Anda di halaman 1dari 9

BK POLA 17 : PELAYANAN DAN FUNGSI BK DISEKOLAH

Oleh :

Adhelia Syahrani1, Hernita Khairunnisya2, Zahara Litasya3

Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universita Jambi.

Abstrak : Tujuan penelitian ini untuk mengetahui mengentahuipelayanan dan


fungsi pesan bimbingan konseling memlaluibk pola 17. Bimbingan dan Konseling
adalah proses bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien yang sedang
dalam suatu masalah, yang dilakukan dengan wawancara (face to face) baik
perorangan atau kelompok. Bk disekolah diberikan menyeluruh bagi setiap siswa
untuk membantu mereka dalam mengentaskan masalahnya. Pola umum
Bimbingan dan Konseling di sekolah sering disebut dengan BK pola 17, adanya
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan usaha membantu
peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial,
kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan
bimbingan dan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik secara
individual, kelompok, dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,
minat, perkembangan, kondisi, serta peluang- peluang yang dimiliki. Pelayanan
ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang
dihadapi peserta didik.

Kata Kunci : Bimbingan dan konseling, layanan bk disekolah,bk pola 17,


fungsi bk di sekolah

PENDAHULUN

Pendidikan yang pada dasarnya mengupayakan pengembangan manusia


seutuhnya serta tidak terhindar dari berbagai sumber rintangan dan kegagalan
tersebut perlu diselenggarakan secara luas dan mendalam mencakup segenap segi
kehidupan manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Pengajaran di kelas-kelas
saja ternyata tidak cukup memadai untuk menjawab tuntutan penyelenggaraan

1
pendidikan yang luas dan mendalam itu. Pelayanan Bimbingan dan Konseling
merupakan unsur yang perlu dipadukan ke dalam upaya pendidikan secara
menyeluruh, baik di sekolah, maupun di luar sekolah.

Dalam rangka pembangunan pendidikan nasional, pemerintah Indonesia


telah memberlakukan Undang-Undang tentang system pendidikan nasional
beserta berbagai aturan pelaksanaannya yang mencakup di dalamnya pelayanan
Bimbingan dan Konseling.1 Berikut ini dikemukakan butir-butir pokok Bimbingan
dan Konseling yang berlaku umum untuk peserta didik sebagai peserta layanan
disegenap jenjang dan jenis pendidikan. Pola umum Bimbingan dan Konseling di
sekolah sering disebut dengan BK pola 17, karena di dalamnya termaktub 17 butir
pokok yang amat perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan bimbingan di
sekolah.2

Menurut Prayitno dalam bukunya yang berjudul Panduan Kegiatan


Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah bahwa Pola umum dalam (BK
pola 17) yaitu: seluruh kegiatan Bimbingan dan Konseling yang didasari satu
pemahaman yang menyeluruh dan terpadu tentang wawasan dasar Bimbingan dan
Konseling yang meliputi pengertian, tujuan, fungsi, prinsip dan asas-asas
Bimbingan dan Konseling. Kegiatan Bimbingan dan Konseling secara
menyeluruh meliputi empat bidang bimbingan, yaitu bimbingan pribadi;
bimbingan sosial; bimbingan belajar dan bimbingan karier. 3 Dalam keempat
bidang pembimbingannya itu diselenggarakan melalui tujuh jenis layanan, yaitu
layanan orientasi; layanan informasi; layanan penempatan dan penyaluran;
layanan bimbingan belajar; layanan konseling perorangan; layanan bimbingan
kelompok; layanan konseling kelompok.

Untuk mendukung ketujuh jenis layanan itu diselenggarakan lima jenis


kegiatan pendukung, yaitu instrumentasi Bimbingan dan Konseling (yang
meliputi teknik tes dan non tes); himpunan data (yang meliputi data pribadi, data
umum dan data kelompok); konferensi kasus; kunjungan rumah dan alih tangan
kasus.4 Ke 17 butir layanan Bimbingan dan Konseling di atas adalah termasuk
dalam pelaksanaan BK Pola 17.

2
Sebagai dukungan sistem dan pelancaran pelaksanaan layanan bk pola 17
maka adanya pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan usaha
membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan
sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan
bimbingan dan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik secara
individual, kelompok, dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,
minat, perkembangan, kondisi, serta peluang- peluang yang dimiliki. Pelayanan
ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang
dihadapi peserta didik.

METODE PENELITIAN

Dalam artikel ini penulis menggunakan metode penelitian yaitu library


research atau study literature (Studi Kepustakaan). Dalam metode ini penulis
memperoleh data dan informasi dari sumber bacaan berupa buku, jurnal, serta
artikel yang akan dijadikan bahan rujukan untuk membuat artikel ini. Tanpa harus
terjun langsung kelapangan untuk memperoleh data dan informasi. Penulis akan
mengutip materi dari beberapa sumber dan beberapa pendapat dari sebuah buku,
jurnal maupun tulisan artikel yang lebih baik sebelumnya. Metode ini bertujuan
agar pembaca dapat memahami apa isi pembahasan dengan beberapa rujukan
yang sudah dicantumkan oleh penulis. Oleh karena itu, metode ini sangat tepat
dalam pembuatan artikel sehingga diharapkan pembaca dapat memahami
pembahasan dengan baik dalam artikel ini.

KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN

Pengertian BK Pola 17

Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan


“counseling” dalam bahasa inggris. Secara harfiah istilah “guidance” dari akar
kata “guide” berarti mengarahkan (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to
manage) dan menyetir (to steer).

3
Dewa Ketut Sukardi dalam salah satu bukunya yang berjudul Bimbingan
dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, menyebutkan bahwa bimbingan merupakan
suatu proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar memperkembangkan
potensi-potensi yang dimiliki, mengenali dirinya sendiri, mengatasi persoalan-
persoalan sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara
bertanggung jawab tanpa bergantung kepada orang lain.

Menurut Dewa Ketut Sukardi, konseling adalah hubungan timbal balik


antara konselor dengan klien (counselee), dalam memecahkan masalah-masalah
tertentu dengan wawancarayang dilakukan secara “Face to Face” atau dengan
cara-cara yang sesuai dengan keadaan klien, sehingga klien sanggup
mengemukakan isi hatinya secara bebas, yang bertujuan agar klien mengenal
dirinya sendiri, menerima diri sendiri dan menerapkan diri sendiri dalam proses
penyesuaian dengan lingkungannya membuat keputusan, pemilihan dan rencana
yang bijaksana serta berkembang dan berperanan lebih baik dan optimal dalam
lingkungannya.

Prayitno dan Erman Amti mengambil sebuah kesimpulan bahwa konseling


adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling
oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu
masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.

Dari pengertian bimbingan dan pengertian konseling di atas, dapat ditarik


sebuah benang merah bahwa Bimbingan dan Konseling adalah proses bantuan
khusus yang diberikan kepada semua siswa dalam membantu siswa memahami,
mengarahkan diri, bertindak dan bersikap sesuai dengan tuntutan dan keadaan
lingkungan siswa di sekolah, keluarga dan masyarakat dalam rangka mencapai
perkembangan diri yang optimal.

Hallen dalam bukunya Bimbingan dan Konseling mengatakan bahwa pola


umum Bimbingan dan Konseling di sekolah sering disebut dengan BK Pola 17,
karena di dalamnya termaktub 17 butir pokok yang perlu diperhatikan dalam
penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di sekolah, meliputi keseluruhan
kegiatan Bimbingan dan Konseling yang mencakup bidang-bidang bimbingan,

4
jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling. Seluruh
kegiatan Bimbingan dan Konseling di Sekolah ditujukan terhadap seluruh peserta
didik (siswa) yang secara langsung menjadi tanggung jawab guru pembimbing
atau guru kelas. Pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah dilaksanakan
secara terprogram, teratur dan berkelanjutan. Pelaksanaan program-program itulah
yang menjadi wujud nyata dari diselenggarakannya kegiatan Bimbingan dan
Konseling di sekolah.

Layanan Bimbingan dan Konseling merupakan proses pemberian bantuan


yang diberikan kepada siswa secara terus menerus agar tercapai kemandirian
dalam pemahaman diri, sehingga siswa sanggup mengarahkan dirinya sesuai
dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
Dengan adanya bimbingan dan konseling diharapkan dapat memberikan solusi
bagi peserta didik disekolah. Agar peserta didik menjadi lebih baik dari segi
perilakunya. Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari
pendidikan di Indonesia dalam upaya membantu siswa agar mencapai
perkembangan yang optimal, sesuai dengan potensinya. Oleh karena itu,
pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah menjadi tanggung jawab bersama
antara personel sekolah, yaitu kepala sekolah, guru, konselor, dan pengawas
( Soeparaman. 2003).

Fungsi dan Prinsip BK Pola 17

1) Fungsi Pemahaman

Yaitu fungsi yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu


oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta
didik.

2) Fungsi Pencegahan

Yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai


masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya
tidak dialami oleh peserta didik. Adapun teknik yang dapat digunakan
adalah layanan orientasi, informasi dan bimbingan kelompok. Beberapa

5
masalah yang perlu diinformasikan kepada para siswa dalam mencegah
terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya: bahayanya
minuman keras, merokok, penyalah gunaan obat-obat terlarang, drop out,
dan pergaulan bebas (free sex).

3) Fungsi Pengentasan

Yaitu fungsi yang akan menghasilkan terentaskannya atau


teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik.13

4) Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan

Fungsi ini berarti bahwa layanan Bimbingan dan Konseling yang


diberikan dapat membantu para siswa dalam memelihara dan
mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan
berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang dipandang positif dijaga agar
tetap baik dan mantap.

Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui penyelenggaraan


berbagai jenis layanan bimbingan dan pendukung Bimbingan dan
Konseling untuk mencapai hasil sebagaimana terkandung di dalam
masing-masing fungsi Bimbingan dan Konseling. Setiap layanan dan
kegiatan Bimbingan dan Konseling dilaksanakan haruslah secara langsung
mengacu pada salah satu atau beberapa fungsi itu, agar hasil yang hendak
dicapainya secara jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.

a) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan:


(1) Bimbingan dan Konseling melayani semua individu tanpa
memandang umur, jenis kelamin, suku, agama, dan sosial
ekonomi.
(2) Bimbingan dan Konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah
laku individu yang unik dan dinamis.
(3) Bimbingan dan Konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan
berbagai aspek perkembangan individu.

6
(4) Bimbingan dan Konseling memberikan perhatian utama kepada
perbedaan individu yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.
b) Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu:
(1) Bimbingan dan Konseling berurusan dengan hal-hal yang
menyangkut pengaruh kondisi mental atau fisik individu terhadap
penyesuaian dirinya di rumah, sekolah, serta dalam kaitannya
dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh
lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.
(2) Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor
timbulnya masalah pada individu yang semuanya menjadi
perhatian utama pelayanan Bimbingan dan Konseling
c) Prinsip-prinsip yang Berkenaan Dengan Program Layanan:
(1) Bimbingan dan Konseling merupakan bagian integral dari upaya
pendidikan dan pengembangan individu.
(2) Program Bimbingan dan Konseling harus fleksibel, disesuaikan
dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi lembaga.
(3) Program Bimbingan dan Konseling disusun secara berkelanjutan
dari jenjang pendidikan yang terendah dan tertinggi.
(4) Terhadap isi dan pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling
perlu diadakan penilaian yang teratur dan terarah.
d) Prinsip-prinsip Yang Berkenaan Dengan Tujuan dan Pelaksanaan
Layanan:
(1) Bimbingan dan Konseling diarahkan untuk pengembangan
individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam
menghadapi permasalahannya.
(2) Dalam proses Bimbingan dan Konseling, keputusan yang diambil
dan akan dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan
individu itu sendiri, bukan karena kemauan atau desakan dari
pembimbing atau pihak lain.
(3) Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam
bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.

7
(4) Kerjasama antara guru pembimbing, guru-guru lain dan orang tua
amat menentukan hasil pelayanan Bimbingan dan Konseling.
(5) Pengembangan program pelayanan Bimbingan dan Konseling
ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil
pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam
proses pelayanan dan program Bimbingan dan Konseling itu
sendiri.

KESIMPULAN

Layanan Bimbingan dan Konseling merupakan proses pemberian bantuan


yang diberikan kepada siswa secara terus menerus agar tercapai kemandirian
dalam pemahaman diri, sehingga siswa sanggup mengarahkan dirinya sesuai
dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat.Sebagai dukungan sistem dan pelancaran pelaksanaan layanan bk pola
17 maka adanya pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan usaha
membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan
sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan
bimbingan dan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik secara
individual, kelompok, dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,
minat, perkembangan, kondisi, serta peluang- peluang yang dimiliki.

8
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno dan Erman Emti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta:


Rineka cipta, 2004)

Prayitno, Panduan Kegiatan Penguasaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah


(Jakarta: Rineka Cipta, 2001.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991).

Ketut Sukardi, Dewa, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah (Surabaya:


Usaha Nasional, 1983)..

Ketut Sukardi, Dewa, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah


(Surabaya: Usaha nasional, 1983).

Margono, S. Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1997).

Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2006).

Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 1996).

Nazir, M. Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988). Nurikhsan, Amad


Juntika, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling (Bandung: PT. Refika
Aditama, 2005.

Nurikhsan, Ahmad Juntika & Akur Sudianto, Manajemen Bimbingan dan


Konseling di SMA (Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2005).

Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah :Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 2004.

Riyanto, Yatim Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif


(Surabaya: UNESA University Press, 2007).

Syamsu, Yusuf dan Ahmad Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan


Konseling (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005).

Anda mungkin juga menyukai