Anda di halaman 1dari 20

Bimbingan Belajar

DR. H. Hasbi Lambe M.Pd.

MASALAH BELAJAR SISWA DI SD

Disusun oleh :
Nur Aisyah.H (15052017067)

PGSD(PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan umur panjang, sehingga kami bisa menyelesaikan
tugas makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat dan salam kami curah dan
limpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada
tabiin tabiatnya, serta kepada kita semua selaku umatnya. Amin.
Makalah yang kami beri judul “(Masalah Belajar Siswa di SD)” ini jauh
dari sempurna, maka dari itu kami membutuhkan kritik dan saran dari para
pembaca yang dapat menjadi penunjang untuk memotivasi kami supaya lebih
memperdalam ilmu dan terus belajar. Kami mengucapkan terima kasih kepada
pihak – pihak yang telah memberikan motivasi dan dorongan untuk terselesainya
makalah ini, terutama kepada kedua orang tua, dosen, dan teman – teman yang
telah memberikan dorongan berupa materil dan moral. Semoga dengan selesainya
makalah ini mempunyai mamfaat khususnya bagi kami selaku penyusun dan
umumnya kepada para pembaca.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih dan mohon maaf atas segala
kesalahan yang kami lakukan, baik yang disengaja ataupun tidak.

Makassar, 28 Januari 2018

penulis
DAFTAR ISI

Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II.
PEMBAHASAN
A. Definisi Belajar
B. Bimbingan Belajar
C. Jenis-jenis Masalah Belajar
D. Mengidentifikasi Murid yang Diperkirakan Mengalami Masalah Belajar
E. Factor Penyebab Terjadinya Masalah Belajar di SD
F. Upaya Membantu Murid Dalam Mengatasi Masalah Belajar

BAB III. PENUTUP

    Kesimpulan
     Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap murid khususnya di sekolah dasar memiliki perbedaan antara satu


dengan yang lainnya, disamping persamaannya. Perbedaan menyangkut
perbedaan kapasitas intelektual, keterampilan, motivasi, persepsi, sikap,
kemampuan, minat, latar belakang kehidupan dalam keluarga dan lain-lain.
Perbedaan ini cenderungakan mengakibatkan adanya perbedaan pula dalam
belajar setiap murid baik dalam kecepatan belajarnya maupun keberhasilan yang
dicapai murid itu sendiri.

Murid datang kesekolah dengan harapan agar dapat mengikuti pendidikan


yang baik. Tetapi tidak selamanya demikian. Ada berbagai masalah yang mereka
hadapi, bersumber dari ketegangan karena tugas-tugas, ketidakmampuan
mengerjakan tugas, keinginan untuk bekerja sebaik-baiknya tetapi tidak mampu,
persaingan dengan teman, kemampuan dasar intelegtual yangkurang, motivasi
belajar yang lemah, kurangnya dukungan orang tua, guru yang kurang ramah, dan
lain-lain. Masalah-masalah tersebut tidak selalu dapat diselesaikan dalam situasi
belajar-mengajar di kelas, melainkan memerlukan pelayanan secara khusus oleh
guru di luar situasai proses belajar.

Peran dan fungsi serta tanggung jawab guru di Sekolah Dasar, selain
mengajar juga perlu memperhatikan keragaman karakteristik perilaku murid
sebagai dasar penentuan jenis bantuan dan layanan dalam bimbingan belajar, baik
secara individu maupun kelompok.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan belajar?
2. Apa pengertian bimbingan belajar di SD?
3. Apa saja jenis-jenis masalah belajar yang dialami di SD?
4. Bagaimana mengetahui murid yang diperkirakan mengalami masalah
belajar?
5. Apa saja yang merupakan faktor penyebab terjadinya masalah-masalah
murid di SD?
6. Bagaimana cara membantu anak dalam mengatasi masalah belajar yang
dihadapi?

C. Tujuan Penulisan

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat memenuhi tujuan


sebagai berikut.

1. Menyebutkan definisi belajar


2. Menjelaskan pengertian bimbingan belajar di SD
3. Menyebutkan jenis-jenis masalah belajar yang di alami di SD
4. Mengidentifikasi murid yang diperkirakan mengalami masalah belajar
5. Menjelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya masalah-masalah murid di
SD
6. Mengungkapkan cara-cara membantu anak dalam mengatasi masalah
belajar yang dihadapinya

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Belajar

Banyak pengertian belajar yang diungkapkan oleh para ahli, namun pada
dasarnya terletak pada perubahan perilaku. Pengertian belajar diantaranya
dikemukakan sebagai berikut :

“Belajar adalah proses perubahann pengetahuan atau perilaku sebagai hasil


dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan
lingkungan”. (Anita E. Wool Folk, 1995: 196)

“Belajar adalah proses tingkah laku ( dalam arti luas ) ditumbuhkan atau
diubah melalui praktek dan latihan”. (Garry & Kingsley, 1970: 15)

Dari kedua definisi di atas nampak bahwa belajar merupakan perubahan


perilaku yang disebabkan oleh karena individu mengadakan interaksi dengan
lingkungan. Akan tetapi ternyata tidak semua perubahan perilaku merupakan hasil
belajar, artinya ada perubahan perilaku yang dipandang sebagai bukan hasil
belajar. Akan tetapi tidak semua perubahan perilaku merupakan hasil belajar,
artinya ada perubahan perilaku yang dipandang sebagai bukan hasil belajar.

Dari definisi di atas dapat diidentifikasikan bahwa perilaku yang bukan


hasil belajar itu adalah.

a. Kecenderungan perilaku instinktif

Perilaku instinktif adalah pola respon yang dibawa sejak lahir dan sudah
dimiliki individu secara relatif sempurna.

b. Kematangan
Kematangan dapat diartikan sebagai kesiapan organ fisik maupun psikis
untuk menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. Kematangan merupakan proses
perkembangan yang datang dari diri individu dan bukan karena pengaruh latihan
atau intervensi lingkungan. Perubahan perilaku yang dicapai pada tahap
perkembangan tertentu yang disebabkan bukan oleh campur tangan lingkungan
disebut kematangan dan bukan hasil belajar.

Yellon dan Weinstein (1977: 26) mengartikan perilaku kematangan itu


adalah perubahan yang lebih merupakan hasil pertumbuhan fisik dan perubahan
biologis daripada hasil pengalaman. Perilaku ini disebutnya perilaku pilogenetik.
Sedangkan perilaku belajar disebabkan oleh karena pengalaman, dan disebutnya
sebagai perilaku ontogenik. Proses belajar yang dialami manusia baik itu yang
berkaitan dengan kemampuan fisik, psikis, maupun sosial akan bergantung
kepada perpaduan antara kematangan dan pengalaman. Perpaduan kematangan
dan pengalaman ini akan menghasilkan kesiapan belajar.

c. Perilaku keadaan sementara

Perubahan perilaku yang sifatnya sementara, seperti keletihan atau


kekuatan pengaruh obat-obat tertentu, bukan hasil belajar. Pengulangan kegiatan
secara terus-menerus seringkali ditandai oleh rendahnya efesiensi kegiatan
sebagai petunjuk terjadinya keletihan. Keletihan merupakan kondisi yang dapat
memperlemah keterampilan. Baik keletihan maupun belajar keduanya dapat
dilihat dari tindakan yang ditampilkan. Perbedaannya terletak bahwa yang satu
sifatnya sementara dan yang lain bersifat menetap (permanen). Keletihan yang
sifatnya sementara lambat laun akan hilang, dan jika keletihan sudah hilang maka
keterampilan dan efisiensi tindakan akan kembali normal sekalipun tanpa
intervensi lingkungan. Demikian pula dengan pengaruh obat-obatan yang dapat
meningkatkan ketahanan, mungkin untuk sementara akan dapat meningkatkan
efisiensi tindakan. Namun setelah pengaruh itu hilang efisiensi akan kembali
kepada keadaan semula

B. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan proses bantuan yang diberikan kepada
individu (murid) agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam
belajar, sehingga setelah melalui proses perubahan belajar mereka dapat mencapai
hasil belajar yang optimal dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya.
Dengan kata lain tugas guru di sini adalah membanatu murid dalam mengenal,
menumbuh dan mengembangakan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik
untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan, serta dalam rangka menyiapkan
kelanjutan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Untuk lebih jelasnya, bimbingan belajar di sekolah dasar bertujuan sebagai berikut
:

1 Pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik terutama dalam mengerjakan


tugas dalam mengembangan keterampilan serta dalam bersikap terhadap
guru.
2 Menumbuhkan disiplin belajar dan terlatih, baik secara mandiri maupun
berkelompok.
3 Mengembangan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan
budaya di lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk pengembangan
pengetahuan, keterampilan dan pengembangan pribadi.

Secara operasional bimbingan belajar di sekolah dasar terpadu dengan


proses pembelajara secara keseluruhan. Sehingga disamping peran guru sebagai
pengajar kepedulian guru pun terhadap keragaman individu murid merupakan hal
penting sebagai dasar penentuan jenis bantuan dan layanan bimbingan belajar.
Jadi, sangat mungkin guru dituntut memberikan pelayanan kepada murid secara
individu atau perorangan, disamping memperhatikan kelompok kelas secara
keseluruhan.

Untuk melihat kriteria keberhasilan belajar murid, guru dapat melakukan


evaluasi (penilian) berdasarkan orientasi (tinjauan) dalam segi:

a. Tujuan yang sesuai dengan rumusan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK),


maka akan ditemukan kualifikasi murid sebagai berikut :
1) Murid yang benar-benar dapat dinilai sebagai menguasai pelajaran
seperti yang ditunjukkan oleh angka prestasinya yang tinggi (Qualified
Students).
2) Murid yang dapat dinilai sebagai cukup menguasai pelajaran, seperti
yang ditunjukkan oleh angka prestasinya yang sedang (Relatively
Qualified Students).
3) Murid dapat dinilai sebagai tidak atau belum menguasai pelajaran seperti
yang ditunjukkan oleh angka nilai prestasinya yang berada di bawah
ukuran batas lulus (Unqualified Students).
b. Kapasitas (tingkat kecerdasan dan bakat) siswa sendiri untuk belajar dalam
bidang studi tertentu, akan ditemukan kualifikasi siswa sebagai berikut :
1) Murid yang prestasinya lebih tinggi dari apa yang diperkirakan
berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya (Overachievers).
2) Murid prestasinya sesuai dengan apa yang diperkirakan (Estimated,
predicted) berdasarkan tes kemampuan belajarnya.
3) Murid yang prestasinya ternyata lebih rendah dari apa yang diperkirakan
berdasarkan hasil tes kemampuan belajar (Underachievers).
c. Berdasarkan waktu yang ditetapkan (time allowed) untuk menyelesaikan
sesuatu program belajar, maka akan kita temui kualifikasi siswa sebagai
berikut :
1) Murid yang ternyata dapat meyelesaikan pelajaran atas pekerjaan lebih
cepat dari waktu yang disediakan untuk menyelesaikan pelajaran
tersebut.
2) Murid yang dapat menyelesaikan pelajaran atau pekerjaan tepat sesuai
dengan waktu yang telah dialokasikan (siswa normal).
3) Yang ternyata tidak dapat menyelesaikan pelajaran atau pekerjaan
berdasarkan waktu yang telah ditetapkan (Slow learners) : siswa lambat.
d. Dengan menggunakan norm referenced (PAN) dimana prestasi seorang siswa
dibandingkan dengan siswa lainnya (baik teman sekelompok ditempat yang
sama maupun ditempat yang lain) maka akan ditemukan kategorisasi siswa
sebagai berikut :
1) Murid yang prestasi belajarnya selalu berada di atas nilai rata-rata
prestasi kelompoknya (Higher groups).
2 Murid yang prestasinya selalu di sekitar rata-rata (mean) dari kelompok
yang sama (averages).
3 Murid yang prestasinya selalu berada dibawah nilai rata-rata prestasi
kelompoknya (lowerr-groups).

Dari kriteria keberhasilan belajar murid di atas, hendaknya guru


memperoleh gambaran tentang murid yang termasuk kedalam kelompok syarat
berhasil, cukup berhasil dan kelompok yang .lebih berhasil di dalam belajarnya.
Sehingga guru akan lebih terampil dalam menangani murid-murid, khususnya
bagi merekayang benar-benar memerlukan perhatian khusus dalam proses
pembelajarannya sehar-hari.

C. Jenis- Jenis Masalah Belajar

Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan
menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan
dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikianya
dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi
dirinya.

Jenis-jenis maslaah belajar di Sekolah Dasar dapat dikelompokan kepada


murid-murid yang mengalami :

1. Keterlambatan akademik, yaitu keadaan murid yang diperkirakan memiliki


intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara
optimal.
2. Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memiliki bakat
akademik yang cukup tinggi atau memiliki IQ 130 atau lebih, tetapi masih
memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan
kemampuan belajarnya yang amat tinggi.
3. Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memiliki bakat
akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk
mendapat pendidikan atau pengaaran khusus.
4. Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan murid yang kurang
bersemangat dalam belajar, mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
5. Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi murid yang
kegiatannya atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan
seharusnya.
6. Sering tidak sekolah.

D. Mengidentifikasi Murid yang Diperkirakan Mengalami Masalah Belajar

Murid yang mengalami masalah belajar, dapat didefinisi melalui tes hasil
belajar, tes kemampuan dasar skala pengungkapan sikap dan kebiasaan belajar.

1) Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar adalah alat yang disusun untuk mengungkapkan kapan
sejauh mana murid telah mencapai tujuan-tujuan pengjaran yang ditetapkan
sebelumnya murid-murid dikatakan telah mencapai tujuan pengajaran apabila dia
telah menguasai sebagian besar materi yang berhubungan dengan tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan. Ketentuan ini merupakan penerapan dari belajar
tuntas (mastery lerning) yang didasarkan bahwa setiap murid dapat mencapai hasil
belajar yang diharapkan jika deiberi waktu yang cukup dan bimbingan yang
mamadai untuk mempelajari bahan yang disajikan, yaitu presentase minimal yang
harus dicapai oleh murid yang belum menguasai bahan pelajaran sesuai dengan
patokan yang ditetapkan, dikatakan belum menguasai tujuan pengajaran. Murid
yang seperti ini digolongkan sebagai murid yang mengalami masalah belajar dan
memerlikan bantuan khusus, sedangkan murid yang sudah menguasai secara
tuntas semua bahan-bahan yang disajikan sebelum waktu yang ditetapkan
berakhir, digolongkan sebagai murid yang sangat cepat dalam belajar. Mereka ini
patut untuk mendapatkan pelajaran tambahan.
2. Tes Kemampuan Belajar

Setiap murid mempunyai kemampuan dasar atau kecenderungan tertentu.


Tingat kempuan ini biasanya diukur atau diungkapkan denganmenggunakan tes
kecerdasan yang sudah baku. Diasumsikan bahwa anak normal, memiliki tingkat
kecerdasan (IQ) 90-109. Hasil yang dicapai murid hendaknya dapat
mencerminkan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Murid yang kemampuan
dasarnya tinggi akan mencapai hasil belajar yang tinggi pula. Bilamana seseorang
murid mencapai hasil belajar yang lebih rendah dari tingkat kecerdasan yang
dimilikinya, maka murid yang bersangkutan digolongkan sebagai yang
mengalami masalah belajar.

3. Skala Sikap dan Kebiasaan Belajar

Sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah satu fakktor yang penting
dalam belajar. Sebagian dari hasil belajar, ditentukan oleh sikap dan kebiasaan
yang dilakukan oleh murid dalam belajar. Kebiasaan belajar menunjuk pada
bentuk dan pola perilaku yang dilakukan terus menerus oleh murid dalam belajar.

Sebagian dari sikap dan kebiasaan belajar murid, dapat diketahui melalui
pengamatan yang dilakukan di dalam kelas. Tetapi pengamatan biasanya terbatas
pada sikap dan kebiasaan yang diterima oleh alat indera. Untuk mengungkapkan
sikap dan kebiasaan yang lebih luas telah dikembangkan beberapa alat berupa
“Skala sikap dan kebiasaan belajar”.

E. Faktor-faktor Peneyebab Terjadinya Maslah Belajar Murid di Sekolah Dasar

Setelah seorang guru mengetahui siapa murid yang bermasalah dalam


belajar serta jenis masalah apa yang dihadapinya selanjutnya guru dapat
melanjutkan tahap berikutnya, yaitu mencari sebab-sebab terjadinya masalah yang
dialami murid dalam belajar. Masalah belajar cenderung sangat kompleks, karena
masalah belajar mengandung pengertian, bahwa:
Pertama, masalah belajar dapat timbul oleh berbagai sebab yang berlainan.
Suatu masalah belajar yang sama dialami oleh dua orang murid atau lebih, belum
tentu disebabkan oleh faktor yang sama.

Kedua, dari sebab yang sama dapat timbul masalah yang berlainan
seringkali suatu kondisi yang sama dimiliki oleh beberapa orang murid, namun
menimbulkan masalah-masalah yang berlainan pada masing-masing individu.

Ketiga, sebab-sebab masalah belajar dapat saling berhubungan antara yang


satu dengan yang lain. Kadang-kadang masalah belajar yang dihadapi oleh
seorang murid tidak timbul dari satu sebab saja, melainkan dapat timbul dari
berbagai sebab yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya.

Pada garis besarnya sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada murid


dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu :

a. Faktor-faktor internal (faktor-faktor yang berada pada diri murid it sendiri).


Antara lain :
1. Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ
perasaan, alat bicara, gangguan panca indra, cacat tubuh, serta penyakit
menahun (alergi, asma, dsb).
2. Ketidakseimbangan mental (adanya gangguan dalam fungsi mental),
seperti menampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasanya
cenderung kurang.
3. Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa
menyesuaikan diri (maladjustment), tercekam rasa taku, benci dan
antipasti, serta ketidak matangan emosi.
4. Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan da sikap yang salah, seperti
kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah malas dalam
belajan, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.

b. Faktor-faktor eksternal (faktor-faktor dari luar diri individu) yaitu berasal dari :
1 Sekolah, antara lain : sifat kurikulum yang kurang fleksibel, terlalu berat
beban belajar (murid) dan atau mengajar (guru), metode mengajar yang
kurang memadai, kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar.
2 Keluarga, antara lain : keluarga tidak utuh dan atau kurang harmonis,
sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya, keadaan
ekonomi.
3 Masyarakat, antara lain; adat dan kebiasaan masyarakat yang kurang
mendukung kegiatan belajar di sekolah, teman sebaya yang memiliki
perilaku kurang baik.

Menurut Depdikbud (1995) Faktor yang menyebabkan masalah belajar adalah:

a. lemahnya motivasi belajar,


b. kurang intensifnya bimbingan pengajar,
c. kurangnya kesempatan berlatih atau berpraktik,
d. tidak ada upaya dan kesempatan reinforcement,
e. kurang gairah belajar karena kurang jelasnya tujuan.

Lebih lanjut Callis (dalam Depdikbud, 1995) menjelaskan bahwa masalah belajar
disebabkan oleh :

a. kurang informasi dan kurang pengertian tentang diri sendiri (lack of


informatiaon and undertanding about self),
b. kurang informasi dan kurang pengertian tentang lingkungannya (lack of
information and understanding of the environmentaly)
c. kurang terampil (lack of skill).

F. Upaya Membantu Murid Dalam Mengatasi Masalah Belajar

Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah belajar antara
lain:
1 Pengajaran Perbaikan

Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat


menyembuhkan atau membetulkan, pengajaran yang membuat menjadi baik.
Dibanding dengan pengajaran biasa, pengajaran perbaikan sifatnya lebih khusus,
karena bahan, metode dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis, sifat dan
latar belakang masalah yang dihadapi murid. Pengajaran perbaikan bisa juga
disebut pengajaran remedial. Pengajaran remedial merupakan rangkaian kegiatan
lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar-mengajar.

Pengajaran remedial dapat didefinisikan sebagai upaya guru untuk


menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau kelompok siswa
tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat
memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui suatu
proses interaksi yang berencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi, terkontrol
dengan lebih memperhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi
objektif individu dan atau kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung
sarana dan lingkungannya (Abin Syamsuddin Makmun, 1998: 228)[1][2].

2. Kegiatan Pengayaan

Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan


kepada seorang atau beberapa orang murid yang sangat cepat dalam proses
belajar, dengan tujuan untuk menambah dan/atau memperluas pengetahuan dan
keterampilan yang telah dimiliknya dalam kegiatan belajar sebelumnya.

Kecepatan belajar yang tinggi akan mempunyai dampak positif apabila


murid merasa dirinya diperhatikan dan dihargai atas keberhasilan dan kemampuan
dalam belajar. Sebaliknya, kecepatan belajar akan mempunyai dampak negatif
apabila murid merasa kurang diperhatikan dan kurang dihargai.
3. Peningkatan Motivasi Belajar

Guru dan staf sekolah lainnya berkewwajiban membantu murid


meningkatkan motivasinya dalam belajar. Prosedur yang dapat dilakukan adalah
dengan :

a. Memperjelas tujuan-tujuan belajar. Murid akan terdorong untuk belajar


apabila ia mengetahui tujuan-tujuan belajar yang hendak dicapai.
b. Menyesuaikan pengajaran dengan bakat kemampuan dan minat murid.
c. Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan
menyenangkan.
d. Memberikan hadiah (penguatan) dan hukuman (hukuman yang bersifat
membimbing, yaitu yang menimbulkan efek peningkatan). Bila mana perlu.
e. Menciptakan suasana hubungn yang hangat dan dinamis antara guru dan
murid, serta antara murid dengan murid.
f. Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu seperti
suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingungkan, dan
menjengkelkan.
g. Melengkapi sumber dan peralatan belajar.
h. Mempelajari hasil belajar yang diperoleh.

4. Peningkatan Keterampilan Belajar

Prosedur yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan :

a. Membuat catatan waktu guru mengajar.


b. Membuat ringkasan dari bahan yang dibaca.
c. Menegrjakan latihan-latihan soal.

5. Pengembanagan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik

Setiap murid diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang


efektif. Sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak tumbuh secara kebetulan,
melainkan seringkali perlu ditumbuhkan melalui bantuan yang terencana,
terutama oleh guru-guru dan orang tua murid. Untuk itu murid hendaknya dibantu
dalam hal:

a. Menemtukan motif-motif yang tepat dalam belajar.


b. Memelihara kondisi kesehatan yang baik.
c. Mengataur waktu belajar baik di sekolah maupun di rumah.
d. Memilih tempat belajar yang baik.
e. Belajar dengan menggunakan sumber belajar yang baik.
f. Membaca secara baik dan sesuai dengan kebutuhan.
g. Tidak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui.

Disamping dengan cara bantuan di atas terdapatt beberapa cara yang laian
yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan sikap dan kebiasaan belajar yang
baik adalah :

1) Membantu murid menyususun rencana yang baik. Rencana ini memuat pokok
dan subpokok bahasan yang akan dipelajari, tujuan yang akan dicapai, cara-
cara mempelajari bahan-bahanyang bersangkutan, alat-alat yang diperlukan
dan cara-cara memeriksa atau mengetahui kemajuan-kemajuan yang dicapai.
2) Membantu murid mengikuti kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas.
Sebagian besar kegiatan belajar-mengajar berlangsung di dalam kelas. Dalam
hal ini, murid perlu mengetahuai apa yang harus dikerjakan sebelum
mengikuti kegiatan belajar-mengajar, bagaimana cara memahami dan
mencatat keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru, dan apa pula yang
harus dikerjakan setelah kegiatan belajar-mengajar berakhir (setelah sampai
di rumah).
3) Melatih murid membaca cepat. Kecepatan menunjuk pada banyaknya kata-
kata yang tepat yang dapat dibaca dalam waktu tertentu. Dengan membaca
cepat, kemungkinan murid memperoleh banyak informasi atau ilmu
pengetahuan dari buku sumber yang dibacanya.
4) Melatih murid untuk dapat mempelajari buku pelajaran secara efisien dan
efektif. Salah satu metode yang perlu dikuasai oleh murid adalah metode
SQR3 (Survey, Question, Read, Recite, Write den Review) yang
dikemukakan oleh Francis P. Robinson (Dorothy Keiter, 1975).
5) Membiasakan murid mengerjakan tugas-tugas secara teatur, bersih dan rapi.
6) Membantu murid menyusun jadwal belajar dan mematuhi jadwal yang telah
disusunnya. Untuk ini diperlukan adanya pemantauan dan pengawasan yang
berkesinambungan.
7) Membantu murid agar dapat berkembang secara wajar dan sehat. Misalnya
dengan memindahkan tempat duduk murid yang dilkukan secara berkala,
membetulkan posisi duduk murid (tidak terlalu membungkuk jarak mata
denghan buku kurang lebih 30 cm) memeriksa kuku dan sebagainya.
8) Membantu murid mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian yang meliputi
persiapan mental, penguasaan bahan pelajaran, cara-cara menjawab soal
ujian, dan segi-segi administratif penyelenggaraan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Belajar merupakan perubaha perilaku yang disebabkan oleh karena


individu mengadakan interaksi dengan lingkungan. Sedangkan bimbingan belajar
sendiri merupakan proses bantuan yang diberikan kepada individu (murid) agar
dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam belajar. Bimbingan
belajar ini bertujuan sebagai pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik,
menumbuhkan disiplin belajar dan terlatih serta mengembangkan pemahaman dan
pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di lingkungan sekolah atau alam
sekitar untuk pengembangan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan
pribadi.

Jenis-jenis masalah belajar di Sekolah Dasar dapat dikelompokkan kepada


murid-murid yang mengalami keterlambatan akademik, ketercepatan dalam
belajar, sangat lambat dalam belajar, kurang motivasi dalam belajar, bersikap dan
kebiasaan buruk dalam belajar dan sering tidak sekolah. Guru dapat
mengidentifikasi murid yang diperkirakan mengalami masalah belajar melaui tes
hasil belajar, tes kemampuan dasar, skala pengungkapan sikap dan keniasaan
belajar. faktor-faktor penyebab terjadinya masalah belajar cenderung sanagt
kompleks karena masalah belajar dapat timbul oleh berbagai sebab yang
berlainan, ada pula dari sebab yang sama tetapi menimbulkan masalah yang
berbeda dan ada pula yang disebabkan oleh hal-hal yang saling berkaitan. Oleh
karena itu, untuk membantumurid dalam mengatasi masalah belajar bisa dengan
pengajaran perbaikan, kegiatan pengayaan, peningkatan motivasi belajar, dan
peningkatan keterampilan belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Sunaryo Hartadiningrat, dkk. 1999. Bimbingan di Sekolah Dasar. Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Garry,R & Kingsley,H.I. (1987). The Nature and Condition of learning. New
Jersey: Practice Hall.

http://uyunkachmed.blogspot.com/2011/10/bimbingan-belajar-di-sekolah-
dasar.html

Anda mungkin juga menyukai