Penulis
NPM : 1813052041
Bandar Lampung
09 Mei 2019
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
terhadap pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................4
C. Tujuan Penulisan Makalah......................................................................4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................5
A. Landasan Teori........................................................................................5
B. Hasil Observasi.......................................................................................5
A. Kesimpulan.............................................................................................11
B. Saran........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................12
LAMPIRAN........................................................................................................13
A. Bukti Observasi.......................................................................................13
B. Angket.....................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memahami pentingnya hal ini, maka pada bagian ini Anda akan diajak untuk
mengkaji secara kritis dan lebih dalam masalah-masalah belajar. Agar
memperoleh pemahaman yang baik,maka disamping mengikuti pembahasan
bertatap muka di kelas, Anda juga diharapkan untuk dapat lebih mendalaminya
melalui aktivitas diskusi pada sesame teman, atau mengkaji sendiri
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian masalah belajar?
2. Apa sajakah jenis-jenis masalah belajar?
3. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab masalah belajar
yang dihadapi siswa?
4. Bagaimanakah prosedur atau langkah-langkah penanganan masalah
belajar yang dihadapi siswa?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian masalah belajar
2. Mendeskripsikan jenis-jenis masalah belajar
3. Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab masalah belajar
4. Mendeskripsikan prosedur atau langkah-langkah penanganan masalah
belajar siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Belajar
Menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning yang dikutip
oleh Ngalim Purwanto, belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya
yang berulang-ulang dalam suatu situasi.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dipahami secara umum bahwa belajar
adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang
yang relatif menetap diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi
terus menerus dengan lingkungannya yang melibatkan proses kognitif.
Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai
adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau
perlu dihilangkan.
Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat
didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
“Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari
pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan
lingkungannya” ( Anita E, Wool Folk, 1995 : 196 ).
Menurut (Garry dan Kingsley, 1970 : 15 ) “Belajar adalah proses tingkah laku
(dalam arti luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”.
Sedangkan menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana
suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”.
Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau
didefinisikan sebagai berikut.“Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang
dialami oleh siswa dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”.
Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa
kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami
oleh siswa-siswa yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa
siswa-siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata normal, pandai atau
cerdas.
Dalam pengertian masalah belajar di atas, maka dapat dirincikan jenis-jenis siswa
yang mengalami permasalahan dalam belajar, yaitu sebagai berikut:
1. Siswa yang tidak mampu mencapai tujuan belajar atau hasil belajar sesuai
dengan pencapaian teman-teman seusianya yang ada dalam kelas yang sama.
Sesuai dengan tujuan belajar yang tercantum dalam Kurikulum bahwa siswa
dikatakan lulus atau tuntas dalam suatu pelajaran jika telah memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh tiap-tiap guru bidang
studi. KKM dibuat berdasarkan intake (pencapaian) siswa di dalam kelas.
Apabila seorang siswa tidak mencapai kriteria tersebut, maka yang
bersangkutan dikatakan bermasalah dalam pelajaran tersebut.
2. Siswa yang mengalami keterlambatan akademik, yakni siswa yang diperkirakan
memiliki intelegensi yang cukup tinggi tetapi tidak menggunakan
kemampuannya secara optimal. Belum tentu semua siswa yang terdapat dalam
satu kelas memiliki kemampuan yang sama, ada beberapa siswa dengan
kemampuan intelegensi diatas rata-rata bahkan super. Kondisi inilah yang
menyebabkan si siswa cerdas ini harus menyesuaikan kebutuhan asupan
kecerdasannya dengan kemampuan teman-teman sekelasnya, sehingga siswa
yang seharusnya sudah berhak diatas teman-teman sebayanya dipaksa
menerima kondisi sekitarnya.
3. Siswa yang secara nyata tidak dapat mencapai kemampuannya sendiri (tingkat
IQ yang diatas rata-rata). Maksudnya, yaitu siswa yang memiliki intelegensi
diatas rata-rata normal tetapi tidak mencapai tujuan belajar yang optimal.
Misalnya KKM pada Mata Pelajaran A sebanyak 65, kemudian nilai yang
dicapainya 70. Padahal seharusnya dengan tingkat intelegensi seperti itu, yang
bersangkutan bisa mendapat nilai minimal 80 bahkan lebih.
4. Siswa yang sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memilki
bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk
mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus. Siswa yang mengalami
kondisi seperti ini yakni siswa yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-
rata dan sangat sering bermasalah dalam pembelajaran. Seringkali Guru
kehabisan ide untuk menangani siswa yang seperti ini, bimbingan pelajaran
tambahan atau ekstra menjadi salah satu alternatif penyelesaian masalah
semacam ini.
5. Siswa yang kekurangan motivasi dalam belajar, yakni keadaan atau kondisi
siswa yang kurang bersemangat dalam belajar seperti jera dan bermalas-
malasan. Siswa yang seperti ini biasanya didukung oleh kondisi atau
lingkungan apatis, yang tidak peduli terhadap perkembangan belajar siswa.
Lingkungan keluarga yang apatis, yang tidak berperan dalam proses belajar
anak bisa menyebabkan si anak menjadi masa bodoh, sehingga belajar menjadi
kebutuhan yang sekedarnya saja. Lingkungan masyarakat yang merupakan
media sosialisasi turut berperan penting dalam proses memotivasi siswa itu
sendiri.
6. Siswa yang bersikap dan memiliki kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi
siswa yang kegiatannya atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik
dengan seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu,
membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui dan
sebagainya. Besarnya kesempatan yang diberikan oleh Guru untuk
menyelesaikan tugas menyebabkan siswa mengulur-ulur pekerjaan yang
seharusnya diselesaikan segera setelah diperintahkan, Guru yang terlalu disiplin
dan berwatak tegas juga menjadi faktor berkurangnya perhatian (attention) yang
seharusnya diberikan oleh siswa kepada Guru.
7. Siswa yang sering tidak mengikuti proses belajar mengajar di kelas, yaitu
siswa-siswa yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu
yang cukup lama sehingga kehilanggan sebagian besar kegiatan belajarnya.
Seringkali materi pelajaran yang telah disampaikan oleh Guru pada pertemuan
jauh sebelumnya kemudian siswa dituntut untuk mengikuti dan menguasai
materi pelajaran dalam waktu yang relatif singkat menyebabkan si siswa
menjadi tertekan dan terbebani oleh materi belajar yang banyak.
8. Siswa yang mengalami penyimpangan perilaku (kurangnya tata krama) dalam
hubungan intersosial. Pergaulan antar teman sepermainan yang tidak seumuran
dan tidak mengeyam bangku pendidikan menyebabkan si anak atau siswa
terpengaruh dengan pola perilaku dan pergaulan yang serampangan, seperti
berbicara dengan nada yang tinggi dengan orang yang lebih tua, sering
membuat kegaduhan atau keributan di dalam masyarakat. Kemudian siswa
yang bersangkutan membawa perilaku buruknya tersebut kedalam lingkungan
sekolah yang lambat laun menyebabkan teman-teman lainnya terpengaruh
dengan pola perilakunya, baik dalam berbicara ataupun dalam memperlakukan
orang lain.
Dalam menunjang berhasilnya suatu proses belajar, terdapat beberapa hal pokok
yang sangat berpengaruh terhadap proses belajar itu sendiri, yaitu sebagai berikut:
Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsik siswa. Disamping itu proses
belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila didorong oleh
lingkungan siswa. Dengan kata lain aktivitas belajar dapat meningkat bila
program pembelajaran disusun dengan baik. Program pembelajaran sebagai
rekayasa pendidikan guru di sekolah merupakan faktor eksternal belajar. Ditinjau
dari segi siswa, maka ditemukan beberapa faktor eksternal yang berpengaruh pada
aktivitas belajar. Faktor-faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut:
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya
kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat
dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehaviour) siswa seperti
kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, berkelahi, sering tidak masuk sekolah,
dan minggat dari sekolah.
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya masalah belajar terdiri dari
dua macam, yakni:
1. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari
dalam diri siswa itu sendiri.
2. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan yang datang dari luar diri
siswa itu sendiri.
1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/intelegensi siswa;
2) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;
3) Yang berdifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-
alat indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).
Faktor ekstern siswa meliputi semua kondisi lingkungan sekitar yang tidak
mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini meliputi:
3) Lingkungan sekolah, contohnya kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk
seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat pendukung sarana belajar yang
berkualitas rendah.
Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor lain yang
juga menimbulkan kesulitan belajar siswa. Diantaranya faktor-faktor yang dapat
dipandang sebagai faktor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning
disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom (syndrome) yang berarti satuan
gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis (Reber, 1988)
yang menimbulkan kesulitan belajar itu terdiri atas:
Dengan tujuan untuk mengetahui kendala atau masalah dalam belajar, Penulis
melakukan pengamatan di salah satu kelas VIII.
2. Identifikasi Masalah
1. Kesulitan belajar yang utama pada mata pelajaran Matematika dan Fisika.
2. Kendala utama dalam belajar Matematika dan Fisika yaitu karena sulit dalam
hal hitung menghitung.
3. Kurangnya waktu yang dimanfaatkan untuk belajar, kebiasaan belajar hanya
dilakukan jika ada Pekerjaan Rumah (PR) dari Guru.
2) Orang tua, dalam hal ini orang tua memiliki peranan yang paling penting
dalam memotivasi anaknya. Sebab sebagian besar waktu yang dihabiskan anak
setelah sekolah yaitu di rumah. Setiap orang tua memiliki cara yang berbeda-beda
dalam hal memotivasi anak-anaknya. Ada orang tua yang menunjang anaknya
dengan sarana pelengkap belajar seperti pengadaan komputer, buku referensi,
maupun peralatan tambahan yang mampu digunakan untuk mengakses internet.
Adapula orang tua yang memberikan motivasi atau dorongan kepada anak-
anaknya melaui wejangan-wejangan, penggunaann model, dan lain sebagainya.
Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi
adalah bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat,
dan kadang-kadang juga bisa tidak kurang sesuai. Hal ini guru harus hati-hati
dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik.
Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak
menguntungkan perkembangan belajar siswa.
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan
belajar di sekolah.
1. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa
belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa
biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya
baik-baik.
Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat.
Tetapi ada juga, banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin mengejar
pokoknya naik kelas saja. Ini menunjukkan motivasi yang dimilikinya kurang
berbobot bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan angka baik.
Namun demikian semua itu harus diingat oleh guru bahwa pencapaian angka-
angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang
bermakna. Oleh karena itu, langkah selanjutnya yang ditempuh oleh guru adalah
bagaimana cara memberikan angka-angka dapat dikaitkan dengan values yang
terkandung di dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa
sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya.
2. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian.
Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang
yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai
contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan
menarik bagi seseorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar.
3. Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong
belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan
kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan
ini banyak dimanfaatkan dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga
sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.
4. Ego-involvement
5. Memberi ulangan
Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu,
memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat
oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa
membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru harus terbuka, maksudnya
kalau ada ulangan harus diberitahukan kepada siswanya.
6. Mengetahui hasil
7. Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik,
perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan
sekaligus merupakan motivasi yang baik. Dengan pujian yang tepat akan
memupuk suasana yang menyenangkan dan mempeartinggi gairah belajar serta
sekaligus akan membangkitkan harga diri.
8. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat
dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami
prinsip-prinsip pemberian hukuman.
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar.
Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa
maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada
motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
10. Minat
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat
motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus
dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul
gairah untuk belajar.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah belajar adalah suatu keadaan atau kondisi yang dialami oleh siswa
sehingga dapat menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu ini
dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang
dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak merugikan
dan memberikan dampak buruk bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak
hanya dialami oleh siswa dengan kemampuan rendah atau biasa-biasa saja, akan
tetapi juga dapat dialami oleh siswa dengan tingkat kecerdasan di atas rata-rata
normal atau tinggi.
1. Siswa yang tidak mampu mencapai tujuan belajar atau hasil belajar sesuai
dengan pencapaian teman-teman seusianya yang ada dalam kelas yang sama.
2. Siswa yang mengalami keterlambatan akademik.
3. Siswa yang secara nyata tidak dapat mencapai kemampuannya sendiri.
4. Siswa yang sangat lambat dalam belajar.
5. Siswa yang kekurangan motivasi dalam belajar.
6. Siswa yang bersikap dan memiliki kebiasaan buruk dalam belajar.
7. Siswa yang sering tidak mengikuti proses belajar mengajar di kelas.
8. Siswa yang mengalami penyimpangan perilaku (kurangnya tata krama) dalam
hubungan intersosial
Faktor-faktor penyebab masalah belajar dapat berasal dari dalam diri siswa itu
sendiri (intern) maupun dari luar diri siswa (ekstern).
Permasalahan utama yang dihadapi oleh sampel siswa pada salah satu SMP
(Sekolah Menengah Pertama) yakni masalah kurangnya motivasi belajar. Adapun
solusi penyelesainnya yaitu dengan melibatkan pihak Guru, dan Orang tua, yang
memiliki peranan masing-masing.
B. Saran
A. Bukti Observasi
B. Angket