Anda di halaman 1dari 22

Makalah

“Masalah-Masalah Dalam Pembelajaran”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran


yang diampu oleh Ibu Dewi Diana Paramata S.Pd, M.Pd.

Oleh kelompok 3

Laila Magfirah Mahmud (433419003)

Septian Halim Iman (433419005)

Yuliarti Lasena (433419020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang,
puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Masalah-Masalah
Dalam Pembelajaran.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun dari segi lainnya. Oleh karena
apabila pembaca ingin memberikan masukkan berupa kritik dan saran yang
membangun, kami dengan senang hati menerimanya sehingga kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Sekian dari apa yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini bisa menjadi
bacaan yang bermanfaat dan dijadikan bahan acuan dalam pembelajaran. Akhir kata,
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Gorontalo, 22 September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3. Tujuan.......................................................................................................2
1.4. Manfaat.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
2.1. Pengertian Masalah Belajar dan Pembelajaran...................................3
2.2. Jenis-Jenis Masalah Dalam Belajar Dan Pembelajaran......................6
2.3. Faktor-faktor penyebab masalah dalam BDP......................................9
2.4. Prosedur Pemecahan Masalah BDP Yang Dihadapi Siswa.................13
BAB III PENUTUP.........................................................................................17
3.1. Kesimpulan...............................................................................................17
3.2. Saran.........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah merupakan ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang
melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang. Masalah dapat muncul di
mana saja, tak terkecuali dalam belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah
ditemukan hal-hal berikut. Guru telah mengajar dengan baik. Ada siswa belajar dengan
giat. Ada siswa pura-pura belajar. Ada siswa belajar setengah hati. Bahkan ada siswa
yang tidak belajar. Dilihat dari hal-hal tersesbut dapat ditemukan adanya masalah-
masalah belajar yang dialami oleh siswa. Tugas utama seorang guru adalah
membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa bila guru bertindak mengajar, maka diharapkan
siswa berajar atau belajar.
Namun, adakalanya didalam kegiatan belajar mengajar di sekolah sering
ditemukannya masalah-masalah yang berkenaan dengan belajar yang dialami siswa
tersebut. Masalah-masalah tersebut dipengaruhi oleh faktor internal (yang berasal dari
dalam diri siswa itu sendiri) dan juga oleh faktor eksternal (yang berasal dari luar siswa
itu sendiri). Masalah-masalah yang dialami oleh siswa apabila tidak segera di atasi
tentunya akan menghambat proses belajar siswa dan akan berdampak pada pencapaian
tujuan dari belajar tersebut. Untuk itu, sebagai seorang guru ataupun pendidik kita harus
mengetahui kondisi siswa agar tercipta proses pembelajaran yang baik dan kondusif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian masalah belajar dan pembelajaran?
2. Apa saja jenis-jenis masalah dalam belajar dan pembelajaran?
3. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab masalah-masalah dalam
belajar dan pembelajaran?
4. Bagaimanakah prosedur atau langkah-langkah pemecahan masalah belajar dan
pembelajaran yang dihadapi siswa?

1
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian masalah belajar dan pembelajaran.
2. Dapat mengetahui jenis-jenis masalah dalam pembelajaran.
3. Dapat mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab masalah-masalah dalam
belajar dan pembelajaran.
4. Dapat mengetahui prosedur atau langkah-langkah pemecahan masalah belajar
dan pembelajaran yang dihadapi siswa.
1.4 Manfaat
Bagi penyusun dan pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan
khususnya dalam pembelajaran dan dapat digunakan sebagai bahan pengajaran di
bidang pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masalah Belajar dan Pembelajaran

A. Pengertian belajar
Belajar bisa mempunyai arti yang luas, tergantung kita sendiri
memberikan arti untuk belajar. Karena segala sesuatu yang kita kerjakan bisa
mempunyai arti belajar, namun dalam hal ini saya mengartikan belajar dalam hal
mencari pengetahuan ilmu, atau biasa kita jumpai pada proses pembelajaran
anak dilingkungan sekolah.
Skinner (1958) memberikan definisi belajar “Learning is a process
progressive behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan
bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat
progresif. Skinner percaya bahwa proses adaptasi akan mendatangkan hasil yang
optimal apabila diberi penguatan (reinforcement). Ini berarti bahwa belajar akan
mengarah pada keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Disamping
itu belajar juga memebutuhkan proses yang berarti belajar membutuhkan waktu
untuk mencapai suatu hasil.
Jadi belajar adalah proses untuk perubahan prilaku dari yang bersifat
tidak baik menuju sifat yang baik dan lebih baik, karena dengan sikap yang baik,
orang yang mempunyai ilmu akan lebih dihargai dari pada sifat yang kurang
baik. Dalam mencapai tujuan tersebut tentunya sangat membutuhkan waktu,
sehingga pembelajaran yang formal ada batasan-batasan yang membatasi waktu
untuk menempuh proses belajar itu. Dengan adanya kurikulum yang mengatur
proses pembelajaran, maka batasan-batasan tertentu sangat membatasi adanya
kaitan satu dengan yang lain.
Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar
dengan dua rumusan. Rumusan pertama berbunyi: “…acquisition of any
relatively permanent change in behavior as a result of practice and experience”
(Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai
akibat latihan dan pengalaman). Rumusan keduanya adalah process of acquiring

3
responses as a result of special practice (Belajar ialah proses memperoleh
respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus).
Seperti yang diungakapkan Skiner, menurut Chaplin ini juga tidak jauh
berbeda dengan ungkapan Skiner, Belajar adalah perubahan tingkah laku,
sebagai perbedaan antara orang yang berilmu dan tidak. Berdasarkan pengertian
di atas maka dapat dipahami secara umum bahwa belajar adalah perubahan serta
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang yang relatif menetap
diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan
lingkungannya yang melibatkan proses kognitif.
B. Pengertian Masalah Belajar
Banyak ahli mengemukakan pengertian masalah. Ada yang melihat
masalah sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang
melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang
mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan.
Prayitno (2017) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang
tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang
lain, ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara
psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Pengertian belajar dapat didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”.  “Belajar adalah proses perubahan
pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi
melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya” ( Anita, 1995).
Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan
atau didefinisikan sebagai berikut.“Masalah belajar adalah suatu kondisi atau
keadaan tertentu yang dialami oleh siswa dan menghambat kelancaran proses
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan”. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan

4
dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan
lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar
ini tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang lambat saja dalam belajarnya,
tetapi juga dapat menimpa siswa-siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-
rata normal, pandai atau cerdas. Masalah-masalah dalam pembelajaran ini
adalah sesuatu yang harus dipecahkan oleh guru dan orang tua sehingga proses
belajar anak bisa sesuai dengan tujuan yang pertama yaitu mencerdaskan anak
bangsa yang berpendidikan dan mempunyai tingkah laku yang baik. Tanggung
jawab seorang guru dalam mendidik anak bisa berjalan dengan baik jika
masalah-masah dalam pembelajaran bisa dipecahkan secara bersama-sama.
C. Pengertian pembelajaran
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai
tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu
terjadi atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi karena siswa
memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari
oleh siswa adalah keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,
manusia atau hal-hal yang akan dijadikan bahan belajar.
Belajar adalah proses mencari, memahami, menganalisis suatu keadaan
sehingga terjadi perubahan perilaku, dan perubahan tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai hasil belajar jika disebabkan oleh karena pertumbuhan atau
keadaan sementara. Sedangkan pembelajaran atau instruksional adalah usaha
mengorganisasikan lingkungan belajar sehingga memungkinkan siswa
melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan
menggunakan berbagai media dan sumber belajar tertentu yang akan
mendukung pembelajaran itu nantinya.
Proses pembelajaran berlangsung dengan melibatkan unsur guru, siswa,
aktivitas guru dan siswa, interaksi antara guru dan siswa, bertujuan ke arah
perubahan tingkah laku siswa dan proses maupun hasil telah direncanakan.
Pembelajaran sendiri merupakan sebuah sistem yang dapat diartikan bahwa
pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir dan saling
berhubungan. Komponen di dalamnya antara lain berupa tujuan pembelajaran,

5
materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran,
pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran.

2.2 Jenis-Jenis Masalah Dalam Belajar Dan Pembelajaran


Di dalam setiap kehidupan pasti akan ada yang namanya masalah , begitu juga
masalah dalam pembelajaran yang membuat peserta didik tidak dapat secara maksimal
untuk menyerap ilmu yang telah di sampaikan oleh tenaga didik. Berikut merupakan
beberapa masalah dalam pembelajaran yang perlu untuk ditanggulangi:
a. Berkurangnya motivasi para peserta didik untuk belajar atau berpartisipasi di
dalam belajar;
b. Semakin banyak siswa yang membolos pada saat jam pelajaran di mulai;
c. Pada zaman yang berkembang ini juga banyak sekali perkelahian muncul di
kalangan antar pelajar;
d. Prestasi siswa yang semakin rendah dan mengalami kemerosotan nilai;
e. Semakin menipisnya etika dan kesopanan di dalam belajar.

Identifikasi penyebab masalah dalam pembelajaran mengenai kurangnya motivasi


belajar peserta didik di dalam melakukan pembelajaran antara lain adalah :
1. Kurangnya sekolah menentukan guru yang kompetitif di dalam melakukan
pembelajaran atau terlalu monotonnya proses pembelajaran di dalam sekolah;
2. Kurangnya guru melakukan sebuah hubungan atau relasi dengan para murid
yang menjadi peserta didiknya;
3. Kurang maksimalnya di dalam penggunaan alat ataupun media pembelajaran
yang menjadi pendukung di dalam aktivitas belajar mengajar;
4. Tidak adanya sebuah ide atau motivasi untuk membuat kelas yang hidup dan
tidak berkesan kaku dan membosankan;
5. Guru tidak melakukan upaya permasalahan kelas yang monoton yang membuat
peserta didik menjadi malas untuk datang ke kelas;
6. Kurangnya kemampuan para peserta didik untuk bekerja di dalam kelompok-
kelompok kecil untuk melakukan diskusi ringan;
7. Tidak adanya upaya para tenaga didik untuk memulai cara pembelajaran yang
baru supaya para peserta didik dapat lebih aktif di dalam lingkup

6
pembelajaran.Tidak adanya sebuah penghargaan ataupun imbalan yang di
berikan kepada peserta didik yang memiliki kemampuan yang lebih.
Diantara banyak peserta didik di sekolah ada siswa yang berprestasi, namun
banyak pula yang dijumpai siswa yang gagal. Secara umum, siswa-siswa yang
mengalami nilai dan angka rapor banyak rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian
akhir, dan sebagainya dapat dianggap sebagai siswa yang mengalami masalah belajar.
Seseorang siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar, kalau yang bersangkutan
tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu.
Selain masalah-masalah dalam pembelajaran yang telah diungkapkan diatas,
namun banyak sekali yang berbeda dan itu tergantung mereka menilai dari sudut
pandang yang berbeda juga. Adapun jenis-jenis siswa yang mengalami permasalahan
dalam belajar diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Siswa yang tidak mampu mencapai tujuan belajar atau hasil belajar sesuai
dengan pencapaian teman-teman seusianya yang ada dalam kelas yang sama.
Sesuai dengan tujuan belajar yang tercantum dalam Kurikulum bahwa siswa
dikatakan lulus atau tuntas dalam suatu pelajaran jika telah memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh tiap-tiap guru bidang
studi. KKM dibuat berdasarkan intake (pencapaian) siswa di dalam kelas.
Apabila seorang siswa tidak mencapai kriteria tersebut, maka yang bersangkutan
dikatakan bermasalah dalam pelajaran tersebut.
2. Siswa yang mengalami keterlambatan akademik, yakni siswa yang diperkirakan
memiliki intelegensi yang cukup tinggi tetapi tidak menggunakan
kemampuannya secara optimal. Belum tentu semua siswa yang terdapat dalam
satu kelas memiliki kemampuan yang sama, ada beberapa siswa dengan
kemampuan intelegensi diatas rata-rata bahkan super. Kondisi inilah yang
menyebabkan si siswa cerdas ini harus menyesuaikan kebutuhan asupan
kecerdasannya dengan kemampuan teman-teman sekelasnya, sehingga siswa
yang seharusnya sudah berhak diatas teman-teman sebayanya dipaksa menerima
kondisi sekitarnya.
3. Siswa yang secara nyata tidak dapat mencapai kemampuannya sendiri (tingkat

7
IQ yang diatas rata-rata). Maksudnya, yaitu siswa yang memiliki intelegensi
diatas rata-rata normal tetapi tidak mencapai tujuan belajar yang optimal.
Misalnya KKM pada Mata Pelajaran A sebanyak 65, kemudian nilai yang
dicapainya 70. Padahal seharusnya dengan tingkat intelegensi seperti itu, yang
bersangkutan bisa mendapat nilai minimal 80 bahkan lebih.
4. Siswa yang sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memilki
bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk
mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus. Siswa yang mengalami
kondisi seperti ini yakni siswa yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah
ratarata dan sangat sering bermasalah dalam pembelajaran. Seringkali Guru
kehabisan ide untuk menangani siswa yang seperti ini, bimbingan pelajaran
tambahan atau ekstra menjadi salah satu alternatif penyelesaian masalah
semacam ini.
5. Siswa yang kekurangan motivasi dalam belajar, yakni keadaan atau kondisi
siswa yang kurang bersemangat dalam belajar seperti jera dan bermalasmalasan.
Siswa yang seperti ini biasanya didukung oleh kondisi atau lingkungan apatis,
yang tidak peduli terhadap perkembangan belajar siswa. Lingkungan keluarga
yang apatis, yang tidak berperan dalam proses belajar anak bisa menyebabkan si
anak menjadi masa bodoh, sehingga belajar menjadi kebutuhan yang sekedarnya
saja. Lingkungan masyarakat yang merupakan media sosialisasi turut berperan
penting dalam proses memotivasi siswa itu sendiri.
6. Siswa yang bersikap dan memiliki kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi
siswa yang kegiatannya atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik
dengan seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulurulur waktu,
membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui dan
sebagainya. Besarnya kesempatan yang diberikan oleh Guru untuk
menyelesaikan tugas menyebabkan siswa mengulur-ulur pekerjaan yang
seharusnya diselesaikan segera setelah diperintahkan, Guru yang terlalu disiplin
dan berwatak tegas juga menjadi faktor berkurangnya perhatian yang seharusnya
diberikan oleh siswa kepada Guru.

8
7. Siswa yang sering tidak mengikuti proses belajar mengajar di kelas, yaitu siswa-
siswa yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu yang
cukup lama sehingga kehilanggan sebagian besar kegiatan belajarnya. Seringkali
materi pelajaran yang telah disampaikan oleh Guru pada pertemuanjauh
sebelumnya kemudian siswa dituntut untuk mengikuti dan menguasai materi
pelajaran dalam waktu yang relatif singkat menyebabkan si siswa menjadi
tertekan dan terbebani oleh materi belajar yang banyak.
8. Siswa yang mengalami penyimpangan perilaku (kurangnya tata krama) dalam
hubungan intersosial. Pergaulan antar teman sepermainan yang tidak seumuran
dan tidak mengeyam bangku pendidikan menyebabkan si anak atau siswa
terpengaruh dengan pola perilaku dan pergaulan yang serampangan, seperti
berbicara dengan nada yang tinggi dengan orang yang lebih tua, sering membuat
kegaduhan atau keributan di dalam masyarakat. Kemudian siswa yang
bersangkutan membawa perilaku buruknya tersebut kedalam lingkungan sekolah
yang lambat laun menyebabkan teman-teman lainnya terpengaruh dengan pola
perilakunya, baik dalam berbicara ataupun dalam memperlakukan orang lain.

2.3 Faktor-Faktor Penyebab Masalah-Masalah Dalam Belajar Dan Pembelajaran


A. Faktor-faktor yang bersumber dari belajar siswa (internal)
1. Sikap terhadap belajar
Selama melakukan proses pembelajaran sikap siswa akan menentukan
hasil dari pembelajaran tersebut. Pemahaman siswa yang salah terhadap
belajar akan membawa kepada sikap yang salah dalam melakukan
pembelajaran. Sikap siswa ini akan mempengaruhinya terhadap tindakan
belajar. Sikap yang salah akan membawa siswa merasa tidak peduli
dengan belajar lagi. Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar yang
kondusif. Tentunya hal ini akan sangat menghambat proses belajar. Sikap
siswa terhadap belajar akan menentukan proses belajar itu sendiri. Ketika
siswa sudah tidak peduli terhadap belajar maka upaya pembelajaran yang
dilakukan akan sia-sia. Maka siswa sebaiknya mempertimbangkan masak-
masak akibat sikap terhadap belajar.

9
2. Motivasi belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya
proses belajar. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan
melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu belajar akan menjadi
rendah. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat
terus menerus. Prestasi belajar siswa bisa menurun apabila siswa tersebut
tidak mempunyai motivasi dalam belajar.
3. Intelegensi Dan Keberhasilan Belajar
Intelegensi merupakan suatu kecakapan global atau rangkuman
kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan
bergaul dengan lingkungan secara efisien. Siswa yang mempunyai
intelegensi tinggi akan lebih mudah dalam memahami pelajaran yang
diberikan guru atau lebih berhasil dibandingkan dengan siswa-siswa yang
berintelegensi rendah.
4. Minat dan Bakat
Apabila bahan yang dipelajari oleh siswa tidak sesuai dengan bakatnya
maka siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar. Misalnya bila bahan
yang dipelajari oleh murid tidak sesuai dengan bakatnya. Misalnya murid
yang tidak berbakat menari akan mengalami kesulitan dalam belajar menari
walaupun tari itu mudah gerakkannya. Begitupun juga dengan minat.
Hilgard memberi rumusan tentang minat, yaitu “Minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan”. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa
kurang atau tidak bersemangat dalam belajar.
5. Gangguan fisik
Gangguan-gangguan fisik dapat berupa gangguan pada alat-alat
penglihatan dan pendengaran yang dapat menimbulkan kesulitan belajar.
Seperti gangguan visual yang sering disertai dengan gejala pusing, mual,
sakit kepala, malas, dan kehilangan konsentrasi pada pelajaran.

10
B. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah, keluarga dan
lingkungan masyarakat (eksternal)
1. Faktor lingkungan sekolah
a. Metode pembelajaran
Apabila guru menggunakan metode yang sama untuk semua
bidang studi dan pada setiap pertemuan akan membosankan siswa
dalam belajar. Guru yang biasa mengajar dengan metode ceramah saja,
akan menyebabkan siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya
mencatat saja. Guru yang progresif berani mencoba metode baru yang
dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
b. Hubungan guru dengan guru, guru dengan siswa dan siswa dengan
siswa
Dalam proses pendidikan, antar guru, guru dengan siswa, dan
antar siswa tidak terjalin hubungan yang baik dan harmonis untuk
bekerja sama, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar.
Karena antar personal sekolah akan saling menyebutkan kelemahan dari
personal lain dan terjadinya persaingan yang kurang sehat. Selanjutnya,
guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab, menyebabkan
proses belajar mengajar kurang lancar dan siswa merasa jauh dari guru
serta segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
c. Sarana dan prasarana
Alat-alat belajar yang kurang atau tidak lengkap, buku-buku
sumber yang diperlukan sulit didapatkan, ruang kelas, ruang kelas tidak
mencukupi syarat seperti terlalu panas, pengap, dan ruang kecil yang
tidak sesuai dengan jumlah siswa.
2. Faktor lingkungan keluarga
a. Keadaan ekonomi keluarga
Apabila anak hidup dalam keluarga yang miskin atau kurang
secara ekonomi dan harus bekerja membantu mencari tambahan
ekonomi keluarga akan menimbulkan kesulitan bagi anak, mungkin akan

11
terlambat datang, tidak dapat membeli peralatan sekolah yang
dibutuhkan, tidak dapat memusatkan perhatian karena sudah lelah dan
sebagainya. Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar
anak. Anak yang sedang belajar harus terpenuhi kebutuhan pokoknya.
Walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya kemungkinan anak yang
serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi keluarganya yang
lemah, tetapi hal ini merupakan cambuk bagi siswa untuk belajar lebih
giat agar sukses belajar.
b. Hubungan antar sesama anggota keluarga
Apabila hubungan antar keluarga tidak harmonis, seperti orang
tua sering bertengkar, orang tua otoriter, peraturan yang ketat, dan
sebagainya, maka anak tidak bisa berkonsentrasi dalam belajar.
c. Tuntutan orang tua dan cara orang tua mendidik anak
Tuntutan orang tua dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi
anak apabila tuntutan itu tidak sesuai dengan kemampuan, minat, dan
bakat anak. Kemudian cara orang tua mendidik anaknya besar
pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Orangtua yang kurang atau tidak
memperhatikan pendidikan anaknya menyebabkan anak tidak atau
kurang berhasil dalam belajarnya.
3. Faktor lingkungan masyarakat
Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat yang dapat
menimbulkan kesulitan belajar adalah media cetak, komik, buku-buku
pornografi, media elektronik, TV, VCD, video, play station, dan sebagainya.
Selain itu juga Pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam
jiwa siswa daripada yang diduga. Teman bergaul ini bisa dapat
menimbulkan dampak negative dan dampak positifnya tergantung cara
siswa tersebut menyikapinya.

12
2.4 Prosedur Atau Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Belajar Dan
Pembelajaran Yang Dihadapi Siswa
Murid yang mengalami masalah belajar perlu mendapatkan bantuan agar
masalahnya tidak berlarut-larut nantinya dan siswa yang mengalami masalah belajar ini
dapat berkembang secara optimal. Masalah-masalah dalam pembelajaran harus segera
dipecahkan karena itu bisa menjadi titik kelemahan lembaga pendidikan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidiakan di Indonesia. Pemecahan masalah ini
bisa dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi adanya masalah-masalah tersebut.
Guru perlu merubah paradigma pengajar menjadi pendidik, setiap tatap muka
guru perlu menunjukkan salah satu nilai kehidupan dibalik materi yang dipelajari, untuk
diketahui dipikirkan direnungi dan diyakini sebagai hal yang baik dan benar, yang dapat
diyakini sebagai motivasi dalam kehidupan siswa, guru perlu manawarkan nilai-nilai
yang elementer relevan dan konstektual, (Adisusilo, 2012:82).
Pembelajaran yang baik tentunya sangat memerlukan pengelolaan yang baik
juga, dan untuk mencapainya harus dengan selalu intropeksi pada hal-hal yang
menyebabkan timbulnya masalah itu. Dari uraian faktor yang ada diatas tadi, langkah-
langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
Adapun masalah pembelajaran siswa dapat dientaskan melalui :
1. Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan
kepada seseorang atau sekelompok siswa yang mengalami masalah-masalah
belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses
dan hasil belajar siswa. Dengan pengajaran perbaikan ini, diharapkan bisa
memecahkan masalah-masalah yang ada dalam pembelajaran siswa untuk
meningkatkan prestasi siswa maupun prestasi sekolah tersebut. Saat ini, metode
belajar yang populer di Indonesia yang dikenal dengan PAIKEM (Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Aktif artinya ketika proses
pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa
aktif untuk bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Inovatif
artinya bagaimana guru menciptakan pembelajaran yang bisa membuat siswanya
berpikir bahwa learning is fun, sehingga tertanam didalam pikiran siswanya

13
tidak akan ada lagi perasaan tertekan dengan tenggat waktu pengumpulan tugas
dan rasa bosan tentunya. Kreatif artinya agar guru menciptakan kegiatan belajar
yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Efektif
artinya bagaimana guru mampu menciptakan apa yang harus dikuasai oleh siswa
selama kegiatan pembelajaran berlangsung tanpa menyia-nyiakan waktu. Dan
Menyenangkan artinya suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga
siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu
curah perhatiannya (“time on task”) tinggi.
2. Program pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan
kepada seseorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar.
Sebagai seorang pendidik kita tidak harus memperhatikan siswa yang kurang
mampu saja, akan tetapi siswa yang cepat dalam belajar juga sangat penting
untuk kita perhatikan, hal ini nantinya tidak ada kesenjangan satu dengan yang
lain, harapannya siswa yang cepat dalam menerima pelajaran bisa mengimbangi
dan mungkin bisa membantu siswa yang kurang cepat dalam menerima
pelajaran.
3. Peningkatan motivasi belajar
Guru bidang studi, guru pembimbing, dan staf sekolah lainnya
berkewajiban membantu siswa meningkatkan motivasi dalam belajar. Salah
satunya dengan cara menyesuaikan pengajaran dengan bakat, minat, dan
kemampuan. Peningkatan motivasi belajar sangatlah penting untuk diberikan
kepada semua siswa, hal ini bisa memberikan semangat belajar yang tinggi bagi
semua siswa dalam hal mengeluarkan semua bakat dan minat siswa untuk
mengembangkan kemampuan yang dimiliki secara individu maupun secara
kelompok. Motivation is an essential condition of learning. Sehubungan dengan
hal tersebut ada tiga fungsi motivasi:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

14
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang
siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan
melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk
bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.
4. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang
efektif karena prestasi belajar yang baik diperoleh melalui usaha atau kerja
keras. Kebiasaan belajar yang baik sangat menunjang dalam segala aspek
pembelajaran siswa, ketika siswa sudah melaksanakan hal-hal yang baik, mulai
dari pengembangan sikap, disiplin, rajin dan ada tanggung jawab bersama, maka
proses pembelajaran akan berjalan sesuai dengan harapan bersama, dan bisa
memberikan pengaruh yang besar dalam peningktan prestasi siswa.
Mengajar sebagai proses pemberian atau penyampaian pengetahuan saja
tidak cukup, tetapi harus diiringi dengan mendidik. Artinya guru secara tidak
langsung harus dapat membimbing siswa untuk melakukan dan menyadari etika,
budaya serta moral yang berlaku di tempat siswa tinggal. Guru bukan sebagai
pemberi informasi sebanyak-banyaknya kepada para siswa, melainkan guru
sebagai fasilitator, teman dan motivator. Oleh karena itu, pengajaran minimal
harus dipandang sebagai suatu proses sistematis dalam merencanakan,
mendesain, mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan
pembelajaran secara efektif dalam jangka waktu yang layak.
5. Layanan konseling individual
Dalam hubungan tatap muka antara konselor dengan klien (siswa) pada
kegiatan konseling diupayakan adanya pengentasan masalah-masalah klien yang
telah disampaikan pada konselor. Sebagai seorang konselor sebaiknya bisa
mengatasi masalah itu dari proses/sebab yang mempengaruhi adanya hal-hal

15
yang bisa menyebabkan masalah-masalah pembelajaran. Adanya masalah itu
pasti juga adanya sebab yang mempengaruhinya, maka layanan konseling
diberikan kepada setiap siswa yang merasa dirinya kurang dalam aspek-aspek
yang ada pada proses pembelajaran disekolah atau diri sendiri. Guru Bimbingan
Konseling juga memiliki peranan yang cukup besar dalam hal memotivasi siswa,
guru secara berkelanjutan memberikan penyuluhan dan motivasi kepada siswa
baik secara perorangan (individu) maupun secara kelompok.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masalah belajar adalah suatu keadaan atau kondisi yang dialami oleh siswa
sehingga dapat menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu ini dapat
berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya
dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak merugikan dan memberikan
dampak buruk bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh siswa
dengan kemampuan rendah atau biasa-biasa saja, akan tetapi juga dapat dialami oleh
siswa dengan tingkat kecerdasan di atas rata-rata normal atau tinggi.
Pembelajaran adalah usaha mengorganisasikan lingkungan belajar sehingga
memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
dengan menggunakan berbagai media dan sumber belajar tertentu yang akan
mendukung pembelajaran itu nantinya.
Masalah- masalah dalam pembelajaran antara lain :
1. Berkurangnya motivasi para peserta didik untuk belajar atau berpartisipasi di
dalam belajar;
2. Semakin banyak siswa yang membolos pada saat jam pelajaran di mulai;
3. Banyak sekali perkelahian muncul di kalangan antar pelajar;
4. Prestasi siswa yang semakin rendah dan mengalami kemerosotan nilai;
5. Semakin menipisnya etika dan kesopanan di dalam belajar
Faktor-faktor penyebab masalah-masalah dalam belajar dan pembelajaran dapat
berasal dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa itu sendiri. Selain itu juga
faktor penyebab lainnya berasal dari lingkungan sekolah, keluarganya dan lingkungan
masyarakat. Selain itu Pemecahan masalah-masalah pembelajaran antara lain:
1. Pengajaran Perbaikan
2. Program Pengayaan
3. Peningkatan Motivasi Belajar
4. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik
5. Layanan Konseling Individual

17
3.2 Saran
1. Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan Makalah ini,
sangat diharapkan akan adanya perbaikan.
2. Diharapkan kepada para pendidik agar lebih menyelenggarakan pembelajaran
yang optimal terhadap anak didiknya dan memberikan pemahaman yang lebih
luas tentang arti belajar itu sendiri.
3. Diharapkan kepada pendidik untuk tidak hanya memfokuskan fungsinya selaku
pengajar dan fasilitator, tetapi juga perannya selaku motivator sehingga sukses
dalam proses pembelajaran
4. Seorang pendidik yang profesional dibidangnya, harus mengetahui bagaimana
keadaan dan kondisi para siswa nya, sebab ini akan berdampak pada masalah
siswa dalam belajar. Bukan hanya itu saja, seorang pendidik juga harus
mengetahui bagaimana mengatasi masalah yang dialami oleh siswa disebabkan
oleh berbagai faktor yaitu internal dan eksternal.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo. 2012. Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta: Rajawali Persada.


Ahmadi, Rulam. 2018. Profesi keguruan & Strategi mengembangkan Profesi Guru &
Karier Guru. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Chaplin, J.P. 1972. Dictionary of Psychology Fifth Printing. New York: Dell.
Publishing Co. Inc
Dimyati, dkk. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002
Desy, Fajar dkk. 2018. Masalah Dalam Pembelajaran Menurut Perspektif Guru Biologi
Sekolah Menengah Atas (SMA) Di Salatiga dan Kabupaten Semarang. Jurnal
Penelitian Pendidikan Biologi. Vol. 2 (2).
Irsyad. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Padang : UNP Press
Nirwana, Herman dkk. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Padang: FIP UNP
Prayitno. 2017. Konseling Profesional Yang Berhasil: Layanan dan Kegiatan
Pendukung.
Jakarta: Rajawali Pers.
Skinner, Charles E. 1958. Essentials of Educational Psychology. Tokyo: Prentice-Hall
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Woolfolk, Anita E. 1995. Education Psychology. USA: Allin and Bacon.

Anda mungkin juga menyukai