Anda di halaman 1dari 16

KARYA TULIS ILMIAH

PERANAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM


MENGATASI MASALAH KESULITAN BELAJAR SISWA
MAN 2 KOTA BOGOR

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Bimbingan dan Konseling

Dosen Pengampu:

Hj., Dr., Teti Ratnasih, M.Ag

MUHAMMAD RIDWAN MAULANA


KELAS 5B
NIM. 1202080030

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

PRODI PENDIDIKAN KIMIA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2022
ABSTRAK

Masalah kesulitan belajar yang dialami oleh beberapa siswa memiliki banyak
ragamnya yang dimana sangat perlu untuk mendapatkan perhatian lebih dari
beberapa kalangan, seperti dari guru maupun dari orang tua murid. Hal ini
dikarenakan akan membawa beberapa dampak negatif terhadap peserta didik
maupun terhadap lingkungannya. Alasan dan tujuan peneliti melakukan penelitian
mengenai masalah kesulitan belajar adalah untuk mengetahui peranan guru
bimbingan konseling dalam mengatasi masalah kesulitan belajar yang dialami oleh
beberapa peserta didik. Kesulitan yang pada umumnya yang dirasakan oleh
beberapa peserta didik yaitu seperti kesulitaan dalam belajar sendiri, dalam
mempelajari atau memahami buku pelajaran, dalam mengerjakan tugas, dalam
mengerjakan pekerjaan rumah dan dalam menerima pelajaran di sekolah. Hasil
wawancara terhadap beberapa siswa MAN 2 Kota Bogor ternyata memiliki
kesulitan berlajar yang bervariasi sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi,
misalnya siswa sering mengantuk di kelas dan tidak memperhatikan guru yang
sedang menerangkan, selain itu siswa pun sering tidak memahami materi pelajaran
dan tidak bisa berkonsentrasi dalam belajar. Adapun hasil dari wawancara terhadap
guru MAN 2 Kota Bogor Memberikan saran kepada wali kelas dan guru mata
pelajaran agar lebih mengontrol peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dan
sekiranya dapat memiliki buku kontrol untuk peserta didiknya.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Bimbingan merupakan bantuan yang dapat diberikan kepada seorang
individu dalam mengatasi beberapa permasalahan yang sering timbul dalam
hidupnya. Bantuan yang diberikan itu sangat tepat diberikan di sekolah jika
permasalahan yang dialaminya merupakan dari seorang peserta didik. Hal ini
supaya setiap peserta didik dapat mengembangkan kemampuan dirinya yang
dimiliki semaksimal mungkin, yang dimana bimbingan ini menjadi layanan
khusus dalam keseluruhan kegiatan di sekolah yang diatur atau ditangani oleh
beberapa ahli seperti guru bimbingan konseling 1.
Bimbingan dan konseling memiliki kedudukan yang tinggi dalam
pendidikan, hal ini karena di sekolah banyaknya peserta didik yang berhasil
secara gemilang dalam belajar. Meskipun demikian sering juga dijumpai
adanya peserta didik yang gagal dalam belajar dan mempengaruhi beberapa
hal seperti halnya angka rapor rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian, dan
semacamnya. Secara umum, peserta didik tersebut dapat dibilang sebagai
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
Masalah kesulitan belajar yang dialami oleh beberapa siswa memiliki
banyak ragamnya yang dimana sangat perlu untuk mendapatkan perhatian
lebih dari beberapa kalangan, seperti dari guru maupun dari orang tua murid.
Hal ini dikarenakan akan membawa beberapa dampak negatif terhadap
peserta didik maupun terhadap lingkungannya. Adapun dari masalah
kesulitan belajar tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar yang dicapai oleh
peserta didik, yang dimana hal ini pun dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar serta adanya
beberapa pengaruh eksternal seperti pengaruh dari pergaulan 2.
Berdasarkan keterangan yang telah dijelaskan di atas, alasan dan tujuan
peneliti melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan guru

1
WS Winkel, Psikologi Bimbingan (Bogor: PT Eresco, 2003).
2
A Hallen, Bimbingan Dan Konseling (Jakarta: Ciputat Pers, 2002).
bimbingan konseling dalam mengatasi masalah kesulitan belajar yang
dialami oleh beberapa peserta didik. Kesulitan yang pada umumnya yang
dirasakan oleh beberapa peserta didik yaitu seperti kesulitaan dalam belajar
sendiri, dalam mempelajari atau memahami buku pelajaran, dalam
mengerjakan tugas, dalam mengerjakan pekerjaan rumah dan dalam
menerima pelajaran di sekolah.
Adapun sesuai dengan latar belakang masalah penelitian yang telah
dijelaskan, maka peneliti bermaksud melakukan sebuah penelitian dengan
membuat karya tulis ilmiah yang berjudul “Peranan Guru Bimbingan dan
Konseling dalam Mengatasi Malasah Kesulitan Belajar Siswa MAN 2 Kota
Bogor”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka
permasalahan yang dapat dirumuskan yaitu:
1. Bagaimana bentuk-bentuk permasalahan kesulitan belajar terhadap siswa
MAN 2 Kota Bogor?
2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan siswa MAN 2 Kota Bogor
mengalai malasah kesulitan belajar?
3. Bagaimana peranan guru bimbingan konseling dalam mengatasi
permasalahan kesulitan belajar siswa MAN 2 Kota Bogor?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tjuan yang ingin dicapai dari
penelitian pengembangan multimedia ini yaitu:
1. Mengidentifikasi bentuk-bentuk permasalahan kesulitan belajar terhadap
siswa MAN 2 Kota Bogor.
2. Menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan siswa MAN 2 Kota Bogor
mengalai malasah kesulitan belajar.
3. Menganalisis peranan guru bimbingan konseling dalam mengatasi
permasalahan kesulitan belajar siswa MAN 2 Kota Bogor
D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam metode ini adalah metode
deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif sendiri merupakan suatu cara yang
memungkinakan untuk mengetahui suatu keadaan atau kondisi yang terjadi
saat ini. Sedangkan metode deskriptif merupakan metode yang dapat
mendeskripsikan suatu objek sesuai dengan apa adanya 3.
Peneliti menggunakan penelitian ini dimaksudkan dengan tujuan untuk
mendeskripsikan masalah kesulitan belajar apa saja yang dialami oleh siswa
MAN 2 Kota Bogor dan strategi atau bagaimana peran guru bimbingan
konseling dalam mengatasi masalah kesulitan belajar para peserta didik. Pada
pengumpulan data dari penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan
wawancara memalaui zoom meeting yang di mana melakukan wawancara
dengan salah satu guru MAN 2 Kota Bogor dan dua orang siswa MAN 2 Kota
Bogor.
Wawancara sendiri merupakan percakapan dengan maksud tertetntu,
percakapan itu dilakukan oleh dua atau lebih pihak yang dimana akan
diajukan beberapa pertanyaan dan dijawan oleh orang yang diwawancarai 4.
Menurut Singarimban, menyatakan bahwa wawancara adalah suatu proses
interaksi dan komunikasi. Dalam hal ini hasil dari wawancara tersebut
ditentukan oleh pewawancara, responden dan topik penelitian 5.
Adapun dalam analisis data dilakukannya penarikan kesimpulan.
Penarikan kesimpulan sendiri merupakan hasil penelitian yang menjawab
fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data, simpulan disajikan dalam
bentuk deskriptif objektif penelitian dengan berpendoman pada kajian
penelitian.

3
Sukardi, Metodologi Penetian Pendidikan Kompetensi Dan Praktiknya (Jakarta: Bumi Aksara,
2011).
4
J Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bogor: Rosda Karya, 2002).
5
Masri Singarimban, Metode Penelitian Survei (Jakarta: Pustaka PL3ES, 1987).
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kerangka Teori
1. Bimbingan dan Konseling
Secara umum, bimbingan dan konseling telah lama dikenal manusia
melalui sejarah. Sejarah tentang pengembangan potensi individu dapat
ditelusuri dari masyarakat Yunani Kuno. Plato dipandang sebagai konselor
Yunani Kuno karena dia menaruh perhatian besar terhadap masalah-masalah
pemahaman psikologis individu, seperti aspek isu-isu moral, pendidikan,
hubungan dalam masyarakat dan teologis 6.
Definisi bimbingan dan konseling terus berkembang dan berdampak pada
pelaksanaan yang dilakukan. Perkembangan makna dan bimbingan konseling
adalah sebagai berikut 7.
 Bimbingan adalah proses belajar bagaimana menyelesaikan masalah
dan berkembang secara optimal. Menurut Straang disebutkan bahwa
implikasi kegiatan layanan bimbingan berfokus pada upaya
membantu individu menyelesaikan masalah, yaitu membuat
keputusan yang penting atas dasar pemahaman terhadap diri sendiri
dan lingkungan.
 Konseling adalah hubungan membantu antar helper dan helpee dalam
berbagai setting untuk membantu helpee belajar bertanggung jawab
terhadap kehidupan dirinya atas dasar pemahaman terhadap potensi
diri, keberagaman budaya, tantangan global, eksistensi hubungan
dengan Tuhan YME.
2. Guru Bimbingan dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling dapat disebut sebagai “koselor sekolah”.
Konselor sendiri dapat diartikan sebagai guru yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab, wewenang serta hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan
konseling terhadap beberap siswa. Menurut prayitno guru bimbingan konseling

6
A Salahudin, Bimbingan & Konseling (Bogor : CV Pustaka Setia, 2010).
7
Furqon, Konsep Dan Aplikasi Bimbingan Dan Konseling Untuk Sekolah Dasar (Bogor: Pustaka
Bani Quraisy, 2005).
adalah seorang pelaksana dalam bimbingan konseling sekolah yang secara
khusus ditugaskan 8 . Dengan demikian bimbingan konseling tidak dapat
dilaksanakan oleh sembarang guru. Adapun menurut Andi Mapiare, guru
bimbingan dan konseling disebut sebagai suatu julukan kepada petugas
dibidang konseling yang memiliki sejumlah kompetensi profesional 9.
Dari semua pendapat yang ada dapat disimpulkan bahwa guru bimbingan
dan konseling merupakan seorang tenaga pendidik atau seorang petugas
dibidang konseling yang memiliki kompetensi profesional yang bertanggung
jawab secara penuh dan mempunyai wewenang dalam kegiatan bimbingan
konseling terhadap peserta didik.
3. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan suatu bantuan dari pembimbing atau
konselor kepada peserta didik dalam hal menemukan motivasi dan cara belajar
yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi
kesukaran-kesukaran yanag timbul yang berkaitan dengan tuntunan belajar di
sebuah institut pendidikan 10.
4. Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar dapat didefinisikan sebagai siswa yang dikategorikan “di
luar rata-rata” tidak mendapat kesempatan memadai untuk berkembang sesuai
11
dengan kapasitasnya . Menurut Dalyono, menyatakan kesulitan belajar
adalah keadaan suatu peserta didik di mana tidak dapat belajar dengan
12
semestinya . Adapun seorang siswa diduga mengalami kesulitan belajar
apabila yang bersangkutan menunjukkan kegagalan dalam mencapai beberapa
tujuan tertentu.
Kegagalan belajar dapat dikatakan apabila seorang siswa dikatakan gagal
jika dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran
tingkat keberhasilan atau tingkat penguasan minimal dalam suatu pelajaran
tertentu. Menurut Makmun, “Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan

8
Prayitno, Pelayanan Bimbingan Dan Konseling SMU (Jakarta: Dirjen Dikti Diknas, 1997).
9
Andi Mapiare, Kamus Istilah Konseling Dan Terapi (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2006).
10
Abdul Rahman, ‘Peranan Guru Bimbingan Dan Konseling Terhadap Pelaksanaan Bimbingan
Belajar Di SMK Negeri 1 Loksado’, Jurnal Mahasiswa Bimbingan Konseling, 2.1 (2018), 1–14.
11
Syah Muhibbin, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2006).
12
M Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007).
tidak dapat mencapai tingkat penguasaan yang diperlukan sebagai prasyarat
bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya” 13
. Dalam hal ini sendiri
menghadapi siswa yang mengalami kesulitan belajar agar tidak mencapai
kegagalan belajar, dibutuhkan pemahaman yang uuh dalam usaha memberikan
bantuan dan bimbingan yang tepat.
5. Bentuk-Bentuk Kesulitan Belajar
Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kelompok; a) Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan
(developmental learning disabilities), dan 2) Kesulitan belajar akademik
(akademic learning disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan dengan
perkembangan mencakup gangguan motorik serta persepsi, kesulitan belajar
dalam bersosialisasi, serta kesulitan belajar bahasa dan komunikasi. Adapun
kesulitan belajar akademik bisa merujuk kepada kegagalan dalam pencapaian
prestasi akademik.
6. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar yang dialami oleh seorang siswa biasanya akan ditandai
dengan menurunnya kinerja akademik atau belajarnya, hal ini sesuai dengan
pernyataan Abdurrahman yang menyatakan bahwa penyebab utama dari
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar oleh dua faktor. Faktor internal
yang memungkinkan adanya disfungsi neurologis; sedangkan penyebab utama
masalah belajar adanya faktor eksternal, yaitu berupa strategi pembelajaran
yang keliru, pengeloalaan pembelajaran yang tidak membangkitkan motivasi
belajar anak, dan pemberian penguatan tes yang tidak tepat 14.
Menurut Syah, fenomena kesulitan belajar pada peserta didik biasanya
tampak jelas dari menurunnya prestasi akademik yang didapatnya 15. Secara
garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar dapat terdiri
dari beberapa faktor seperti:
a. Faktor peserta didik; kesulitan belajar yang dialami peserta didik tidak
hanya bersifat menetap tetapi juga bisa dihilangkan dengan usaha-

13
Syamsuddin Makmun, Abin, Psikologi Pendidikan (Bogor: Yudhistira, 2005).
14
Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak Dan Berkesulitan Dalam Belajar (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2003).
15
Muhibbin.
usaha tertentu. Faktor intelegensi adalah kesulitan peserta didik yang
menetap. Sedangkan kesehatan yang kurang baik dan kebiasaan
belajar yang tidak baik adalah faktor non-intelektual yang dapat
dihilangkan.
b. Faktor sekolah; kenyamanan dan ketenangan peserta didik dalam
belajar akan ditentukan sampai sejauh mana kondisi dan sistem di
sekolah dalam menyediakan sarana prasarana serta lingkungan yang
kondusif dan kreatif.
c. Faktor keluarga; keluarga dapat disebut sebagai lembaga pendidikan
informal (luar sekolah) yang diakui keberadaannya dalam dunia
pendidikan. Peranan keluarga tidak kalah penting dalam lembaga
formal dan non-formal. Bahkan sebelum anak didik memaasuki dunia
persekolahan
7. Karakterisitik Kesulitan Belajar
Menurut Dalyono, kesulitan belajar dimanifestasikan dalam perilakunya,
baik aspek psikomotorik, kognitif, maupun afektif. Beberapa perilaku yang
merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar diantaranya:
a. Lamban dalam mengerjakan tugas-tugas serta selalu tertinggal dengan
teman temannya.
b. Menunjukkan prestasi belajar yang menurun atau di bawah rata-rata.
c. Menunjukkan sikap yang tidak wajar seperti menentang, berpura-pura,
dusta dan yang lainnya.
d. Menunjukkan perlikasu yang berlainan. Misalnya mudah cemberut,
kurang gembira dan selalu sedih 16.

B. Hasil Penelitian
1. Bentuk-Bentuk Kesulitan Belajar
Bentuk kesulitan belajar yang dialami beberapa siswa MAN 2 Kota Bogor
dilihat dari beberapa wawancara dengan guru bimbingan dan konseling
menyatakan bahwa kesulitan belajar di mana proses belajar siswa terganggu
dan terhambat oleh rendahnya dari potensi yang dimilikinya. Selain itu

16
Dalyono.
dinyatakan bahwa bentuk kesulitan belajar yang dihadapi oleh beberapa siswa
karena memang agak lambatnya dalam mencerna dan mengikuti proses
pembelarajan, sehingga lebih membutuhkan waktu yang lama dibandingkan
dengan yang lain untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu pun kesulitan
belajar yang dialami disebabkan juga karena lingkungan yang kurang kondusif
seperti halnya dari keluarga, yang dimana orang tua kurang memperhatikan
pendidikan bagi anaknya.
Adapun berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa siswa MAN 2
Kota Bogor ternyata memiliki kesulitan belajar yang bervariasi sesuai dengan
situasi dan kondisi yang dihadapi, misalnya siswa sering mengantuk dikelas
dan tidak memperhatikan guru yang sedang menerangkan, selain itu siswa pun
sering tidak memahami materi pelajaran dan tidak bisa berkonsentrasi dalam
belajar.
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar
yang dihadapi oleh siswa MAN 2 Kota Bogor banyak disebabkan oleh faktor
internal maupun faktor eksternal, sepeti halnya:
 Bentuk kesulitan belajar yang dimana siswa memiliki tingkat potensi
intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi tingkat
belajarnya tergolong rendah.
 Bentuk kesulitan belajar lainnya juga kada beberapa siswa adal yang
lambat dalam proses belajar, sehingga membutuhkan waktu yang
lama dibandingkan siswa yang lain yang memiliki taraf intelektual
yang sama.
 Bentuk kesulitan belajar yang lainnya seperti sering mengantuk
dikelas dan tidak memperhatikan guru yang sedang menerangkan,
selain itu siswa pun sering tidak memahami materi pelajaran dan tidak
bisa berkonsentrasi dalam belajar.
2. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Kesulitan Belajar
Faktor penyebab kesulitan belajar dapat dipengaruhi oleh faktor internal
maupun faktor eksternal, dimana berdasarkan hasil wawancara terhadap
peserta didik MAN 2 Kota Bogor menjelaskan terdapat beberapa gejala yang
dialami disaat sedang belajar seperti sakit kepala, sakit lambung dan lemas.
Kemudian faktor internal lainnya yang mempengaruhi kesulitan belajar
disebabkan dari adanya gangguan indera penglihatan dan pendengaran peserta
didik
Minat dan motivasi diri juga merupakan faktor yang bisa mempengaruhi
kesulitan belajar peserta didik di sekolah, yang dimana menurut responden,
mereka akan lebih cepat merasa bosan dalam mengikuti mata pelajaran dan
sering tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru baik itu merasa
kurang atau mereka malas dalam mengerjakan tugas tersebut. Berdasarkan
hasil wawancara juga menjelaskan bahwa kebiasaan belajar juga
mempengaruhi kesulitan belajar yang dimana responden lebih sulit akan
memahami teori dari pada praktek saja.
Selain faktor internal yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar peserta
didik, terdapat faktor eksternal juga dapat mempengaruhi kesulitan belajar.
Bedasarkan hasil wawancara terhadap responden, orang tua siswa kadang kala
kurang peduli dengan belajar pesera didik, seperti halnya orang tua tidak
pernah menanyakan bagaimana kegiatan belajar di sekolah, walaupun beberapa
kali peduli yang dimana hanya menontrol seminggu-dua minggu saja.
Menurut beberapa responden faktor eksternal lain yang mempengaruhi
kesulitan belajar adalah sarana dan prasarana sekolah yang dimana masih
kurangnya fasilitas seperti buku-buku tertentu dan juga alat-alat praktek seperti
alat laboratorium. Adapun disebutkan bahwa dari beberapa responden tidak
menyenangi guru mata pelajaran yang disebabkan penjelasan yang kurang jelas
mempengaruhi belajar mereka, yang menyebabkan mereka lebih memilih tidak
mendengarkan penjelasan dari guru tersebut.
Kemudian faktor yang sangat mempengarui belajar peserta didik sesuai
dengan hasil wawancara adalah teman sebaya, yang dimana mereka
menyatakan jika mereka berteman dengan peserta didik yang rajin maka
mereka akan terbawa rajin juga, sedangkan jika mereka berteman dengan
peserta didik yang malas, mereka akan ikut terbawa malas juga.
3. Peranan dan Upaya Guru Bimbingan dan Konseling
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bimbingan dan konseling
didapatkan informasi bahwa upaya untuk mengatasi kesulitan belajar yaitu
melakukan kerja sama dengan wali kelas untuk mendiagnosis kesulitan belajar
peseta didik dan mengidentifikasi terlebih dahulu. Kemudian akan disusun
program perbaikan serta stategi untuk mengatasi kesulitan belajar. Program
atau strategi tersebut berupa layanan-layanan bimbingan dan konseling, yang
di mana jika rata-rata peserta didik mengalami kesulitan maka guru berhak
memberikan layanan klasikal dengan memanfaatkan jam kosong. Sedangkan
jika yang mengalami kesulitan hanya beberapa orang saja maka guru
memberikan layanan bimbingan konseling pada beberapa kelompok saja.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah peneiti melakukan penelitian dan menganalisis hasil data yang
telah terkumpul, selanjutnya peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa siswa MAN 2 Kota
Bogor ternyata memiliki kesulitan berlajar yang bervariasi sesuai dengan
situasi dan kondisi yang dihadapi, misalnya siswa sering mengantuk di
kelas dan tidak memperhatikan guru yang sedang menerangkan, selain itu
siswa pun sering tidak memahami materi pelajaran dan tidak bisa
berkonsentrasi dalam belajar.
2. Kesulitan belajar yang dialami oleh beberapa siswa MAN 2 Kota Bogor
bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya motivasi belajar,
dan terdapat juga faktor eksternal yang didapatkan seperti kesibukan orang
tua sehingga kurangnya mengontrol kegiatan belajar anaknya,
melimpahkan pekerjaan kepada anak sehingga waktunya belajar di rumah
sangatlah kurang.
3. Adapun berdasarkan wawancara terhadap guru bisa diuraikan peran serta
usaha yang dilakukan guru bimbingan konseling dalam mengatasi
kesulitan belajar seperti:
 Memberikan saran kepada wali kelas dan guru mata pelajaran agar
lebih mengontrol peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dan
sekiranya dapat memiliki buku kontrol untuk peserta didiknya.
 Memberikan arahan yang positif kepada peserta didik serta dapat
meningatkan kepada peserta didik agar lebih termotivasi dan
semangat dalam menempuh pendidikan.

B. Saran
Sebagai bagian akhir dari karya tulis ilmia ini, dikemukakan beberapa
saran penting sebagai bentuk dari implikasi dari penelitian, yaitu:
1. Perlunya melakukan tanggung jawab serta pembinaan terhadap siswa serta
perlu menumbuh kembangkan peran orang tua dan masyarakat dalam
membantu siswa terlepas dari masalah kesulitan belajar yang dihadapinya.
2. Bagi sekolah hendaknya memperjelas fungsi dari bimbingan dan
konseling kepada peseta didik yang dimana mempunyai fungsi untuk
membimbing, mengarahkan mengenai segala hal yang dapat
menumbuhkan semangat peserta didik.
3. Sebagai peserta didik sudah seharusnya menghormati guru di sekolah,
untuk itu diharapkannya semua peserta didik dapat memperhatikan mata
pelajaran yang sedang dijelaskan oleh para guru.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Dan Berkesulitan Dalam Belajar


(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003)

Dalyono, M, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007)

Furqon, Konsep Dan Aplikasi Bimbingan Dan Konseling Untuk Sekolah Dasar
(Bogor: Pustaka Bani Quraisy, 2005)

Hallen, A, Bimbingan Dan Konseling (Jakarta: Ciputat Pers, 2002)

Lexy Moleong, J, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bogor: Rosda Karya, 2002)

Makmun, Abin, Syamsuddin, Psikologi Pendidikan (Bogor: Yudhistira, 2005)

Mapiare, Andi, Kamus Istilah Konseling Dan Terapi (Jakarta: PT Grafindo Persada,
2006)

Muhibbin, Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2006)

Prayitno, Pelayanan Bimbingan Dan Konseling SMU (Jakarta: Dirjen Dikti Diknas,
1997)

Rahman, Abdul, ‘Peranan Guru Bimbingan Dan Konseling Terhadap Pelaksanaan


Bimbingan Belajar Di SMK Negeri 1 Loksado’, Jurnal Mahasiswa Bimbingan
Konseling, 2.1 (2018), 1–14

Salahudin, A, Bimbingan & Konseling (Bogor : CV Pustaka Setia, 2010)

Singarimban, Masri, Metode Penelitian Survei (Jakarta: Pustaka PL3ES, 1987)

Sukardi, Metodologi Penetian Pendidikan Kompetensi Dan Praktiknya (Jakarta:


Bumi Aksara, 2011)

Winkel, WS, Psikologi Bimbingan (Bogor: PT Eresco, 2003)


LAMPIRAN

Gambar 1. Dokumentasi Wawancara Bu Rahmawati Guru BK MAN 2 Kota Bogor Pada 21


Desember 2022

Gambar 2. Dokumentasi Wawancara Dengan Siswa MAN 2 Kota Bogor Pada 21 Desember
2022

Anda mungkin juga menyukai