Anda di halaman 1dari 15

PENGELOLAAN TENAGA PENDIDIK DAN TENAGA

KEPENDIDIKAN
Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Pengelolaan Pendidikan Dosen
pengampu: Dr. Ade Suherman, M.Pd

Disusun oleh:
Nia kurniawan (18813010)

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU SOSIAL, BAHASA, DAN


SASTRA (FPISBS)
PROGRAM PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karuniaNya lah, Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik tepat pada
waktunya. Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Pengelolaan Pendidikan pada semester 4 di tahun akademik 2019/2020 dengan judul “Tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan” Dengan membuat tugas ini diharapkan untuk mampu
memahami tentang tahapan pengelolaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam
penyelesaian Makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh
kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari
Dosen Pengampu Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan yang telah memberikan pengarahan
guna penyusunan makalah ini, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat positif, guna penyusunan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Harapan penulis, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberikan informasi kepada
pembaca tentang pengelolaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan

Garut, Juni 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
ABSTRAK........................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1


A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA.......................................................................................... 2


A. Pengertian tenaga pendidik dan tenaga kependidikan........................................... 2
B. Tahapan pendidik dan kependidikan..................................................................... 4

BAB III PENUTUP......................................................................................................... 10


A. Kesimpulan............................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 11

iii
ABSTRAK
Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat kepala sekolah, guru-
guru, staf tata usaha, dan murid-murid yang memerlukan adanya pengelolaan tenaga pendidik dan
kependidikan yang baik supaya dapat berjalan dengan lancar sesuai arah dan tujuannya. Pengelolaan
tenaga pendidik yang baik, dimaksudkan agar pembagian tugas dan tanggung jawab dapat merata
kepada semua orang sesuai dengan kecakapan dan fungsinya masing-masing. Tiap orang mengerti
dan menyadari tugasnya dan tempatnya di dalam struktur organisasi itu. Dengan demikian dapat
dihindari pula adanya tindakan yang sewenang-wenang atau otoriter dari kepala sekolah, dan
sebaliknya dapat diciptakan adanya suasana yang demokratis dalam menjalankan roda sekolah.
Pendidik menurut Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Pengelolaan tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan merupakan kegiatan yang mencakup penetapan norma, standar, prosedur,
pengangkatan, pembinaan, penatalaksanaan, kesejahteraan dan pemberhentian tenaga kependidikan
sekolah agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dalam mencapai tujuan sekolah. Tahapan
pengelolaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan terdiri dari perencanaan, rekrutmen, seleksi,
penempatan, penampilan dan penilaian kerja, pelatihan dan pengembangan, kompensasi, keselamatan
kerja, pengembangan karier, dan pemberhentian.

Kata kunci : tenaga pendidik, tenaga kependidikan, tahapan pendidik dan kependidikan

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu pembinaan yang dilakukan oleh orang dewasa
terhadap anak (yang dianggap belum dewasa) untuk mencapai tingkat
kedewasaan. Pendidikan hakikatnya adalah upaya membantu manusia agar
mampu mewujudkan diri sesuai kodrat dan martabat kemanusiaannya, atau
mampu melaksanakan berbagai peranan sesuai dengan statusnya berdasarkan
nilai-nilai dan norma-norma yang diakuinya.
Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat
kepala sekolah, guru-guru, pegawai tata usaha, dan murid-murid memerlukan
adanya pengelolaan organisasi/tenaga pendidik yang baik supaya dapat berjalan
dengan lancar sesuai arah dan tujuannya. Pengelolaan tenaga pendidik yang baik,
dimaksudkan agar pembagian tugas dan tanggung jawab dapat merata kepada
semua orang sesuai dengan kecakapan dan fungsinya masing-masing. Tiap orang
mengerti dan menyadari tugasnya dan tempatnya di dalam struktur organisasi itu.
Dengan demikian dapat dihindari pula adanya tindakan yang sewenang-wenang
atau otoriter dari kepala sekolah, dan sebaliknya dapat diciptakan adanya suasana
yang demokratis dalam menjalankan roda sekolah.
Manajemen SDM dalam dunia pendidikan adalah proses menangani berbagai
masalah pada ruang lingkup siswa, guru, pegawai, dan tenaga kependidikan untuk
menunjang aktivitas bidang pendidikan demi mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Manajemen sumber daya manusia adalah konteks pendidikan yang
dapat dikelompokkan menjadi sumber daya manusia tenaga pendidik dan
kependidikan atau guru dan tenaga administrasi, dan sumber daya manusia atau
peserta didik.
Tenaga atau personalia pendidikan adalah semua orang yang terlibat dalam
tugas-tugas pendidikan, Para personalia pendidikan perlu dibina agar bekerja
sama secara lebih baik dengan masyarakat. Menurut Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, tenaga kependidikan itu adalah
anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan pendidik adalah tenaga kependidikan
yang berkualitifikasi sebagai guru, dosen, konselor, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Untuk dapat menghasilkan
output yang berkualitas maka suatu lembaga pendidikan dapat menempuh
prosedur awal yaitu melalui perencanaan SDM yang matang pada saat perekrutan
(Alliyah,2017:76).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Tenaga pendidik dan tenaga kependidikan ?
2. Bagaimana pengelolaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan ?

1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengetian Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pengertian Pendidik menurut Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah tenaga kependidikan
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara,
tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Sedangkan pengertian tenaga pendidik menurut Pasal 1 angka 5 Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah
anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan.
Hakikat tenaga pendidik dan kependidikan, Undang-undang sistem
pendidikan nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 6 mengartikan kata ‘pendidik’
sebagai tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya serta partisipasi dalam penyelenggaraan
pendidikan.
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat selalu menghubungkan guru
dengan pekerjaan yang terkait dengan pendidikan siswa disekolah, seperti: (a)
mempersiapkan berbagai administrasi pembelajaran yang diperlukan; (b)
mengajar dan membimbing para siswa; (c) memberikan penilaian terhadap hasil
belajar para siswa; dan (d) menganalisis tingkat keberhasilan siswa dalam
menyerap semua materi pembelajaran.
Menurut Ismaya (2015: 107-108), Pendidik merupakan hal yang sangat
penting dalam sebuah lembaga pendidikan, karena dialah yang menjadi motor
penggerak dan perubahan, bahkan bukan hanya sebagai agen perubahan (agent of
change) tetapi juga sebagai orang yang mendidik, mengarahkan, membimbing,
dan mengevaluasi peserta didiknya sehingga ia mampu mencapai tujuan yang
diinginkannya.
Tenaga kependidikan merupakan seluruh komponen yang terdapat dalam
instansi atau lembaga pendidikan yang tidak hanya mencakup guru saja melainkan
keseluruhan yang berpartisipasi dalam pendidikan. Dilihat dari jabatannya, tenaga
kependidikan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Tenaga struktural merupakan tenaga kependidikan yang menempati
jabatan-jabaatan eksekutif umum (pimpinan) yang bertanggung jawab baik
langsung maupun tidak langsung atas satuan pendidikan.
2. Tenaga fungsional merupakan tenaga kependidikan yang menempati
jabatan fungsional yaitu jabatan yang dalam pelaksanaan pekerjaanya
mengandalkan keahlian akademis kependidikan.

2
3. Tenaga teknis merupakan tenaga kependidikan yang dalam pelaksanaan
pekerjaannya lebih dituntut kecakapan teknis operasional atau teknis
administratif.
Secara teoritis, suatu sistem pendidikan (dimanapun dan pada jenjang
manapun juga) baru mungkin akan terselenggara secara sempurna apabila seluruh
unsur ketenagaan tersebut tersedia secara memadai baik dilihat dari segi kuantitas
maupun kualitasnya. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa formasi guru dan
tenaga kependidikan yang diperlukan untuk penyelenggaraan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan untuk semua jenis dan jenjang persekolahan adalah
guru bidang studi (mata pelajaran), konselor, tenaga perencana pendidikan di
sekolah, ahli kurikulum, psikologi pendidikan danteknisi(laboran
pustakawan,arsiparis dan sebagainya).
Sedangkan tenaga kependidikan yang diperlukan pada unit kerja pendidikan
di pemerintah provinsi dan kabupaten/kota adalah tenaga perencanaan pendidikan
(sarjana administrasi dan manajemen pendidikan), penelitian dan pengembangan
berdasarkan bidang spesialisasi keahliannya, ahli kurikulum dan teknologi
pendidikan (sarjana kurikulum), psikologi pendidikan dan ahli bidang studi (mata
pelajaran). Hierarkis profesi tenaga kependidikan dapat dilihat dari sisi kualifikasi
latar belakang dan tingkat pendidikan tenaga kependidikan itu dan kualifikasi
untuk kerja profesinya (yang berlatar tingkat pendidikan dan pengalaman kerja),
hierarki tenaga kependidikan itu adalah (1) tenaga profesional penuh, yaitu tenaga
kependidikan yang mampu memberikan sumbangan terhadap sistem pendidikan,
terutama dalam hal wawasan, konsep dan dasar implementasi yang tajam dan
komprehensif mengenai ikhwal pendidikan; (2) tenaga pembaharu, yaitu tenaga
kependidikan yang mampu memberikan sumbangan, terutama dalam bentuk
komitmen yang tinggi tehadap pelaksanaan sistem pendidikan; (3) tenaga kapabel,
yaitu tenaga kependidikan yang mampu memberikan sumbangan dalam bentuk
pertisipasi yang mantap terhadap pelaksanaan sistem pendidikan.
Selain faktor human sebagai penggerak yang dapat mengatur sumber daya
manusia, ada faktor lain yang menjadi penentu yaitu, sistem dan manajemen.
Tanpa ada manajemen, sebuah lembaga pendidikan hanyalah sebuah perkumpulan
murid, guru dan tenaga kependidikan yang tidak menghasilkan apa-apa, mudah
mati bahkan ditinggalkan. Dengan adanya manajemen semua kegiatan, aktivitas
dan program dapat dijalankan dengan mudah. Dari sini dapat disimpulkan inti dari
lembaga pendidikan adalah manajemen, inti dari manajemen adalah Kepala
Sekolah, dan inti dari kepala sekolah adalah pengambilan keputusan dan
kebijakan.
Di tingkat nasional, pengelolaan tenaga kependidikan merupakan langkah
penting dalam mewujudkan sistem pendidikan nasional yang efektif dan efisien.
Tenaga-tenaga yang handal dalam dunia pendidikan hanya akan diperoleh jika
sistem pendidikan telah memiliki mekanisme yang ideal untuk melakukan
perekrutan, seleksi, penempatan, pembinaan, evaluasi, dan pemberhentian yang

3
tepat. Dengan kata lain sistem pendidikan nasional memerlukan mekanisme
pengelolaan tenaga kependidikan nasional yang searah dengan pencapaian tujuan
pendidikan nasional.
Pengelolaan tenaga kependidikan berbeda dengan pengelolaan tenaga kerja
dalam organisasi bisnis atau perusahaan dan instansi pemerintah lainnya. Dalam
dunia pendidikan, dimana bidang garapan dan keluarannya jelas berbeda degan
bidang garapan dan keluaran perusahaan, pemerintahan dan organisasi lainnya.
Pengelolaan tenaga kependidikan haruslah merupakan rangkaian aktivitas
yang integral, bersangkut paut dengan masalah perencanaan, perekrutan,
penempatan, pembinaan atau pengembangan penilaian dan pemberhentian tenaga
kependidikan dalam suatu sistem kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan
dan perwujudan fungsi sekolah yang sebenarnya.

B. Tahapan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan


1. Tahapan tenaga pendidik (Guru)
Langkah-langkah yang dilakukan dalam manajemen sumber daya
manusia melalui:
A) Perencanaan.
Perencanaan adalah suatu cara untuk mencoba menetapkan
keperluan tenaga pendidik untuk suatu periode tertentu baik secara kualitas
maupun kuantitas dengan cara-cara tertentu. Melalui perencanaan sumber
daya manusia yang matang,produktivitas kerja dari tenaga yang ada sudah
dapat ditingkatkan. Hal ini dapat terwujud melaui adanya penyesuian
tertentu,seperti peningkatan disiplin kerja dan peningkatan keterampilan
sehingga setiap orang menghasilkan sesuatu yang berkaitan langsung dengan
kepetingan organisasi (Siagian, 2008: 45).
Perencanaan pengajaran dan pembelajaran merupakan aspek
mendasar dari tenaga kependidikan. Kegiatan yang terlibat tidak dilakukan
dalam ruang hampa, tetapi lebih sesuai dengan sifat lembaga. Tenaga
kependidikan mungkin diharapkan untuk memiliki pemahaman tentang
budaya institusi tempat mereka beroperasi: visi dan misi organisasi; aspirasi,
etos dan nilai-nilai. Budaya dan etos dari institusi itu pasti mempengaruhi
kurikulum.

B). Rekrutmen
Suryadi (2005:104-105) Dalam kaitannya dengan sistem
pengelolaan guru, termasuk sistem rekruitmen guru dalam era otonomi daerah
dan desentralisasi pendidikan, sepatutnya mempertimbangkan empat pihak
terkait, yaitu pemerintah, termasuk di dalamnya pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, pihak sekolah itu sendiri sebagai Service providers, pihak
LPTK sebagai pemasok guru dan pihak masyarakat termasuk di dalamnya
orangtua murid. Hasil studi yang dilakukan oleh World Bank, (1997)

4
mengungkapkan bahwa pengelolaan guru harus berdampak secara positif
terhadap sekolah. Oleh karena itu agar sekolah memiliki kinerja yang baik,
maka dibutuhkan guru yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan para
pengguna, yaitu pemerintah, sekolah,siswa dan orang tua.
Selama sepuluh tahun terakhir, kualifikasi guru terus meningkat,
baik karena pendidikan tambahan maupun karena persyaratan untuk
penerimaan guru baru ditingkatkan. Misalnya, jika hingga akhir tahuan 1980-
an kualifikasi guru SD adalah pendidikan menengah (SPG, SGO, PGA),
maka mulai tahun 1990-an ditingkatkan menjadi D-II.
Pendidik atau kualifikasi akademik minimum calon guru ditentukan sebagai
persyaratan guru (minimum requirement for teacher candidate) yang
diperlukan pada sebuah Negara. Sebagian Negara mensyaratkan diploma
untuk calon guru jenjang pendidikan tertentu,sebagian lagi mensyaratkan
sarjana (undergraduate) atau master. Sebagian Negara memisahkan antara
pendidikan kualifikasi dengan pendidikan khusus calon guru,sebagian lagi
menggabungkan keduanya. Di beberapa Negara, seorang penyandang gelar
undergraduate atau master memasuki pendidikan profesi untuk memperoleh
sertifikat guru. Di Negara lainnya, guru disiapkan melalui lembaga khusus
yang mengkombinasikan pendidikan untuk kulaifikasi dan untuk memperoleh
sertifikat guru.
Pertanyaan tentang pengetahuan, sikap, perilaku, dan keterampilan
apa yang harus dimiliki oleh calon guru banyak mengundang perdebatan.
Namun demikian, pada intinya calon guru harus dibekali dengan kemampuan
memfasilitasi peserta didik untuk bisa mengakuisisi pengetahuan ,
mengembangkan sikap dan perilaku peserta didik,serta mampu berperan aktif
dalam masyarakat . Karenanya ,secara umum kurikulum pendidikan bagi
calon guru dapat dibagi kedalam beberapa ranah. Yaitu :
 Pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan filsafat
pendidikan,sejarah pendidikan ,psikologi pendidikan,dan sosiologi
pendidikan.
 Pengetahuan yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan evaluasi
pendidikan ,serta pengembangan ilmu.
 Pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan bidang studi bagi
calon guru bidang studi dan kegurukelasan bagi calon guru kelas
 Pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh melalui praktik
mengajar dikelas atau bentuk lain dari praktik pendidikan, kegiatannya
dapat berupa praktik mengajar ,observasi,magang,dan sebaginya.

C) Seleksi.
seleksi adalah serangkaian kegiatan yang digunakan untuk
memutuskann apakah pelamar diterima atau ditolak. Proses seleksi pegawai
dengan bervariasi pada organisasi dengan organisasi lain dan pekerjaan satu

5
dengan pekerjaan lain. Proses ini termasuk pemanduan kebutuhan-kebutuhan
kerja pelamar dan organisasi .proses seleksi ini penting karena melalui proses
ini akan diperoleh karyawan mempunyai kemampuan yang tepat sesuai
dengan yang diperlukan oleh organisasi. Langkah-langkah dalam proses
seleksi ini adalah a) penerimaan pendahuluan pelamar, b) tes-tes seleksi, c)
wawancara seleksi, d) pemeriksaan referensi-referensi, e) evaluasi medis (tes
kesehatan), f) wawancara akhir dan g) keputusan penerimaan.

D) Place (penempatan)
Penempatan dilakukan untuk melakukan penyesuaian antara
kebutuhan sekolah dengan spesifikasi keahlian masing-masing tenaga
kependidikan yang diterima di sekolah tersebut. Penempatan (placement),
penempatan sumber daya manusia adalah suatu proses kegiatan yang
dilakukan menejer sumber daya manusia untuk menentukan posisi jabatan,
lokasi kerjaseorang karyawan untuk melakukan tugas pekerjaan didalam
organisai (Sitohang, 2007: 149). Kemudian dilakukan sosialisasi yaitu proses
pemahaman sikap, standar, nilai dan pola perilaku yang baru (Siagian, 2000:
9) dengan upaya ini diharapkan memudahkan tenaga kerja baru memahami
lingkungan kerja yang ditempatinya. Dalam penempatan, yang perlu
diperhatikan adalah kepentingan pegawai baru yang meliputi:
a. Penghasilan
b. Jam kerja
c. Hak cuti
d. Fasilitas yang disediakan
e. Pendidikan dan pelatihan
f. Perihal pensiun
Menururt Purwanto (2014:123-127), pemberian tugas pekerjaan
kepada guru merupakan tanggung jawab kepala sekolah. Kepala sekolah
sebagai pemimpin dan supervisor disekolah yang dipimpinnya harus dapat
memperhatikan sistem penempatan guru dalam kelas. Masalah pemberian
tugas/penempatan guru dalam kelas merupakan masalah penting dalam
rangka supervise yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah. Kita
mengenal sediktnya tiga sistem, yaitu:
a. Sistem guru kelas
b. Sistem guru bidang studi
c. Sistem campuran

E) Penampilan dan Penilaian Kerja


Penampilan kerja sangat dibutuhkan oleh guru dalam menjalankan
tugasnya di sekolah. Penampilan kerja yang standar adalah penampilan kerja
yang memenuhi standar baku penetapan kualifikasi guru yang telah dibuat
oleh sekolah. Kinerja (performance) adalah hasil kerja yang bersifat konkrit

6
dapat diamati dan dapat diukur. Penilaian kerja menurut Castetter (1981)
merupakan salah satu proses manajemen sumber daya manusia, dimana setiap
proses tersebut mempunyai kaitan yang saling menunjang yaitu perencanaan,
penyeleksian, penempatan, penilaian kinerja dan pengembangan, kompensasi
dan penawaran kolektif. Ruang lingkup penilaian kinerja meliputi siapa yang
dinilai, siapa yang menilai, dan apa yang dinilai, dan cara penilaian.
model yang sama diperkirakan untuk memeriksa hubungan dengan
gaya manajemen kepala sekolah. Model ini secara statistik mengontrol
sejumlah karakteristik profesional dankepribadian guru: jenis kelamin,tingkat
pengalaman sebagai guru, pelatihan pendidikan, kesesuaian posisi mengajar
mereka, jumlah jammereka mengajar, berapa banyak sekolah yang mereka
ajar, dan berapa banyak pekerjaan administratif yang mereka lakukan.
Diperkirakan untuksetiap negara, model statistik dasar ini mewakili
komponen utama latar belakang profesionalisme gurudan ringkasan kondisi
posisi mereka di sekolah mereka.
F) Pelatihan dan Pengembangan
Pengembangan SDM adalah proses sepanjang hayat yang meliputi
berbagai bidang kehidupan, terutama dilakukan melalui pendidikan. Program
peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan akan memberikan manfaat
pada lembaga berupa produktifitas, moral, efisiensi kerja, stabilitas, serta
fleksibilitas lembaga dalam mengidentifikasi lingkungan baik dari dalam
maupun dalam dari luar lembaga yang bersangkutan.
Program pelatihan (training) bertujuan untuk memperbaiki
penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu
untuk kebutuhan sekarang, sedangkan pengembangan untuk menyiapkan
pegawainya siap memangku jabatan tertentu di masa yang akan datang.
Pengembangan bersifat lebih luas karena menyangkut banyak aspek, seperti
peningkatan dalam keilmuan. Program latihan dan pengembangan bertujuan
antara lain untuk menutupi “gap” antara kecakapan guru dengan permintaan
jabatan, selain itu juga untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja
tenaga kependidikan dalam mencapai sasaran kerja. Untuk melaksanakan
program pelatihan dan pengembangan manajemen hendaknya melakukan
analisis belajar tentang kebutuhan, tujuan, sasaran, serta isi dan prinsip belajar
terlebih dahulu agar pelaksanaan program pelatihan tidaklah sia-sia.

2. Tahapan tenaga kependidikan


a) Laboran
Laboran adalah tenaga laboratorium yang membantu kepala
laboratorium terutama dalam mengelola bahan-bahan dan peralatan, dan
melayani kegiatan praktikum.
Setiap laboratorium, khususnya laboratorium IPA di suatu sekolah hendaknya
dikelola oleh seorang guru pengelola yang dibantu oleh seorang laboran, yang

7
bertugas sebagai penanggung jawab kepada kepala sekolah, sedangkan
laboran harus bertanggung jawab kepada guru pengelola
laboratorium.Pengelola laboratorium sains ini harus dikelola oleh guru yang
berkompeten dalam bidangnya.Pengelolaan laboratorium ini dapat diserahkan
kepada seorang guru bidang studi tertentu yang sesuai dengan bidang studi
yang dipelajari dalam laboratorium tersebut.Misalnya, laboratorium fisika
harus dikelola oleh guru yang berkompeten di dalam bidangnya. Guru
pengelola laboratorium hendaknya memiliki pengetahuan dan keterampilan
dalam hal inventarisasi alat/bahan. Selain itu, pengelola laboratorium harus
mempunyai pengetahuan tentang disiplin kerja, kebersihan laboratorium,
keselamatan kerja, pengaturan jadwal, manfaat setiap alat/bahan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 26 Tahun 2008
tentang Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah telah menetapkan
kompetensi dan subkompetensi bagi Kepala Laboratorium, Teknisi
Laboratorium, dan Laboran Laboratorium Sekolah/Madrasah. Empat
kompetensi utama yang harus dipenuhi sebagai seorang laboran atau teknisi
sebagaimana yang tercantum dalam Permen tersebut adalah: 1) Kompetensi
Kepribadian, 2) Kompetensi Sosial, 3) Kompetensi Administratif, 4)
Kompetensi Profesional. Mengingat hal tersebut maka kompentensi tenaga
laboratorium perlu ditingkatkan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi antara lain melalui pelatihan-pelatihan sebagai wahana
peningkatan wawasan dan skill tenaga laboratorium sekolah/madrasah.
Adapun pelatihan keterampilan yang akan diberikan kepada tenaga
laboratorium sekolah antara lain :
a. Pengetahuan kompetensi bagi kepala laboratorium, teknisi dan laboran
b. Pengelolaan laboratorium (management plan), mencakup langkah-langkah
perencanaan, pengaturan, pemeliharaan, pengadministrasian,
penganggaran dan keselamatan laboratorium
c. Pelatihan ketrampilan (life skill), memberikan ketrampilan kepada tenaga
laboratorium dan guru yang mencakup pembuatan preparat, percobaan
beberapa praktikum biologi di sekolah, perawatan dan service mikroskop.
b) Pustakawan
Dalam menjalankan profesi pustakawan, menjalankan berbagai tugas
ditujukan kepada orang lain atau masyarakat pengguna perpustakaan,
sehingga keberhasilan pekerjaannya diukur dari seberapa jauh para pengguna
jasa terpenuhi kebutuhannya. Dengan demikian pustakawan memiliki
tanggung jawab untuk mampu menyediakan berbagai sumber informasi
sesuai kebutuhan pengguna. Akan lebih baik jika sebelumnya dilakukan
survei minat dan kebutuhan pengguna. Melalui survei minat dan kebutuhan
pengguna, maka sumber informasi yang disediakan benar-benar sesuai
kebutuhan pengguna perpustakaan.
Perpustakaan merupakan salah satu unit kerja yang memberikan jasa
layanan kepada pengguna, sehingga memerlukan sumber daya manusia,

8
dalam hal ini pustakawan, yang benar-benar memiliki kemampuan yang
memadai dalam memberikan pelayanan kepada pengguna. Untuk menjadi staf
professional, seorang pustakawan perlu memiliki kompetensi, kepribadian,
dan kecakapan. Profesionalisme pustakawan mengandung arti pelaksanaan
kegiatan yang didasarkan pada keahlian, rasa tanggung jawab dan pengabdian
serta kualitas hasil kerja yang tidak dapat dihasilkan oleh tenaga yang bukan
pustakawan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan untuk
meningkatkan profesionalisme pustakawan yaitu:
a. Bekerja Berdasarkan Ilmu
b. Kemampuan Intrapersonal
c. Kemampuan Interpersonal
peran SDM menjadi sangat penting dalam mengoptimalisasi fungsi
perpustakaan perguruan tinggi secara bermutu dan profesional. Perpustakaan
dituntut memiliki SDM yang memadai baik secara kualitas maupun kuantitas.
Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada bab pendahuluan, beban
kerja dan mutu layanan sangat erat kaitannya dengan kinerja SDM
perpustakaan. Beban kerja yang berlebihan, tidak sesuai dengan jumlah SDM
perpustakaan akan membuat pegawai cepat stres dan akan menjadi pemicu
turunnya kinerja pegawai. Sementara tingkat mutu layanan akan
mempengaruhi tingkat kepuasan pemustaka. Mutu layanan yang rendah akan
memicu kepuasan pemustaka yang rendah.
Oleh karena itu dalam pengembangan SDM perpustakaan perlu
melakukan pemetaan terlebih dahulu mengenai beban kerja yang diemban
oleh perpustakaan dan kompetensi pegawai yang dibutuhkan. Kompetensi
pegawai ini merupakan penentu utama dalam menjalankan perpustakaan
secara ideal dan profesional.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tenaga pendidik dan tenaga kependidikan merupakan salah satu bagian
penting dalam sekolah, begitupun pengelolaan kegiatan yang mencakup penetapan
norma, standar, prosedur, pengangkatan, pembinaan, penatalaksanaan,
kesejahteraan dan pemberhentian tenaga kependidikan sekolah agar dapat
melaksanakan tugas dan fungsinya dalam mencapai tujuan sekolah.
suatu sistem pendidikan (dimanapun dan pada jenjang manapun juga) baru
mungkin akan terselenggara secara sempurna apabila seluruh unsur ketenagaan
tersebut tersedia secara memadai baik dilihat dari segi kuantitas maupun
kualitasnya. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa formasi guru dan tenaga
kependidikan yang diperlukan untuk penyelenggaraan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan untuk semua jenis dan jenjang persekolahan adalah guru bidang
studi (mata pelajaran), konselor, tenaga perencana pendidikan di sekolah, ahli
kurikulum, psikologi pendidikan danteknisi(laboran pustakawan,arsiparis dan
sebagainya).
Sedangkan tenaga kependidikan yang diperlukan pada unit kerja pendidikan
di pemerintah provinsi dan kabupaten/kota adalah tenaga perencanaan pendidikan
(sarjana administrasi dan manajemen pendidikan), penelitian dan pengembangan
berdasarkan bidang spesialisasi keahliannya, ahli kurikulum dan teknologi
pendidikan (sarjana kurikulum), psikologi pendidikan dan ahli bidang studi (mata
pelajaran). Hierarkis profesi tenaga kependidikan dapat dilihat dari sisi kualifikasi
latar belakang dan tingkat pendidikan tenaga kependidikan itu dan kualifikasi
untuk kerja profesinya (yang berlatar tingkat pendidikan dan pengalaman kerja),
Tahapan pengelolaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan terdiri dari
perencanaan, rekrutmen, seleksi, penempatan, penampilan dan penilaian kerja,
pelatihan dan pengembangan, kompensasi, keselamatan kerja, pengembangan
karier, dan pemberhentian.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alliyah. 2017. Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Vol. 6


No. 3
Purwanto.2014.Administrasi dan Supervisi Pendidikan.Bandung:PT Remaja
Rosdakarya Offset.
https://rendratopan.com/2019/08/14/pendidik-dan-tenaga-kependidikan/http://
hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_20_03.htm

https://rendratopan.com/2019/08/14/pendidik-dan-tenaga-kependidikan/

11

Anda mungkin juga menyukai