Anda di halaman 1dari 11

PENERAPAN LAYANAN INFORMASI DALAM BIMBINGAN

PRIBADI UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI SISWA


KELAS IX D DI SMP NEGERI 4 MELAYA TAHUN
PELAJARAN 2015/2016

Oleh:
Gatoet Supriyanto

ABSTRAK

Hakekat eksistensial manusia adalah sebagai makhluk pribadi, sosial dan


makhluk Tuhan. Proses hidup manusia adalah proses perkembangan, berada dan
berlangsung di dalam masyarakat. Manusia sebagai makhluk pribadi mengandung
makna bahwa manusia itu berbeda satu sama lain. Individu yang memiliki konsep
diri negatif cenderung bersikap pesimis terhadap kehidupan dan kesempatan yang
dihadapi. Hal ini terjadi karena para siswa belum bisa mengetahui dan mengenal
dirinya atau konsep diri yang dimiliki dengan baik. Dalam membantu untuk
mengenalkan diri siswa perlu adanya pembinaan dan layanan informasi yang
berkaitan dengan bimbingan pribadi, sehingga mampu meningkatkan dan
mengembangkan konsep diri yang dimiliki siswa. Dengan menggunakan layanan
informasi dalam bimbingan pribadi dapat meningkatkan konsep diri pada siswa kelas
IX D di SMP Negeri 4 Melaya Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini bertujuan
untuk meningkatan konsep diri melalui penerapan layanan informasi dalam
bimbingan pribadi di kelas IX SMP Negeri 4 Melaya tahun pelajaran 2015/2016.
Data aktivitas siswa diamati dan dicatat dalam lembar observasi, selanjutnya
dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian dengan penerapan layanan informasi
dalam bimbingan pribadi dalam pelajaran Bimbingan Konseling pada siswa kelas IX
D semester I menunjukkan bahwa dari rata-rata konsep diri secara klasikal ( X ) pada
siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar mengalami peningkatan sebesar
14,9 yaitu dari 116,5 pada siklus I yang berada dalam kategori cukup menjadi 131,4
pada siklus II yang berada dalam kategori baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa penerapan layanan informasi dalam bimbingan pribadi
dapat meningkatkan konsep diri pada siswa kelas IX D di SMP Negeri 4 Melaya
Tahun Pelajaran 2015/2016.

Kata kunci: layanan informasi, bimbingan pribadi, konsep diri

1
I. PENDAHULUAN

Individu dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika individu


tersebutmenyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat
berbuat apa-apa, tidak kompeten serta kehilangan daya tarik terhadap hidup. Individu
yang memiliki konsep diri negatif cenderung bersikap pesimis terhadap kehidupan
dan kesempatan yang dihadapi. Sebaliknya individu yang memiliki konsep diri
positif akan terlihat optimis, penuh percaya diri, dan selalu bersikap positif terhadap
segala sesuatu termasuk terhadap kegagalan yang pernah dialami. Konsep diri positif
melihat bahwa kegagalan merupakan keberhasilan yang tertunda dan dapat diraih di
masa yang akan datang (Renita Mulyaningtyas dan Yusuf Purnomo, 2006 : 53).
Konsep diri positif dan negatif pada individu bisa terbentuk melalui proses
belajar yang dimulai sejak masa pertumbuhan seorang individu dari kecil sampai
dewasa serta pengaruh dari lingkungan. Lingkungan, pengalaman, dan pola asuh
orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang
terbentuk. Lingkungan yang kurang mendukung cenderung mempunyai konsep diri
yang negatif. Agar tidak membetuk konsep diri yang negatif lingkungan atau orang
tua memberikan sikap yang baik dan positif sehingga individu akan merasa dirinya
berharga sehingga tumbuh konsep diri yang positif. Konsep diri yang positif
diperlukan bimbingan dan pembinaan yang baik dari lingkungan keluarga, sekolah
dan lingkungan pergaulan atau antar individu satu dengan individu yang lain.
Masing-masing individu yang menerima informasi atau tanggapan-tanggapan yang
mengarah pada pembentukan diri akan berkembang dan berpengaruh terhadap
pembentukan dan pengembangan konsep diri individu tersebut.
Berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa kondisi siswa kelas IX D SMP Negeri
4 Melaya Tahun Ajaran 2015/2016 kaitannya dengan konsep diri, antara lain sering
berperilaku yang tidak sepantasnya dilakukan oleh siswa sebagai peserta didik,
menyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat
apa-apa, tidak kompeten serta kehilangan daya tarik terhadap hidup. Individu yang
memiliki konsep diri negatif cenderung bersikap pesimis terhadap kehidupan dan
kesempatan yang dihadapi. Hal ini terjadi karena para siswa belum bisa mengetahui
dan mengenal dirinya atau konsep diri yang dimiliki dengan baik.
Dalam membantu untuk mengenalkan diri siswa perlu adanya pembinaan dan

2
layanan informasi yang berkaitan dengan bimbingan pribadi, sehingga mampu
meningkatkan dan mengembangkan konsep diri yang dimiliki siswa. Selain layanan
informasi dalam bimbingan pribadi konsep diri bisa ditingkatkan dengan berbagai
layanan misalnya layanan bimbingan kelompok, layanan penguasaan konten, layanan
konseling perorangan dan konseling kelompok. Lingkungan sekolah hendaknya
membantu orang tua serta menyediakan pelayanan serta bimbingan kepada peserta
didik supaya dapat memberikan pengertian atau pembinaan sehingga mampu
membantu menyelesaikan semua permasalahan yang dihadapi siswa. Proses
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, terdiri dari beberapa
layanan. Layanan yang dilaksanakan di sekolah guna untuk meningkatkan dan
mengembangkan konsep diri siswa yang optimal harus dilakukan dengan
mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling. Dari berbagai pelayanan
bimbingan dan konseling diantaranya adalah layanan informasi.
Layanan informasi merupakan kegiatan dalam rangka program bimbingan di
sekolah untuk membantu siswa dalam mengenal lingkungannya yang dapat
dimanfaatkan, baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang.
Sehubungan dengan adanya layanan informasi ini, para siswa diharapkan dapat
memiliki kepercayaan diri mengenai hidupnya dimasa yang akan datang. Apabila
tidak memperoleh informasi semacam ini selama belajar di sekolah, individu
diperkirakan akan menghadapi masalah dan kesulitan di sekolah, lingkungan dan
keluarga (Sugiyo dan Sugiharto, 1994: 41).
Oleh karena itu layanan informasi merupakan salah satu yang dipergunakan
untuk membantu siswa memahami dirinya sendiri dan pemahaman orang lain. Di
samping itu layanan informasi juga memperluas lingkup informasi seperti bergaul,
baik dengan orang lain hubungan antar jenis kelamin yang berbeda atau jenis
kelamin sama, tata karma dan etika, aktivitas waktu luang, penampilan pribadi,
keterampilan sosial, hubungan rumah tangga dan keluarga, perencanaan keuangan
dan kesejahteraan hidup (Sugiyo dan Sugiharto, 1994: 49-50). Layanan informasi
dalam bimbingan pribadi yang diberikan guru BK kepada siswa tidak sesuai dengan
apa yang diinginkan oleh siswa karena guru BK dalam menyampaikan layanan
khususnya layanan informasi dalam bimbingan pribadi intensitas waktunya terbatas,
tidak seperti guru mata pelajaran, sehingga guru BK tidak bisa menyampaikan

3
informasi yang harus diberikan kepada siswa. Keterbatasan waktu yang diberikan
oleh guru BK kepada siswa, sehingga pelayanan siswa untuk memperoleh informasi
tidak sesuai dan tidak kompeten dengan kebutuhan siswa.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ntuk meningkatan
konsep diri melalui penerapan layanan informasi dalam bimbingan pribadi di kelas IX SMP
Negeri 4 Melaya tahun pelajaran 2015/2016.
Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut. a)
Manfaat Teoretis. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur dan acuan untuk
menyusun rencana pembelajaran, sehingga dapat berfungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran agar lebih berkualitas. Selain itu, penelitian ini juga
diharapkan dapat dijadikan acuan dalam penerapan layanan bimbingan konseling yang lebih
inovatif, sehingga tidak menggunakan satu jenis bimbingan. b) Manfaat Praktis. Terdapat
beberapa manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu manfaat praktis bagi siswa,
guru, dan sekolah. Manfaat praktis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Manfaat
untuk siswa, setelah mengikuti layanan dan memperoleh informasi yang tepat dapat
meningkatkan konsep diri yang positif. 2Manfaat untuk guru, meningkatkan wawasan dan
keterampilan guru bimbingan konseling dalam mengimplementasikan jenis-jenis bimbingan
sesuai masalah yang dihadapi siswa, 3. Manfaat untuk sekolah, bagi sekolah sebagai
masukan pemberian layanan informasi dalam melakukan bimbingan dan pembinaan layanan
kepada siswa yang dilakukan oleh guru, khususnya guru bimbingan konseling serta
menambah model-model pemberian layanan.

II. METODOLOGI PENELITIAN


Jenis penelitian adalah pengolonggan penelitian berdasarkan pedoman dari
segimana penggolongan itu di tinjau” (Kanca, 2010:4). Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Secara
singkat PTK dapat didefinisikan sebagai “suatu bentuk penelitian yang bersifat
reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan
atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara profesional”.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Melaya
Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana dalam mata pelajaran Bimbingan
Konseling (BK). Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun Pelajaran
2015/2016. Penentuan waktu penelitian mengacu kepada kalender pendidikan SMP
Negeri 4 Melaya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2015.

4
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah 36 orang siswa
yang terdiri atas 19 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki. Alasan penulis meneliti
kelas tersebut karena beberapa siswa masih memiliki tingkat konsep diri yang kurang
sehingga hasil pembelajaranpun kurang maksimal.
Objek dari penelitian ini adalah konsep diri siswa di kelas IX D semester I
SMP Negeri 4 Melaya tahun ajaran 2015/2016 setelah penerapan layanan informasi
dalam bimbingan pribadi.
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan sebanyak 2 (dua) siklus dengan
masing-masing siklus terdiri dari 3 (tiga) kali pertemuan dengan rincian dua kali
pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan untuk tes akhir
siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) Rencana tindakan,
(2) Pelaksanaan tindakan, (3) observasi/evaluasi, dan (4) reflekasi.

Teknik Analisis Data


Data mengenai konsep diri dikumpulkan berdasarkan lembar observasi yang
diamati selama berlangsungnya proses pembelajaran. Keberhasilan konsep diri
secara individu dianalisis berdasarkan kemunculan tiap deskripsi pada tiap-tiap
indikator pada konsep diri selama kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses
pembelajaran.
Data konsep diri siswa secara klasikal yang diperoleh dimasukkan dalam
konversi kriteria penggolongan konsep diri tersebut untuk mengetahui konsep diri
siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. Kriteria keberhasilan adalah minimal
konsep diri siswa tergolong baik.
Data konsep diri siswa diamati dan dicatat dalam lembar observasi,
selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Hasil dari data aktivitas yang terkumpul,
akan dihitung rata-rata skor dengan tingkat rata-rata kelas menggunakan rumus
sebagai berikut.

X = X
N 1989: 109)
(Sudjana,
Keterangan :
X = Rata-rata skor aktivitas siswa

5
= Jumlah seluruh skor aktivitas siswa
N = Jumlah siswa

Indikator yang digunakan untuk mengobservasi konsep diri siswa sebanyak


50 item pertanyaan. Dasar penilaian dari angket yang disebarkan, peneliti
menggunakan skala likert. Skala likert merupakan bentuk skala dengan lima
alternatif jawaban atau bobot jawaban untuk setiap pertanyaan item positif dan item
negatif subyek diminta memilih satu diantara lima jawaban yang tersedia yaitu: (SS)
sangat setuju, (S) setuju, (RG) ragu-ragu, (TS) tidak setuju, (STS) sangat tidak
setuju. Cara menskor skala diatas mengenai jawaban yang diberikan subyek berkisar
1-5 pada butir positif pilihan skor (SS) sangat setuju 5, (S) setuju 4, (RG) ragu-ragu
3, (TS) tidak setuju 2, (STS) sangat tidak setuju 1. Sedangkan untuk jawaban item
negatif pilihan skor (SS) sangat setuju 1, (S) setuju 2, (RG) ragu-ragu 3 (TS) tidak
seuju 4, (STS) sangat tidak setuju 5.

Tabel 01. Interval dan Kategori Konsep Diri

Tabel 01. Kategori Interval Skor Konsep Dir

Interval Kategori
133 – 142 Sangat Baik

118 - 132 Baik

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


103 – 117 Cukup

Hasil Penelitian
Pemaparan hasil penelitian meliputi refleksi awal, hasil analisis data konsep
diri pada siklus I, data konsep diri pada siklus II dan ringkasan data konsep diri pada
prasiklus, siklus I, dan siklus II.
Ringkasan data konsep diri pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II dapat
dilihat pada Tabel 4.4 berikut.

6
Tabel 02. Ringkasan Data Konsep diri pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II.

Jumlah Rata-
Persentase
Tahapan Siswa rata Kriteria Kategori Keterangan
(%)
Tuntas (M)
Prasiklus 11 30,55% 109,8 103 – 117 Cukup Tidak Baik

Siklus I 17 47,2% 116,5 103 – 117 Cukup Tidak Baik

Siklus II 36 100% 131,4 118 – 132 Baik Baik

Peningkatan jumlah siswa tuntas dan ketuntasan konsep diri pada Prasiklus,
Siklus I, dan Siklus II dpada tabel 4.4 di atas dapat dituangkan dalam bentuk diagram
seperti Gambar 4.4 berikut.

Gambar 01. Diagram Persentase Tingkat Konsep diri Teknik pada Prasiklus, Siklus I,
dan Siklus II
Gambar 01 menunjukkan bahwa tingkat konsep dari sebelum tindakan
(prasiklus) hingga tindakan siklus II, terus mengalami peningkatan. Batang berwarna
biru pada diagram menunjukkan peningkatan jumlah siswa yang tuntas. Jumlah
siswa yang tuntas sebelum tindakan hanyalah 11 orang siswa, meningkat menjadi 17
orang siswa pada siklus I, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 36 orang atau
dengan kata lain seluruh siswa tuntas.

7
Sedangkan batang yang berwarna ungu pada diagram menunjukkan
persentase dari sebelum tindakan yaitu 30,55%, meningkat menjadi 47,2 % pada
siklus I, dan pada siklus II meningkat menjadi 100%. Berdasarkan data tersebut,
dapat diketahui bahwa persentase peningkatan konsep diri dari sebelum tindakan
(prasiklus) hingga tindakan siklus II yakni sebesar 33,33%.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data pada saat observasi awal diperoleh data konsep
diri secara klasikal sebesar 109,8 berada pada kategori cukup dan dinyatakan belum
memenuhi standar konsep diri dari kriteria penggolongan konsep diri . Hal ini
disebabkan karena adanya pengaruh layanan informasi dalam bimbingan pribadi.
Selain layanan informasi dalam bimbingan pribadi konsep diri dipengaruhi oleh
beberapa faktor lain. Faktor lain yang dimaksud peneliti yang dapat meningkatkan
konsep diri masih kurang karena adalah faktor kemampuan (setiap individu siswa
memiliki kemampuan dalam melakukan sesuatu), faktor perasaan (rasa sangat berarti
bagi siswa dalam setiap aktivitas), kebajikan (pengaruh lingkungan yang baik dapat
menjadikan individu menyenangkan untuk berbuat kebajikan) dan faktor kekuatan
(perilaku individu yang baik memberikan kekuatan bagi anak untuk melakukan
perbuatan yang baik. Di samping faktor tersebut ada faktor lain yang mengakibatkan
masih kurangnya konsep diri yaitu kurangnya pola asuh orang tua, kegagalan,
depresi kritik internal, mengubah konsep diri, kurangnya berpikir positif, reaksi
orang lain, perbandingan orang lain, peranan serta identifikasi terhadap faktor
kemampuan.
Berdasarkan permasalahan yang dialami siswa pada saat observasi awal
tersebut, maka peneliti memberikan alternatif pemecahan masalah yaitu dengan
menerapkan layanan informasi dalam bimbingan pribadi.
Dari hasil penelitian pada siklus I, diperoleh data konsep diri siswa secara
klasikal yaitu sebesar 116,5 berada pada kategori cukup. Selanjutnya dilakukan
refleksi dengan memperhatikan data konsep pada siklus I, ditemukan beberapa
permasalahan dalam proses pembelajaran. Permasalahan-permasalahan yang
dihadapi di siklus I pada konsep diri yaitu dalam memberikan suatu layanan ada
siswa yang tidak masuk, kurang memperhatikan, bergurau sendiri sehingga siswa
kurang optimal mengikuti layanan. Hal tersebut di atasi dengan pemberian
8
pemahman pada siswa bahwa layanan informasi dapat mempengaruhi, konsep diri
siswa karena dalam layanan, siswa diberikan kegiatan berupa pelatihan atau
pembekalan sehingga siswa bisa mengenali kekurangan dan kelebihan pada diri
sendiri, dapat memiliki keyakinan menyeluruh penilaian tentang diri. Siswa akan
mampu memandang dan menilai diri dalam bersikap dan berperilaku sehingga akan
mempengaruhi tindakan dan pandangan yang berdasarkan pada penilaian tentang diri
siswa baik kondisi fisik maupun lingkungancterdekatnya. Adapun yang tidak
mempengaruhi konsep diri antara lain peka terhadap kritikan orang lain artinya siswa
tidak tahan kritik yang diterimanya, mudah marah naik pitam, sensitif terhadap
pujian orang lain artinya pura-pura menghindari pujian, cenderung tidak disenangi
orang lain karena siswa merasa tidak diperhatikan, rasa pesimis artinya siswa
menganggap tidak akan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus II. Hasil
dari refleksi siklus I ini digunakan sebagai referensi dalam melaksanakan penelitian
pada siklus II dengan tujuan untuk dapat meningkatkan konsep diri yang lebih baik.
Dari hasil penelitian pada siklus II terhadap konsep diri siswa secara klasikal
yaitu sebesar 131, 4 berada pada kategori baik dan berdasarkan hasil data konsep diri
tersebut dapat dinyatakan bahwa konsep diri dari siklus I ke siklus II mengalami
peningkatan sebesar 14,9 yaitu dari 116,5 menjadi 131,4.
Peningkatan konsep diri pada siklus II tersebut dikarenakan: (1) penggunaan
layanan informasi dalam bimbingan pribadi dengan sudah dipahami manfaatny oleh
siswa, dan (2) Peneliti melakukan perbaikan berdasarkan kendala-kendala yang
dialami pada siklus I. Secara umum pada siklus ini siswa sudah mulai paham akan
tujuan layanan informasi yakni sebagai bahan acuan dalam meningkatkan kegiatan
dan prestasi belajar serta membekali siswa tentang berbagai hal dalam mengambil
keputusan. Selain itu, layanan ini memberikan wawasan kepada siswa sehingga dia
dapat menggunakan informasi itu untuk merencanakan hidupnya diwaktu yang akan
datang secara wajar.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan serta teori-teori
pendukung hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa
penerapan layanan informasi dalam bimbingan pribadi dapat meningkatkan konsep
diri siswa kelas IX D di SMP Negeri 4 Melaya tahun pelajaran 2015/2016.

9
IV. PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut. Konsep diri meningkat melalui penerapan layanan
informasi dalam bimbingan pribadi pada siswa kelas IX D di SMP Negeri 4 Melaya
tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata konsep diri secara
klasikal ( X ) pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar mengalami
peningkatan sebesar 14,9 yaitu dari 116,5 pada siklus I yang berada dalam kategori
cukup menjadi 131,4 pada siklus II yang berada dalam kategori baik.

Saran
Berdasarkan simpulan di atas, dapat dikemukakan saran-saran sebagai
berikut. a) Bagi siswa yakni harus mau untuk melakukan bimbingan pribadi yang
diberikan di sekolah bisa menambah informasi yang baik, untuk membentuk konsep
diri yang positif, sehingga siswa lebih optimis dan percaya diri dalam segala hal yang
berkaitan dengan konsep diri. b) Bagi guru atau pembimbing, hendaknya mampu
memberikan layanan informasi dalam bimbingan pribadi yang mencakup materi
konsep diri secara optimal sesuai dengan kondisi siswa sehingga guru mampu
memberikan layanan informasi dalam bimbingan pribadi dengan maksimal. c) Bagi
Sekolah, yakni sekolah atau lembaga perlu adanya kerja sama yang baik dengan
anggota keluarga sekolah (kepala sekolah, guru, dan karyawan) sehingga mampu
memberikan layanan informasi dalam bimbingan pribadi siswa dalam meningkatkan
konsep diri yang positif.

DAFTAR PUSTAKA

Kanca, I Nyoman. 2010. Metode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani dan


Olahraga. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Sudjana. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru.

Purnomo Yusuf dan Mulyaningtyas Renita . 2006. Bimbingan & Konseling SMA

10
untuk Kelas X. Erlangga.

Sugiharto, DYP & Sugiyo. 19941. Administrasi dan Organisasi Bimbingan


Konseling Sekolah. Semarang: IKIP Press.

11

Anda mungkin juga menyukai