Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH DASAR-DASAR BIMBINGAAN DAN KONSELING

“POSISI BK DALAM KURIKULUM”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

1. AFIFAH : 2230107001
2. GIAN HARSA : 2230107010
3. STEVANI IMMELIA PUTRI : 2230107020

DOSEN PENGAMPU :
Dr. IRMAN, S.Ag., M.Pd
WENDA ASMITA, M.Pd

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS
BATUSANGKAR
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati indahnya alam
ciptaan-Nya. Solawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada baginda Muhammad
Saw. yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama
yang sempurna dengan bahasa yang sangat indah. Penyusun merasa sangat
bersyukur karena telah dapat menyelesaikan makalah yang berjudul: "POSISI BK
DALAM KURIKULUM".
Penyusun sangat menyadari di dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan dan kemampuan
penyusun. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penyusun sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah
ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta membalas
kebaikan semua pihak yang membantu penyusun dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun, khususnya bagi
pembaca pada umumnya.
Wassalammualaikum wr.wb.

Batusangkar, 26 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

C. Tujuan .......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2

A. Posisi BK Dalam Kurikulum ....................................................................... 2

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 8

A. Kesimpulan .................................................................................................. 8

B. Saran ............................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai harganya bagi individu
dan masyarakat. Pendidikan tidak pernah dideskripsikan secara gamblang
hanya dengan mencatat banyaknya jumlah siswa, personil yang terlibat,
harga bangunan, dan fasilitas yang dimilikinya, akan tetapi pendidikan yang
bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya
secara sinergi, yaitu bidang administrativ dan kepemimpinan, bidang exra
kurikuler, dan hidang pembinaan siswa (bimbingan dan koseling).
Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang admistratif atau
pengajaran dengan mengabaikan bidang bimbingan mungkin hanya biasa
menghasilkan individu yang pintar dan terampil dalam aspek akademik,
akan tetapi kurang terampil dalam hal mengenal atau mengembangkan
potensi yang dimikinya.
Oleh karena itu keberadaan pelayanan bimbingan dan konseling
sangat penting dalam kurikulum sekolah, karena bimbingan konseling
merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan
secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami
dirinya dan potensi yang dimilikinya, dengan demikian konselor dapat
membimbing dan mengarahkan siswa sesuai dengan minat dan bakat yang
dimilikinya, dengan arahan-arahan yang diberikan oleh konselor diharapkan
siswa mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana posisi BK dalam kurikulum?

C. Tujuan
1. Mengetahui posisi BK dalam kurikulum

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Posisi BK Dalam Kurikulum


Posisi bimbingan dan konseling dalam kurikulum sangat penting
untuk mendukung perkembangan holistik siswa. Ini adalah bagian integral
dari pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa mencapai potensi
mereka secara akademik, sosial, emosional, dan personal. Berikut adalah
beberapa poin penting tentang posisi bimbingan dan konseling dalam
kurikulum:
1. Tujuan Pembelajaran
Bimbingan dan konseling diintegrasikan ke dalam kurikulum untuk
membantu siswa meraih tujuan pembelajaran akademik mereka. Ini
dapat mencakup perencanaan karir, manajemen waktu dan strategi
belajar (Rahmi, 2021).
2. Dukungan Emosional Dan Sosial
Bimbingan dan konseling membantu siswa mengatasi masalah
emosional dan sosial, seperti stres, tekanan teman sebaya, konflik, dan
masalah lainnya yang dapat memengaruhi kesejahteraan mereka. Ini
membantu menciptakan lingkungan belajar yang positif
3. Pengembangan Karakter Dan Etika
Konselor membantu siswa dalam pengembangan karakter, etika,
dan nilai-nilai yang baik. Mereka memberikan panduan tentang perilaku
yang baik dan tanggung jawab dan sosial
4. Penilaian Dan Penyuluhan
Konselor dapat membantu siswa dalam memahami hasil evaluasi
akademik mereka dan membantu mereka merencanakan langkah-
langkah perbaikan. Mereka juga memberikan penyuluhan tentang
pilihan karir dan peluang pendidikan setelah lulus.

2
5. Penanganan Masalah Kasus
Bimbingan dan konseling berperan penting dalam penanganan
masalah khusus yang mungkin dihadapi siswa, seperti masalah perilaku,
kecanduan, atau masalah pribadi yang memengaruhi pengajaran.
6. Pengembangan Keterampilan Hidup
Konselor dapat memberikan pelatihan dalam pengembangan
keterampilan hidup yang penting, seperti komunikasi efektif,
manajemen konflik, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan.
7. Pemantauan kemajuan
Bimbingan dan konseling juga berperan dalam pemantauan
kemajuan siswa. Konselor bekerja sama dengan guru dan orang tua
untuk memastikan bahwa siswa mencapai potensi mereka dan
memberikan dukungan tambahan jika di perlukan.
8. Integrasi dalam kurikulum
Bimbingan dan konseling harus diintegrasikan secara efektif dengan
kurikulum sekolah. Hal ini dapat dilakukan melalui program khusus,
pelatihan untuk guru, dan kerja sama dengan semua stakeholder
pendidikan.
9. Pembentukan lingkungan yang aman
Bimbingan dan konseling juga berperan dalam menciptakan
lingkungan sekolah yang aman dan mendukung perkembangan siswa.
Ini termasuk pencegahan pelecehan, bullying, dan perilaku negatif
lainya (Bimo Walgito, 2004).
Dengan memasukkan bimbingan dan konseling dalam kurikulum,
sekolah dapat membantu siswa mengembangkan diri secara menyeluruh,
meraih potensi akademik mereka, dan menjadi warga yang baik dalam
masyarakat. Hal ini penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang
positif dan mendukung perkembangan siswa secara holistik (Safrianus,
2010).

3
Pelaksanaan bk dalam kurikulum Pendidikan:
1. Pelaksana Utama
Pelaksana utama pada kurikulum 2013 terbagi menjadi dua, yaitu (a)
guru kelas, dan (b) guru BK pada tingkat SMP dan SMA. (1) guru kelas,
di SD biasanya tidak ada guru BK atau pembimbing yang ditugaskan,
maka pelayanan BK di SD biasanya dilakukan oleh guru kelas. Dalam
hal ini kepala sekolah merupakan pelaksana bimbingan profesi tingkat
pertama bagi siswa sekolah dasar yang akan lulus dan melanjutkan
studi ke sekolah menengah pertama, (2) guru BK atau konsultan di
SMP adalah pelaksana tingkat kedua di SMP, tingkat ketiga di SMA
umum dan tingkat ketiga di SMK. Saat melaksanakan tugas, guru atau
konsultan BK akan melaksanakan dan mengkoordinasikan arahan
layanan profesional secara keseluruhan (Purnomo, 2019)
2. Pelaksana Penunjang
Pelaksana penunjang pada kurikulum 2013 terbagi menjadi
beberapa komponen, yaitu (a) pimpinan pendidikan, (b) guru mata
pelajaran, (c) wali kelas, dan (d) orang tua. Pimpinan pendidikan di SD,
SMP, SMA, dan SMK diberi tugas untuk meningkatkan pelaksanaan
kegiatan terkait layanan peminatan di satuan pendidikannya dengan
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada guru kelas, guru
BK, guru mata pelajaran, dan pendidik kelas untuk memenuhi perannya
dengan baik sesuai dengan spesialisasi layanan siswa. Kepala sekolah
juga menyediakan waktu, format, dana, dan fasilitas lain untuk
menyukseskan upaya fokus pada kepentingan siswa di sekolah itu, dsb
(Bimo Walgito, 2004).
Guru mata pelajaran wajib atau pilihan, termasuk mata pelajaran
umum dan mata pelajaran praktik atau kejuruan, mengkhususkan diri
dalam memberikan informasi kepada siswa tentang nilai prestasi
belajar dan pendidikan atau pekerjaan yang membutuhkan informasi
dalam mata pelajaran ini. Wali kelas, adalah administrator dan
penyelenggara kelas dan kemajuan siswa di kelas, yang merupakan

4
tanggung jawab mereka untuk keberhasilan studi mereka, termasuk
spesialisasi (Sukmawati, 2015).
Guru kelas dapat bekerja secara langsung dengan guru atau
pembimbing BK dalam pelaksanaan aspek pelayanan terkait dengan
kebutuhan siswa di kelas. Orang tua siswa, yang bersangkutan
mendorong anaknya untuk memilih mata pelajaran atau studi lanjut
sesuai dengan bakat, minat dan tren karier siswa, serta memfasilitasi
kelanjutan pendidikan anaknya
(Panduan_Lengkap_dan_Aplikatif_Bimbingan, n.d.).
Minat peserta didik merupakan upaya untuk mendukung dan
memfasilitasi perkembangan peserta didik agar secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
dan keterampilan yang dibutuhkan oleh dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara. (arahan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional) guna mewujudkan
pembangunan yang optimal. Minat siswa harus dikelola dengan baik
agar siswa dapat membuat pilihan yang tepat dan memiliki kesempatan
untuk belajar dengan sukses (Purnomo, 2019).
Peminatan penting bagi siswa SMP/MTs, karena peminatan
adalah keputusan siswa untuk memilih suatu kelompok mata pelajaran
sesuai minat, bakat, dan kemampuannya selama menempuh pendidikan
di sekolah menengah. Pilihan spesialisasi dibuat atas dasar kebutuhan
untuk melanjutkan studi.
Penetapan peminatan menjadi penting dalam pelaksanaan
kurikulum 2013, karena pemilihan peminatan ini diterapkan satuan
SMA/MA, yaitu pada pemilihan kategori mata pelajaran SMA/MA,
dan pemilihan tim peminatan pada kurikulum vokasi SMK. Pemilihan
mata pelajaran dan mata pelajaran kelompok penelitian khusus
merupakan upaya untuk membantu mahasiswa memilih dan mendalami
mata pelajaran yang harus diikuti oleh jurusan pendidikan, memahami

5
dan memilih arah pengembangan karier, serta upaya dalam
mempersiapkan diri (Fay, 1967).
Upaya optimalisasi potensi peserta didik tersebut
memerlukan kerja sama yang baik antara guru mata pelajaran, kepala
sekolah, konselor atau konsultan, kepala sekolah/madrasah, dan orang
tua/wali. Menurut PP No. 31 Tahun 2013 dan Pasal 77B ayat (7)
struktur kurikulum lembaga pendidikan menengah, meliputi (1) muatan
umum, (2) konten profesional akademis, (3) konten akademik
profesional, dan (4) konten yang dipilih lintas minat/profesional
(Prayitno, 2008).
1. Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiah (MI)
Meskipun di tingkat SD bimbingan dan konseling belum
dilaksanakan oleh petugas khusus yakni guru pembimbing, tetapi
tetap diperlukan adanya struktur organisasi. Berikut merupakan pola
struktur organisasi bimbingan dan konseling di sekolah dasar, yakni:
• Memanfaatkan guru kelas sebagai tenaga pembimbing.
• Menggunakan seorang guru pembimbing (konselor) untuk
beberapa sekolah yang terdekat.
• Menggunakan seorang guru pembimbing (konselor) untuk setiap
sekolah.
2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Sanawiah
Dalam buku Badaruddin (2015: 46), sarana utama
penyampaian layanan bimbingan dan konseling adalah melalui
bimbingan dan konseling kepada guru atau konselor. Pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah dasar dilakukan oleh guru kelas,
sedangkan di sekolah menengah pertama adalah guru BK.
Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
menengah pertama, yaitu:
• Pengertian, tujuan, prinsip, paradigma, visi dan misi, pelayanan
BK yang profesional.
• Bidang materi layanan BK meliputi materi pendidikan karakter
dan aplikasi pengarahan siswa.

6
• Jenis layanan, kegiatan pendukung dan format bimbingan dan
konseling.
• Pendekatan, metode, teknik dan media konseling, termasuk
perubahan perilaku, penanaman nilai karakter, dan tuntutan
peserta didik.
• Penilaian hasil dan proses bimbingan dan konseling.
• Merumuskan program bimbingan dan konseling.
• Memproses pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
• Penyusunan laporan layanan bimbingan dan konseling.
• Kode etik profesi bimbingan dan konseling.
• Peran organisasi yang menangani bimbingan dan konseling
(Mustayah, 2022).
3. Sekolah Menengah Atas (SMP) atau Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK)
Konsep bimbingan konseling di jenjang SMA/SMK
diharapkan dapat diterapkan di seluruh sekolah di Indonesia. Peran
bimbingan konseling dalam penyuluhan akademik, penyuluhan
karier, dan penyuluhan pribadi dan sosial, baik secara preventif
maupun kuratif, diharapkan mampu mencerdaskan kehidupan
bangsa dan turut mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya.
Harapan terpenting terkait penerapan konsep konseling di SMA
adalah agar siswa SMA dapat berperan positif dalam kehidupan
sosial (Sodik, 2017).

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan aser yang tak ternilai harganya bagi seorang
individu dan masyarakat. Pendidikan tidak pernah dideskripsikan secara
gambling hanya dengan mencatat banyaknya jumlah siswa, personil
yang terlibat, harga banguna, dan fasilitas yang dimilikinya, akan tetapi
Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang
kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administrative dan
kepemimpinan, bidang ekstra kurikuler, dan bidang pembinaan siswa
(bimbingan dan konseling).
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini kami merasa memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun dan memotivasi kami, sehingga dengan hal ini dapat
dijadikan koreksi dimasa yang akan datang. Mudah-mudahan makalah
ini dapat bermanfaat serta menjadi amal bagi kami selaku penyusun dan
penulis makalah sebagai tugas yang telah diamanahkan.

8
DAFTAR PUSTAKA
Bimo Walgito. (2004). Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. In yogyakarta: Andi
(p. 5).
Fay, D. L. (1967). Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling. In Angewandte
Chemie International Edition, 6(11), 951–952.
Mustayah. (2022). Penyelenggaraan_Program_Bimbingan_Konsel
Panduan_Lengkap_dan_Aplikatif_Bimbingan. (n.d.).
Purnomo, H. (2019). Bimbingan Konseling Di Sekolah Dasar. In Jurnal PGSD
(Vol. 4, Issue 02, pp. 1–11). https://doi.org/10.32534/jps.v4i02.766
Rahmi, S. (2021). Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial. In Bimbingan dan
Konseling Pribadi Sosial.
https://doi.org/10.52574/syiahkualauniversitypress.205
Safrianus. (2010). Aku_Bimbingan_dan_Konseling.
Sodik, A. (2017). Pengantar Bimbingan dan Konseling. In Journal of Chemical
Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9, pp. 1689–1699).

Anda mungkin juga menyukai