyebutkan bahwa: “Komponen layanan Bimbingan dan Konseling

mencapai kehidupan yang bermakna. memiliki 4 (empat) program yang mencakup: (a) layanan dasar; (b)
layanan peminatan dan perencanaan individual; (c) layanan
Di tengah tantangan mendidik siswa di sekolah, keberadaan responsif; dan (d) layanan dukungan sistem”. (Minto Tulus, 2014)
dan layanan BK di sekolah tentu saja perlu mendapatkan perhatian
yang sangat optimal. Optimalisasi untuk layanan BK di sekolah perlu Layanan Bimbingan dan Konseling diselenggarakan secara
dilakukan dengan kehadiran guru BK yang mampu menunjukkan terprogram berdasarkan asesmen kebutuhan (need assesment) yang
unjuk kerja secara profesional. Bagaimana pun, siswa tak sekadar dianggap penting (skala prioritas) dilaksanakan secara rutin dan
mendapatkan materi pelajaran di sekolah. Layanan bimbingan berkelanjutan (scaffolding). Semua peserta didik harus mendapatkan
pribadi, bimbingan belajar, bimbingan sosial, bimbingan karir layanan bimbingan dan konseling secara terencana, teratur, dan
maupun bimbingan lainnya harapannya bisa berjalan baik. sistematis serta sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu, Konselor atau
Guru Bimbingan dan Konseling dialokasikan jam masuk kelas
selama 2 ( dua ) jam pembelajaran per minggu setiap kelas secara menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang
rutin terjadwal. bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan
menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara,
Landasan Yuridis Informal (Psikologis, Sosial, IPTEK, dan
analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris
Globalisasi).
yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan
tulisan-tulisan ilmiah lainnya.
1. Landasan Psikologis

4. Landasan Globalisasi
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat
Landasan ini berhubungan dengan eksistansi guru BK untuk
memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu
menjadikan anak didiknya sebgai anak didik yang berlandasan dan
yang menjadi sasaran layanan. Untuk kepentingan bimbingan dan
mengikuti globalisasi. Namun landasan globalisasi ini juga dapat
konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh
menghambat atau memantau siswa agar tidak terbawa akan arus
konselor adalah tentang : (a) Motif dan motivasi; (b) Pembawaan dan
globalisasi yang isfatnya dapat merusak peserta didiknya. Karena
lingkungan, (c) Perkembangan individu; (d) Belajar; dan (e)
peserta didik yang masih duduk dikalangan sekolah dapat dengan
Kepribadian.
mudah terpengaruh dengan perkembangan globalisasi.
2. Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat KEPUSTAKAAN
Armanda, B. P. (2021). EKSISTENSI DAN KEDUDUKAN BK DI
memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi
SEKOLAH.
kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang
mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada
dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia
hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk
mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-
budaya yang ada di sekitarnya.

3. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan


profesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang
Di tengah tantangan mendidik siswa di
sekolah, keberadaan dan layanan BK di sekolah
tentu saja perlu mendapatkan perhatian yang sangat
optimal. Optimalisasi untuk layanan BK di sekolah
perlu dilakukan dengan kehadiran guru BK yang
mampu menunjukkan unjuk kerja secara
profesional. Bagaimana pun, siswa tak sekadar
Eksistensi dan Kedudukan BK
mendapatkan materi pelajaran di sekolah. Layanan
di sekolah bimbingan pribadi, bimbingan belajar, bimbingan
sosial, bimbingan karir maupun bimbingan lainnya
harapannya bisa berjalan baik.

1. Landasan Yuridis Formal


(Undang-undang No. 20 Tahun 2003,
Permendikbud No. 111 tahun 2014
tentang Bimbingan dan Konseling)
2. Landasan Yuridis Informal
Disampaikan dalam Pasal 6 ayat
1 yang menyebutkan bahwa: a) Landasan Psikologis
“Komponen layanan Bimbingan dan b) Landasan Sosial-
Budaya
Konseling memiliki 4 (empat) program c) Landasan IPTEK
yang mencakup: (a) layanan dasar; (b) d) Landasan Globalisasi
layanan peminatan dan perencanaan
individual; (c) layanan responsif; dan (d)
layanan dukungan sistem”

Anda mungkin juga menyukai