Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH OBSERVASI

Penulis

Nama : Ria Annisa Fitri

NPM : 1813052041

P.S : Bimbingan Konseling

Mata Kuliah : Belajar dan Pembelajaran

Dosen : Citra Abriani Maharani, M.Pd., Kons.

Jurusan Bimbingan Konseling

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Bandar Lampung

09 Mei 2019
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
    Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
    Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
terhadap pembaca.
   

Bandarlampung, 09 Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4

A. Latar Belakang........................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................4
C. Tujuan Penulisan Makalah......................................................................4

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................5

A. Landasan Teori........................................................................................5
B. Hasil Observasi.......................................................................................5

BAB III PENUTUP............................................................................................11

A. Kesimpulan.............................................................................................11
B. Saran........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................12

LAMPIRAN........................................................................................................13

A. Bukti Observasi.......................................................................................13
B. Angket.....................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan proses pembelajaran merupakan muara dari seluruh aktivitas


yang dilakukan guru dan siswa. Artinya apapun bentuk kegiatan-kegiatan guru,
mulai dari merancang pembelajaran, memilih dan menentukan materi,
Pendekatan, strategi dan metode pembelajaran, memilih dan menentukan teknik
evaluasi, semuanya diarahkan untuk mencapai keberhasilan siswa. Meskipun guru
secara bersungguh-sungguh telah berupaya merancang dan melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan baik, namun masalah-masalah belajar tetap akan
dijumpai oleh guru. Hal ini merupakan pertanda bahwa belajar merupakan
kegiatan yang dinamis sehingga guru perlu secara terus menerus mencermati
perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa di kelas.

Agar aktivitas-aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru dapat lebih terarah,


dan guru dapat memahami persoalan-persoalan belajar yang seringkali atau pada
umumnya terjadi pada kebanyakan siswa dalam berbagai bentuk aktivitas
pembelajaran, maka akan lebih baik bilamana guru memilki bekal pemahaman
tentang masalah-masalah belajar. Pemahaman tentang masalah belajar
memungkinkan guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan munculnya
masalah yang dapat menghambat tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan
pemhaman itu pula guru dapat menentukan solusi tindakan yang dianggap tepat
jika menemukan masalah-masalah di dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

Memahami pentingnya hal ini, maka pada bagian ini Anda akan diajak untuk
mengkaji secara kritis dan lebih dalam masalah-masalah belajar. Agar
memperoleh pemahaman yang baik,maka disamping mengikuti pembahasan
bertatap muka di kelas, Anda juga diharapkan untuk dapat lebih mendalaminya
melalui aktivitas diskusi pada sesame teman, atau mengkaji sendiri

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian masalah belajar?
2. Apa sajakah jenis-jenis masalah belajar?
3. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab masalah belajar
yang dihadapi siswa?
4. Bagaimanakah prosedur atau langkah-langkah penanganan masalah
belajar yang dihadapi siswa?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian masalah belajar
2. Mendeskripsikan jenis-jenis masalah belajar
3. Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab masalah belajar
4. Mendeskripsikan prosedur atau langkah-langkah penanganan masalah
belajar siswa.
BAB II

PEMBAHASAN

A.     Pengertian Masalah Belajar

1.      Pengertian Belajar

Skinner (1958) memberikan definisi belajar “Learning is a process progressive


behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar itu
merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Skinner percaya
bahwa proses adaptasi akan mendatangkan hasil yang optimal apabila diberi
penguatan (reinforcement). Ini berarti bahwa belajar akan mengarah pada keadaan
yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Disamping itu belajar juga
memebutuhkan proses yang berarti belajar membutuhkan waktu untuk mencapai
suatu hasil.

Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua


rumusan. Rumusan pertama berbunyi: “…acquisition of any relatively permanent
change in behavior as a result of practice and experience” (Belajar adalah
perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan
pengalaman). Rumusan keduanya adalah process of acquiring responses as a
result of special practice (Belajar ialah proses memperoleh respons-respons
sebagai akibat adanya latihan khusus).

Menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning yang dikutip
oleh Ngalim Purwanto, belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya
yang berulang-ulang dalam suatu situasi.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dipahami secara umum bahwa belajar
adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang
yang relatif menetap diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi
terus menerus dengan lingkungannya yang melibatkan proses kognitif.

2.      Pengertian Masalah Belajar

Banyak ahli mengemukakan pengertian masalah. Ada yang melihat masalah


sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat
sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang
mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan.

Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai
adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau
perlu dihilangkan.
Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat
didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
“Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari
pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan
lingkungannya” ( Anita E, Wool Folk, 1995 : 196 ).

Menurut (Garry dan Kingsley, 1970 : 15 ) “Belajar adalah proses tingkah laku
(dalam arti luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”.
Sedangkan menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana
suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”.

Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau
didefinisikan sebagai berikut.“Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang
dialami oleh siswa dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”.
Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa
kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami
oleh siswa-siswa yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa
siswa-siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata normal, pandai atau
cerdas.

B.     Jenis-jenis Masalah Belajar

Dalam pengertian masalah belajar di atas, maka dapat dirincikan jenis-jenis siswa
yang mengalami permasalahan dalam belajar, yaitu sebagai berikut:

1. Siswa yang tidak mampu mencapai tujuan belajar atau hasil belajar sesuai
dengan pencapaian teman-teman seusianya yang ada dalam kelas yang sama.
Sesuai dengan tujuan belajar yang tercantum dalam Kurikulum bahwa siswa
dikatakan lulus atau tuntas dalam suatu pelajaran jika telah memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh tiap-tiap guru bidang
studi. KKM dibuat berdasarkan intake (pencapaian) siswa di dalam kelas.
Apabila seorang siswa tidak mencapai kriteria tersebut, maka yang
bersangkutan dikatakan bermasalah dalam pelajaran tersebut.
2. Siswa yang mengalami keterlambatan akademik, yakni siswa yang diperkirakan
memiliki intelegensi yang cukup tinggi tetapi tidak menggunakan
kemampuannya secara optimal. Belum tentu semua siswa yang terdapat dalam
satu kelas memiliki kemampuan yang sama, ada beberapa siswa dengan
kemampuan intelegensi diatas rata-rata bahkan super. Kondisi inilah yang
menyebabkan si siswa cerdas ini harus menyesuaikan kebutuhan asupan
kecerdasannya dengan kemampuan teman-teman sekelasnya, sehingga siswa
yang seharusnya sudah berhak diatas teman-teman sebayanya dipaksa
menerima kondisi sekitarnya.
3. Siswa yang secara nyata tidak dapat mencapai kemampuannya sendiri (tingkat
IQ yang diatas rata-rata). Maksudnya, yaitu siswa yang memiliki intelegensi
diatas rata-rata normal tetapi tidak mencapai tujuan belajar yang optimal.
Misalnya KKM pada Mata Pelajaran A sebanyak 65, kemudian nilai yang
dicapainya 70. Padahal seharusnya dengan tingkat intelegensi seperti itu, yang
bersangkutan bisa mendapat nilai minimal 80 bahkan lebih.
4. Siswa yang sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memilki
bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk
mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus. Siswa yang mengalami
kondisi seperti ini yakni siswa yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-
rata dan sangat sering bermasalah dalam pembelajaran. Seringkali Guru
kehabisan ide untuk menangani siswa yang seperti ini, bimbingan pelajaran
tambahan atau ekstra menjadi salah satu alternatif penyelesaian masalah
semacam ini.
5. Siswa yang kekurangan motivasi dalam belajar, yakni keadaan atau kondisi
siswa yang kurang bersemangat dalam belajar seperti jera dan bermalas-
malasan. Siswa yang seperti ini biasanya didukung oleh kondisi atau
lingkungan apatis, yang tidak peduli terhadap perkembangan belajar siswa.
Lingkungan keluarga yang apatis, yang tidak berperan dalam proses belajar
anak bisa menyebabkan si anak menjadi masa bodoh, sehingga belajar menjadi
kebutuhan yang sekedarnya saja. Lingkungan masyarakat yang merupakan
media sosialisasi turut berperan penting dalam proses memotivasi siswa itu
sendiri.
6. Siswa yang bersikap dan memiliki kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi
siswa yang kegiatannya atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik
dengan seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu,
membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui dan
sebagainya. Besarnya kesempatan yang diberikan oleh Guru untuk
menyelesaikan tugas menyebabkan siswa mengulur-ulur pekerjaan yang
seharusnya diselesaikan segera setelah diperintahkan, Guru yang terlalu disiplin
dan berwatak tegas juga menjadi faktor berkurangnya perhatian (attention) yang
seharusnya diberikan oleh siswa kepada Guru.
7. Siswa yang sering tidak mengikuti proses belajar mengajar di kelas, yaitu
siswa-siswa yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu
yang cukup lama sehingga kehilanggan sebagian besar kegiatan belajarnya.
Seringkali materi pelajaran yang telah disampaikan oleh Guru pada pertemuan
jauh sebelumnya kemudian siswa dituntut  untuk mengikuti dan menguasai
materi pelajaran dalam waktu yang relatif singkat menyebabkan si siswa
menjadi tertekan dan terbebani oleh materi belajar yang banyak.
8. Siswa yang mengalami penyimpangan perilaku (kurangnya tata krama) dalam
hubungan intersosial. Pergaulan antar teman sepermainan yang tidak seumuran
dan tidak mengeyam bangku pendidikan menyebabkan si anak atau siswa
terpengaruh dengan pola perilaku dan pergaulan yang serampangan, seperti
berbicara dengan nada yang tinggi dengan orang yang lebih tua, sering
membuat kegaduhan atau keributan di dalam masyarakat. Kemudian siswa
yang bersangkutan membawa perilaku buruknya tersebut kedalam lingkungan
sekolah yang lambat laun menyebabkan teman-teman lainnya terpengaruh
dengan pola perilakunya, baik dalam berbicara ataupun dalam memperlakukan
orang lain.

C.     Faktor-faktor Penyebab Masalah Belajar

1.      Hal-hal yang Berpengaruh Terhadap Proses Belajar

Dalam menunjang berhasilnya suatu proses belajar, terdapat beberapa hal pokok
yang sangat berpengaruh terhadap proses belajar itu sendiri, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor intern belajar

Dalam belajar siswa mengalami beragam masalah, jika mereka dapat


menyelesaikannya maka mereka tidak akan mengalami masalah atau kesulitan
dalam belajar. Terdapat berbagi faktor intern dalam diri siswa, yaitu:

 Sikap Terhadap Belajar


 Motivasi belajar
 Konsentrasi belajar
 Kemampuan mengolah bahan ajar
 Kemampuan menyimpan perolehan hasil ajar
 Menggali hasil belajar yang tersimpan
 Kemampuan berprestasi
 Rasa percaya diri siswa
 Intelegensi dan keberhasilan belajar
 Kebiasaan belajar
 Cita-cita siswa

2. Faktor ekstern belajar

Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsik siswa. Disamping itu proses
belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila didorong oleh
lingkungan siswa. Dengan kata lain aktivitas belajar dapat meningkat bila
program pembelajaran disusun dengan baik. Program pembelajaran sebagai
rekayasa pendidikan guru di sekolah merupakan faktor eksternal belajar. Ditinjau
dari segi siswa, maka ditemukan beberapa faktor eksternal yang berpengaruh pada
aktivitas belajar. Faktor-faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut:

 Guru sebagai pembina siswa dalam belajar


 Sarana dan prasarana pembelajarn
 Kebijakan penilaian
 Lingkungan sosial siswa di sekolah
 Kurikulum sekolah

2.      Faktor-faktor Penyebab Masalah Belajar

Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya
kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat
dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehaviour) siswa seperti
kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, berkelahi, sering tidak masuk sekolah,
dan minggat dari sekolah.

Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya masalah belajar terdiri dari
dua macam, yakni:

1. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari
dalam diri siswa itu sendiri.
2. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan yang datang dari luar diri
siswa itu sendiri.

Kedua faktor ini meliputi ragam keadaan sebagai berikut:

1. Faktor intern siswa

Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa,


yaitu:

1)   Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/intelegensi siswa;

2)   Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;

3)   Yang berdifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-
alat indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).

2.  Faktor ekstern siswa

Faktor ekstern siswa meliputi semua kondisi lingkungan sekitar yang tidak
mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini meliputi:

1)   Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara kedua


orang tua, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.

2)   Lingkungan sekitar/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh


(slum area), dan teman sepermainan (pear group) yang nakal.

3)   Lingkungan sekolah, contohnya kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk
seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat pendukung sarana belajar yang
berkualitas rendah.

Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor lain yang
juga menimbulkan kesulitan belajar siswa. Diantaranya faktor-faktor yang dapat
dipandang sebagai faktor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning
disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom (syndrome) yang berarti satuan
gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis (Reber, 1988)
yang menimbulkan kesulitan belajar itu terdiri atas:

1)   Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca,


2)   Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis,

3)   Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.

Namun demikian, siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas secara umum


sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan diantaranya ada yang
memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa
yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya
minimal brain dysfunction, yaitu gangguan ringan pada otak (Lask, 1985, Reber,
1988).

D. Prosedur dan Langkah-langkah Penanganganan Masalah Belajar


1. Identifikasi Kasus

Pada hari Jum’at, 03 Mei 2019 berlokasi di SMP Muhammadiyah 3 Bandar


Lampung Penulis melakukan observasi mengenai kendala-kendala yang dihadapi
siswa dalam belajar.

Dengan tujuan untuk mengetahui kendala atau masalah dalam belajar, Penulis
melakukan pengamatan di salah satu kelas VIII.

2. Identifikasi Masalah

Setelah menentukan sampel, Penulis memberi angket kepada siswa untuk


mendapatkan poin yang menjadi kendala utama dalam belajar. Dari wawancara
tersebut, secara umum sebagian siswa memiliki kesamaan kendala, yaitu:

1. Kesulitan belajar yang utama pada mata pelajaran Matematika dan Fisika.
2. Kendala utama dalam belajar Matematika dan Fisika yaitu karena sulit dalam
hal hitung menghitung.
3. Kurangnya waktu yang dimanfaatkan untuk belajar, kebiasaan belajar hanya
dilakukan jika ada Pekerjaan Rumah (PR) dari Guru.

3.      Identifikasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Dari poin-poin yang didapatkan melalui angket, dapat disimpulkan bahwa


masalah utama siswa adalah kurangnya motivasi belajar yang kemudian
tergambar melalui kebiasaan siswa itu sendiri, seperti tidak mau mencari
penyelesaian dari soal yang diberikan, kurangnya pemanfaatan waktu luang,
belajar jika ada tugas, atau ulangan, dan lain sebagainya. Mereka mengikuti
proses belajar mengajar seperti biasa, tetapi hasil dari proses belajar tersebut
terlihat tidak cukup optimal, yang kemudian tergambar melalui nilai akhir yang
berada di bawah angka rata-rata kelas.

4.      Identifikasi Alternantif Penanganan

Alternatif penanganan masalah belajar yang dalam hal ini kurangnya motivasi


belajar melibatkan beberapa pihak, yakni:
1)        Guru, dalam hal ini Guru memeliki kapasitas dan peranan yang besar
dalam memotivasi siswa. Karena salah satu tugas Guru yakni sebagai agen
pembelajaran, bagaimana seorang guru bisa menciptakan transfer pelajaran
sekaligus motivasi kepada siswa-siswanya. Peran guru dalam memotivasi siswa
dapat dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut:

1. Guru melakukan sosialisasi tentang motivasi kepada siswa, motivasi yang


diberikan bisa dalam bentuk ceramah singkat yang diberikan sebelum memulai
proses pembelajaran. Selain itu, guru bersama guru mata pelajaran secara aktif
berdiskusi dalam rangka menciptakan motivasi sehingga siswa-siswanya tidak
mengalami kekurangan motivasi. Guru Bimbingan Konseling juga memiliki
peranan yang cukup besar dalam hal memotivasi siswa, guru secara
berkelanjutan memberikan penyuluhan dan motivasi kepada siswa baik secara
perorangan (individu) maupun secara kelompok.
2. Perubahan strategi/metode belajar sesuai dengan kondisi real siswa. Saat ini,
metode belajar yang populer di Indonesia yang dikenal dengan PAIKEM
(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Aktif
artinya ketika proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian
rupa sehingga siswa aktif untuk bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan. Inovatif artinya bagaimana guru menciptakan
pembelajaran yang bisa membuat siswanya berpikir bahwa learning is fun,
sehingga tertanam didalam pikiran siswanya tidak akan ada lagi perasaan
tertekan dengan tenggat waktu pengumpulan tugas dan rasa bosan tentunya.
Kreatif artinya  agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga
memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Efektif artinya bagaimana guru
mampu menciptakan apa yang harus dikuasai oleh siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung tanpa menyia-nyiakan waktu. Dan Menyenangkan
artinya suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa
memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah
perhatiannya (“time on task”) tinggi.
3. Penggunaaan media belajar yang inovatif, yang mampu menarik perhatian dan
meotivasi siswa. Penggunaan perangkat tambahan seperti LCD Projector atau
OHP selain merupakan sarana untuk mempermudah penyampaian guru juga
berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan perhatian belajar siswa. Sebab
ada siswa yang mampu belajar cepat secara audio visual dan nonaudio visual.

2)        Orang tua, dalam hal ini orang tua memiliki peranan yang paling penting
dalam memotivasi anaknya. Sebab sebagian besar waktu yang dihabiskan anak
setelah sekolah yaitu di rumah. Setiap orang tua memiliki cara yang berbeda-beda
dalam hal memotivasi anak-anaknya. Ada orang tua yang menunjang anaknya
dengan sarana pelengkap belajar seperti pengadaan komputer, buku referensi,
maupun peralatan tambahan yang mampu digunakan untuk mengakses internet.
Adapula orang tua yang memberikan motivasi atau dorongan kepada anak-
anaknya melaui wejangan-wejangan, penggunaann model, dan lain sebagainya.

Motivation is an essential condition of learning. Sehubungan dengan hal tersebut


ada tiga fungsi motivasi:
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-
perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang
akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan
kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu
atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun


ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, pelajar (siswa) dapat
mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara
ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.

Dalam kaitan itu perlu diketahui  bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi
adalah bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat,
dan kadang-kadang juga bisa tidak kurang sesuai. Hal ini guru harus hati-hati
dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik.
Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak
menguntungkan perkembangan belajar siswa.

Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan
belajar di sekolah.

1.      Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa
belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa
biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya
baik-baik.

Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat.
Tetapi ada juga, banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin mengejar
pokoknya naik kelas saja. Ini menunjukkan motivasi yang dimilikinya kurang
berbobot bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan angka baik.
Namun demikian semua itu harus diingat oleh guru bahwa pencapaian angka-
angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang
bermakna. Oleh karena itu, langkah selanjutnya yang ditempuh oleh guru adalah
bagaimana cara memberikan angka-angka dapat dikaitkan dengan values yang
terkandung di dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa
sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya.

2.      Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian.
Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang
yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai
contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan
menarik bagi seseorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar.

3.      Saingan/kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong
belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan
kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan
ini banyak dimanfaatkan dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga
sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.

4.      Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan


menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan
harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup tinggi.
Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang
baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol
kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa si subjek belajar. Para siswa
akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.

5.      Memberi ulangan

Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu,
memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat
oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa
membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru harus terbuka, maksudnya
kalau ada ulangan harus diberitahukan kepada siswanya.

6.      Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan


mendorong siswa untuk giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil
belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan
suatu harapan hasilnya terus meningkat.

7.      Pujian

Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik,
perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan
sekaligus merupakan motivasi yang baik.  Dengan pujian yang tepat akan
memupuk suasana yang menyenangkan dan mempeartinggi gairah belajar serta
sekaligus akan membangkitkan harga diri.

8.      Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat
dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami
prinsip-prinsip pemberian hukuman.

9.      Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti  ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar.
Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa
maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada
motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.

10.   Minat

Motivasi sangat erat hubungannyadengan unsur minat. Motivasi muncul karena


ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat
motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan
minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara
sebagai berikut:

1. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan


2. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau
3. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik
4. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

11.  Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat
motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus
dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul
gairah untuk belajar.

Di samping bentuk-bentuk motivasi sebagaimana diuraikan di atas, sudah barang


tentu masih banyak bentuk dan cara yang bisa dimanfaatkan. Hanya yang penting
bagi guru adanya bermacam-macam motivasi itu dapat dikembangkan dan
diarahkan untuk dapat menghasilkan hasil belajar yang bermakna. Mungkin pada
mulanya, karena ada sesuatu (bentuk ,otivasi) siswa itu rajin belajar, tetapi guru
harus mampu melanjutkan dari tahap rajin belajar itu bisa diarahkan menjadi
kegiatan belajar yang bermakna, sehingga hasilnya pun akan bermakna bagi
kehidupan si subjek belajar.
BAB III

PENUTUP

A.   Kesimpulan

Masalah belajar adalah suatu keadaan atau kondisi yang dialami oleh siswa
sehingga dapat menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu ini
dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang
dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak merugikan
dan memberikan dampak buruk bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak
hanya dialami oleh siswa dengan kemampuan rendah atau biasa-biasa saja, akan
tetapi juga dapat dialami oleh siswa dengan tingkat kecerdasan di atas rata-rata
normal atau tinggi.

Masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam belajar misalnya:

1. Siswa yang tidak mampu mencapai tujuan belajar atau hasil belajar sesuai
dengan pencapaian teman-teman seusianya yang ada dalam kelas yang sama.
2. Siswa yang mengalami keterlambatan akademik.
3. Siswa yang secara nyata tidak dapat mencapai kemampuannya sendiri.
4. Siswa yang sangat lambat dalam belajar.
5. Siswa yang kekurangan motivasi dalam belajar.
6. Siswa yang bersikap dan memiliki kebiasaan buruk dalam belajar.
7. Siswa yang sering tidak mengikuti proses belajar mengajar di kelas.
8. Siswa yang mengalami penyimpangan perilaku (kurangnya tata krama) dalam
hubungan intersosial

Faktor-faktor penyebab masalah belajar dapat berasal dari dalam diri siswa itu
sendiri (intern) maupun dari luar diri siswa (ekstern).

Permasalahan utama yang dihadapi oleh sampel siswa pada salah satu SMP
(Sekolah Menengah Pertama) yakni masalah kurangnya motivasi belajar. Adapun
solusi penyelesainnya yaitu dengan melibatkan pihak Guru, dan Orang tua, yang
memiliki peranan masing-masing.

B.   Saran

1. Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan Makalah ini,


sangat diharapkan akan adanya perbaikan.
2. Diharapkan kepada para Guru agar lebih menyelenggarakan pembelajaran
yang optimal terhadap anak didiknya dan memberikan pemahaman yang
lebih luas tentang arti belajar itu sendiri.
3. Diharapkan kepada Guru selaku pendidik untuk tidak hanya memfokuskan
fungsinya selaku pengajar dan fasilitator, tetapi juga perannya selaku
motivator sehingga sukses dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Muntasir, Saleh. 1985. Pengajaran Terprogram. Jakarta: RAJAWALI PERS.

Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Belajar. Cetakan ke-10. Jakarta: RAJAWALI


PERS

https://occiie23.wordpress.com, diakses 08 Mei 2019


LAMPIRAN

A. Bukti Observasi

B. Angket

Anda mungkin juga menyukai