Irmayalangimentodo@gmail.com
ABSTRAK: Bertitik tolak dari fenomena budaya yang selalu mewarnai kehidupan masyarakat,
sehingga masyarakat tidak bisa dilepaskan dari kebudayaan. Karena itu manusia disebut sebagai
manusia yang berbudaya. Salah satu tempat yang masih sangat kental akan budaya yaitu Toraja.
Masyarakat Toraja sangat memelihara adat kebudayaannya yang selalui mewarnai kehidupan
masyarakatnya,bahkan keunikan budaya Toraja membuat banyak orang luar tertarik untuk
melihat dan mengunjungi Toraja. Salah satu kebudayaan Toraja ialah Rambu Solo’, Rambu
Solo’ dikenal dengan upacara kematian orang Toraja.Dalampelaksaan rambu Solo’ banyak hal
yang dipersiapkan ketika tiba pada puncak upacaranya dan pelaksanaan aluk ketik aupacara
rambu solo’ tidak sembarangan dilakukan tetapi di dalamnya ada nilai dan makna yang
dipercaya masyarakat Toraja yang selalu dilestarikan bahkan diturunkan seacara turun-temurun,
dan memerngaruhi sikap serta perilaku yang baik masyarakat penganutnya.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan kepulauan dengan berbagai suku bangsa yang memiliki
keragaman pola pikir, seni, agama, pengetahuan, bahasa serta tradisi budaya lokal dengan
karakteristik yang unik. Berbagai macam kebudayaan yang tersebar di Indonesia di
antaranya upacara adat.Tiap-tiap bentuk upacara tersebut dilakukan dengan cara-cara
tertentu yang menjadi ciri khas dari masing-masing suku bangsa tersebut.
Masyarakat Toraja memiliki upacara-upacara adat yang besar dan begitu dikenal
salasatunya ialah Upacara“Rambu Solo” yaitu upacara kedukaan yang biasa
disebut“Aluk to mate” atau upacara penguburan, Bagi masyarakat Toraja, upacara
i
Rambu Solo’ merupakantradisi yang paling tinggi nilainya disbanding dengan unsur
budaya lainnya.Kemeriahan Upacara Rambu Solo’ ditentukan oleh status social keluarga
yang meninggal. Hal tersebut dapat diukur dari jumlah hewan yang dikorbankan.Semakin
banyak hewan yang dikorbankan maka semakin tinggi pula status sosialnya. Bagi
masyarakat Toraja, berbicara mengenai kematian bukan hanya tentang adat, upacara,
kedudukan atau kasta, jumlah hewan yang akan disembelih, tetapi juga berbicara
mengenaisiri’ (malu).
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana upacara rambu solo’dalam perspektif masyarakat Toraja?
b. Apa yang menjadi keuntungan bagi masyarakat Toraja melalui upacara Rambu Solo’?
ii
III. PEMBAHASAN
1
Rannu Sanderan, “TOSANGSEREKAN, A Theological Reflection on the Integrity of Creation in the Toraja Context”
(2003).
2
Rannu Sanderan, “Intuisi : Pendalaman Gagasan Hans-George Gadamer Tentang Intuisi Sebagai Supralogika,”
JIREH 2, no. 2 (2020).
1
tidak dapat dilepaskan dari masalah sosial, sehingga didalam pelaksanaannya harus
memperhatikan strata sosial dari orang yang meninggal.
Dalam kebudayaan masyarakat Toraja dikenal empat macam tingkat atau strata
sosial ( masyarakat di wilayah Merrantena); (1) tana’ bulaan merupakan strata tertinggi
atau golongan bangsawan, (2) tana’ bassi atau golongan bangsawan menengah akan
tetapi tidak memiliki otoritas adat (3) tana’ karurungatau rakyat biasa /rakyat
merdeka/masyarakat kebanyakan (4) tana’ kua-kua atau golongan hamba yang menurut
mitologi orang Toraja nenek moyang mereka sudah dianggap sebagai budak 3.
Kelompok sosial itu merupakan tatanan yang mengatur perilaku para anggota
kelompoknya termasuk memberi ciri-ciri yang khas dalam melaksanakan upacara Rambu
Solo’. Bentuk upacara Rambu Solo’ yang dilaksanakan di Tana Toraja disesuaikan
dengan kedudukan sosial masyarakatnya Oleh karena itu, Upacara Rambu Solo’ di Tana
Toraja dibagi kedalam empat tingkatan, dan setiap tingkatannya memiliki beberapa
bentuk.Upacara di Silli’, Upacara di Silli’ adalah upacara pemakaman yang paling
rendah didalam Aluk Todolo, yang diperuntukkan bagi strata yang paling rendah atau
anak-anak yang belum mempunyai gigi. Upacara Dipasangbongi, yakni upacara
pemakaman yang hanya berlangsung satu malam. Upacara itu dilaksanakan bagi
kelompok tana’ karurung (rakyat merdeka/biasa). Namun, upacara itu bisa saja dilakukan
oleh orang dari tana’ bulaan dan bassi jika secara ekonomi mereka tidak
mampu.Upacara dibatang atau Didoya Tedong, Upacara ini diperuntukkan bagi
bangsawan menengah, tetapi juga bisa dipakai untuk kaum bangsawan tinggi yang tidak
mampu membuat upacara Tana’ Bulaan. Upacara Rapasan, yakni upacara pemakaman
yang dikhususkan bagi kaum bangsawan tinggi (tana’bulaan). Dalam upacara jenis
rapasan, upacara dilaksanakan sebanyak dua kali 4.
B. Sikap dan karakter Masyarakat Toraja yang terbentuk melalui tradisi kebudayaan
Upacara Rambu Solo’
Sebagaimana tradisi merupakan suatu sikap dan perilaku manusia yang telah berproses
sejak lama kemudian dilakukan secara turun-temurun, tradisi yang telah membudayaakan
3
Rannu Sanderan, “Stratifikasi Sosial Kepemimpinan Tradisional Dalam Dinamika Demokrasi Modern” (n.d.).
4
Robbi Panggara, Upacara Rambu Solo’ Di Tanah Toraja (Jawa Barat, 2015).
2
mempengaruhi atau menjadi sumber pembentukan karakter yang berahlak dan berbudi
pekerti bagi masyarakat penganutnya, dan secara otomatis akan perpengaruh pada aksi
dan reaksi dalam kehidupan sehari-hari para anggota masyarakat itu.
Demikian halnya dengan masyarakat Toraja. Persekutuan dengan orang lain menjadi
letak harga diri bagi masyarakat Toraja. Itulah sebabnya didalam pelaksanaan upacara-
upacara adat secara khusus upacara rambu solo’, masyarakat Toraja melibatkan semua
rumpun keluarga untuk ikut berpatisipasi dialamnya baik secara tenaga, maupun materi.
Hal ini juga didasari dari sebuah nilai yang senantiasa menjadi motivasi bagi masyarakat
Toraja untuk berperilaku yaitu adanya Siri’ atau longko’secara sederhana dapat diartikan
adanya rasa malu jika tidak telibat dalam sebuah persekutuan 5.
Dengan demikian pelaksanaan upacara rambu solo’ dapat membentuk seseorang untuk
memiliki sikap dan etika yang menjunjung tinggi solidaritas dan menghargai kehidupan
sosial.
Dan hal ini pulalah yang mendorong kebanyakan masyarakat Toraja untuk membawa
anak-anak mereka menempuh pendidikan setinggi-tingginya agar kelak dapat memiliki
perekonomian yang baik dan tentu hal ini sangat berpengaruh pada pelaksanaan upacara
rambu solo’ .
Disini kita bisa melihat bahwa budaya rambu solo’ dapat menjadi sarana masyarakat
Toraja untuk hidup dalam kelompok sosial yang berkarakter, dan sesuai dengan tuntutan
nilai-nilai keagamaan,secara khusus nilai-nilai kristiani.Dilihat pada kegiatan
Tongkonyangmerupakan salasatu bentuk kegiatan dalam adat Rambu Solo’,
memperlihatkan bagaimana masyarakat Toraja memelihara ikatan kekeluaragaan dengan
saling berbagi duka.
Dalam jurnal menemukenali kunci pendidikan Kristen bagi anak dalam keluarga
dan pembelajaran agama di sekolah dikatakan bahwa pendidikan iman yang dalam hal
ini berkaitan dengan nilai-nilai keagamaan tidak hanya diperoleh melalui sekolah formal,
melainkan juga dapat dibentuk atau diperoleh melalui budaya, melalui keteladanan dan
interelasi individual. Dan lingkungan masyarakat yang memegang teguh nilai-nilai dan
norma-norma perilaku yang baik akan mendukung keimanan keluarga Kristiani 6.
5
Rannu Sanderan, “Heuristika Dalam Pendidikan Karakter Manusia Toraja Tradisional,” Jurnal Teologi dan
Pendidikan Kristen Kontekstual 3, no. 2 (2020).
3
III . PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap tempat memiliki budaya yang selalu dilestarikan begitu pula denganToraja, Salah
satu fenomena budaya yang ada di Toraja ialah upacara Rambu Solo’yang telah dibahas
di atas, yakni upacara kematian (kedukaan) yang dilakukan dengan menggelar pesta yang
meriah dengan pemotongan hewan (babi dan kerbau).Dalam pelaksanaan upacara
kematian masyarakat Toraja banyak kegiatan yang dilakukan di dalamnya, kegiatan-
kegiatan tersebut tidak dilakukan sembarangan namun setiap pelaksanaan kegiatan
memiliki makna dan nilai di dalamnya. Pelaksanaan upacara rambu solo’ juga
memberikan dampak yang baik bagi masyarakat dari segi sikap dan tindakan lewat
partisipasi-partisipasi yang melibatkan semua rumpun keluarga sebagai bentuk
kepedulian dan saling menopang antara satu dengan yang lainnya.
B. Saran
Upacara Rambu Solo’ adalah salasatu budaya masyarakat Toraja yang perlu
dipertahankan, namun segi-segi negatifnya harus ditinggalkan khususnya perubahan-
perubahan yang sudah mulai nampak akan tetapi sebaliknya berupaya mempertahankan
nilai-nilai yang baik dapat menjadi penyokong kehidupan seseorang sebagai manusia
yang beragama.
DAFTAR PUSTAKA
Panggara, Robbi. Upacara Rambu Solo’ Di Tanah Toraja. Jawa Barat, 2015.
6
Rannu Sanderan, “EXEMPLARY Menemukenali Kunci Pendidikan Iman Bagi Anak Dalam Keluarga Dan
Pembelajaran Agama Di Sekolah” (n.d.).
4
Sanderan, Rannu. “EXEMPLARY Menemukenali Kunci Pendidikan Iman Bagi Anak Dalam
Keluarga Dan Pembelajaran Agama Di Sekolah” (n.d.).
———. “Heuristika Dalam Pendidikan Karakter Manusia Toraja Tradisional.” Jurnal Teologi
dan Pendidikan Kristen Kontekstual 3, no. 2 (2020).