Anda di halaman 1dari 6

EKSISTENSI DAN KEDUDUKAN BK DI SEKOLAH

Oleh:

Nama Dinda Trisna Juwita


Nim 2167037

Dosen Pengampu:

Dr. YENI KARNELI., M.Pd., Kons.

PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG2023
EKSITENSI BK DI SEKOLAH

Pelayanan bimbingan dan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik


secara individual, kelompok, atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,
minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki (Hikmawati, 2016).
Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang
dihadapi oleh peserta didik. Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan
sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal,
pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan
fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya.

Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah bukan


semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan)
atau ketentuan dari atas, tetapi yang lebih penting adalah menyangkut mengenai upaya
memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu
mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya
(menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual). Pendidik
sangat memegang peranan penting agar proses pendidikan terhadap siswa di sekolah
berjalan maksimal dan optimal. Sebutan pendidik ini, tak hanya guru kelas dan guru
bidang studi, tetapi jugatermasuk didalamnya guru Bimbingan dan Konseling (BK) atau
seringkali disebut konselor.

Melihat perjalanan BK di sekolah memang sama-sama kita akui mengalami


jalan yang bisa dikatakan berat. Eksistensi BK pernah juga dipandang sebelah mata,
sehingga bentuk kinerjanya tak diapresiasi oleh beberapa pihak. Kualifikasi guru BK
pun sempat dipertanyakan karena adanya beberapa sekolah sekedar mengambil guru-
guru bidang studi yang secara garis besarnya tak pernah memperoleh wawasan,
kepengetahuan, dan keterampilan tentang BK. Malah BK di sekolah pernah
mendapatkan perhitungan tak positif dengan menyebut guru BK sebagai “polisi
sekolah”. Pekerjaan BK yang diidentikkan dengan “menghukumi” siswa-siswa yang
diperkirakan bermasalah menguatkan pernyataan itu. Padahal BK tak hanya berfungsi
mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa.

Peran guru BK di sekolah sangat penting. Proses pendidikan di sekolah tentu


saja tak sekadar memberikan materi pelajaran eksata maupun non-eksata dan
mengasah keterampilan, tetapi juga membangun kepribadian siswa dimanapun ia
berada. Guru BK di sekolah dapat memberikan layanan agar siswa memiliki konsep
diri yang sangat jelas. Layanan BK yang diberikan kepada siswa tak hanya
menyangkut persoalan belajar dan sosial. Layanan BK juga menyangkut persoalan
pribadi, karir, dan sebagainya. Dengan adanya BK di sekolah, siswa harapannya
dapat mengenal dan memahami dirinya untuk dapat mengaktualisasikan dirinya demi
mencapai kehidupan yang bermakna.

Di tengah tantangan mendidik siswa di sekolah, keberadaan dan layanan BK


di sekolah tentu saja perlu mendapatkan perhatian yang sangat optimal. Optimalisasi
untuk layanan BK di sekolah perlu dilakukan dengan kehadiran guru BK yang
mampu menunjukkan unjuk kerja secara profesional. Bagaimana pun, siswa tak
sekadar mendapatkan materi pelajaran di sekolah. Layanan bimbingan pribadi,
bimbingan belajar, bimbingan sosial, bimbingan karir maupun bimbingan lainnya
harapannya bisa berjalan baik.

Kedudukan BK Di Sekolah
Landasan Yuridis Formal
(Undang-undang No. 20 Tahun 2003, PermendikbudNo. 111 tahun 2014 tentang
Bimbingan dan Konseling)

Setelah penantian yang cukup panjang akhirnya layanan BK di sekolah kini


telah memperoleh dasar legalitas yuridis formal yang lebih kokoh, yaitu dengan
hadirnya Permendikbud No. 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, yang ditandatangani oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan per tanggal 8 Oktober 2014.

Permendikbud ini menjadi rujukan penting, khususnya bagi para Guru BK/
Konselor dalam menyelenggarakan dan mengadministrasikan layanan Bimbingan BK
di sekolah. Hal yang dianggap baru dari kehadiran Peraturan Menteri ini yaitu secara
resmi mulai diterapkannya pola Bimbingan dan Konseling Komprehensif,
sebagaimana disampaikan dalam Pasal 6 ayat 1 yang menyebutkan bahwa:
“Komponen layanan Bimbingan dan Konseling memiliki 4 (empat) program yang
mencakup: (a) layanan dasar; (b) layanan peminatan dan perencanaan individual; (c)
layanan responsif; dan (d) layanan dukungan sistem”. (Minto Tulus, 2014)
Layanan Bimbingan dan Konseling diselenggarakan secara terprogram
berdasarkan asesmen kebutuhan (need assesment) yang dianggap penting (skala
prioritas) dilaksanakan secara rutin dan berkelanjutan (scaffolding). Semua peserta
didik harus mendapatkan layanan bimbingan dan konseling secara terencana, teratur,
dan sistematis serta sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu, Konselor atau Guru
Bimbingan dan Konseling dialokasikan jam masuk kelas selama 2 ( dua ) jam
pembelajaran per minggu setiap kelas secara rutin terjadwal.

Landasan Yuridis Informal (Psikologis, Sosial, IPTEK, dan Globalisasi).

1. Landasan Psikologis

Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan


pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan.
Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu
dikuasai oleh konselor adalah tentang : (a) Motif dan motivasi; (b) Pembawaan dan
lingkungan, (c) Perkembangan individu; (d) Belajar; dan (e) Kepribadian.

2. Landasan Sosial-Budaya

Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan


pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan
sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada
dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak
lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku
sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya.

3. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang


memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya.
Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis
dengan menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis
dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam
bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.
4. Landasan Globalisasi
Landasan ini berhubungan dengan eksistansi guru BK untuk menjadikan
anakdidiknya sebgai anak didik yang berlandasan dan mengikuti globalisasi. Namun
landasan globalisasi ini juga dapat menghambat atau memantau siswa agar tidak
terbawa akan arus globalisasi yang isfatnya dapat merusak peserta didiknya. Karena
peserta didik yang masih duduk dikalangan sekolah dapat dengan mudah
terpengaruhdengan perkembangan globalisasi.

KESIMPULAN

Guru BK merupakan ujung tombak dalam menerapkan penguatan pendidikan


karakter lebih dalam, guru BK semestinya dapat memberikan masukan bagaimana
seharusnya pendidikan karakter itu dapst diterapkan. Pelayanan BK yang diberikan
dapat mengantarkan peserta didik agar sukses, serta dengan strategi layanan BK yang
diberikan mampu menyelesaikan permasalahan yang ada.

Layanan BK di sekolah kini telah memperoleh dasar legalitas yuridis formal


yang lebih kokoh, yaitu dengan hadirnya Permendikbud No. 111 tahun 2014 tentang
Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, yang
ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan per tanggal 8 Oktober2014.

Agar dapat berdiri tegak sebagai sebuah layanan profesional yang dapat
diandalkan dan memberikan manfaat bagi kehidupan, maka layanan bimbingan dan
konseling perlu dibangun di atas landasan yang kokoh, dengan mencakup: (1)
landasan filosofis, (2) landasan psikologis; (3) landasan sosial-budaya, dan (4)
landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Sudrajad. (2018). Landasan dan Bimbingan Konseling. Tersedia di


https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2018/01/25/landasan-bimbingan-dan-
konseling/ diakses pada tanggal 18 Februari 2021 pukul 14.30 WIB

Minto Tulus. (2014). Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 Tentang Bimbingan
Dan Konseling Pada Pendidikan Dasar Dan Menengah. Tersedia di
https://mintotulus.wordpress.com/2014/11/05/permendikbud-nomor-111-
tahun-2014-tentang-bimbingan-dan-konseling-pada-pendidikan-dasar-dan-
menengah/ diakses pada tanggal 18 Februari 2021 pukul 15.00 WIB.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 111 Tahun 2014 tentang
Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah. Tersedia di
http://simpuh.kemenag.go.id/regulasi/permendikbud_111_14.pdf diakses
tanggal 22 Februari 2021 pukul 18.00 WIB.

Samhis Setiawan. (2020). Pengertian Profesional-Etika, Prinsip, Pokok, Ciri, Syarat,


Konsep. Tersedia di https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-
profesional/, diakses tanggal 20 Februari 2021 pukul 14.51 WIB.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003. tentang Sistem Pendidikan Nasional.


Tersedia di http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_20_03.htm, diakses tanggal 20
Februari 2021 pukul 15.09 WIB.

Anda mungkin juga menyukai