Minneapolis:
Educational Media Corporation
KONSELING INDIVIDU SEBAGAI SALAH SATU INTERVENSI KONSELOR
Ketika orang berpikir tentang konseling, mereka membayangkan ada dua orang yang
sedang duduk berhadap hadapan membicarakan masalah pribadi. Konselor akan lebih rilek
dan akan mendengarkan dengan penuh perhatian ketika seorang klien menceritakan sebuah
peristiwa pribadi. Setelah itu konselor akan memberikan interpretasi dan nasehat dan saran
kepada klien. Mereka berdua akan bekerja bersama-sama untuk menemukan sebab-sebab
timbulnya permasalahan dan mencari solusinya.
B. Tahapan-Tahapan Konseling
Pada umumnya kita semua senang pada keteraturan, sistematik dan efisien. Tetapi
sayang konseling tidak selalu teratur dan melalui proses yang logis. Meskipun konseling terus
berubah dan berkembang akan tetapi peristiwa-peristiwa yang terjadi kadang-kadang tidak
dapat diprediksi. Sehingga perlu diidentifikasi beberapa tahapan konseling yang akan
memberikan arahan dalam bekerja.
E. Kontrak-kontrak contingency
Kontrak kontinjensi adalan sebuah teknik dalam pendekatan konseling perilaku, di
mana konselor dan klien bekerja bersama untuk pertama-tama menentukan perilaku yang
diharapkan dan kemudian mengelola konsekuensi-konsekuensi yang muncul dan berusaha
untuk dapat mengendalikan penampilan perilaku-perilaku tersebut.
Hal ini biasanya mencakup beberapa bentuk kesepakatan di mana seorang pelajar
dijanjikan akan mendapat hadiah bila dia dapat menampilkan tugas dan perilaku yang
diharapkan.
Ada tujuh tahap dasar dalam kontrak kontinjensi :
1. identifikasi perilaku
2. perkenalan dan diskusi tentang ide kontrak
3. mengembangkan sebuah kontrak dan mempresentasikannya kepada orang yang
terlibat.
4. garis besar pengawasan dan prosedur tindak lanjut
5. pengenalan program atau perencanaan
6. mencatat kemajuan dan mengevaluasi capaian
7. modifikasi terhadap kemungkinan-kemungkinan, istilah-istilah kontrak dan jadwal
pelaksanaan sehingga tercapai perilaku yang diharapkan atau yang diinginkan oleh
konselor dan klien.
6. Mengatasi perlawanan
Ketika anada menangani murid yang bermasalah. Anada akan menemui keadaan yang
sangat defensive selama konseling. Bahkan anada akan dipandang sebagai bagian dari
mereka yang tidak dia sukai. Beberapa pelajar melihat sekolah dan keluarga sebagai tempat
yang tidak mereka sukai karena mereka dibatasi dan tidak mendapatkan apa yang mereka
sukai. Orang yang punya sifat defensive akan cenderunng diam dan tidak mau mengatakan
apa-apa kepada konselor. Inilah tugas konselor untuk membangaun kepercayaan dan
hubungan yang mesra sehingga mereka merasa aman dan akan mencurahkan permasalan
mereka dengan senang.
H. Simpulan
1. Konseling individual merupakan layanan yang dilakukan oleh seorang konselor bertemu
secara pribadi dengan seorang klien untuk membantu memecahkan masalahnya.
2. Tahapan dalam konseling individu meliputi: tahap permulaan dan orientasi; tahap
membangun hubungan dan assessment / pengukuran; tahap penelitian dan penemuan;
tahap pemusatan dan penentuan tujuan-tujuan; tahap perencanaan dan pengambilan
tindakan; tahap pengumpulan data dan interim; tahap tindak lanjut dan evaluasi; dan
tahap penutupan dan perpisahan
3. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam konseling individu yaitu: siapa yang
seharusnya menerima konseling individual; di mana konseling individual terjadi; kapan
konseling individual dilakukan; dan bagaimana konseling individual dilakukan.
4. Model Problem Solving yang sistimatik meliputi beberapa tahap pertama yaitu identifikasi
permasalahan, apakah situasinya; apa yang telah menyebabkan permasalahan terjadi;
siapa yang terlibat dan bagian apa yang mereka mainkan dalam permasalahan tersebut.
5. Kontrak-kontrak yang mungkin dibangun / Contingency adalah sebuah teknik dalam
pendekatan konseling perilaku, di mana konselor dan klien bekerja bersama untuk
pertama-tama menentukan perilaku yang diharapkan dan kemudian mengelola
konsekuensi-konsekuensi yang muncul dan berusaha untuk dapat mengendalikan
penampilan perilaku-perilaku tersebut.
7 tahap dasar dalam kontrak Contingency yaitu: identifikasi perilaku; perkenalan dan
diskusi tentang ide kontrak; mengembangkan sebuah kontrak dan mempresentasikannya
kepada orang yang terlibat; garis besar pengawasan dan prosedur tindak lanjut;
pengenalan program atau perencanaan; mencatat kemajuan dan mengevaluasi capaian;
dan modifikasi terhadap kemungkinan-kemungkinan, istilah-istilah kontrak dan jadwal
pelaksanaan sehingga tercapai perilaku yang diharapkan atau yang diinginkan oleh
konselor dan klien.
Myrick, RD (1993) Developmental Guidance and Counseling. Minneapolis:
Educational Media Corporation
KONSELING KELOMPOK SEBAGAI SALAH SATU INTERVENSI KONSELOR
Manusia dilahirkan dalam kelompok, hidup dan bekerja dalam kelompok, menjadi
gangguan dalam kelompok, dan dapat ditolong dalam kelompok. Kelompok keluarga,
kelompok teman sebaya, kelompok sekolah dan sosial, serta kelompok lain yang merupakan
bagian dari kehidupan siswa. Oleh karena itu, beberapa anak muda lebih nyaman dan ingin
turut serta dalam konseling kelompok daripada konseling individual.
Konseling kelompok di sekolah banyak diminati siswa sekolah, terutama ketika
belajar bagaimana mereka sering bertukar pikiran tentang minat dan keprihatinan. Mereka
senang mengetahui bahwa orang lain memiliki perasaan dan pemikiran yang sama. Para
siswa menyukai dukungan dari anggota kelompok yang bekerja bersama baik untuk tujuan
individu maupun kelompok. Konseling kelompok di sekolah merupakan intervensi konselor
yang dapat menemukan kebutuhan banyak siswa.
2) Pusat Masalah
Konseling kelompok yang berpusat pada masalah juga terfokus pada masalah yang
menitik beratkan pada siswa. Tetapi lingkup masalah biasanya tidak terlalu darurat dan tidak
mencapai titik krisis. Emosi biasanya tidak sebesar ketika krisis terjadi. Biasanya kelompok
pusat masalah akan terfokus pada sisa permasalahan setelah intensitas krisis telah berlalu.
Konselor SMA menyediakan konseling kelompok untuk beberapa gadis remaja yang
hamil dan masih ingin menyelesaikan sekolahnya. Konselor lain bekerja dengan sekelompok
siswa yang ingin melepaskan diri dari tekanan dan stress berat yang mereka alami di dalam
kehidupan sehari – hari. Konselor lain bekerja dengan kelompok siswa yang memiliki konflik
dengan orang tua mereka dan mereka yang ingin kabur dari rumah.
Konselor SD mengatur kelompok pusat masalah terfokus pada masalah yang terjadi di
lapangan sepak bola dan waktu istirahat makan siang. Rupanya, dua orang anak laki – laki
sangat agresif, bertengkar dan berkelahi dengan mereka yang tidak mengikuti kemauannya.
Mereka bersikap “sok menjadi bos” dan ingin ditiru sebagai pihak yang menang. Dua anak
lelaki ini membutuhkan konseling dan mereka ditaruh dalam kelompok pusat masalah dengan
mereka yang bermain dalam permainan yang sama dan tidak suka dengan perilaku mereka.
Kelompok langsung terfokus pada masalah, mendorong setiap anggota untuk berbicara
tentang apa yang mereka suka dan apa yang tidak mereka suka saat bermain sepak bola
bersama dan bagaimana mereka dapat menjadi lebih baik nantinya.
Di dalam pendekatan pusat masalah, tujuan kelompok ini jelas. Hal ini berdasar pada
perhatian dan situasi umum yang menyebabkan siswa tidak nyaman dan tidak senang.
Masalah – masalah ini mengganggu siswa untuk belajar dengan baik disekolah. Anggota
kelompok mengidentifikasi masalah dan menggerakkan diri mereka untuk melakukan
sesuatu. Kelompok yang bertemu untuk mengatasi masalah sejenis dimotivasi, mereka
mengetahui masalah mereka dan mencoba menemukan cara untuk mengatasinya sebelum
menjadi lebih krisis.
Kelompok pusat masalah mempunyai pusat fokus. Masalah diidentifikasi,
diungkapkan dan membuat keputusan. Anggota sering mengikuti pendekatan langsung ketika
berbicara tentang permasalahan; ada diskusi tersembunyi tentang permasalahan–
permasalahan yang ada. Bertatap muka dan menyelidiki jenis pertanyaan dilihat sebagai
bagian penting dari proses kelompok. Terkadang anggota kelompok membicarakan masalah
umum, menggunakannya sebagai batu loncatan untuk memahami seseorang. Rincian khusus
yang berhubungan dengan situasi atau keadaan seseorang mungkin tidak dibutuhkan.
Kelompok mungkin melihat lingkup masalahnya dari sisi pencegahan sebagai contoh, dalam
situasi hipotesis mungkin dibicarakan dan dilaksanakan.
Jenis – jenis kelompok pusat masalah adalah: meraih tingkat yang lebih tinggi,
mengatasi masalah dengan guru dan teman sebaya, membuat pilihan karir, mengalami stress,
menemukan pekerjaan, pergaulan dengan orang tua, mendapat tekanan dari teman sebaya,
dan menghindari penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang.
3) Pusat Pertumbuhan
Kelompok pusat perkembangan fokus pada pengembangan sosial dan pribadi siswa.
Krisis atau bagian permasalahan butuh tidak hanya alasan untuk melakukan konseling
kelompok. Kelompok dapat berkonsentrasi pada belajar lebih tentang diri sendiri dan orang
lain melalui pengalaman beberapa teman dekat (Gazda, 1978).
Kelompok pusat pertumbuhan dibentuk untuk seluruh siswa dan mereka memberikan
perhatian kepada kebutuhan umum dan minat anak muda pada tahap pengembangan
kehidupan yang beragam. Tumbuh dan pergi ke sekolah biasanya penuh dengan masalah–
masalah, beberapa lebih serius dari yang lain. Hal ini diasumsikan bahwa siswa perlu untuk
bicara hal khusus yang berhubungan dengan pengembangan pribadi. Konseling kelompok
memberi mereka kesempatan ini. Siswa tidak harus menunggu sampai masalah muncul
sebelum mereka mengungkapkan beberapa masalah sosial dan pribadi dalam kehidupan
mereka seperti menerima suatu tanggung jawab, mengubah perilaku, belajar berkomunikasi
dengan orang lain, menilai diri sendiri, mengatur tujuan – tujuan, dan mengatasi
permasalahan – permasalahan.
Kegelisahan dan dilema umum biasanya sering ditemui dalam kelompok
pertumbuhan. Contohnya, sebuah kelompok siswa SD bertemu bersama untuk membicarakan
apa yang akan mereka lakukan ketika mereka pulang setelah sekolah ke rumah yang kosong,
mengetahui bahwa orang tuanya yang bekerja akan tidak berada di rumah selama dua atau
tiga jam. Mereka mengungkapkan rasa kekhawatiran dan ketakutan mereka. Mereka
berbicara tentang apa yang akan dilakukan ketika keadaan darurat terjadi. Mereka bertukar
ide dan belajar bahwa mereka bukan satu–satunya orang yang harus mengurusi diri mereka
sendiri sepulang sekolah.
Kelompok siswa SD lainnya bertemu untuk berbicara tentang persahabatan. Mereka
membicarakan apa yang orang cari dari teman–temannya dan sesuatu tentang diri mereka
yang membuatnya menjadi teman yang baik. Mereka juga mengira–ira sesuatu yang mereka
perlukan untuk terus menjadi teman yang lebih baik. Suatu kegiatan dalam kelompok adalah
memikirkan cara dimana seorang teman bisa saling mendukung satu sama lain.
Beberapa orang tidak melihat pertumbuhan sosial dan pribadi sebagai subyek untuk
konseling kelompok. Mereka berpendapat bahwa kegiatan pertumbuhan dan pengalaman–
pengalaman lebih cocok dihubungkan dalam kelompok yang besar dimana lebih banyak
anak–anak dapat diikutsertakan. Ada beberapa keabsahan dari pendapat ini dan kita akan
menguji konsep ini pada bab berikutnya ketika bimbingan kelompok besar dibicarakan.
Bagaimanapun, beberapa siswa lebih memberikan tanggapan kepada kelompok kecil dimana
kegiatan–kegiatannya memungkinkan mereka untuk lebih terlibat. Mereka juga tidak
memperoleh hasil atau tingkat kepercayaan yang sama untuk mengatasi permasalahan yang
sama di dalam kelompok besar.
Terlebih lagi, kelompok pusat pertumbuhan menyediakan konselor sebuah
kesempatan istimewa untuk bertemu dengan siswa yang dipilih secara acak pada sejumlah
topik yang berbeda. Tidak ada tekanan masalah. Masalah diberikan dan didiskusikan, tetapi
tidak hanya dari kelompok yang asal–asalan. Fokus lebih sering pada “disini dan sekarang”
yang merupakan sifat dari kegiatan kelompok pertumbuhan. Di sini, siswa ikut serta di dalam
kegiatan dan kemudian berbicara tentang apa yang mereka alami dan pelajari. Akhirnya,
pengalaman dihubungkan atau disamaratakan dengan situasi kehidupan diluar kelompok.
Seorang konselor bekerja dengan seorang anak laki–laki yang mempunyai masalah
bergaul dengan guru atau siswa yang lain. Anak laki–laki tersebut memiliki tingkah laku
yang negative, kehidupan keluarga yang sulit, cemberut dan tidak ramah. Dia dipanggil ke
kantor bimbingan dan menjadi bagian “kelompok persahabatan”. Ada lima murid lainnya
disana dan kelompok tersebut bertemu empat kali yang masing – masing selama 45 menit.
Walaupun persahabatan adalah subject yang diangkat, konselor dengan sengaja menaruh
anak laki – laki tersebut sebagai “siswa target” untuk membuatnya lebih baik. Anak laki –
laki tersebut tidak ditemui diluar sekolah tentang membicarakan perilakunya tersebut dan
tidak juga mengkhususkannya untuk konseling individu di dalam kelompok. Hal ini
diasumsikan bahwa dia akan mengambil informasi dan data yang ia dapat daridiskusi dan
kegiatan kelompok. Kelompok ini kurang diperhatikan dibandingkan pendekatan
lainnya.permasalahannya tidak focus pada kelompok, kecuali dia memilih untuk
mengungkapkannya.
Kemudian, setelah kelompok berakhir, konselor berbicara dengan anak laki – laki
tersebut secara tidak resmi di ruangan dan melanjutkan untuk membangun persahabatan. Lalu
konselor memanggil anak laki – laki tersebut ke kantor bimbingan yang lebih tepat untuk
langkah berikutnya. Konselor percaya bahwa kelompok pusat pertumbuhan telah menemukan
duduk permasalahnnya sehingga konseling individu tidak mengancam dan tidak memberikan
banyak hambatan.
Meletakkan siswa target kedalam kelompok pusat pertumbuhan adalah praktek umum
diantara cara – cara konselor yang ingin menghindari tatap muka secara langsung dengan
siswa dan mereka yang melihat perlunya mempermudah hubungan konseling. Tambah lagi,
kelompok seperti ini juga membiarkan siswa bermasalah untuk bekerja dengan teman
sebayanya yang sama tau yang memiliki keberhasilan dalam menghindari atau mengatasi
masalah yang sama.
Pendekatan pusat krisis, pusat masalah, dan pusat pertumbuhan adalah cara umum
untuk mengatur konseling kelompok. Bagaimanapun, pendekatan konseling kelompok juga
diberi nama berdasarkan hal hal : a) teori konseling yang utama digunakan, b) jenis isinya
(lingkup masalah) kelompok, c) kegiatan dan fungsi konselor atau d) populasi siswa yang
turut ikut serta. Duncan dan Gumaer (1980), dalam buku mereka kelompok pengembangan
untuk anak – anak, , memberikan beberapa contoh dari kontributor yang berbeda, kelompok
diberi nama sebagai berikut :
Sebagian besar pengalaman konseling kelompok diutarakan dalam sumber yang
professional dan dapat dikategorikan dalam tiga dasar pendekatan yang telah dikatakan
diatas. Tidak ada keraguan bahwa ada sebutan lain yang digunakan. Hal “dukungan
kelompok” digunakan untuk mendiskripsikan sekelompok siswa yang mempunyai situasi
umum dimana bertukar pendapat tentang “pengalaman bersama” dapat lebih meyakinkan
(Waltz & Bleuer, 1992). Bagaimanapun lebih praktis memikirkan kelompok dalam cara yang
mendasar karena hal ini menyarankan fokus umum tentang mengatur kelompok kecil untuk
konseling dan beberapa kemungkinnan tujuan. Hal ini juga memberimu ide tentang tanggung
jawab kepemimpinan yang utama dan kegiatan-kegiatan yang mungkin dilakukan. Interaksi
yang terjadi dalam konseling kelompok, kegiatan kelompok yang digunakan, penekanan yang
diberikan, dan hasil yang diperoleh sepenuhnya tergantung pada ketrampilan dan pilihan
yang dibuat oleh anda dan anggota kelompok.
3. Durasi kelompok
Beberapa ahli menyarankan bahwa waktu minimum adalah 10 kali pertemuan
sebelum konseling kelompok kecil bisa efektif dan bisa dimulai. Berbicara secara praktis,
bagaimanapun sepuluh kali pertemuan adalah batasan bagi banyak konselor sekolah. Enam
hingga delapan kali pertemuan akan terlihat lebih ideal. Beberapa konselor membuat rencana
untuk empat kali pertemuan sebelum mengakhiri kelompok atau memperpanjang kontrak
untuk menambah sedikit jumlah pertemuan.
Secara jelas bahwa lebih lama waktu pertemuan dengan siswa anda, lebih banyak
kesempatan yang bisa anda miliki untuk membangun hubungan saling membantu yang erat
dan untuk membicarakan tentang banyak permasalahan secara mendalam. Tetapi ini adalah
suatu keistimewaan dan siswa biasanya jarang ada untuk melakukan konseling dalam waktu
yang lama.
Secara lebih spesifik, pergerakan kelompok ditunjukkan secara horisontal dari kiri ke
kanan dan interaksi kelompok dan fokus setiap pertemuan ditunjukkan secara vertikal dari
atas ke bawah. Pada fase pertama sesi satu dan dua, ada sebuah usaha untuk menentukan
identitas kelompok. Melalui kegiatan membuka diri, kondisi yang tersedia seperti
kepercayaan, pemahaman, penerimaan dan kepedulian dipelajari. Anggota kelompok belajar
untuk menjadi pendengar yang peka, yang memasukkan fokus pada perasaan dan perhatian
diri dan orang lain. Beberapa aturan sederhana membantu mengatakan kepada anggota
bagaimana mereka berfungsi di dalam sebuah kelompok.
Fase kedua terdiri dari tiga sesi dan sesi empat yang secara langsung memberi
perhatian lebih pada situasi disini dan sekarang dimana tanggapan (memuji dan menemui)
diperkenalkan dan dilaksanakan. Tahap ketiga lebih fleksibel, tergantung pada minat dan
peningkatan kelompok, dan mungkin termasuk mengatasi masalah, memainkan peran,
komunikasi non verbal, serta masalah anggota kelompok. Hal ini sering digunakan untuk
mengetahui jenis masalah yang siswa miliki pada usia mereka. Sesi akhir selalu melibatkan
beberapa tanggapan positif dan sejenis ”ledakan kuat”.
Kasus pada Jennifer dan Andrew akan membantu memberikan gambaran usaha
konseling kelompok kecil yang mengikuti pendekatan kelompok pertumbuhan dan juga
memasukkan siswa target.
Panduan Kelompok
Tiap kelompok memerlukan panduan untuk membuat proses pembelajaran lebih baik.
Panduan ini atau prosedur ini biasanya sangat membantu para anggota. Sebagai contoh,
berikut ini adalah beberapa diantaranya:
1. Hanya ada satu orang yang berbicara pada saat itu.
2. Kamu bisa “pas” kalau tidak tahu harus ngomong apa.
3. Yang dikatakan didalam kelompok bersifat pribadi.
4. Di sekolah dasar, berikut adalah cara terbaik untuk anak?
5. Angkat tangan pada saat ingin berbicara.
6. Dengarkan apa yang dibicarakan agar bisa ingat apa yang telah dikatakan.
7. Duduk dengan rapi di kursi.
Semua panduan tersebut ditujukan pada para anggota, yang lebih penting itu bertujuan
positif dan harus dilakukan oleh para anggota. Jadi, ini terlihat baik untuk menghindari
pernyataan negatif seperti “Jadi nanti tidak ada nama yang dipanggil dalam kelompok”,
“Jangan mengganggu pada saat orang lain bicara”, “Jangan menggosip”, “Tidak ada
pernyataan yang menjatuhkan”, “Jangan memberi nasihat” dan “Jangan memberitahukan
sesuatu tentang kelompok kita”. Tiap larangan tersebut mencerminkan larangan dan
penekanan yang negatif. Semua yang dituliskan bisa diubah kebentuk yang lebih positif
untuk bisa disarankan pada anggota.
Ini juga dianjurkan untuk menghindari daftar panduan yang lebih panjang. Buatlah
lebih singkat dan langsung terarah. Panduan ini sangat bagus untuk menjadi referensi.
Beberapa konselor mempunyai satu set kartu yang berisi aturan dan dipersiapkan untuk
kelompok. Pada saat murid membuat masalah yaitu rame sendiri, lalu konselor melihat pada
kartu dan bicara “Aturan yang tidak kita taati saat ini yang mana?” lalu dibenarkan kembali.
Panduan baru boleh saja ditambahkan pada saat diperlukan.
Ada tiga cara untuk membuat panduan untuk sebuah kelompok. Pertama kamu bisa
memutuskannya berdasarkan sikap yang ingin anda buat dan membuat daftar peraturan
menurut diri anda. Ini diumumkan pada kelompok diawal sesi. Kelompok berdiskusi dan
mengklarifikasi ide-ide mereka bisa dituliskan pada kertas yang lebar. Akhirnya anda bisa
memulai kelompok tanpa aturan-aturan lalu bisa membuat panduan seiring grup berjalan dan
muncul beberapa masalah. Sebagai contohnya, bila ada beberapa orang berbicara pada waktu
yang sama anda bisa mengucapkan “Kita ada beberapa masalah disini, apa yang terjadi pada
grup kita?” ok, mungkin kita perlu membuat peraturan.
Kongklusinya
Konseling kelompok dilakukan oleh sejumlah kelompok kecil yang membentuk
hubungan kerja yang dekat dimana mereka dapat mengungkapkan permasalahan secara
mendalam. Kelompok ini biasanya memerlukan dan mencapai tingkat kepercayaan,
pemahaman dan penerimaan yang besar dibandingkan bimbingan kelompok, dimana anggota
kelompok merasa lebih bebas untuk mengekspresikan diri mereka karena hanya sedikit
anggota yang ada di dalamnya.
Sebagai seorang konselor diharapkan bisa lebih terampil dan juga berperan sebagai
pengatur dalam kelompok, perbedaan antara bimbingan dengan konseling sering lebih kepada
jumlah kelompok dan tingkat resiko personal yang didapat. Konseling kelompok bisa
dilakukan dengan menggunakan beberapa tahapan yang ada yaitu mulai dari tahap
pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran. Ada beberapa variasi
berbeda yang bisa kita gunakan, tergantung para anggota dalam kelompok dan siswa yang
ingin diajak dalam konseling ini. Sebagai contohnya konselor telah memilih untuk bisa lebih
fleksibel dan terfokus pada problem yang khusus, termasuk beberapa aktivitas permainan.
Sngt
Sangat Ragu- Tdk
Sekolah menengah (jumlah=103) setuju tdk
setuju ragu setuju
setuju
25
Grup meningkatkan pengertianya pada orang laen 70 0 5 0
0
Grup tidak memberikan efek apa2 pada saya 3 5 41 46
Grup memberikan efek pada kelakuan saya di luar 16
68 13 0 3
grup
3
Saya tidak suka menjadi anggota dalam grup 0 5 27 65
32
Grup meningkatkan pemahaman diri saya 46 14 8 0
Saya akan merekomendasikan grup ini pada yang 73
21 3 0 3
laen
Myrick, RD (1993) Developmental Guidance and Counseling. Minneapolis:
Educational Media Corporation
BIMBINGAN KELOMPOK BESAR SEBAGAI SALAH SATU INTERVENSI
KONSELOR
d. Accessibility
Program bimbingan untuk memudahkan tingkat pencapaian prestasi dan motivasi
pada siswa yang memiliki kebiasaan belajar buruk, program ini membantu dengan
fasilitator kawan sebaya.
e. Hubungan dengan teman sebaya.
Kelompok dibuat dengan sudah terjadwal untuk bertemu dengan guru tertentu
supaya lebih menyenangkan. Beberapa siswa mungkin akan merasakan aman di dalam
bimbingan kelompok besar, karena bisa hanya dengan berpartisipan dibelakang teman
lainnya, siswa hanya mendegarkan tapi tidak berbicara. Siswa hanya mengandalkan
teman yang lain untuk memimpin dan mereka tidak berpartisipasi. Mereka tidak suka
berbicara di depan kelompok besar karena takut apa yang mereka utarakan tidak dapat
diterima. Semakin banyak anggota, akan semakin banyak kondisi seperti itu.
b. Perkuat partisipasi.
Setelah mata digunakan untuk menolak untuk memperkuat partisipasi, dan juga
pemilihan kata. Hati-hati untuk tidak terlalu sering menggunakan bentuk-bentuk evaluatif
seperti, ”bagus”, ”baik”, ”hebat”, dll. Konselor juga berhati-hati menggunakan kata-kata
selang, walaupun kepribadian Konselor memungkinkan menggunakannya tanpa menjelek-
jelekan siswa atau membuat Konselor terlihat rendah diri. Ketika mereka berniat untuk
memberitahu seseorang atau kelompok bahwa penampilan dan kontribusi mereka di
hargai. Kadang-kadang dibertahukan bahwa hal tersebut merupakan respon yang baik.
Sebagai tambahan, evaluasi, baik yang posti maupun yang negatif berjalan tidak sesuai
untuk membuat kondisi yang fasiltatif yang Konselor inginkan dalam kelompok. Evaluasi
dibutuhkan dan tidak terhindarkan, ataupun juga kurang fasilitatif. Untuk itu, respon-
respon seperti, ”ok”, ”baik”, ”terima kasih sudah berbagi” dan ”terimakasih” lebih karena
hal tersebut cenderung kurang evaluatif dan lebih disukai karena hal tersebut cenderung
kurang evaluatif dan lebih diakui.
Umpan balik dalam bentuk pujian dapat sangat menguatkan individu atau
kelompok. Sebagian besar konselor dan guru tidak memberikan pujian yang cukup.
Pikirkan beberapa cara yang dapat membuat individu atau kelompok tahu bahwa Konselor
menilai respon mereka.
Siswa menyukai untuk ditentramkan hatinya bahwa kelompoknya berjalan dengan
baik dan kontribusi mereka sangatlah penting.
Bergerak menuju dan menjauh dari para siswa. Jika Konselor tidak mendapatkan
tipe perilaku yang Konselor pikir dapat membantu di kelompok besar atau Konselor
menghadapi penolakan, Konselor pasti ingin menggunakan model umpan balik untuk
memberitahu mereka mengenai pengaruh perilaku yang mereka lakukan kepada Konselor.
Hal ini dapat Konselor lakukan setelah Konselor mencoba berbagai cara supaya mereka
mau bekerja dengan baik.
Jika Konselor memiliki siswa yang tidak perhatian atau mengacau, Konselor harus
menggunakan kehadiran diri Konselor untuk memperoleh perhatian mereka. Mendekatlah
kepada mereka. Setelah Konselor berada pada wilayah atau ruang mereka, ada
kecenderungan bahwa seseorang akan merasa waspada. Kegelisahan meningkat dan
perhatian pada gerakan Konselor dan kata-kata Konselor. Ketika siswa lelah atau mungkin
kepanasan dan pada akhir hari. Tetaplah bergerak. Jangan berdiri di depan ruangan atau
satu tempat. Pergerakan memecah kebosanan dan menstimulasi. Hal ini akan mendorong
orang-orang untuk merubah perhatian mereka dan menjadi lebih perhatian mereka dan
menjadi lebih perhatian, terutama ketika bergerak mendekati mereka.
Contohnya, jika menginginkan bagian tertentu pada kelompok besar untuk
berpartisipasi lebih, kemudian bergeraklah lebih dekat kepada bagian tersebut dan gunakan
mata dan kehadiran diri untuk mengundang mereka untuk berpartisipasi.
Dalam hal yang sama, jika satu siswa atau bagian mendominasi diskusi
menjauhlah. Bergeraklah ke area lain dan berkata ”kita sudah pernah mendengar dari
beberapa anggota kelompok kita, mari kita dengar pemikiranmu yang lain. Bagaimana
dengan yang lain?
c. Aturlah batasan-batasan.
Konselor mungkin memiliki beberapa siswa di kelompokmu yang mengganggu
atau yang perilakunya tidak dapat diterima. Aturlah bebrapa batasan dengan siswa anda,
dengan merespon prasaan mereka dan memberitahu mereka apa yang dapat dan tidak
dapat mereka lakukan. Pada prinsipnya, selalu baik untuk tetap fokus pada apa yang anda
harapkan dari mereka daripada menyuruh mereka untuk menahan diri dari melakukan
sesuatu. Pertama minta mereka untuk melakukan sesuatu yang anda inginkan dan
permintaan selanjutnya adalah kepatuhan dan gagal untuk memberikan perintah.
Sebagai contoh, misalnya dua orang siswa tertawa sendiri dimana yang lain
sedang berpartisipasi. Ini menjadi tidak menyenangkan bagi anda maupun siswa yang
lain. Kau pasti berkata sesuatu seperti, ”pastilah hari ini anda memiliki waktu yang sulit
untuk mendengarkan dan jelas sekali ada sesuatu yang lucu, menyenangkan, tapi anda
membuat kami kesulitan untuk tetap fokus dan berbagi ide, jadi tolong perhatikan.”
Jika anda telah membangun ”beberapa kepentingan di bank” dari pengalaman
pertama, anda mungkin ingin langsung berkata , ”kamu pasti sangat senang dan
menemukan sesuatu yang menyenangkan, tapi kami membutuhkan perhatianmu.” Ada
lebih sedikit kata-kata. Anda juga bisa berkata, ”tolong diam dan perhatikan”. Bukan
waktu yang baik untuk berargumentasi dan bukan waktu yang baik pula mendiskusikan
perilaku, jika anda ingin tetap pada tugas. Disamping itu, beberapa konselor dengan bebas
membiarkan perilaku seperti itu untuk beberapa saat sebelum berkata, ”Kita memiliki
masalah di kelompok kita. Ada apa?” Lalu, situasi dan perilaku siswa diproses. Hal ini
lebih konfrontif, tetapi juga membuktikan berpendidikan, jika hal tersebut tepat dan anda
menggunakan keahlian yang fasilitatif.
Pengaturan batasan bisa digunakan dalam kelompok besar ketika seorang siswa
distimulasi untuk berbicara mengenai hal-hal yang lebih pribadi. Siswa yang sedang
berada di bawah tekanan atau penuh dengan kegelisahan biasannya tidak diperhatikan
tentang dimana mereka atau sedang berada dikelompok mana mereka, jika mereka
memiliki kesempatan mengeluarkan sesuatu dari pikiran mereka. Mereka sering
menggunakan kesempatan untuk meringankan beban dengan melepaskan perasaan
mereka, khususnya di tempat yang aman.
Jika anda perhatian dengan penyingkapan diri tidak sesuai untuk kelompok besar
atau terlalu pribadi, anda dapat mengintrupsi dan berkata:
”hal ini sangatlah penting untuk mu dan perasaanmu memperlihatkan bahwa kau ingin
mebicarakannya sekarang.” atau,
”saya dapat melihat mengenai apa yang sudah anda katakan kepada saya bahwa perasaan
anda ... dan , tidaklah mudah berfikir mengenai hal lainnya.
Mungkin, kita bisa berbicara setelah kelompok berakhir.” atau,
” kelompok diskusi kita memberikan perasaan yang kuat pada mu – beberapa
menyedihkan, dan kamu ingat sesuatu yang terjadi yang memberi pengaruh besar
padamu.”
Tergantung pada ketrampilan dan penilaian profesional anda, mungkin anda dapat
melanjutkan dengan:
”Tetapi, apa yang sudah kamu sampaikan sangatlah personal. Kau ingin melanjutkan?
atau, jadi ini yang ingin kau bicarakan?”
Kau bisa mengingatkan kelompok anda bahwa orang tidak harus berbagi semua
yang tidak ingin mereka bicarakan dan dalam hal ini, seseorang telah mempercayai
kelompok untuk lebih menghormati situasi ini. Atau, kau mungkin dapat mengganti fokus
untuk beberapa saat dengan mengiterupsi seseorang dan bertanya pada kelompok :
”kita telah mendengar pernyataan pribadi oleh salah satu anggota kelompok kita. Menurut
kalian bagaimana perasaan dia sekarang?”
Lalu, ”apa yang diakatakan tentang kita sebagai sebuah kelompok?”
Lalu, diskusi mengenai kondisi yang fasilitatif yang saling memperhatikan, mempercayai,
dan lain sebagainnya dapat terjadi.
d. Berikan tugas
Hal ini bisa sangat fasilitatif dalam kelompok besar dengan memberikan tugas
khusus kepada anggota kelompok. Salah satu tugas bisa seperti: ”Baik, marilah tim ini
mendengarkan tim yang lain yang ingin berbicara.
Lihat apa yang bisa kalian tambahkan.” Ini dapat mendorong anggota untuk fokus
pada topik dan diskusi. Anda bisa menambahkan dengan, ”sekarang, ketika kamu sedang
mendengarkan, berfikirlah satu pertanyaan yang ingin kamu tanyakan untuk membantu
kita belajar mengenai ide-ide mereka.”
Untuk tugas lainnya, anda dapat menyuruh mereka menulis kata atau frasa kunci
yang telah diberikan. Masih tugas yang lain, suruhlah siswa untuk merespon pertanyaan
tertentu, atau menulis satu kata jawaban, atau menggambar respon suatu pertanyaan, atau
kalimat yang belum selesai. Hal ini akan menyiagakan anggota kelompok, mengatur
perhatian mereka, dan meningkatkan keterlibatan mereka.
Jika kelompok tidak berjalan dengan baik, rubahlah tugas. Contohnya, daripada
menyesuaikan dengan prosedur, anda dapat berhenti dan berkata:
”Apa yang sedang terjadi di kelompok kita? Bagaimana perasaan kalian sekarang?”
”Menurut kalian mengapa perasaan ini timbul?”
”Apa yang bisa kita lakukan untuk membuatnya lebih menarik?”
Kadang-kadang tugas ”disini dan sekarang” akan membuat cukup kesenangan
untuk memotivasi kelompok dan membuat pengalaman. Tugas ”disana dan nanti”, seperti
”Bagaimana menurut pendapat kalian mengenai perasaan mereka dalam situasi seperti
itu?” mungkin terlalu hipotetis dan terlalu jauh dari pengalaman kelompok untuk menjaga
mereka tetap terlibat.
Jika siswa terus berjuang dengan perhatian dan motivasi untuk berdiskusi
mengenai isu atau situasi, anda mungkin dapat mengulang kembali topik atau tugas yang
diberikan. Siswa biasannya suka berbicara mengenai ide-ide dan perasaan-perasaan dalam
kelompok besar maupun kelompok kecil.
Kadang-kadang konselor di batasi oleh waktu dan harus tetap pada tugas untuk
menyelesaikan ”pelajaran bimbingan”. Ketika memimpin siswa untuk menyelesaikan
agenda sangat penting, anda akan lebih sadar waktu. Anda membuat keputusan untuk
membuat siswa tetap pada tugas, bergerak dengan aktivitas dan prosedur. Kehilangan
peluang terjadi bukan karena tidak ada ketrampilan, tetapi sebab pertimbangan
profesional harus dibuat menurut waktu.
Tidak ada yang salah dengan tetap memberi tugas. Namun, ketrampilan pada
umumnya dalam kaitan dengan kedalaman diskusi dan banyaknya respon facilatif yang
dibuat. Di sekolah dasar, 20 menit merupakan waktu yang umum untuk bimbingan
kelompok besar. Ketika ada tambahan 15 menint (untuk jumlah 35 menit), biasannya
banyak diskusi dan partisipasi kelompok. Konselor merasa kurang cepat dan banyak
seperti fasiliator ketika mereka memiliki ekstra waktu, tapi jika tidak tersedia.
e. Memiliki rencana.
Ada banyak konselor dan guru berpengalaman yang dapat memberi contoh dan
dengan spontan memulai pelajaran bimbingan, menarik pengetahuan mereka mengenai
aktivitas dan kemampuan mereka memduhkan kelompok. Mereka tahu bagaimana
membuat topik diskusi. Mereka akrab dengan pertanyaan khas dan perhatian. Mereka
mengetahi masalah potensial sebelum masalah tersebut muncul. Mereka adalah ahli
pendidikan yang dengan sedikit pelajaran, dapat dengan cepat terlibat dalam kelompok
besar, seperti kelas, dalam pelajaran bimbingan. Tetapi, sedikit konselor dan guru secara
eksklusif berpegang pada pengalaman dan kemampuan mereka untuk bekerja
menggunakan ”pilot automatis” dalam situasi yang tidak terstruktur. Hal ini sangatlah
pekerjaan yang sulit.
Lebih mudah jika memiliki rancangan unit bimbingan, masing-masing dengan
suatu jumlah spesifik kegiatan yang telah diuraikan untuk sejumlah waktu yang ditentukan.
Selalu ada penyesuaian. Kadang-kadang aktivitas harus dimodifikasi atau prosedur dirubah
untuk mengakomodasi waktu dan keadaan. Dalam beberapa kesempatan, diskusi memiliki
giliran dimana ada kesempatan untuk tepat waktu mengajar. Lalu pengingat rencana
pembelajan bimbingan dapat dihilangkan. Tetapi, ketika anda memiliki rencana dan
memiliki pilihan untuk merubahnya, daripada bergantung pada sumber anda sendiri dan
kepercayaan bahwa semuanya akan berjalan dengan lancar, pekerjaan anda akan lebih
mudah.
Beberapa orang suka membuat rencana umum dengan beberapa catatan dan
mengikuti intuisi dan pengalaman mereka. Tanpa memperhatikan, konselor yang paling
efektif memiliki ide yang jelas mengenai tujuan yang ingin mereka capai, memiliki materi
yang dibutuhkan, dan mengetahui bagaimana mereka memulai suatu kelompok. Konselor-
konselor yang efektif mungkin telah mencatat beberapa kalimat pembukaan untuk
memudahkan acuan. Mereka mengetahui aktivitas mana yang mereka rencanakan untuk
digunakan dan telah mereka pikirkan melalui prosedur tertentu, terutama ketika mereka
sudah cocok dengan ruangan atau tempat tertentu dimana kelompok bertemu. Mereka
sudah memikirkan tentang pernyataan ringkasan atau cara untuk menyimpulkan diskusi
kelompok, dengan perhatian tertentu yang diberikan untuk penutup.
Jika memimpin kegiatan bimbingan kelompok besar merupakan hal yang baru
untukmu, lalu anda mungkin membutuhkan lebih banyak rencana yang terperinci dan
terstruktur. Cobalah untuk menggambarkan bagaimana waktu dapat dihabiskan,
mengidentifikasi suatu beberapa menit waktu untuk masing-masing bagian dari rencana
anda. Anda harus lebih fleksibel dan mengenali bahwa memudahkan suatu diskusi lebih
panjang dalam satu bagian dari rencana yang berarti mengurangi waktu untuk suatu
aktivitas atau diskusi di dalam bagian lain. Minat pribadi anda, ketrampilan, dan
pertimbangan profesional menentukan keputusan anda ketika memimpin kelompok.
Salah satu contoh pengalaman bimbingan kelompok besar yang secara efektif
terbukti dengan kelas 4, merujuk pada proyed bimbingan kelompok di Florida, di
kembangkan di Orange County, Florida (Myrick, Merhill, & Swanson, 1986) dan sudah di
gunakan oleh sekolah lain di distrik yang sama. Ini juga dapat dimodifikasi untuk
menyesuaikan kebutuhan dan minat siswa. Garis besar umum juga dapat digunakan untuk
mengembangkan unit-init bimbingan yang lain.
Manajemen dan susunan dari para siswa sangatlah penting, ketika setiap kelas
dibentuk ke dalam 5 kelompok diskusi kecil. Pertama-tama, kelompok-kelompok ini
diposisikan dalam bentuk setengah melingkar mengelilingi ruangan selama kegiatan
perkenalan. Konselor berbicara kepada seluruh siswa melalui kelompok mereka di dalam
kegiatan I. Selama kegiatan II, kelompok-kelompok tersebut dipersempit menjadi kelompok
lingkaran kecil untuk latihan dan diskusi yang bersifat khusus. Kelompok-kelompok tersebut
kemudian dengan cepat memposisikan diri mereka ke dalam bentuk kelompok setengah
melingkar untuk kegiatan penutup dan diskusi tingkat akhir.
Baik para siswa yang menjadi target – mereka yang telah diidentifikasi oleh para guru
yang kebetulan mempunyai perilaku-perilaku yang negatif mengenai sekolah – dan para
siswa yang mempunyai ranking atas – mereka yang nilai akademisnya terlihat bagus –
mendapatkan keuntungan dari rangkaian bimbingan, menurut laporan yang diberikan oleh
para Guru.
Kedua-duanya merupakan suatu kebenaran kasus baik di Negara bagian Florida dan
Indiana, yang melibatkan lebih dari 1700 siswa yang berstatus terkontrol ataupun kelompok-
kelompok penelitian. Dua puluh macam hal digunakan di dalam penelitian tersebut untuk
membandingkan kelompok-kelompok yang menerima unit dan yang tidak digunakan untuk
membandingkan diperlihatkan di dalam gambar 8.1. Indikator-indikator perbedaan yang
ignifikan pada kelompok penelitian yang menerima unit juga diperlihatkan di dalam gambar.
Ini merupakan sebuah penelitian karena cakupannya, desain risetnya,
pengulangannya, dan temuan-temuan positifnya baik bagi siswa yang menjadi target dan
siswa yang mempunyai ranking atas. Ini memperlihatkan bahwa para siswa yang mempunyai
perilaku negatif mengenai sekolah dapat menguntungkan kelompok bimbingan yang lebih
luas. Hal penting lainnya, para siswa yang mempunyai ranking atas juga mendapatkan
keuntungan dari pengalaman kelompok bimbingan luas yang sama. Unit tersebut, tentu saja,
diarahkan untuk semua siswa dan, di dalam kasus ini, merupakan campur tangan Konselor
yang pertama kali.
Kelompok bimbingan yang luas merupakan pendekatan paling tepat bagi para siswa
yang mempunyai perilaku negatif. Siswa-siswa yang membutuhkan bantuan lebih atau yang
tidak menanggapi secara baik kepada kelompok bimbingan yang luas kemudian dapat terlihat
pada kelompok kecil konseling, mungkin memperlihatkan pengalaman mengenai urutan
susunan kelompok pengalaman yang tergambar di dalam bab 7. Akhirnya, mereka yang tidak
menaggapi atas kelompok kerja yang luas ataupun kecil mungkin menerima beberapa
konseling yang bersifat individual.
Setiap kegiatan di dalam unit dibentuk pada asumsi bahwa hanya sebuah jumlah
materi yang sedikit yang akan mudah untuk diperoleh dan bahwa unit tersebut harus mampu
diimplementasikan tanpa menggunakan tambahan biaya di atas sumber-sumber yang khusus
pada beberapa Konselor. Ini membatasi seleksi atas susunan kegiatan-kegiatan pembelajaran
untuk unit ini. Unit tersebut ditujukan pada kelas keempat; akan tetapi, para Konselor sekolah
tingkat menengah telah melaporkan bahwa, dengan sedikit perubahan-perubahan, ini telah
membuktikan untuk menjadi sesuatu yang bernilai di dalam kerja mereka. Beberapa Konselor
sekolah tingkat atas juga telah menggunakan ini. Anda mungkin dapat menemukan bahwa
kegiatan-kegiatan lain lebih baik sesuai dengan tujuan-tujuan Anda. Anda dapat merubah unit
tersebut untuk kecenderungan-kecenderungan dan kebutuhan-kebutuhan Anda.
Gambar 8.1 Hasil Daftar Guru:
Perbandingan Penanganan dan Kontrol Kelompok
Florida Indiana
Target Atas Target Atas
(n=623) (n=403) (n=350) (n=381)
Perilaku dalam sekolah:
1. Mengerjakan tugas tepat waktu.
2. Mengerjakan tugas dengan giat. X X
3. Mengumpulkan tugas tepat waktu. X
4. Mempunyai materi yang cukup untuk X
mengerjakan tugas.
5. Mengikuti diskusi kelas.
6. Mentaati peraturan sekolah. X X
7. Menerima saran dan kritik. X X
8. Berkata baik kepada sesame.
9. Bergaul baik dengan teman. X X X
10. Menyukai para guru. X X
11. Disukai oleh para guru. X X X
12. Disukai oleh siswa lain karena X X X
perkataannya.
13. Percaya bahwa dia dibutuhkan orang X X X
lain.
14. Giat berangkat sekolah. X X X
15. Menyukai seseorang sebagai pribadi. X X X
16. Pekerja yang baik di sekolah. X
17. Menganggap sekolah sebagai tempat
yang bersahabat.
18. Menganggap sekolah sebagai tempat X X
yang menyenangkan.
19. Kerja keras saat menemui sesuatu X
yang sulit pada saat pertama kali.
20. Tahu bagaimana cara berteman. X
X . 05 tingkat signifikansi
X . 05 tingkat signifikansi
x x x x x
x x x x x
T/C x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
Keterangan :
T/C : Guru/Konselor X : Siswa
Tipe Baris. Jenis susunan tempat duduk para siswa yang pertama dalam garis atau
baris. Ini merupakan susunan kelas yang sering dipakai pada semua sekolah-sekolah.
Bangku-bangku disusun dalam 5 atau 6 baris dengan 6 atau 7 bangku tiap baris. Terkadang
meja-meja akan ditambahkan, akan tetapi mereka jarang ditempatkan pada garis, dengan
podium guru atau meja berada di depan. Meskipun di dalam sekolah yang maju, di mana
usaha-usaha telah dilakukan untuk mengurangi kebiasaan-kebiasaa seperti itu, seseorang
dapat melihat modifikasi sederhana dari tempat duduk para siswa dalam tipe garis.
Ini merupakan susunan yang ideal untuk memberikan sebuah pidato. Pandangan para
siswa adalah menuju ke depan ruangan dan sangat sulit untuk melihat fokus lain. Karena
kontak mata diantara para peserta sangatlah terbatas, bagaimanapun juga terdapat
kecenderungan untuk memiliki sebuah jenis diskusi dan beberapa siswa biasanya
mendominasi. Kontak mata yang kurang juga menghalangi proses timbal balik dan beberapa
siswa menjadi ragu-ragu untuk berpartisipasi ketika mereka tidak dapat mengemukakan
bagaimana kontribusi mereka diterima oleh orang lain. Untuk itu, apabila maksud Anda
adalah untuk menunjukkan kepada para siswa dan menyuruh mereka untuk mendengarkan
sebuah presentasi, kemudian susunan bangku seperti itu tidak akan pernah cocok sama
sekali.
2. Tipe Lingkaran.
x x
x x
x T/C x
x x
x x
Tipe Lingkaran. Dalam sebuah upaya mendapatkan beberapa kontak mata dan untuk
merangsang partisipasi yang lebih, para siswa seringkali duduk dalam sebuah lingkaran
besar. Ini memudahkan seseorang untuk melihat yang lain. Ini cenderung mengundang
seseorang untuk berpartisipasi lebih, ketika lingkaran muncul yang membuat seseorang
berkedudukan sama dan bertempat dalam posisi semacam itu membuat mereka merasa
seperti menjadi bagian dari keseluruhan kelompok.
Terkadang jumlah kelompok (misal., 30 siswa) membuat lingkaran menjadi sangat luas yang
akhirnya membatasi kontak mata. Para siswa harus melihat sebuah pandangan yang jauh
melewati ruangan untuk melihat lainnya dan keinginan menjadi bagian dari kelompok dapat
hilang begitu saja. Dan juga, beberapa ruangan terkadang tidak membentuk sebuah lingkaran
dan para siswa duduk pada susunan persegi, atau dua garis panjang yang menghadap satu
sama lain. Dengan susunan 15 sampai 20 siswa, sebuah lingkaran yang luas dapat
membuahkan hasil yang memuaskan; meskipun, susunan kelompok yang berbeda mungkin
memberikan beberapa keuntungan yang lebih.
x x x x xx
x
xxxxx x
T/C x x
x x
xxxxx x
xxxxx x
Tipe Setengah Melingkar. Di dalam susunan setengah melingkar, mata masih tetap
mengahadap ke depan, meskipun para siswa sekarang dapat melihat satu sama lain dengan
baik dan diskusi lebih mungkin melibatkan seseorang. Tetapi, ketika kelompok bertambah
dalam hal jumlah, mungkin 20 siswa atau lebih, susunan setengah melingkar tersebut menjadi
semakin luas dan ada kecenderungan perasaan menjadi bagian dari sebuah kelompok.
Mengenali batasan ini, beberapa Konselor dan guru-guru telah menyusun para siswa di dalam
2 atau 3 kelompok ke dalam bentuk setengah melingkar yang luas, menjaga kelompok
tersebut menjadi lebih dekat dan menghindari keramaian. Ini, juga, mungkin dianggap sebuah
variasi atas baris atau garis sejak mata mereka menatap ke depan ruangan.
4. Tipe Lingkaran luar dan dalam.
x x
x x x
x x T/C x x
x x x
x x
Tipe Lingkaran Luar dan Dalam. Terkadang dua konsentrasi lingkaran atau oval
dapat disusun. Lingkaran dalam lebih kecil daripada lingkaran luar. Susunan “fishbowl” ini
menjadi sesuatu yang terkenal ketika peragaan dibuat atau ketika penting untuk dilaksanakan
dengan sebuah kelompok dalam suatu kelompok.
Apabila Anda duduk sendiri di dalam tipe lingkaran, Anda akan memiliki perasaan
dekat dengan kelompok tersebut, hampir saja menutupi para peserta di dalam lingkaran. Ini
juga benar untuk para siswa yang setelah beberapa menit, menjadi sedikit kehilangan
kesadaran menjadi pusat perhatian dan siswa yang mungkin lupa menjadi bagian tengah
lingkaran. Jumlah suara mereka mungkin turun dan orang-orang yang duduk di lingkaran
terluar mungkin memiliki kesulitan mendengar apa yang sedang dikatakan oleh orang-orang
di dalam lingkaran terdalam. Para anggota lingkaran paling luar biasanya ditanya untuk
mengamati dan tidak menghentikan ketika mereka mencoba mendengarkan komentar-
komentar yang dibuat oleh anggota lingkaran terdalam. Ini akan menjadi membosankan dan
menjemuhkan, sampai Anda memberikan mereka sebuah tugas, sesuatu yang untuk melihat
dan untuk mendengarkan. Atau, Anda dapat menghentikan sejenak pekerjaan yang sedang
Anda laksanakan dengan kelompok lingkaran terdalam dan berbicara kepada mereka yang
berada di kelompok lingkaran paling luar, berusaha memperoleh beberapa komentar singkat
mereka.
Pada acara dimana anda dapat merotasi kelompok kecil melalui lingkaran dalam.
Contohnya, misalkan anda bekerja dengan 30 siswa. Anda akan menyiapkan 6 kursi di dalam
lingkaran. Anda dapat membagi siswa menjadi kelompok atau tim kecil. Setelah bekerja
dengan kelompok kecil pertama dalam linkgaran kecil, anda juga dapat menyuruh kelompok
kecil lainnya untuk masuk dan mengambil alih kelompok pertam. Ini dapat membuat yang
lain tetap terlibat, khusunya anda sering berhenti, berdiri dan berbicara kepada anggota
kelompok luar.
3. Mengukur Hasil
Anehnya, banyak konselor sekolah yang bekerja dengan kelompok besar tidak
memerlukan banyak waktu untuk mengevaluasi hasil atau untuk menilai proses itu. Dalam
satu penelitian, 98 konselor melaporkan bahwa mereka percaya unit bimbingan karir sagatlah
efektif. Namun, mereka tidak menggunakan waktu untuk menanyakan siswa apa yang
mereka pikirkan tentang unit tersebut, jika mereka ingin merekomendasikannya untuk siswa
lain yang seumuran, atau jika tujuan utamannya telah selesai. Beberapa pujian tidaklah
cukup.
Ketika anda menggabungkan unit bimbingan kelompok besar, berpikirlah cara dimana
anda akan mendapatkan umpan balik dari siswa anda. Anda dapat bertanya kepada guru atau
orang tua apa yang telah mereka tahu karena siswa anda sedang mengalami unit tersebut.
Evaluasi dapat digunakan di akhir unit. Anda juga dapat menunda evaluasi selama satu atau
dua minggu dan lalu bertanya kepada siswa apa yang telah mereka pelajari dari unit
bimbingan kelompok besar.
Evaluasi tidak harus dilihat sebagai berhasil atau tidak berhasil di dalam kelas bagi
konselor atau guru. Ini merupakan suatu format umpan balik di mana anda mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan guna membuat keputusan. Akankah anda membuat perubahan?
Mana yang berjalan dengan lancar dan mana yang harus diulang? Manakah yang paling
banyak memakan waktu untuk jumlah pengemabalian? Bagaimana meningkatkan prosedur
dan proses? Jawaban dari pertanyaan tersebut dan mungkin pertanyaan-pertanyaan lain dapat
membantu memberikan beberapa petunjuk.
Cobalah untuk mengindari kritik sebagai teguran atau celaan. Dalam kelompok besar,
sangat sulit untuk menyenangkan setiap orang, karena banyaknya persamaan dan sedikit
kesempatan untuk bertemu dengan kebutuhan tiap partisipan. 80%-20% paraturan cukup
sesuai mempertimbangkan hasil akhrirnya, dengan asumsi jika anda menyelesaikan tujuan
dengan 8 dari 10 siswa, berarti anda sudah berhasil.
Dalam satu hari, 10 konselor sekolah menengah setuju untuk bekerja dengan setiap 20
siswa untuk keahlian berkomunikasi. Kira-kira 400 siswa ambil bagian dalam 4 kegiatan, unit
bimbingan kelompok besar. Post-test hanya hasil yang diperoleh, dengan perhatian khusus
bagaiaman siswa merasakan kelompok tersebut dan jika hal tersebut mengakibatkan banyak
hal. Kira kira 4% percaya bahwa kelompok memiliki efek kecil bahkan tidak sama sekali,
sedangkan 6% tidak tahu. 88% yang lain menunjukan bahwa mereka memperoleh sesuatu
dari kelompok dan hampir 92% merekomendasikannya kepada siswa yang lain. Tidak ada
seseorang yang sempurna dan tentu saja tidak ada kelompok besar yang 100 % berhasil.
G. KAJIAN KRITIS
Apabila dikatakan bahwa dalam membentuk kelompok besar merupakan pendekatan
yang paling hemat untuk kerja konselor, dimana banyak siswa yang mendapatkan keuntungan
dari pengalaman bersama kelompok besar dan tidak membutuhkan banyak intervensi
konselor; tetapi dalam pelaksanaan dilapangan pembentukan kelompok besar lebih sulit
dilakukan intervensinya oleh konselor yang tidak dibantu teman sejawat, dan ada
kecenderungan dengan pembentukan kelompok besar anggota kurang konsentrasi, karena
lebih banyak bergurau / bicara sendiri. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan dalam
pembentukan kelompok besar tentang karakter anggotanya.
Pandangan yang mengadakan banyak siswa mendapatkan layaanan langsung dari
konselor ketika bimbingan kelompok besar digunakan sebagai intervensi konselor,
kenyataannya justru banyak siswa yang kurang mendapat perhatian dalam kelompok besar,
karena kecenderungan konselor kurang menguasai kelompok dan kurang dekat dengan
anggota kelompok, maka konselor harus dekat dengan anggota kelompok supaya memahami
dan dapat melayani semua anggota kelompoknya.
Karena bimbingan kelompok besar biasannya kurang intens dan kurang rahasia dari
pada individu atau konseling kelompok kecil, orang lain dapat membantu memberikan unit
bimbingan dan berpartisipasi dalam kegiatan bimbingan kelompok besar. Dimungkinkan juga
untuk membawa orang lain dari luar untuk ikut berkontribusi (penduduk senior, personel
militer, pegawai hukum, spesialis, dan para ahli dibidang kusus). Kenyataannya anggota
kelompok justru akan semakin tidak terbuka dalam kelompoknya dalam mengungkapkan
masalahnya, karena merasa belum akrab dan memahami orang yang ikut campur dalam
kelompoknya. Oleh karena itu apabila akan memasukkan orang yang baru dalam kelompok
harus mempertimbangkan pendekatan dan memilih kompetensinya.
Beberapa siswa merasa lebih aman dalam kelompok besar, dan lebih menyukai untuk
tidak sendirian. Mereka lebih merasa kurang sadar diri dan banyak berpartisipasi. Kenyataan
justru karena menyadari dalam kelompok yang besar siswa yang bermasalah akan merasa
enggan mengungkapkan masalahnya secara terbuka. Oleh karena itu dalam kelompok besar
harus benar-benar ada kesamaan persepsi dan kepentingan bersama untuk menyelesaikan
masalah secara bersama.
Pengelolaan dan pengaturan kelompok besar menyediakan pengalaman yang unik
untuk siswa (diskusi kelompok) dimana pengawasan orang lain hadir namun tidak secara
langsung terlibat dalam topik diskusi. Kenyataannya yang terjadi dalam kelompok besar
dalam setiap diskusi orang lain yang hadir cenderung ikut memberikan tanggapan dan
intervensi yang kemungkinan kurang dapat diterima oleh anggota kelompoknya. Oleh karena
itu orang yang hadir dalam kelompok apabila ingin memberikan intervensi harus memohon
ijin untuk diperkenankan memberikan alternatif dalam diskusi supaya dapat diterima oleh
anggota kelompoknya.
Apabila dikatakan bimbingan kelompok besar dapat membantu membuat suasana
lebih postif dan saling memperhatikan daripada intervensi konselor yang lain. Lebih-lebih
eksplorasi ide, perasaan, tingkah laku di lakukan dalam konteks yang akrab bagi siswa.
Pelajaran bimbingan memiliki kesempatan yang besar untuk menyamaratakan peristiwa hari
ke hari di sekolah. Kenyataan yang terjadi kelompok besar akan memperkeruh keadaan
masalah anggota kelompok, apabila kelompok diskusi tidak kondusif. Oleh karena itu perlu
menjaga keadaan diskusi agar tetap kondusif, sehingga anggota kelompok akan merasa
nyaman.
H. SIMPULAN
Berpijak pada paparan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kelompok besar merupakan pendekatan yang paling hemat untuk kerja konselor, dimana
banyak siswa yang mendapatkan keuntungan dari pengalaman bersama kelompok besar
dan tidak membutuhkan banyak intervensi konselor; apabila dalam pelaksanaannya
dipertimbangkan pembentukannya tentang karakter anggotanya.
2. Banyak siswa mendapatkan layaanan langsung dari konselor ketika bimbingan kelompok
besar digunakan sebagai intervensi konselor, apabila konselor dekat dengan anggota
kelompok sehingga dapat memahami dan melayani semua anggota kelompoknya.
3. Karena bimbingan kelompok besar biasannya kurang intens dan kurang rahasia dari pada
individu atau konseling kelompok kecil, orang lain dapat membantu memberikan unit
bimbingan dan berpartisipasi dalam kegiatan bimbingan kelompok besar. Dimungkinkan
juga untuk membawa orang lain dari luar untuk ikut berkontribusi (penduduk senior,
personel militer, pegawai hukum, spesialis, dan para ahli dibidang kusus). Hal ini
hendaknya apabila akan memasukkan orang yang baru dalam kelompok harus
mempertimbangkan pendekatan dan memilih kompetensinya.
4. Beberapa siswa merasa lebih aman dalam kelompok besar, dan lebih menyukai untuk tidak
sendirian. Mereka lebih merasa kurang sadar diri dan banyak berpartisipasi. Hal ini akan
terwujud apabila dalam kelompok besar benar-benar ada kesamaan persepsi dan
kepentingan bersama untuk menyelesaikan masalah secara bersama.
5. Pengelolaan dan pengaturan kelompok besar menyediakan pengalaman yang unik untuk
siswa (diskusi kelompok) dimana pengawasan orang lain hadir namun tidak secara
langsung terlibat dalam topik diskusi. Hal ini akan terwujud apabila orang yang hadir
dalam kelompok apabila ingin memberikan intervensi harus memohon ijin untuk
diperkenankan memberikan alternatif dalam diskusi supaya dapat diterima oleh anggota
kelompoknya.
6. Bimbingan kelompok besar dapat membantu membuat suasana lebih postif dan saling
memperhatikan daripada intervensi konselor yang lain. Lebih-lebih eksplorasi ide,
perasaan, tingkah laku di lakukan dalam konteks yang akrab bagi siswa. Pelajaran
bimbingan memiliki kesempatan yang besar untuk menyamaratakan peristiwa hari ke hari
di sekolah. Hal ini hendaknya perlu menjaga keadaan diskusi agar tetap kondusif,
sehingga anggota kelompok akan merasa nyaman.
Myrick, RD (1993) Developmental Guidance and Counseling. Minneapolis: Educational
Media Corporation
FASILITATOR SEBAYA SEBAGAI SEBAGAI INTERVENSI KONSELOR
Sebuah perubahan peristiwa yang menarik dalam pendidikan telah menjadi training
yang sistematik dan menggunakan siswa – siswa sebagai fasilitator sebaya. Anak – anak
muda dilatih untuk membantu konselor dan guru dan secara konsekuen banyak siswa yang
dapat menerima dan berpartisipasi dalam pelayanaan bimbingan.
Konsep siswa membantu siswa bukan merupakan hal yang baru. Ide ini dimulai
beberapa tahun yang lalu dalam sebuah ruangan rumah sekolah, ketika siswa yang lebih tua
diberikan tanggung jawab untuk mengajari kemampuan dasar kepada siswa yang lebih muda.
Proses tersebut tidak sehalus sekarang. Nilai dari menyuruh siswa untuk membantu siswa
yang lain tersebut dipelajari pada awal sejarah pendidikan dan tidak pernah dilupakan. Akhir
– akhir ini, peran penolong oleh siswa – siswa telah diperluas dan juga mempunyai persiapan
untuk peran – peran tersebut. Kemudian, berbagai bahasan muncul untuk mendeskripsikan
fungsi dan program penolong siswa – siswa yang berbeda – beda.
Selama tahun 1970an, program “konseling sebaya” dimulai di beberapa sekolah dan
universitas (contohnya, Gray & Tindall, 1978; Hamburg & Varenhorst, 1972; Samuels &
Samuels, 1975). Siswa – siswa membantu sebayanya untuk berbicara tentang masalah
pribadi. Tetapi, hal tersebut diragukan oleh orang tua, guru, admistrator, dan konselor yang
menggunakannya untuk intervensi krisis atau situasi ketika seseorang dalam masalah.
Beberapa orang melihat konseling sama dengan terapi dan oleh karena itu, hal ini tidak sesuai
dengan orang – orang yang tidak mempunyai lisensi.
Sangat sedikit siswa dapat belajar untuk melakukan konseling terhadap siswa yang
lain. Konseling merupakan sebuah kemampuan khusus yang membutuhkan persiapan dan
praktek yang ekstensif. Konseling mempunyai dasar edukasi lulusan untuk sertifikasi dan
membutuhkan kursus studi yang spesifik yang mana trainingnya disupervisi. Tambahannya,
ini adalah istilah yang telah digunakan secara sama dengan terapi atau asistensi pribadi
intensif. Oleh karena itu, banyak orang tua dan pendidik yang menentang ketika hal ini
digunakan sebagai sebuah bahasan untuk mendeskripsikan program penolong sebaya.
Di tahun 1970an, singkatnya, banyak program konselor sebaya yang mendorong
orang – orang muda untuk melakukan konseling teman sebaya mereka yang membolos,
mengganggu di sekolah, mempunyai masalah keluarga, atau mengonsumsi narkoba. Ketika
hal ini merupakan objek yang mengagumkan, beberapa program awal yang membimbangkan
dan ditinggalkan karena para siswa diminta untuk melakukan hal yang lebih dengan training
yang sedikit. Namun, “konseling sebaya” merupakan hal yang berlanjut untuk digunakan dan
diterima dalam berbagai area negara.
1. Asisten Khusus
Fasilitator sebaya yang bekerja sebagai asisten siswa memberikan asistensi bagi guru
dan konselor, khususnya melalui beberapa aktifitas seperti bekerja di kantor,
mendistribusikan dan mengumpulkan materi, memonitor proyek, membangun papan buletin,
dan berpartisipasi dalam perencanaan aktifitas edukasional. Patroli aman, contohnya,
membantu siswa- siswa yang lain untuk menyesuaikan diri dengan peraturan dan prosedur
sekolah.
Umumnya, peran ini cenderung fokus pada asistensi secara tidak langsung untuk
teman - teman sebaya dan interaksinya biasanya dibatasi. Peran ini termasuk dalam bahasan
ini karena hal ini merupakan peran pembantu yang bersifat tradisional secara berkala
diberikan kepada beberapa siswa. Di masa lampau, peran ini tidak menekankan interaksi
pribadi diantara siswa sebanyak tugas rutin. Namun, hal ini muncul bahwa dengan adanya
training fasilitator sebaya, semua peran asisten siswa dapat ditingkatkan.
Singkatnya, anggota patroli aman mungkin lebih sensitif dalam pemberian arah dan
lebih responsif ketika siswa - siswa mempunyai masalah. Pekerja kantor mungkin mampu
untuk menyapa publik lebih ramah dan menjawab telepon dengan lebih efisien. Jika asisten
siswa diikutkan dalam sebuah proyek yang tidak memerlukan kontak atau komunikasi
dengan siswa - siswa yang lain, training mungkin tidak terlalu penting. tetapi, jika mereka
diminta untuk bicara dan bekerja secara dekat dengan yang lain, training fasilitator sebaya
dapat begitu berharga.
2. Tutor
Tutor sebaya digunakan dalam hampir setiap area subyek. Devin-Sheenan, Feldman,
dan Allen (1976) menguji lebih dari 100 penelitian dan artikel dan disimpulkan bahwa
program tutoring dapat meningkatkan penampilan akademik secara efektif dari tutor - tutor
dan siswa - siswa yang ditutori. Namun, sebuah pengujian tentang hal ini dan penelitian
lainnya menyarankan bahwa tutor jarang secara sistematis dipersiapkan dan dilatih untuk
bekerja dengan siswa - siswa. Kriteria yang utama untuk seleksi sebagai seorang tutor adalah
prestasi akademik.
Tidak semua yang menjadi tutor berkeinginan berpartisipasi dalam proses tutor,
khususnya ketika hal ini dilakukan dalam cara yang sama dengan cara sersan baris berbaris
atau penjinak singa. Terlalu banyak siswa yang diminta untuk membantu siswa yang lain
dengan penelitian mereka yang tidak familiar dengan kemampuan membantu dasar.
Mereka biasanya merupakan siswa - siswa yang mempunyai masalah yang terus
menerus dalam penelitian mereka yang membutuhkan asistensi ekstra. Mereka sering tidak
mau untuk membantu dan mencari pembelajaran pengalaman yang tidak menyenangkan.
Mereka mungkin dipermalukan, merasa bersalah, dan menjadi defensif ketika bantuan
diberikan. Beberapa siswa mungkin menolak bantuan apapun karena mereka khawatir bahwa
siswa - siswa yang lain akan berpikir tentang kekurangan mereka dan mungkin menyidir
mereka.
Hal ini tidaklah cukup untuk percaya pada insting alami ketika memberikan tutor
kepada siswa - siswa yang lain. Tanpa persiapan yang khusus sebagai fasilitator sebaya,
bahkan siswa yang mempunyai prestasi terbaik seringkalitidak mampu untuk memotifasi
teman - teman sebaya mereka. Mereka tidak yakin akan apa yang mereka lakukan, frustasi
pengalaman, dan menjadi berkecil hati.
Sebaliknya, partisipasi dalam program training dimana mereka belajar bagaimana
membangun hubungan yang saling membantu dan bagaimana untuk mendorong mereka yang
dibantu dapat membuat sebuah perubahan. Ini merupakan tipe baru dari tutor yang dihasilkan
dari training fasilitator sebaya, yang responsif terhadap perasaan yang diberi tutor, dan yang
dapat membantu individu mengeksplorasi masalah - masalah yang diasosiasikan dengan
belajar atau menjadi lebih baik didalam kelas.
3. Teman Khusus
Sebagai teman khusus, fasilitator sebaya mengembangkan hubungan saling
membantu yang bersifat dekat dengan teman sebaya yang dipilih. Hal ini memungkinkan
fasilitator sebaya memberikan dorongan dan dukungan tepat waktu yang berkenaan dengan
masalah pribadi yang mengurangi pembelajaran di sekolah.
Siswa - siswa merasa dikucilkan ketika mereka tidak punya teman di sekolah.
Ingatkah anda pada teman - teman anda di sekolah? Seberapa penting mereka untuk anda?
Pernahkah anda berharap dapat mempunyai teman - teman di sekolah? Atau, pernahkah anda
membutuhkan seorang teman khusus yang dapat anda percaya, seseorang yang dapat anda
ajak bicara tentang minat dan perhatian anda?
Ketika siswa – siswa sekolah menengah ditanya tentang masalah yang sering terjadi
yang dihadapi siswa – siswa seumuran mereka, masalah kesendirian merupakan satu –
satunya masalah di atas masalah sekolah, kebanyakan siswa – siswa merasa di isolasi atau
bahkan dianggap alien. Tidaklah mudah untuk tumbuh di dunia saat ini. Hubungan teman
sebaya yang positif terkadang sulit untuk dibentuk, khususnya ketika seseorang kurang
mampu dan berpengalaman dalam mengembangkan mereka.
Untuk menjadi seorang dewasa yang benar-benar berguna seseorang anak muda
perlu untuk mengalami persahabatan. Lewat sebuah persahabatan dimana seseorang belajar
untuk mengembangkan orang lain. Pengalaman – pengalamannya dibagi, pikirannya
dieksplorasi, perasaannya didengar, dan ada kepercayaan atau ikatan yang dikembangkan dari
rasa saling menghormati dan menerima. Tanpa dasar ini, sekolah dilihat sebagai sebuah
tempat yang tidak ramah dimana orang – orang diuji, ditolak, dan diabaikan.
Konsekuensinya, ada siswa yuk tumbuh ang tidak pernah belajar dengan baik.
Ada banyak siswa yang membutuhkan bantuan dari seorang teman spesial yang
dapat mendengarkan mereka setiap saat dan menunjukkan minat dalam ide dan perasaan
mereka. Teman spesial ini tidak membutuhkan seseorang untuk diajak ke pesta, atau “jalan –
jalan,” dalam sebuah arti social. Mereka adalah orang – orang yang ada di saat – saat tertentu
untuk diajak bicara tentang perasaan dan pikiran pribadi.
Ketika fasilitator sebaya bekerja sebagai teman spesial, mereka membutuhkan waktu
untuk menginisiasikan percakapan dengan yang lain. Siswa – siswa bahkan mungkin
berpasangan sebagai “teman.” Beberapa konselor mengidentifikasi siswa – siswa target dari
wadah kasus yang membutuhkan seorang teman special untuk bicara setiap saat dibutuhkan.
Walaupun tugas tersebut direncanakan, proses membangun hubungan yang positif
mempunyai sebuah cara yang membawa orang – orang menjadi dekat dan bersama.
Percakapan – percakapan tersebut bersifat ramah tamah dan dapat mendatangkan keuntungan
di kedua pihak.
Siswa – siswa baru di sebuah sekolah, contohnya, mungkin ditugasi untuk fasilitator
sebaya yang mengorientasikan diri mereka pada pembangunan dan pengenalan mereka ke
siswa – siswa yang lain. Semua siswa baru untuk masa penggolongan mungkin bertemu
dengan sedikit fasilitator sebaya di hari Jum’at siang untuk menanyakan pertanyaan –
pertanyaan, mendiskusikan masalah – masalah yang umum, dan bertemu dengan siswa –
siswa baru yang lain. Ketika siswa menjadi familiar dengan sekolah, dan merasa menjadi
bagian dari sekolah itu, mereka meninggalkan kelompok dengan persetujuan mereka sendiri.
Disamping menciptakan sebuah atmosphere yang bersahabat untuk siswa – siswa baru, hal
ini juga membebaskan konselor dan guru untuk memberikan lebih banyak waktu untuk yang
lain yang membutuhkan bantuan mereka.
Konsep tersebut diasosiasikan dengan program Big Brothers and Big Sisters yang
khususnya berhubungan dengan peran teman spesial. Siswa yang lebih muda cenderung
mengagumi dan meniru siswa yang lebih tua. Siswa yang lebih tua beperan sebagai fasilitator
sebaya atau teman spesial yang dapat menjadi contoh yang positif dan dapat menjadi
pengaruh yang kuat pada tingkah laku siswa di sekolah.
Kelas empat dijadikan “big brother” yang merupakan anggota dari kelompok
fasilitator sebaya dari sekolah menengah. Fasilitator sebaya membuat perjanjian untuk
bertemu dengan “teman baik”nya dan bicara dengan mereka tentang sekolah. Mereka
terkadang bermain tangkap bola atau menendang bola sepak, ketika bicara tentang masalah
yang berbeda. Fasilitator mendorong anak tersebut untuk bicara tentang tingkah lakunya di
dalam kelas dan mereka mengeksplorasi cara – cara alternative untuk menjadikan sekolah
menjadi lebih baik untuknya.
Di sebuah sekolah menengah, beberapa fasilitator sebaya menjadi teman spesial
untuk anak – anak muda yang dirawat inap di rumah sakit untuk waktu yang diperpanjang,
menyempatkan berkunjung dan berbicara dengan mereka di rumah sakit. Fasilitator sebaya
yang lain menjadi teman spesial untuk orang tua di panti jompo. Selama fasilitator sebaya
yang lain bersahabat dengan siswa muda yang diidentifikasi oleh guru sebagai siswa yang
malu atau menarik diri dalam kelas mereka, mungkin ditarik perhatiannya dengan perhatian
dan ketertarikan yang spesial.
Fasilitator sebaya belajar untuk mengakui batas mereka dan ditugasi untuk
menyerahkan siswa – siswa kepada konselor atau guru ketika hal ini sudah tepat dilakukan.
Fasilitator tersebut juga disupervisi oleh kooordinator program dan memperoleh bimbingan
dari mereka. Seorang anak laki – laki berbicara dengan fasilitator sebaya tentang kurangnya
minat di sekolah. Setelah melewati beberapa kali diskusi, menjadi jelas bahwa anak laki –
laki tersebut mempunyai konflik dengan dua orang gurunya. Dia meningkat menjadi suka
menentang walaupun usaha dari fasilitator untuk membantu mereka mengeksplorasi
konsekuensi – konsekuensi dari tingkah laku mereka. Fasilitator sebaya tersebut tidak yakin
bagaimana untuk membantu dan menyarankan anak tersebut untuk bicara dengan salah satu
konselor sekolah tentang keadaannya itu. Bersama – sama mereka pergi untuk bertemu
dengan konselor dan menginisiasikan penyerahan.
Sahabat rahasia, sahabat pena, teman baik, dan pengalaman – pengalaman yang lain
dapat disusun sehingga fasilitator sebaya dapat membentuk persahabatan yang spesial dengan
siswa - siswa. Alasan untuk pertemuan bersama yang pertama tidak sepenting seperti yang
terjadi ketika mereka bertemu, ketika dasar persahabatan dibentuk dalam interaksi yang
terjadi.
Ketua kelompok dengan siswa sekolah dasar: dilibatkan dalam paket pengembanagan
pemahaman diri dan orang lain (DUSO) untuk pelajaran dan aktivitas-aktivitas yang
terencana.
Ketua kelompok dengan siswa sekolah menengah atas: membantu siswa untuk membahas
hasil tes (DAT,SAT) dalam serangakaian pertemuan yang diatur dan diawasi oleh
konselor.
Ketua kelompok dengan siswa sekolah menengah atas: mengeksplorasi minat jurusan,
skill, dan tujuan dalam serangkaian pengalaman kelompok yang terarur. Sebagai
tambahan setiap anggota kelompok dibimbing untuk merencanakan program empat
tahunan untuk tujuan pekerjaan sementara.
Teman special dengan siswa sekolah menegah atas: menangani siswa-siswa yang telah
diskors. Fasilitator sebaya ditugasi untuk ruang“istirahat” dimana mereka berbincang
dengan siswa mengenai masalah-masalah yang mereka miliki terhadap guru dan siswa
lainnya.
Teman special dan tutor: berbincang dengan siswa yang pernah ditahan pada rumah
perlindungan remaja dan yang tidak menyukai sekolah. Konselor mencocokkan
fasilitator-fasilitator dengan siswa yang membutuhkan perhatian khusus dalam
pertemanan dan pengajaran.
Tutor: menemui siswa sekolah menengah atas yang telah tiga minggu tidak masuk sekolaha
karena sakit berkepanjangan
Tutor: belajar denganseiswa sekolah menegah atas yang kooperatif dan bersedia serta ingin
lulus ujian aljabar I tapi bingun dan kuatir akan gagal.
Teman special: mengunjungi orang pension tua di pusan pensiunan, yang menghargai waktu
dan perhatian ekstra yang diterima dari fasilitator sebaya sekolah menegah atas.
Tutor: mengarahkan siswa melalui pusat pembelajaran di kelas. Siswa dala kelompok kecil
mendatangai pusat pembelajaran untuk mendemonstrasikan skill dan konsep. Kemudian
mereka menerima beberapa pelaithan saat mereka mencobanya.
Asisten siswa: mengembangklan proyek untuk meningkatkan moral siswa dan semangat
sekolah, yang akan mengarahkan pada pertemuan yang memberikan semangat dengan
lakon pendek yang menyenangkan dan mendorong untuk berfikir.
Setelah pelatihan selesai, fasilitator-fasilitator sebaya dapat mengidentifikasi proyek-
proyek di sekitar sekolah. Mereka kemudian akan lebih mengerti mengenai skill dan peran
mereka, serta memiliki ide yang lebih baik pada tujuan program. Antusiasme mereka untuk
membantu orang lain sering mengarahkan pada beberapa proyek-proyek yang menyenangkan
dan berhadiah.
Guru juga merupakan sumber proyek yang baik, saat meraka memahami tujuan
program dan peran dimana fasilitator dapat berfungsi. Sebagai tambahan, dukungan guru
terbukti penting demi berhasilnya suatu program. Berikan bantuan pada guru disekolah anda
untuk lebih mengetahui program anda, dan bantulah mereka untuk melihat bagaimana ini
dapat membantu pekerjaan mereka.
Remaja dipengaruhi oleh lingkungan mereka, termasuk banyak orang dewasa. Oleh
karena itu melakukan konseling terhadap seorang siswa mungkin hanya sedikit efektif
kecuali orang dewasa yang menjadi bagian hidup siswa juga diperhatikan. Dalam kasus
seperti ini, konsultasi adalah sebuah intervensi konselor yang berharga.
Konsultasi telah dianggap sebagai fungsi uama konselor sekolah selama bertahun-
tahun, terutama pada level dasar. Meskipun beberapa kritik mengkuatirkan konsultasi
menyita waktu sehingga jauh dari konseling, juga disangkal bahwa keduanya sesuai dan
keduanya harus dimasukkan dalam pengembangan program layanan dan bimbingan.
Konsultasi dengan orang tua, guru, dan pengurus adalah sebuah intervensi yang dapat
memperluas perubahan dalam lingkungan belajar, menguntungkan bagi para siswa dan
mereka yang menjadi bagian hidupnya.
A. Kebutuhan Berkonsultasi
Dale adalah seorang guru ilmu pengetahuan Sekolah Menengah Atas yang peduli
terhadap kelasnya. Meskipun para siswa tampaknya menyukainya pada awal tahun ajaran,
mereka menjadi kurang kooperatif dan lebih banyak mengacau seiring berjalannya waktu.
Beberapa siswa mengucapkan kata-kata kasar di kelas yang hampir tidak kedengaran,
sementara para siswa lainnya tetap berbicara dengan siswa disampingnya ketika dia
memimpin diskusi kelas. Merasa bahwa dia mulai kehilangan kontrol, dia mengancam
berulang-ulang dan mengirim beberapa siswa ke kantor induk untuk menerima hukuman. Dia
mencoba menghukum kelas yang susah diatur dengan nilai lebih rendah dan tugas-tugas lebih
panjang, tetapi tampaknya tak satupun yang berhasil. Pada titik pertengahan, dia mulai
penasaran sanggupkan dia menyelesaikan tugasnya sampai akhir tahun. Ketakutan dan
kecewa, dia tidak yakin apa langkah dia selanjutnya.
Trish adalah siswa kelas empat yang mengikuti workshop mengenai gaya belajar.
Dia ingin mencoba beberapa ide, tetapi dia tidak yakin tentang penggunaan prosedur-
prosedur pengelompokan. Dia kuatir jika beberapa aktivitas tidak berhasil. Dia berpikir
seandainya dia berbicara dengan seseorang untuk mengklarifikasi pikiran dan rencananya.
Aaron memiliki masalah di sekolah. Nilai-nilainya di bawah rata-rata, meskipun dia
memiliki potensi untuk melakukan yang lebih baik. Dia mengeluh sakit kepala dan dia sering
berpikir untuk izin dan tinggal di rumah daripada ke sekolah. semakin banyak dia tidak
masuk sekolah, semakin dia tertinggal dari teman-teman sekelasnya dalam mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan rumah. Performanya di kelas menurun drastis. Orang tuanya
memutuskan bahwa sudah saatnya untuk mengetahui lebih jauh event-event di sekolah dan
peran apa yang mereka miliki terhadap sikap dan perilaku Aaron.
Pada ketiga kasus diatas, konselor sekolah menjadi terlibat dalm konsultasi. Pada
setiap konsultasi, konselor-konsultan membantu proses bantuan sehingga para individu dapat
memecahkan permasalahan mereka sampai beberapa tingkat.
Sementara konseling telah menjadi sebuah fungsi yang diterima pada sebagian besar
sekolah, hal ini belum berlaku pada konsultasi. Masih diperdebatkan sebagai sebuah peran
dan, pada satu sisi, disarankan bahwa para konselor tidak terjebak pada kehilangan waktu
yang berharga dengan siswa dengan bekerja dengan orang-orang dewasa (Mayer & Munger,
1967). Sebagai tambahan, konsultasi kelihatan tidak sesulit konseling, dan terdapat beberapa
kekuatiran bahwa para konselor mementingkan bekerja dengan orang dewasa dan
mengabaikan kebutuhak-kebutuhan konseling siswa.
Meskipun begitu, konsultasi dengan cepat menjadi sebuah peran yang diterima di
sekolah dasar dimana bimbingan pertumbuhan pertama kali ditekankan. Dengan hanya
seorang konselor setiap sekolah pada sebagian besar tempat, dan di beberapa distrik para
konselor bekerja di lebih dari satu sekolah, konsultasi dengan para guru menjadi intervensi
utama karena waktu konselor terbatas. Tidak mungkin bagi para konselor sekolah dasar untuk
menemui semua siswa yang membutuhkan layanan; oleh karenanya, para konselor
berkonsultasi dengan para guru mengenai bagaimana mereka dapat membantu anak-anak.
Beberapa orang mengklaim bahwa perubahan perilaku para siswa lebih mungkin
dilakukan melalui perubahan perilaku orang-orang dewasa yang penting dalam kehidupan
seorang siswa. Mungkin lebih banyak dibandingakan melalui layanan-layanan langsung pada
siswa. Meskipun begitu kebanyakan orang percaya bahwa konsultasi dan konselinmh adalah
pelayanan yang berkesesuaian. Meeka sering terintegrasi ke dalam pendekatan bantuan
(Fullmer &Bernard, 1972).
Konsultasi dengan para guru dan orang tua didasarkan pada asumsi bahwa orang-
orang tersebut melihat anak-anak atau murid-murid mereka lebih sering daripada konselor.
Peningkatan hubungan guru-murid atau orang tua-anak melalui konsultasi mungkin lebih
dapat meresap daripada konseling dalam hubungan dua orang. Para guru dan orang tua
berada di posisi terbaik untuk mengimplementasikan dan mendukung tehnik-tehnik dan
strategi-strategi bantuan. Karena kekompleksan tantangan yang dihadapi pendidik, terutama
guru, peran konsultasi konselor akan tetap tumbuh pada tahun 1990an (Dustin & Ehly, 1992).
B. Definisi Konsultasi
Jadi, peran konselor termasuk bekerja dengan para guru, ,orang tua, pengurus, dan
spesialis pendidikan lainnya pada permasalahan-permasalahan yang melibatkan pemahaman
dan pengaturan siswa. Tampak terbukti bahwa konsultasi adalah sesuatu yang terjadi ketika
orang-orang dewasa yang penting dalam kehifupan siswa berkumbul dan membicarakan cara-
cara untuk membantu siswa. Meskipun begitu, tidak selalu jelas apa yang terjadi dalam
pertemuan itu atau bagaimana mendekati mereka secara sistematis.
Asosiasi Konselor Sekolah Amerika menggambarkan konsultasi sebagai:
…. Sebuah proses berbagi informasi-informasi dan gagasan-gagasan dengan orang
lain atau kelompok, sebuah proses mengkombinasikan pengetahuan menjadi pola-
pola dan saling setuju tentang langkah apa yang akan diambil kemudian (ACES-
ASCA, 1966).
Dinkmeyer (1968) berusaha memberikan definisi yang lebih menyeluruh:
Konsultasi melibatkan berbagi informasi, ide, berkoordinasi, membandingkan
observasi, menyediakan pemberi pendapat awal, dan mengembangkan hipotesa
sementara untuk tindakan. Sebaliknya pada hubungan atasan-bawahan yang
terlibat dalam konsultasi, penekanannya terhadap perencanaan bersama dan
kolaborasi. Tujuannya untuk mengembangkan rekomendasi sementara yang
mempengaruhi keunikan anak-anak, guru, dan setting (hal. 187)
Masih terdapat pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab. Siapakah klien?
Siapakah orang yang berkonsultasi? Apa fokus konsultasi? Dan, bagaimana konsultasi bisa
berbeda dengan pendekatan-pendekatan dan intervensi yang membantu lainnya?
Tulisan Caplan (1970) dianggap sebagai titik referensi umum untuk mendefinisikan
konsultasi, terutama dari segi para konselor kesehatan mental. Definisinya juga sesuai untuk
setting dan model industri komunitas. Dia mengatakan,
Konsultasi adalah proses interaksi antara dua orang profesional- konsultan yang
merupakan spesialis, dan orang yang berkonsultasi, yang melibatkan bantuan
konultan mengenai permasalahan kerja yang ada dimana dia memiliki beberapa
kesulitan dan dimana dia telah memutuskan bahwa hal itu berada pada wilayah
spesialisasi dan kompetensi orang lain. Permasalahan kerja melibatkan pengaturan
dan perlakuan terhadap satu klien orang yang berkonsultasi atau lebih, atau
perencanaan atau implementasi sebuah program untuk melayanai klien tersebut
(hal. 9).
Gambar 10.1
Proses konsultasi
C. Proses Konsultasi
Secara singkatnya, unit eksternal atau orang ketiga menyebabkan beberapa kesulitan
atau kegelisahan bagi orang yang berkonsultasi, cukup untuk membuat orang tersebut
meminta bantuan konsultan, sebuah rencana tindakan diidentifikasi yang kemudian
diimplementasikan oleh orang yang berkonsultasi.
Proses dapat diilustrasikan menggunakan gambar 10.1. Mari kita asumsikan seorang siswa
semakin mengacau pada jam pelajaran guru dan menimbulkan kesusahan guru (No.1). guru
mengalami cukup ketidaknyamanan sehingga mencari bantuan seorang konselor sekolah (No.
2). Konselor-konsultan dan guru tukar informasi, mengeksplorasi ide-ide dan sampai pada
perencanaan tindakan (No. 3). Guru, atau orang yang berkonsultasi, kemudian mewujudkan
rencana menjadi tindakan terhadap siswa (No. 4).
Gambar 10.2
Hubungan Konseling dan Konsultasi
Fokus primer
Fokus sekunder
Hubungan tersebut bagi orang yang berkonsultasi lebih objektif dan diluar dirinya,
sementara pada konselor lebih personal dan subjektif. Meskipun baik konseling dan
konsultasi melibatkan penyingkapan diri dan proses-proses yang memfasilitasi lainnya,
hakikat hubungannya berbeda.
Beberapa perbedaan antara konseling dan konsultasi ditunjukkan pada gambar 10.2.
dalam hubungan konseling, konselor terutama fokus pada orang yang berkonsultasi (No.1)
yang merupakan klien. Pihak ketiga atau unit luar (para siswa) hanya menerima penekanan
sekunder (No.2). dalam konseling, para siswa hanya dipandang dari segi bagaimana mereka
bisa berada dalam ruang hidup guru, peran mereka, efek mereka, arti mereka, dan pengaruh
mereka terhadap guru.
Meskipun begitu, dalam hubungan konsultasi konselor-konsultan membantu guru
(No.2) untuk mengatakan perasaa, persepsi diri, dan masalah-masalah personal, tetapi hanya
dalam hubungannya dengan pihak luar- para siswa (No.1).
Sebagai contoh, dalam kasus Dale yang telah digambarkan oleh guru diatas,
konselor sekolah berbicara dengannya mengenai permasalahan-permasalahan dalam
kelasnya. Ketika dia mulai berbicara, dia menyisipkan ide bahwa dia masih tinggal bersama
orang tuanya dan ini membuat hidupnya susah. Dia mengungkapkan dengan jelas jika dia
seharusnya menemukan lingkungan hidup yang berbeda dan mungkin dia akan merasa
dirinya lebih baik kemudian. Ketidakbahagiaannya membuatnya susah mempersiapkan
rencana pengajarannya.
Dalam situasi konseling, konselor mungkin berpikir, “apa penyebab yang mendasari
konflik antara kliennya dan orangtuanya, dan apa yang mencegah klien untuk mengatasi
konflik yang dihadapinya dan ketidakbahagiaannya?” Dale mungkin bisa diminta untuk lebih
jauh membahas hubungannya dengan orang tuanya. Meskipun begitu, informasi ini hanya
bisa berguna dalam konsultasi ketika berhubungan dengan pihak luar dan konselor mungkin
berpikir, “bagaimana hal yang terjadi di rumah bisa mempengaruhi keefektifannya di kelas?
Apa yang bisa dilakukan untuk memecahkan beberapa masalah yang dia hadapi di sekolah?”
Ketika guru-guru yang bermasalah memiliki kesempatan untuk bekerja dengan
seorang konsultan, mereka baik sadar maupun tanpa sadar sering memanipulasi hubungan
konselor-konsultan menjadi konseling. Jika berhasil, maka fokus utama dan sebagian besar
waktu dalam pertemuan akan diarahkan pada pembahasan kegelisahan pibadi atau masalah-
masalah daripada bagaimana pengalaman-pengalaman itu berhubungan dengan kerja di
sekolah dan apa yang dapat dilakukan di situasi kerja.
1. Pendekatan Diagnostik-Preskriptif
Pendekatan ini adalah pendekatan tertua dan paling terbukti dari semua pendekatan-
pendekatan konsultasi, tanpa memandang bidang dan setting. Konselor-konsultan diminta
untuk membantu menganalisa sebuah situasi atau permasalahan dan memberikan
rekomendasi atau resep.
Pendekatan diagnostif-preskriptif paling sering digunakan pada pertemuan-
pertemuan dan penempatan anak. Para guru, konselor, ahli psikologi sekolah, pekerja sosia;,
dan pengurus bisa hadir untuk membahas sebuah kasus. Informasi diberikan dan dipecahkan.
Alternatif-alternatif dipertimbangkan dan akhirnya, dibuat rekomendasi mengenai
penempatan pendidikan anak.
Pada kasus Aaroon yang telah disebutkan sebelumnya, anak tersebut memiliki
masalah belajar. Apakah hal tersebut berhubungan dengan ketidakmampuan belajar?
Kekurangan skill dasar apakah yang membutuhkan perhatian? Apakah tes bakat akademis
yang telah dia lakukan dan kelas manakah yang paling baik untuk dia? Pertanyaan-
pertanyaan ini dan beberapa pertanyaan lainnya bisa dijawab dalam penempatan atau
pertemuan belajar anak dimana beberapa hal dapat diputuskan berdasarkankesatuan penilaian
dan rekomendasi dari pertemuan tersebut.
1. Siapakah Kliennya?
Sebagaimana telah disarankan sebelumnya, klien dalam konsultasi adalah unit luar
atau pihak ketiga. Pertanyaan klien menjadi permasalahan hanya selama berlangsungnya
konsultasi, karena dengan begitu kepercayaan diri, objektivitas dan gaya personal orang yang
berkonsultasi mengambil peran dan mungkin membutuhkan perhatian dalam hubungannya
dengan bekerja bersama murid.
Hal ini juga berlaku jika anda melakukan konsultasi dengan orang tua. Terkadang
anda mungkin peduli berbicara dengan orang bahwa permasalahan seorang siswa terletak
dalam struktur dan sistem keluarga. Diperkirakan bahwa jika keluarga dapat memecahkan
beberapa isu di rumah dan berperan lebih sempurna, maka beberapa permasalahan yang
dimiliki siswa di sekolah mungkin akan berkurang atau hilang. Konseling keluarga mungkin
sesuai dan direkomendasikan. Meskipun begitu, terkadang, sebagai seorang konsultan, anda
dibatasi dalam membantu keluarga berpikir apa yang bisa dilakukan untuk anak mereka.
Fokus konsultasi tetap berlanjut terhadap anak-anak. Sementara beberapa terapis keluarga
dihantui dengan pemikiran mengenai hanya menangani sebagian masalah, dan bukan sumber
masalah, mungkin jika sebuah rencana tindakan ditujukan kepada anak-anak dan berhasil
melalui proses konsultasi pada akhirnya akan menguntungkan seluruh keluarga.
Anda hanya dapat melakukan begitu banyak hal di pekerjaan anda. Pasti ada saat-
saat dimana anda ingin melakukan sesuatu yang lebih, terutama ketika anda mendapati
kondisi-kondisi parah yang dihadapi remaja ketika dia mencoba untuk belajar di sekolah.
Ambillah kesempatan selagi anda bisa dan gunakan intervensi-intervensi tersebut dan
dapatkan imbalan paling besar atas waktu yang digunakan.
7. Apa Perangkap-Perangkapnya?
Memiliki rasa bersalah atau pembelaan diri belebihan. meskipun kecemasan bisa
memotivasi orang yang berkonsultasi, rasa bersalah berlebihan menghalangi cara menangani
masalah. Sebagai contoh, dalam keputusasaan, sekelompok guru menggunakan beberapa
aturan yang ketat dan kaku untuk mengontrol siswa. Mereka menggunakan hukuman fisik
dan kata-kata kasar. Ketika mereka mengikuti sebuah workshop yang memfokuskan pada
cara disiplin yang baru. Metode mereka tanpa diduga ditertawakan oleh konsultan luar, yang
juga mencap guru-guru semacam itu tidak sensitif dan kompeten. Selama workshop beberapa
partisipan mulai mendebat dan pada akhirnya tidak komunikatif. Kelompok tersebut
membela diri dan menolak konsultan tidak tahu banyak tentang dunia pendidikan.
Jika para orang tua dan guru terlalu merasa bersalah mengenai apa yang mereka
lakukan di kelas atau di rumah, mungkin akan lebih sulit bagi mereka untuk terbuka dengan
ide baru. Rasa bersalah mendorong orang untuk merasionalisasikan dan membenarkan
perilaku mereka. Hal ini bisa membuat mereka cenderung tidak suka atau mencoba ide baru.
Staff pengajar sekolah dasar hampir secara bulat menyetujui bahwa sekolah mereka
berbeda sistemnya dari sekolah lain karena siswanya. Para siswa berasal dari kelas ekonomi
rendah dan mereka banyak sekali kekurangannya. “tidak ada yang bisa dilakukan dengan
mereka,” komplain sekelompok guru ketika mereka mendengarkan konsultan menawarkan
ide-ide baru. Dan sebagai bagian dari ramalan untuk menenangkan diri mereka, seluruh
strategi dan prosedur baru itu gagal. Menerima ide baru dan membuatnya berhasil sama saja
dengan mengakui bahwa mereka salah tentang anak-anak dan telah membuat mereka gagal
karena metode-metode yang tidak efektif. Lebih mudah untuk menyalahkan anak gagal
berprestasi daripada menyalahkan diri mereka sendiri dan sstem dimana mereka bekerja.
Menjadi seorang ahli. Ketika para orang tua dan guru mempunyai masalah dengan
para siswa, mereka cenderung mencari jawaban yang sederhana. Mereka berharap seorang
yang ahli akan dengan cepat menganalisa situasi dan memberikan beberapa solusi yang
mudah. Mereka tidak ingin memberi terlalu banyak waktu atau menderita melalui terlalu
banyak perjuangan. Lagipula, seorang ahli seharusnya dengan cepat dapat mengetahui apa
yang harus dilakukan.
Kenyataannya, kebanyakan konselor-konsultan merasa kuatir segera memberi
nasehat. Dipandang sebagai penolong yang berpengetahuan, banyak akal, berpengalaman dan
bersedia berbeda dari menjadi “ahli penduduk.” Persepsi yang terakhir cenderung
menciptakan jarak antara konselor-konsultan dan para guru atau orang tua. Respon-respon
fasilitatif rendah serupa (nasehat, evaluasi, interpretasi, dan penentraman hati kembali) yang
membatasi penyingkapan diri dalam konseling juga berarti dalam konsultasi. Demikian juga,
respon-respon fasilitatif tinggi tampak sebagai yang paling efektif dalam membantu orang
yang berkonsultasi berpikir mengenai suatu permasalahan dan menganggap dirinya
bertanggungjawab untuk memecahkannya.
Akan ada waktu dimana anda memiliki beberapa nasehat ahli untuk diberikan,
mungkin berdasarkan sesuatu yang anda pelajari atau alami. Nasehat atau saran tepat waktu
selalu sesuai, tetapi mengetahui kapan anda memberikannya adalah tanda konsultan efektif.
Berlagak pintar terhadap orang yang berkonsultasi. Berlagak pintar terhadap
orang yang berkonsultasi sering terjadi ketika seorang konsultan terlalu banyak berteori,
menggunakan jargon yang dianggap telah diketahui orang yang berkonsultasi. Jangan
terjebak dengan menceritakan sesuatu yang pernah anda lakukan atau apa yang anda dengar
dilakukan orang lain, karena kedua hal ini membosankan dan tidak pas. Orang yang
berkonsultasi melihat cerita-cerita semacam ini tidak relevan pada situasi mereka dan
dengarkan sedikit petunjuk untuk menunjukkan bahwa situasi mereka berbeda dan unik.
Terkadang akan membantu bila mengajarkan prosedur baru, mungkin bahkan teori
dan kosakata baru pada orang yang berkonsultasi. Tetapi, ini paling baik dilakukan dalam
konteks masalah atau situasi yang diutarakan orang yang berkonsultasi, semakin personal hal
tersebut bagi orang yang berkonsultasi, semakin cenderung hal itu dipelajari dan semakin
besar kemungkinannya untuk dipraktikkan. Inilah salah satu alasan begitu banyak konsultan
yang bekerja sebagai pelatih di workshop pengembangan staff gagal berhubungan dengan
orang yang berkonsultasi. Selain personalisasi dan pemberian contoh yang sesuai, para
konsultan terlalu sering menggunakan kasus-kasus berdasarkan buku dan insiden-insiden
hipotesa. Hal ini meletakkan orang yang berkonsultasi pada posisi lebih lemah dan sebuah
kesimpulan yang biasanya terjadi adalah: “konsultan ini benar-benar tidak dapat memahami
saya dan apa yang terjadi.”
Berhasil dengan cara apapun. Suatu hari anda diminta untuk mengatur seorang
siswa, tetapi akan tampak bahwa masalahnya lebih terletak pada orang yang berkonsultasi
daripada siswa. Orang yang berkonsultasi meminta bantuan anda untuk membuat seorang
siswa bisa menyesuakan diri, tetap pada tugas, tetap berada di jalur, maju, kooperatif, atau
melakukan apa yang dikatakan. Orang yang berkonsultasi mungkin belum pernah berbicara
dengan siswa tersebut atau mempertimbangkan sudut pandang siswa. Sebaliknya, anda
mungkin berada di posisi yang tak dapat ditolak untuk membantu mengembangkan rencana
tindakan yang sesuai dengan kehendak guru tetapi tidak sesuai dengan keinginan siswa.
Beberapa konsultan bergantung pada strategi-strategi modifikasi perilaku,
contohnya, untuk membantu guru mengatur kelasnya. Dalam konsultasi perilaku, para guru
didorong untuk memanipulasi kemungkinan-kemungkinan di kelas mereka sebagai
penyemangat, prosedur-prosedur diskriminasi, dan konsekuensi-konsekuensi perilaku. Tidak
ada yang salah dengan hal ini, kecuali guru lebih menyukai ketaatan daripada prestasi atau,
mungkin, kontrol daripada partisipasi dalam mengeksplorasi ide.
Bagaimana jika seorang guru cenderung “ perilaku di tempat duduk” dan “perilaku
pada tugas” sebagai ganti metode diskusi kelompok dan penemuan spontan? Bagaimana jika
rencana pengajaran guru menjemukan dan tidak imaginatif, dan para siswa merasa kesulitan
untuk mempertahankan minatnya? Sebuah rencana untuk menguatkan kontrol atau ketaatan
bisa mengesampingkan isu-isu menciptakan lingkungan belajar yang positif dan efektif.
Sebagai seorang konsultan, anda harus peduli membantu seorang yang berkonsultasi
merencanakan sebuah rencana yang mengurangi kecemasan orang yang berkonsultasi
terhadap rusaknya belajar dan keadaan siswa.
Gagal melakukan tindak lanjut. Kesalahan yang umum terjadi adalah membatasi
proses konsultasi hanya sampai membahas sebuah rencana dan kemudian tidak mengetahui
langkah-langkah apakah yang diambil orang yang berkonsultasi. Berbicara dengan orang
yang berkonsultasi hanyalah bagian pertama. Sebuah rencana tetap butuh untuk diterapkan.
Terkadang, seorang konsultan bisa memberikan dukungan yang tepat dengan
menindaklanjuti sebuah pertemuan konsultasi, terutama ketika sebuah metode atau tehnik
baru digunakan oleh orang yang berkonsultasi. Jauh dari pandangan orang, bahkan konsultan,
orang yang berkonsultasi mungkin merasa tidak bisa mewujudkan rencana menjadi tindakan.
Keraguan diri mungkin menyergap dan komitmen mungkin menghilang. Sering terjadi,
keluhan guru setelah konsultasi adalah, “saya merencanakan segera melakukannya, tetapi
saya belum memiliki waktu untuk mengurusnya.”
Penting bagi para orang yang berkonsultasi yang telah berhasil dengan rencana
tindakan untuk memiliki kesempatan untuk menceritakan pengalaman mereka. Pertemuan
lanjutan dimana orang yang berkonsultasi menceritakan apa yang telah berhasil dia lakukan
akan menyenangkan, dan dapat memperkuat perilaku tersebut yang akan mengakibatkan
kesuksesan.
Sementara perangkap-perangkap tersebut telah dibahas dari segi para guru, hal
tersebut juga bisa diterapkan pada orang tua dan lainnya. Menghindari perangkap berarti
menekankan aspek-aspek positif konsultasi dan menjadi sistematik dalam prosesnya.
Gambar 10.1
Pendekatan Sistematik Pada Konsultasi Kasus
Langkah 1:
Mengidentifikasi Masalah
Jadilah pendengar. Bantu orang yang berkonsultasi untuk menggambarkan situasi
Langkah 2:
Mengklarifikasi Situasi Orang yang berkonsultasi
Jadilah pendengar, perhatikan hal-hal di bawah ini:
a) Perasaan – orang yang berkonsultasi dan klien
b) Perilaku Khusus -- orang yang berkonsultasi dan klien
c) Harapan orang yang berkonsultasi pada situasi
d) Apa yang sudah dilakukan orang yang berkonsultasi sampai sekarang
e) Sikap dan perilaku positif orang yang berkonsultasi
Langkah 3:
Mengidentifikasi Tujuan atau Hasil
Spesifikasi hasil dalam perilaku yang bisa diobservasi
Langkah 4:
Perilaku-perilaku yang bisa diamati dan dicatat
Dapatkan data awal dalam perilaku yang diinginkan dan tidak diinginkan
Langkah 5:
Mengembangkan rencana tindakan
Ini biasanya sesuatu yang bisa diselesaikan dalam waktu dua minggu:
a) Intervensi apa yang bisa dilakukan orang yang berkonsultasi? Diantara intervensi
tersebut, manakah paling menarik untuk dikerjakan lebih dahulu?
b) Bagaimana intervensi bisa berhasil?(contoh, role-play, mendiskusikan konsekuensi,
melatih skill, dan memikirkan prosedur-prosedur).
c) Kapan langkah pertama dilakukan?
Langkah 6: orang yang berkonsultasi memulai konsultasi
Langkah 7: Tindak lanjut
Ini memberikan kesempatan untuk mengevaluasi dan membahas langkah selanjutnya.
Audrey:
Pada hari lainnya Joanna bermain dengan kukunya dan berbicara dengan Valerie. Ketika
saya minta mereka duduk dan mulai mengerjakan, mereka berkata bahwa mereka telah
selesai mengerjakan (Pelajaran mengetik). Saya minta pekerjaan mereka, mereka mulai
berputar-putar. Saya tahu kalau mereka bohong dan saya telah mengatakannya. Kemudian
mereka berkata bahwa saya tidak adil dan guru terburuk yang mereka miliki. Mereka pergi
sambil berkata bahwa mereka akan pergi ke kantor Mr. Helsrom dan melayangkan keluhan
tentang saya. Bisakah anda bayangkan?
(Konsultan membuat catatan pada bagian ini, merespon perasaan orang yang berkonsultasi,
menanyakan pertanyaan, mengklarifikasi beberapa hal. Audrey membutuhkan waktu untuk
menceritakan ceritanya dan dia butuh seseorang yang akan membantunya mengidentifikasi
perilaku-perilaku khusus yang menyebakan masalah tersebut, daripada mengeneralisasi dan
menandainya.)
Konsultan:
(Setelah beberapa pertanyaan) baiklah, coba saya cek apakah saya memahami apa yang
anda katakan. Kelas yang paling mengganggu anda adalah kelas tiga, pada
khususnya,terdapat dua gadis yang cenderung mengacau kelas. Mereka menolak
mengerjakan tugas, berkeliling di kelas dan terkadang keluar kelas. Mereka berlagak pintar
terhadap anda danmempermalukan anda ketika anda perintah, dan siswa lain berhenti
mengerjakan dan tertawa ketika anda dan para gadis itu mulai satu sama lain
Audrey:
Yeah. Itulah masalahnya.
Kutipan berikut ini diambil dari pertemuan kedua antara konselor-konsultan dan
Audrey, ketika mereka berusaha mengidentifikasi masalah.
Konsultan:
Berikut ini apa yang telah kita bahas di pertemuan terakhir. (konsultan menunjukkan
daftarnya pada Audrey, diulang dalam tiga lembar kertas). Kita akan lebih menelitinya satu
persatu kali ini. Tolong tulis gadis-gadis ini, Joanna, Valerie, daj Cynthia, kemudian nilailah
kelas secara umum.
Audrey:
Saya tidak tahu. Sulit sekali melakukannya. Ini hanyalah sebagian dari apa yang telah
mereka lakukan. Sebagai contoh, kemarin seluruh kelas hanya duduk mengobrol. Ketika saya
meminta mereka untuk menyibukkan diri, Joanna berkata “Hey, sekarang saatnya berpesta,
mau ikut?” dan dia mulai menari. Saya menyuruhnya duduk dan dia melakukannya. Tetapi,
ketika saya berbalik, dia mengobrol dengan Julie. Jika saya bisa mengeluarkannya dari
kelas, keadaan akan lebih baik.
Konsultan menyadari bahwa Audrey membela diri. Dia mungkin kuatir pada siapa
yang melihat penilaian atau apa tujuannya. Atau , disaau dia melihat item-itemnya, rasa
frustasinya semakin tinggi dan mendorongnya untuk mengeluarkan lebih banyak perasaan
dan pengharapannya. Konsultan membutuhkan waktu untuk melawan respon perasaannya,
mengklarifikasi apa yang dia katakan, dan menunjukkan daftar.
Konsultan:
Jadi, tampaknya begitu banyak yang terjadi dan daftar ini hanya memuat beberapa hal yang
anda kuatirkan. Jadi, apalagi yang ingin anda tambahkan? (Audrey melihat daftar tersebut,
menggunakan satu nomor dari skala penilaian, menilai setiap gadis.)
Konsultan (kemudian):
Baiklah, dari apa yang anda katakan tampaknya nomor 4 dan 5 yang paling anda kuatirkan.
Saya ingin tahu apakah mungkin yang terbaik mengambil satu atau dua item untuk ditangani,
sehingga hal lainnya dantu akan mulai meningkat. Tentu saja, semuanya akan mendapat
perhatian yang sama.
Audrey:
Okay, katakanlah kita ambil nomor terakhir, nomor 7. Apa yang anda lakukan dengannya?
Apa yang harus saya lakukan?
Audrey:
Betul, terkadang dia membuat saya terkejut. Dia bisa masuk dan duduk, mengerjakan
tugasnya, dan tidak berkata apapun. Besoknya, huah… dan mulai lagi. Dia mengamuk.
Konsultan:
Jadi, terdapat hari-hari dimana Joanna tidak begitu mengganggu. Anda menghargai saat-
saat itu.
Audrey:
Yeah. Tetapi jaraknya terlalu jauh. Jika Joanna dapat berubah seperti itu. Sebagaian besar
masalah saya telah sirna. Tetapi sela;I ;agi, Valerie dan Cynthia bisa menjadi setan kecil.
Mereka juga dapat melakukan sebagaimana Joanna.
Konsultan:
Baiklah Audrey, kita telah mempersempip beberapa hal yang bisa anda lakukan: 1) memuji
kelas ketika mereka mengerjakan tugas; 2) memanggil Joanna secara terpisah ketika anda
melihat memperhatikan dan memulai tugas tepat waktu; 3) aturlah beberapa situasi dimana
tugasnya menyenangkan, singkat, dan mungkin membutuhan kerjasama anggota kelas untuk
menyelesaikannya –sehingga anda bisa memuji gadis-gadis itu dan seluruh kelas; 4)
rubahlah tempat duduk ketika penugasan kelas sehingga setiap orang berada pada situasi
barum pisahkan mereka yang cenderung lebih suka berbicara daripada mengerjakan tugas;
dan 5) umumkan kepada kelas beberapa perubahan yang anda rencanakan termasuk
beberapa permainan skill mengetik.
Audrey:
Banyak sekali. Apakah kita pernah membahasnya?
Konsultan:
Tampaknya banyak yang harus dilakukan. Dimana anda bisa mulai? Pilihlah salah satu
yang bisa anda kerjakan dahulu.
Audrey:
Apakah anda akan berbicara dengan gadis-gadis itu? Saya butuh bantuan untuk menjelaskan
beberapa konsekuensi kepada mereka. Saya akan mencoba berubah tetapi mereke juga harus
berubah.
Konsultan:
Apa anda ingin saya hadir ketika anda berbicara dengan mereka?
Audrey:
Ya, saya tidak yakin mereka akan mendengarkan saya. Saya tahu kalau mereka akan
mendengarkan anda.
Konsultan:
Baiklah (setuju untuk berkolabirasi). Mari kita panggil sekelompok siswa dari kelas anda ke
kantor saya, termasuk Joanna, dan mari kita berbicara mengenai keluhan setiap orang.
Setelah mendengarkan mereka, anda dapat berbagi perasaan anda dan berbicara tentang
beberapa perubahan yang ingin anda lakukan. Kita dapat melihat reaksi mereka dan
meminta komitmen dari setiap orang untuk mengubah kelas mereka lebih baik.
Audrey:
Ide yang bagus. Bagaimana kalau senin depan? Itu merupakan waktu yang tepat menurut
saya?
Konsultan:
Audrey, ini bukan hal yang mudah untuk anda dan anda pernah berkecil hati…. Cukup untuk
membuat anda ingin berhenti. Tetapi anda tetap bertahan dan teebuka untuk mencari
beberapa perubahan yang bisa dilakukan, oleh anda dan beberapa siswa anda. Saya bangga
kepada anda bersedia menyisihkan waktu dan memiliki keberanian untuk mengeksplorasi
situasi bersama saya. Hal ini membuat saya ingin bekerja denga anda lebih jauh sampai
keadaannya lebih baik bagi anda dan para siswa anda.
Audrey membutuhkan dukungan, tetapi lebih dari itu dia membutuhkan pemahaman,
perhatian, penerimaan, dan sebuah hubungan dengan seseorang yang bisa dia percaya untuk
mengeksploasi masalah yang sulit. Dia membutuhkan waktu untuk berpikir ke dalam masalah
itu dan dia membutuhkan kesempatan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
menyebabkannya. Dia juga butuh difasilitasi ke arah perencanaan tindakan, sesuatu yang bisa
diterapkan segera dan bisa dievaluasi. Dia membutuhkan satu langkah lanjutan, bukan skema
terperinci yang merubah setiap orang dan semua hal. Pendekatan sistematik konsultasi kasus
memberikan apa yang dia butuhkan.
3. Petunjuk Bermanfaat
Problem yang tampak mungkin saja bukan masalah sebenarnya, tetapi yang terbaik
adalah orang yang berkonsultasi mengetahui saat itu juga. Sebanyak 90% waktu, problem
yang tampak hanyalah permukaan masalah saja, mungkin hanya gejala, dan sumber frustasi
dan keputusasaan orang yang berkonsultasi berada di area lain.
Pengidentifikasian masalah adalah bagian konsultasi paling sulit. Beberapa
konsultan lebih suka menangani apa yang ditampakkan oleh orang yang berkonsultasi pada
mereka, dengan anggapan menangani masalah dengan seketika dan meraih keberhasilan akan
memungkinkan orang yang berkonsultasi untuk menghadapi masalah selanjutnya dengan
lebih percaya diri. Konsultan lainnya masih percaya bahwa seorang konsultan harus memiliki
waktu ekstra pada permulaannya, menanyakan pertanyaan dan mengklarifikasi isu untuk
menunjukkan masalah yang kritis dengan tepat.
Apa yang anda lihat sebagai masalah besar, sebagai pengamat yang objektif,
mungkin tidak sama dengan apa yang dilihat orang yang berkonsultasi. Hanya orang yang
berkonsultasi memiliki semua pengetahuan mengenai kejadian, kepribadian orang yang
terlibat, kondisi kerja, dan berbagai faktor lainnya. Membutuhkan waktu seumur hidup bagi
konsultan untuk benar-benar memahami semua keadaan dan detail permasalahan. Tidak
mungkin konsultan memasuki ruang hidup orang yang berkonsultasi. Oleh karena itu, orang
yang berkonsultasi berada pada posisi palingtepat untuk mengidentifikasi masalah atau
bagian-bagian masalah yang butuh diperhatikan. Bisa tidak produktif untuk menebak orang
yang berkonsultasi lagi, terutama jika anda membutuhkan wakutu untuk melatih mereka
melalui proses berpikir dan memfasilitasi mengeksplorasi situasi mereka.
7. Berbagi Tantangan
Terkadang para orang tua dan guru menginginkan anda melakukan konseling dengan
seorang siswa. Siswa tersebut mungkin dianggap sebagai masalah bagi mereka dan mereka
ingin memperbaikinya melalui proses konseling ajaib. Mereka ingin anda menemukan apa
yang membuat mereka melakukan sesuatu, apa yang mereka lakukan dan mengkoreksi
mereka. Terlalu banyak penyerahan, para guru tidak memandang diri mereka sebagai bagian
dari proses bantuan.
Bagilah tanggung jawab untuk membantu siswa berubah. Bagilah keterlibatan dan
energi yang dibutuhkan untuk menghadapi siswa dan membantu mereka untuk jadi lebih
baik. Meskipun konsleing individu atau kelompok kecil bisa efektif, anda dapat mendapatkan
bantuan guru dan membuat orang lain berbagi dalam tantangan dan tanggungjawab melalui
konsultasi.
2. Batasan Konsultasi
a. Konsultasi sering terjadi ketika orang mengalami krisis dan mereka tidak siap untuk
menilai perilaku mereka sendiri sebagai bagian kasus yang mereka hadapi.
b. Konsultasi adalah layanan tidak langsung yang menyita waktu dari melakukan intervensi
langsung lebih banyak.
c. Konsultasi terlalu singkat dilakukan di sekolah
3. Kesimpulan
Konsultasi berbeda dari konseling. Konsultasi memiliki tempat unik tersendiri
sebagaimana konseling. Jika efektif, konsultasi dapat membantu lebih banyak siswa
menerima layanan bimbingan. Para guru, pada khususnya, dapat mengambil keuntungan
berkonsultasi dengan konseling sekolah mengenai manajemen siswa dan kelas. Konselor
sekolah, sebagai seorang konselor-konsultan, juga bisa membanti personel sekolah lainnya.
Empat pendekatan konsultasi dasar memfokuskan pada pendiagnosaan dan
penentuan perawatan, pembahasan sebuah kasus, penyedianan workshop pelatihan, dan
penilaian proses sebuah sistem (contoh, sekolah dan kelas). Pendekatan-pendekatan ini bisa
diterapkan kepada para guru, pengelola, atau orang tua. Model fasilitatif dan tehnik
pemecahan masalah merupakan bagian integral proses konsultasi.