Anda di halaman 1dari 15

PRINSIP DASAR BIMBINGAN BELAJAR

Makalah ini Dipresentasikan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Pada Mata


Kuliah

“Pisikologi Pendidikan”

Disusun Oleh kelompok 14:

Muhammad Imam Simamora : 2020:2586

Ahmad Ikhwan :2020:2554

Dosen Pengampu:

Hasnah M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISALAM PENGAMBANGAN ILMU

AL QUR’AN (STAI-PIQ) SUMATERA BARAT

2022M/1444H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat-Nya maka
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Prisip Dasar
Bimbingan Belajar”

Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk


menyelesaikan tugas mata kuliah ‘’Pisikologi Pendidikan’’ . Harapan kami
semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini,
dan kami harapkan kedepannya dapat lebih baik.

Padang, 21 Desember 2022

Pemakalah

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keragaman Manusia dan Kesederajatan merupakan masalah yang sangat


rumit. Salah satu pandangan filsafat mengatakan bahwa manusia merupakan
makhluk monodualis jiwa raga. Dari aspek jiwa manusia memiliki cipta, rasa,
dan karsa sehinga dalam tingkah lakunya mampu mempertimbangkan.

Nilai-nilai yang terkandung dalam keragaman dan kesederajatan manusia


akan membawa manusia pada potensi sebagai makhluk yang paling sempurna.
Dengan keistimewaan yang dimiliki menyebabkan manusia perlu keseragaman
dan kesederajatan agar dapat memikul amanah sebagai kholifah yang bermoral
di muka bumi ini.

B. Rumusan Masalah

Untuk membahas tentang persatuan Indonesia dengan mengangkat tema


kemajemukan budaya di Indonesia terdapat rumusan masalah sebagai berikut.

1. Pengertian Konsep Dasar Bimbingan Belajar

2. Pengertian Diognostik Kesulitan Belajar


3. Prinsip Dasar Pengajaran Remedial (remedial teaching)

C. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan dari


makalah ini sebagai berikut :

1. Untuk memahami Makna yang terdapat dalam Konsep Dasar Bimbingan


Belajar
2. Untuk memahami Diognostik Kesulitan Belajar
3. Untuk memahami Apa saja yang terjadi dalam Prinsip Dasar
Pengajaran Remedial (remedial teaching)

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Bimbingan Belajar

1. Pengertian Bimbingan Belajar

Menurut AJ Jones, bimbingan belajar merupakan suatu proses


pemberian bantuan kepada seseorangpada orang lain dalam menentukan
pilihan dan memecahkan masalah dalam kehidupannya.Menurut LD Crow
dan AGagak, bimbingan belajar merupakan suatu bantuan yang dapat
diberikanoleh seseorang yang telah terdidik pada orang lain yang usianya
tidak ditentukandapat menjalani kegiatan dalam hidupnya.Jadi, bimbingan
belajar adalah suatu bentuk kegiatan dalam proses belajar yang dilakukan
olehseseorang yang telah memiliki kemampuan lebih dalam banyak hal
untuk diberikan kepada oranglain yang mana bertujuan agar orang lain
dapat menemukan pengetahuan baru yang belumdia juga dapat diterapkan
dalam kehidupannya.
2. Latar Belakang Bimbingan Belajar
 Suatu kegiatan yang dilaksanakan sudah pasti memiliki latar
belakang. Demikian pula halnyadengan layanan bimbingan
belajar. Kegiatan bimbingan belajar dilaksanakan karena dilatarbelakangi
oleh beberapa hal, sebagai beberikut:
a. Adanya acuan kriteria evaluasi yang mana mengklasifikasikan siswa
berdasarkankeberhasilan mereka dalam menguasai pelajaran. Dan
kualifikasi itu, antara lain :
1.  Siswa yang benar-benar dapat meguasai pelajaran.
2. Siswa yang cukup menguasai pelajaran.
3. Siswa yang belum dapat menguasai pelajaran.
b. Adanya kemampuan/tingkat kecerdasan dan bakat yang dimiliki oleh
setiap siswa yang manaberbeda dengan siswa yang lainnya. Dimana
klasifikasi siswa tersebut antara lain :
1. Siswa yang prestasinya lebih tinggi dari apa yang diperkirakan
berdasarkan hasil teskemampuan belajarnya.

2
2. Siswa yang berprestasi memang sesuai dengan apa yang
diperkirakan berdasarkan teskemampuan belajarnya.
3. Siswa yang prestasinya ternyata lebih rendah dai apa yang
diperkirakan berdasarkan hasil teskemampuan belajarnya.
c. Adanya penerapan waktu untuk menyelesaikan suatu program
pembelajaran. Dan klasifikasikan siswadalam hal ini antara lain :
1. Siswa yang ternyata dapat menyelesaikan pelajaran lebih cepat dari
waktu yang disesuaikan.
2. Siswa yang dapat menyelesaikan pelajaran sesuai waktu yang telah
disesuaikan.
3. Siswa yang ternyata tidak dapat menyelesaikan pelajaran sesuai
dengan waktu yang telahditentukan.
d. Adanya penggunaan norma acuan yang mana yang membandingkan
prestasi siswa yang satudengan yang lainnya. Dan klasifikasi siswa
berdasarkan perstasinya itu antara lain :
1. Siswa yang prestasi belajarnya selalu berada di atas nilai rata-rata
prestasi kelompoknya.
2. Siswa yang prestasi belajarnya selalu berada di sekitar nilai rata-rata
dari kelompoknya.
3. Siswa yang prestasinya selalu berada di bawah nilai rata-rata prestasi
kelompoknya.
Setelah mengetahui begitu banyak permasalahan yang dihadapi
oleh setiap siswa dalam kegiatanbelajarnya, maka diperlukanlah suatu
bentuk layanan bimbingan belajar. Hal ini dimaksudkanagar para siswa
yang memiliki permasalahan dalam pembelajarannya dapat segera
memperolehnyabantuan atau bimbingan dalam kegiatan belajar yang
diperlukannya. Jadi, layanan bimbinganbelajar sangat diperlukan oleh
semua orang yang sedang melakukan proses atau kegiatanbelajar.

3
B. Diognostik Kesulitan Belajar

1. Konsep Diagnostik pembelajaran Belajar

Dalam proses pembelajaran, tugas guru tidak sekedar


menyampaikan atau mentransfer ilmu atau bahan pelajaran kepada peserta
didik. Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas
peserta perkembangan didik. Kegiatan memahami kesulitan belajar peserta
didik ini dikenal dengan konsep diagnostik kesulitan belajar yang lebih
umunya dikelanl dengan istilah diagnosis kesulitan belajar. Dalam
pengertian diagnosis kesulitan belajar terdapat dua istilah yang perlu
dipahami terlebih dahulu yaitu istilah diagnosis dan kesulitan belajar.
a. Konsep Diagnostik dan Pengertian Diagnosis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),


diagnostik  adalah  ilmu untuk menentukan jenis penyakit berdasarkan
gejala yang ada. Sedangkan, diagnosis   adalah membayar jenis penyakit
dengan cara meneliti(memeriksa) gejala-gejalanya. Banyak ahli
mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian diagnosis antara lain,
menurut Harriman dalam bukunya Handbook of Psychological Term ,
diagnosis adalah suatu analisis terhadap kelainan atau salah penyesuaian
dari pola gejala-gejalanya. Jadi diagnosis merupakan proses pemeriksaan
terhadap hal-hal yang dipandang tidak beres atau bermasalah. 
Sedangkan menurut Webster, diagnosis diartikan sebagai proses
menentukan hak menentukan permasalahan kikat kelainan atau ketidak
mampuan dengan ujian, dan melalui ujian tersebut dilakukan suatu
penelitian yang hati-hati terhadap fakta-fakta yang ditemui , yang
selanjutnya untuk menentukan permasalan yang dihadapi. Maka dapat
disimpulkan bahwa diagnosis adalah suatu jenis masalah atau kelainan
dengan penyelidikan latar belakang penyebabnya atau dengan cara
menganalisis gejala-gejala yang tampak.

4
b. Pengertian menyelesaikan Belajar

Secara harfiah, kesulitan belajar didefinisikan sebagai rendahnya


kepandaian yang dimiliki seseorang dibandingkan dengan kemampuan
yang harus dicapai orang itu pada umur tersebut. mengalahkan
pembelajaran secara informal dapat dikenal dari keterlambatan dalam
perkembangan kemampuan seorang anak.
kesulitan belajar dapat menghinggapi seseorang dalam kurun
waktu yang lama. Beberapa kasus mengungkapkan bahwa kesulitan belajat
ini memengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang, baik itu di sekolah,
pekerjaan, rutinitas sehari-hari, kehidupan keluarga, atau bahkan terkadang
dalam hubungan pertemanan dan permainan. Beberapa penderita
menyatakan bahwa kesulitan ini berengaruh pada kebahagiaan
mereka. Sementara itu, bagi penderita lain, gangguan ini menghambat
proses belajar mereka, sehingga tentu saja pada pelindung juga akan
berdampak pada aspek lain kehidupan mereka.
 Terkadang seseorang juga mengalami berbagai kesulitan belajar
yang saling tumpang tindih, sementara itu yang lain ada yang hanya
mengalami satu macam kesulitan saja, sehingga hanya sedikit
pengaruhnya bagi aspek lain dari kehidupan mereka.hambatan atau
hambatan belajar yang dialami oleh peserta didik dapat berasal dari faktor
fisiologis, psikologik, instrumen, dan lingkungan belajar.
Maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar
merupakan proses yang menentukan masalah atas ketidakmampuan
peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar belakang penyebabnya
dan atau dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan
belajar yang nampak.

1. Jenis-jenis yang meniru Belajar

Mengenali kesulitan belajar jelas berbeda dengan mendiagnosis


penyakit cacar air atau campak. Cacar air dab campak tergolong penyakit
dengan gejala yang dapat diketahui dengan mudah. Berbeda dengan LD
( Learning Disorder / Gangguan belajar) yang sangat rumit dan mencakup

5
begitu banyak kemungkinan penyebab, gejala-gejala, perawatan, serta
penanganan. LD ( Learning Disorder / Gangguan belajar) yang memiliki
beragam pembelajaran ini, sangatlah sulit untuk didiagnosis dan dicari
penyebabnya secara pasti. Hingga saat ini, belum ditemukan obat atau
perawatan yang mampu menyembuhkan mereka sepenuhnya.
Tidak semua kesulitan dalam proses belajar dapat disebut LD
( Gangguan Belajar /Gangguan Belajar). Sebagian anak mungkin hanya
mengalami kesulitan dalam mengembangkan bakatnya. Kadang-kadang,
seseorang memperlihatkan ketidakwajaran dalam perkembangan alaminya,
sehingga
Kriteria yang harus dipenuhi sebelum seseorang dinyatakan
menderita LD ( Learning Disorder / Gangguan belajar) tertuang dalam
buku petunjuk yang berjudul DSM (Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders). hasil belajar dibagi menjadi tiga kategori besar. Yaitu:

2. menyerukan dalam berbicara dan berbahasa

kesulitan dalam berbicara dan berbahasa sering menjadi indikasi


awal kesulitan belajar yang dialami seorang anak. Orang yang mengalami
kesulitan jenis ini menemui kesulitan dalam menghasilkan bunyi-bunyi
bahasa yang tepat, berkomunikasi dengan orang lain melalui penggunaan
bahasa yang benar, atau memahami apa yang dikatakan orang lain.

3. Permasalahan dalam hal kemampuan akademik

     Siswa-siswi yang mengalami gangguan kemampuan akademik


berbaur dengan teman-teman sekelasnya demi meningkatkan kemampuan
membaca, menulis, dan berhitung mereka.
     penahanan lainnya seperti “gangguan kemampuan motorik” dan
“gangguan perkembangan khusus yang belum diklasifikasikan”. Gejala-

6
gejalanya adalah keterlambatan atau keterbelakangan dalam memahami
bahasa, kemampuan akademis serta motorik yang mempengaruhi
kemampuannya untuk memelajari sesuatu. Tapi bedanya, ini semua tidak
sesuai kriterianya dengan jenis-jenis keterlambatan belajar yang sudah
kami bahas sebelumnya. Gejala-gejala ini juga mencakup gangguan
koordinasi tubuh yang pada akhirnya dapat mengakibatkan buruknya
tulisan seseorang, demikian pula halnya dengan kesulitan mengeja serta
mengingat.

4. Mendiagnosis pembelajaran Secara Formal

Diagnosis yang sebenarnya terhadap kesulitan belajar dilakukan


dengan metode uji standar yang membandingkan tingkatan kemampuan
seorang anak terhadap anak lainnya yang dianggap normal. Hasil uji tidak
hanya bergantung pada kemampuan aktual anak, tetapi juga reliabilitas
pengujiannya serta kemampuan sang anak untuk mengingat dan
memahami pertanyaannya.
Masing-masing tipe LD ( Learning Disorder / Gangguan belajar)
didiagnosis dengan cara yang sedikit berbeda. Untuk mendiagnosis
kesulitan berbicara dan berbahasa, ahli terapi wicara menguji cara
pelafalan bunyi bahasa anak-anak, kosakata, dan pengetahuan tata bahasa
serta membandingkannya dengan kemampuan anak sebaya mereka yang
normal.
Hubungan dengan gangguan kemampuan atau perkembangan
akademisi yang mencakup membaca, menulis, dan matematika, maka
pengujiannya dilakukan dengan standar metode uji. Kita perlu
memperhatikan bahwa penanganan gangguan belajar itu sangatlah berbeda
dengan upaya mengejar ketertinggalan pelajaran di sekolah.

5. Ciri-ciri Peserta Didik yang Mengalami kesulitan Belajar

Pengetahuan tentang ciri-ciri lamban belajar dan berprestasi siswa


rendah sangat penting dikuasai guru. Pengetahuan itu memberi
keterampilan dasar dalam menangani siswa yang sedang menghadapi

7
kesulitan belajar disekolah. Istilah siswa lamban belajar dan berprestasi
rendah mengandung pengertian yang tidak jauh berbeda, dua-duanya
saling berkaitan satu sama lain. Siswa lamban belajar dan berprestasi
rendah adalah siswa yang kurang mampu menguasai pengetahuan dalam
batas waktu yang telah ditentukan karena ada faktor tertentu yang
mempengaruhinya. faktor itu antara lain disebabkan lemahnya
kemampuan menguasai siswa pengetahuan dan eterampilan dasar tertentu
pada sebagian materi pelajaran yang harus dikuasai
sebelunya. Pengetahuan dan keterampilan dasar itu pada umumnya
berkisar pada pelajaran membaca, menulis, dan berhitung. Akibat
kelemahan itu.
Ciri-ciri umum lamban belajar dapat dipahami melalui pengamatan
fisik siswa, perkembangan mental, intelektual, sosial, ekonomi,
kepribadian, dan proses-proses belajar yang dilakukannya di sekolah dan
di rumah. Ciri-ciri itu dianalisis agar diperoleh kejelasan yang konkret
tentang gejala dan sebab-sebab kesulitan belajar siswa di sekolah dan di
rumah.rincian analisisnya merangkum hal-hal sebagai berikut: fisik,
perkembangan mental, sosial, perkembangan kepribadian, proses-proses
belajar yang dilakukannya . Namun dari hal tersebut Roldan,
dalam bukunya Learning Disbailities and Their Relation to
Reading, mengemukakan pendapatnya bahwa ciri-ciri uum siswa lamban
belajar adalah sebagai berikut..

a. Derajat aktivitas siswa lamban belajar rendah.


b. Siswa lambanbelajar kurang mampu menyimpan huruf dan kata pada
ingatanya dalam waktu lama.
c. Siswa lamban belajar kurang mampu menyimpan pengetahuan hasil
pendengaran.
d. Siswa lamban belajar kurang mampu membedakan huruf, angka, dan
suara.
e. Siswa lamban belajar tidak suka menulis dan membaca.
f. Siswa lamban belajar tidak sangup mengikuti penjelasan yang bersifat
ganda.

8
g. Tingkah laku lamban belajar selalu berubah-ubah dari hari ke hari.
h. Siswa lambanbelajar suka terdorong oleh perasaan emosional dalam
pergaulan, mudah dihukum, dan sering marah.
i. Siswa lamban belajar kurang mampu melakukan koordinasi dengan
lingkungannya.
j. Penampilannya kasar.
k. Siswa lamban belajar kurang mampu bercerita dan sulit membedaan antara
kiri dan kanan.
l. Siswa lamban belajar lambat dalam perkembangan bicara. Isi
pembicaraannya kekanak-kanakan.
m. Siswa lamban belajar susah dalam memahami kata dan konsep.
n. Siswa lamban belajar sulit akrab dengan orang dan benda.
o. Kemampuan berbicaranya terbatas pada satu persoalan pokok.
p. Siswa lamban belajar mereaksi tidak cermat terhadap aksi yang datang
dari luar.
q. Siswa lamban belajar sulit menyesuaikan diri terhadap perubahan-
perubahn yang terjadi dalam lingkungan.

Ketidaksanggupan siswa lamban belajar dalam memahami


pengetahuan mempengaruhi sikap dan perilakunya menjadi tidak cocok
dengan lingkungan sekitarnya sehingga menimbulkan masalah orang-
orang di sekitarnya. 
C. Prinsip Dasar Pengajaran Remedial (remedial teaching)

Menurut Ahmadi dan Supriyono (1990), remedial adalah suatu


bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan
dengan singkat pengajaran yang membuat menjadi baik. Program remedial
ini diharapkan dapat membantu siswa yang belum tuntas untuk mencapai
ketuntasan hasil belajarnya.
 Menurut Kunandar (2007), remedial merupakan suatu bentuk
pembelajaran yang bersifat mengobati, menyembuhkan, atau membetulkan
pembelajaran dan membuatnya lebih baik dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran yang maksimal.

9
 Menurut Arikunto (2006), remedial adalah suatu kegiatan yang
diberikan kepada siswa yang belum menguasai bahan pelajaran yang telah
diberikan guru dengan maksud mempertinggi penguasaan bahan ajar
sehingga siswa diharapkan mampu mencapai tujuan belajar yang telah
ditentukan untuk mencapai ketuntasan belajar yang nantinya berdampak
baik bagi prestasi belajar siswa. 
Menurut Mulyadi (2008), remedial adalah segala usaha yang
dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis sifat kesulitan belajar.
Faktor-faktor penyebabnya serta cara menetapkan kemungkinan
mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif
(pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang seobyektif mungkin. 
Menurut Sukardi (2011), remedial adalah upaya guru (dengan atau
tanpa bantuan/ kerjasama dengan ahli pihak lain) untuk memungkinkan
individi atau kelompok siswa dengan karakteristik tertentu lebih mampu
mengembangkan dirinya (meningkat prestasi, penyesuaian kembali)
seoptimal mungkin sehingga dapat memahami kriteria keberhasilan
minimal yang diharapkan, dengan melalui suatu proses interaksi yang
berencana, terorganisasi, terarah terhadap keamanan kondisi objektif
individu dan atu kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung
sarana lingkungannya.

1. Tujuan dan Fungsi Remedial 

Pembelajaran remedial bertujuan agar siswa dapat memahami dirinya,


memperbaiki atau mengubah cara belajaranya, memilih mater dan fasilitas
secara cepat, mengembangkan sikap dan kebiasaan dan melaksanakan tugas-
tugasbelajar.Menurut Ahmadi dan Supriyono (1990), tujuan pembelajaran
remedial adalasebagaiberikut:

a. Agar siswa memahami dan mengenali dirinya khususnya yang


menyangkut prestasi belajar, misal: segi kemampuannya segi
kelemahannya dan jenis serta sifat kesulitannya. 
b. Memperbaiki atau mengubah cara belajar kearah yang lebih baik. 

10
c. Memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat untuk mengatasi
kesulitan belajarnya.
d. Mengembangkan sikap-sikap dan kebiasaan baru yang dapat mendorong
tercapainya hasil belajar yang baik. 
e. Menyelesaikan dan melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan
kepadanya dengan benar dan baik.

Menurut Kunandar (2007), terdapat enam fungsi pembelajaran


remedial, yaitu; fungsi korektif, fungsi pemahaman, fungsi pengayaan,
fungsi penyesuaian, fungsi akselerasi dan fungsi terapeutik. Adapun
penjelasan ke enam fungsi remedial tersebut adalah sebagai berikut:

a. Fungsi korektif, yaitu melalui pembelajaran remedial dapat dilakukan


pembetulan atau perbaikan terhadap hal-hal yang dipandang belum
memenuhi apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses pembelajaran.
b. Fungsi pemahaman, yaitu pembelajaran remedial memungkinkan guru,
peserta didik, atau pihak-pihak lainnya dapat memperoleh pemahaman
yang lebih baik dan komprehensif mengenai pribadi peserta didik. 
c. Fungsi pengayaan, yaitu pembelajaran remedial akan dapat memperkaya
proses pembelajaran sehingga materi yang tidak disampaikan dalam
pembelajaran reguler, dapat diperoleh melalui pembelajaran remedial. 
d. Fungsi penyesuaian, yaitu pembelajaran remedial dapat membentuk
peserta didik untuk bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Artinya peserta didik dapat belajar sesuai dengan
kemampuannya sehingga peluang untuk mencapai hasil yang lebih baik
semakin besar. 
e. Fungsi akselerasi, yaitu dengan pembelajaran remedial dapat diperoleh
hasil belajar yang lebih baik dengan menggunakan waktu yang efektif dan
efisien. Dengan kata lain, dapat mempercepat proses pembelajaran baik
dari waktu maupun materi.
f. Fungsi terapeutik, yaitu secara langsung atau tidak langsung, pembelajaran
remedial dapat menyembuhkan atau memperbaiki kondisi-kondisi

11
kepribadian peserta didik yang diperkirakan menunjukkan adanya
penyimpangan.

1. Prinsip-prinsip Remedial 

Menurut Iskandar (2009), terdapat beberapa prinsip yang harus


diperhatikan dalam pembelajaran remedial sesuai dengan sifatnya sebagai
pelayanan khusus, yaitu:

a. Adaptif 

Setiap individu peserta didik memiliki karakter dan keunikan sendiri-


sendiri, oleh karena itu program pembelajaran remedial hendaknya
memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecepatan,
kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata lain, pembelajaran
remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik.

b. Interaktif 

Dalam proses pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta


didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar
yang tersedia. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar
peserta didik yang bersifat perbaikan perlu mendapatkan monitoring dan
pengawasan agar diketahui kemajuan belajarnya. Jika dijumpai adanya peserta
didik yang mengalami kesulitan segera diberikan bantuan.

c. Fleksibilitas dalam metode pembelajaran dan penilaian 

Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang
berbeda-beda, maka dalam pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai
metode mengajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.

12
d. Pemberian umpan balik sesegera mungkin 

Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik


mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan
balik dapat bersifat korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin
memberikan umpan balik dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut
yangdialamipesertadidik.

e. Kesinambungan dan keterbatasan dalam pemberian pelayanan 

Program pembelajaran reguler dalam pembelajaran remedial merupakan


satu kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan
remedial harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap
saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-
masing.

13

Anda mungkin juga menyukai