NIM : 433-419-003
“ Tari Lo Polo-Palo”
Gorontalo merupakan salah satu provinsi yang ada diindonesia dan juga salah
satu suku yang ada dipulau Sulawesi yang memiliki beraneka ragam kesenian dan
kebudayaan khas daerah baik itu kesenian tari, lagu, alat musik tradisional, adat-
istiadat, upacara keagamaan, rumah adat, pakaian adat, makanan khas daerah dan lain
sebagainya. Tentunya Disetiap daerah mempunyai kesenian, kebudayaan dan tradisi
tersendiri yang unik dan berbeda-beda bentuk penyajiannya, tapi tujuannya tetap
sama. Semua itu sampai sekarang ada yang masih dijalankan secara turun temurun
oleh masyarakat tertentu yang masih kental terhadap kesenian, budaya dan tradisi di
daerahnya, ada juga sebagian yang sudah ditinggalkan. Salah satu bentuk kesenian
yang masih dikembangkan di daerah Gorontalo yaitu tarian.
Tidi Lo Polo-Palo merupakan salah satu tari klasik daerah Provinsi Gorontalo
yang dilaksanakan pada adat isiadat pernikahan dan menggunakan alat musik berupa
polo-palo yang disimbolkan atau memiliki makna sebagai alat penangkis segala
godaan selama mengarungi bahtera rumah tangga. Tidi lo Polopalo memiliki satu
nilai tersendiri bagi yang melaksanakannya.
Tidi Lo Polopalo dikhususkan bagi kerabat istana, namun saat ini masyarakat
biasa telah dibolehkan untuk melaksanakannya melalui persyaratan yang ada.
Persyaratan tersebut dikenal dengan istilah mopodungga lo tonggu (membayar
perizinan adat) yang harus dilakukan oleh penyelenggara Tidi lo Polopaloa.
Selanjutnya kata polopalo yang merupakan alat musik yang digunakan pada tari Tidi
Lo Polo-Palo ini adalah nama sebuah alat musik tradisional Gorontalo, yang terbuat
dari sepotong bambu atau pelepah daun rumbia. Alat ini dimainkan dengan cara
menggetarkannya (polopalo= bergetar), sehingga menimbulkan suara yang merdu.
Polopalo terbuat dari sepotong bambu yang kering dengan panjang 40 cm.
Selain itu juga di Tari Polo-Palo ini menggunakan ‘ladenga’ yang berbentuk
segi empat yang memiliki makna sebagaimana rumah tangga yang akan dibangun
dari segala arah. Tari ini dilakukan oleh pengantin perempuan yang disimbolkan
sebagai seorang putri. Jenis tarian ini lahir sejak zaman pemerintahan Raja Eyato
pada tahun 1672, ketika syiar Islam menguat di kerajaan Gorontalo. Sesuai dengan
falsafah adat bersandi syara, syara bersandikan Kitabullah (Al-Qur’an), maka makna
busana formasi, gerakan tari, tabuhan rebana, disesuaikan dengan nilai agama Islam
(syariat) dan nilai moral, serta nilai didik.
Selain tarian ini ditampilkan pada acara pernikahan, tarian ini biasa di
pergunakan pada acara-acara lain seperti acara penyambutan tamu beserta acar
pejabat, atau para wali mowali. Tidi lo polopalo, pada umumnya hanya bisa di
tarikan oleh kaum wanita. Tarian klasik berupa tidi lo polo palo merupakan tarian
yang pertama kali di tarikan oleh puri bangsawan yang bernama outango pada tahun
1973 yaitu pada abad ke 16. Syair yang digunakan pada Tidi Lo Polo-Palo
mengandung nasehat untuk pasangan suami istri untuk menjadikan rumah tangga
yang sakinah, mawadah dan warahmah.