Oleh:
Gatoet Supriyanto
ABSTRAK
1
I. PENDAHULUAN
2
layanan informasi yang berkaitan dengan bimbingan pribadi, sehingga mampu
meningkatkan dan mengembangkan konsep diri yang dimiliki siswa. Selain layanan
informasi dalam bimbingan pribadi konsep diri bisa ditingkatkan dengan berbagai
layanan misalnya layanan bimbingan kelompok, layanan penguasaan konten, layanan
konseling perorangan dan konseling kelompok. Lingkungan sekolah hendaknya
membantu orang tua serta menyediakan pelayanan serta bimbingan kepada peserta
didik supaya dapat memberikan pengertian atau pembinaan sehingga mampu
membantu menyelesaikan semua permasalahan yang dihadapi siswa. Proses
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, terdiri dari beberapa
layanan. Layanan yang dilaksanakan di sekolah guna untuk meningkatkan dan
mengembangkan konsep diri siswa yang optimal harus dilakukan dengan
mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling. Dari berbagai pelayanan
bimbingan dan konseling diantaranya adalah layanan informasi.
Layanan informasi merupakan kegiatan dalam rangka program bimbingan di
sekolah untuk membantu siswa dalam mengenal lingkungannya yang dapat
dimanfaatkan, baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang.
Sehubungan dengan adanya layanan informasi ini, para siswa diharapkan dapat
memiliki kepercayaan diri mengenai hidupnya dimasa yang akan datang. Apabila
tidak memperoleh informasi semacam ini selama belajar di sekolah, individu
diperkirakan akan menghadapi masalah dan kesulitan di sekolah, lingkungan dan
keluarga (Sugiyo dan Sugiharto, 1994: 41).
Oleh karena itu layanan informasi merupakan salah satu yang dipergunakan
untuk membantu siswa memahami dirinya sendiri dan pemahaman orang lain. Di
samping itu layanan informasi juga memperluas lingkup informasi seperti bergaul,
baik dengan orang lain hubungan antar jenis kelamin yang berbeda atau jenis
kelamin sama, tata karma dan etika, aktivitas waktu luang, penampilan pribadi,
keterampilan sosial, hubungan rumah tangga dan keluarga, perencanaan keuangan
dan kesejahteraan hidup (Sugiyo dan Sugiharto, 1994: 49-50). Layanan informasi
dalam bimbingan pribadi yang diberikan guru BK kepada siswa tidak sesuai dengan
apa yang diinginkan oleh siswa karena guru BK dalam menyampaikan layanan
khususnya layanan informasi dalam bimbingan pribadi intensitas waktunya terbatas,
tidak seperti guru mata pelajaran, sehingga guru BK tidak bisa menyampaikan
3
informasi yang harus diberikan kepada siswa. Keterbatasan waktu yang diberikan
oleh guru BK kepada siswa, sehingga pelayanan siswa untuk memperoleh informasi
tidak sesuai dan tidak kompeten dengan kebutuhan siswa.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ntuk meningkatan
konsep diri melalui penerapan layanan informasi dalam bimbingan pribadi di kelas IX SMP
Negeri 4 Melaya tahun pelajaran 2015/2016.
Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut. a)
Manfaat Teoretis. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur dan acuan untuk
menyusun rencana pembelajaran, sehingga dapat berfungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran agar lebih berkualitas. Selain itu, penelitian ini juga
diharapkan dapat dijadikan acuan dalam penerapan layanan bimbingan konseling yang lebih
inovatif, sehingga tidak menggunakan satu jenis bimbingan. b) Manfaat Praktis. Terdapat
beberapa manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu manfaat praktis bagi siswa,
guru, dan sekolah. Manfaat praktis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Manfaat
untuk siswa, setelah mengikuti layanan dan memperoleh informasi yang tepat dapat
meningkatkan konsep diri yang positif. 2Manfaat untuk guru, meningkatkan wawasan dan
keterampilan guru bimbingan konseling dalam mengimplementasikan jenis-jenis bimbingan
sesuai masalah yang dihadapi siswa, 3. Manfaat untuk sekolah, bagi sekolah sebagai
masukan pemberian layanan informasi dalam melakukan bimbingan dan pembinaan layanan
kepada siswa yang dilakukan oleh guru, khususnya guru bimbingan konseling serta
menambah model-model pemberian layanan.
4
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah 36 orang siswa
yang terdiri atas 19 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki. Alasan penulis meneliti
kelas tersebut karena beberapa siswa masih memiliki tingkat konsep diri yang kurang
sehingga hasil pembelajaranpun kurang maksimal.
Objek dari penelitian ini adalah konsep diri siswa di kelas IX D semester I
SMP Negeri 4 Melaya tahun ajaran 2015/2016 setelah penerapan layanan informasi
dalam bimbingan pribadi.
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan sebanyak 2 (dua) siklus dengan
masing-masing siklus terdiri dari 3 (tiga) kali pertemuan dengan rincian dua kali
pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan untuk tes akhir
siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) Rencana tindakan,
(2) Pelaksanaan tindakan, (3) observasi/evaluasi, dan (4) reflekasi.
X = X
N 1989: 109)
(Sudjana,
Keterangan :
X = Rata-rata skor aktivitas siswa
5
= Jumlah seluruh skor aktivitas siswa
N = Jumlah siswa
Interval Kategori
133 – 142 Sangat Baik
Hasil Penelitian
Pemaparan hasil penelitian meliputi refleksi awal, hasil analisis data konsep
diri pada siklus I, data konsep diri pada siklus II dan ringkasan data konsep diri pada
prasiklus, siklus I, dan siklus II.
Ringkasan data konsep diri pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II dapat
dilihat pada Tabel 4.4 berikut.
6
Tabel 02. Ringkasan Data Konsep diri pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II.
Jumlah Rata-
Persentase
Tahapan Siswa rata Kriteria Kategori Keterangan
(%)
Tuntas (M)
Prasiklus 11 30,55% 109,8 103 – 117 Cukup Tidak Baik
Peningkatan jumlah siswa tuntas dan ketuntasan konsep diri pada Prasiklus,
Siklus I, dan Siklus II dpada tabel 4.4 di atas dapat dituangkan dalam bentuk diagram
seperti Gambar 4.4 berikut.
Gambar 01. Diagram Persentase Tingkat Konsep diri Teknik pada Prasiklus, Siklus I,
dan Siklus II
Gambar 01 menunjukkan bahwa tingkat konsep dari sebelum tindakan
(prasiklus) hingga tindakan siklus II, terus mengalami peningkatan. Batang berwarna
biru pada diagram menunjukkan peningkatan jumlah siswa yang tuntas. Jumlah
siswa yang tuntas sebelum tindakan hanyalah 11 orang siswa, meningkat menjadi 17
orang siswa pada siklus I, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 36 orang atau
dengan kata lain seluruh siswa tuntas.
7
Sedangkan batang yang berwarna ungu pada diagram menunjukkan
persentase dari sebelum tindakan yaitu 30,55%, meningkat menjadi 47,2 % pada
siklus I, dan pada siklus II meningkat menjadi 100%. Berdasarkan data tersebut,
dapat diketahui bahwa persentase peningkatan konsep diri dari sebelum tindakan
(prasiklus) hingga tindakan siklus II yakni sebesar 33,33%.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data pada saat observasi awal diperoleh data konsep
diri secara klasikal sebesar 109,8 berada pada kategori cukup dan dinyatakan belum
memenuhi standar konsep diri dari kriteria penggolongan konsep diri . Hal ini
disebabkan karena adanya pengaruh layanan informasi dalam bimbingan pribadi.
Selain layanan informasi dalam bimbingan pribadi konsep diri dipengaruhi oleh
beberapa faktor lain. Faktor lain yang dimaksud peneliti yang dapat meningkatkan
konsep diri masih kurang karena adalah faktor kemampuan (setiap individu siswa
memiliki kemampuan dalam melakukan sesuatu), faktor perasaan (rasa sangat berarti
bagi siswa dalam setiap aktivitas), kebajikan (pengaruh lingkungan yang baik dapat
menjadikan individu menyenangkan untuk berbuat kebajikan) dan faktor kekuatan
(perilaku individu yang baik memberikan kekuatan bagi anak untuk melakukan
perbuatan yang baik. Di samping faktor tersebut ada faktor lain yang mengakibatkan
masih kurangnya konsep diri yaitu kurangnya pola asuh orang tua, kegagalan,
depresi kritik internal, mengubah konsep diri, kurangnya berpikir positif, reaksi
orang lain, perbandingan orang lain, peranan serta identifikasi terhadap faktor
kemampuan.
Berdasarkan permasalahan yang dialami siswa pada saat observasi awal
tersebut, maka peneliti memberikan alternatif pemecahan masalah yaitu dengan
menerapkan layanan informasi dalam bimbingan pribadi.
Dari hasil penelitian pada siklus I, diperoleh data konsep diri siswa secara
klasikal yaitu sebesar 116,5 berada pada kategori cukup. Selanjutnya dilakukan
refleksi dengan memperhatikan data konsep pada siklus I, ditemukan beberapa
permasalahan dalam proses pembelajaran. Permasalahan-permasalahan yang
dihadapi di siklus I pada konsep diri yaitu dalam memberikan suatu layanan ada
siswa yang tidak masuk, kurang memperhatikan, bergurau sendiri sehingga siswa
kurang optimal mengikuti layanan. Hal tersebut di atasi dengan pemberian
8
pemahman pada siswa bahwa layanan informasi dapat mempengaruhi, konsep diri
siswa karena dalam layanan, siswa diberikan kegiatan berupa pelatihan atau
pembekalan sehingga siswa bisa mengenali kekurangan dan kelebihan pada diri
sendiri, dapat memiliki keyakinan menyeluruh penilaian tentang diri. Siswa akan
mampu memandang dan menilai diri dalam bersikap dan berperilaku sehingga akan
mempengaruhi tindakan dan pandangan yang berdasarkan pada penilaian tentang diri
siswa baik kondisi fisik maupun lingkungancterdekatnya. Adapun yang tidak
mempengaruhi konsep diri antara lain peka terhadap kritikan orang lain artinya siswa
tidak tahan kritik yang diterimanya, mudah marah naik pitam, sensitif terhadap
pujian orang lain artinya pura-pura menghindari pujian, cenderung tidak disenangi
orang lain karena siswa merasa tidak diperhatikan, rasa pesimis artinya siswa
menganggap tidak akan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus II. Hasil
dari refleksi siklus I ini digunakan sebagai referensi dalam melaksanakan penelitian
pada siklus II dengan tujuan untuk dapat meningkatkan konsep diri yang lebih baik.
Dari hasil penelitian pada siklus II terhadap konsep diri siswa secara klasikal
yaitu sebesar 131, 4 berada pada kategori baik dan berdasarkan hasil data konsep diri
tersebut dapat dinyatakan bahwa konsep diri dari siklus I ke siklus II mengalami
peningkatan sebesar 14,9 yaitu dari 116,5 menjadi 131,4.
Peningkatan konsep diri pada siklus II tersebut dikarenakan: (1) penggunaan
layanan informasi dalam bimbingan pribadi dengan sudah dipahami manfaatny oleh
siswa, dan (2) Peneliti melakukan perbaikan berdasarkan kendala-kendala yang
dialami pada siklus I. Secara umum pada siklus ini siswa sudah mulai paham akan
tujuan layanan informasi yakni sebagai bahan acuan dalam meningkatkan kegiatan
dan prestasi belajar serta membekali siswa tentang berbagai hal dalam mengambil
keputusan. Selain itu, layanan ini memberikan wawasan kepada siswa sehingga dia
dapat menggunakan informasi itu untuk merencanakan hidupnya diwaktu yang akan
datang secara wajar.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan serta teori-teori
pendukung hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa
penerapan layanan informasi dalam bimbingan pribadi dapat meningkatkan konsep
diri siswa kelas IX D di SMP Negeri 4 Melaya tahun pelajaran 2015/2016.
9
IV. PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut. Konsep diri meningkat melalui penerapan layanan
informasi dalam bimbingan pribadi pada siswa kelas IX D di SMP Negeri 4 Melaya
tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata konsep diri secara
klasikal ( X ) pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar mengalami
peningkatan sebesar 14,9 yaitu dari 116,5 pada siklus I yang berada dalam kategori
cukup menjadi 131,4 pada siklus II yang berada dalam kategori baik.
Saran
Berdasarkan simpulan di atas, dapat dikemukakan saran-saran sebagai
berikut. a) Bagi siswa yakni harus mau untuk melakukan bimbingan pribadi yang
diberikan di sekolah bisa menambah informasi yang baik, untuk membentuk konsep
diri yang positif, sehingga siswa lebih optimis dan percaya diri dalam segala hal yang
berkaitan dengan konsep diri. b) Bagi guru atau pembimbing, hendaknya mampu
memberikan layanan informasi dalam bimbingan pribadi yang mencakup materi
konsep diri secara optimal sesuai dengan kondisi siswa sehingga guru mampu
memberikan layanan informasi dalam bimbingan pribadi dengan maksimal. c) Bagi
Sekolah, yakni sekolah atau lembaga perlu adanya kerja sama yang baik dengan
anggota keluarga sekolah (kepala sekolah, guru, dan karyawan) sehingga mampu
memberikan layanan informasi dalam bimbingan pribadi siswa dalam meningkatkan
konsep diri yang positif.
DAFTAR PUSTAKA
Purnomo Yusuf dan Mulyaningtyas Renita . 2006. Bimbingan & Konseling SMA
10
untuk Kelas X. Erlangga.
11