Anda di halaman 1dari 25

RAMBU SOLO

TANA TORAJA
KELOMPOK I
NOVRIAN AKMAL 1104106010001
SITI HAJAR 1104106010003
SYARIFAH MAULIANA 1104106010020
HADIANSYAH 1104106010067
RUDI PRAMANA1104106010068

Tana Toraja
Kabupaten Tana
Toraja adalah kabupaten di Provinsi Sulawe
si Selatan, Ibu kota kabupaten ini
adalah Makale. Sebelum pemekaran,
kabupaten ini memiliki luas wilayah 3.203
km dan berpenduduk sebanyak 221 .081
jiwa (2010).
Suku Toraja yang mendiami daerah
pegunungan dan mempertahankan gaya
hidup yang khas dan masih menunjukkan
gaya hidup Austronesia yang asli dan mirip
dengan budaya Nias. Daerah ini
merupakan salah satu obyek wisata di
Sulawesi Selatan.


Rambu Solo
Aluk rambu solo adalah upacara
pemakaman adat yang menjadi
tradisi orang-orang Melayu
serumpun di Toraja, Sulawesi
Selatan. Aluk rambu solo dapat
dimaknai sebagai upacara pemujaan
dan penyempurnaan arwah orang
yang wafat supaya dapat berkumpul
bersama leluhur di alam roh.
Latar Belakang Masalah
Bagaimana ritual Rambu Solo
digelar oleh masyarakat Toraja
Seberapa besar pengaruh
kepercayaan Aluk Todolo bagi
masyarakat Toraja


Jenis-jenis Rambu Solo
Berdasarkan status sosial orang atau tingkat ekonomi
keluarga yang diupacarakan, aluk rambu solo dapat dibagi
menjadi 4 jenis, yaitu:
Silli, yakni upacara pemakaman untuk kasta paling
rendah, yaitu kasta kua-kua atau budak.
Pasangbongi, yakni upacara yang hanya berlangsung satu
malam.
Di batang atau di doya tedong, yakni upacara untuk kasta
tana basi (bangsawan menengah) dan tana bulan
(bangsawan tinggi).
Rapasan, yakni upacara khusus bagi golongan tana bulan
(bangsawan tinggi) yang digelar selama 3 hari 3 malam.
Prosesi Upacara Rambu Solo
Persiapan
Pelaksanaan
Aluk Pia atau Aluk Banua
Aluk Palao atau Aluk Rante
Penutup
Saat ini, upacara adat aluk rambu solo
di masyarakat Toraja sudah mengalami
perubahan yang cukup signifikan,
khususnya dalam kelengkapan
persembahan. Faktor ekonomi
menjadi salah satu akar persoalannya
karena hewan persembahan biasanya
berharga cukup tinggi. Misalnya, jenis
kerbau yang digunakan bukan kerbau
biasa, tetapi kerbau bule (tedong bonga)
yang harganya antara 1550 juta/ekor
Sifat & Fungsi Budaya Rambu Solo
Sifat budaya yang mencerminkan semangat kebersamaan dan gotong
royong orang Toraja yang terkenal dengan semboyan misa kada di
potuo pantan kada di po mate (artinya kurang lebih sama dengan
bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh).
Perubahan Sosial Terkait Budaya Rambu Solo
Perubahan sosial terkait upacara pemakaman Rambu Solo
tersebut di tentukan oleh status sosial keluarga yang
meninggal, diukur dari jumlah hewan yang dikorbankan
Tetua adat
sedang
membaca doa-
doa.
Kerbau
merupakan
hewan wajib
untuk
persembahan
Adu kerbau
adalah satu dari
sekian prosesi
acara, sebelum
dimulai acara
puncak rambu
solo
Semakin tinggi
tingkat ekonomi
suatu keluarga,
makin banyak
hewan yang
dikurbankan
Semua warga
toraja akan
bergotong
royong dari
awal sampai
akhir prosesi
rambu solo
Tanduk-tanduk
kerbau yang
dipajang
didepan rumah
menunjukkan
status social
keluarga
tersebut,
semakin banyak
tanduk semakin
tinggi status
sosialnya
Peti jenazah
yang sedang
dikeluarkan dari
rumah duka
Keluarga yang
ditinggalkan
dalam arak-
arakan jenazah
Patung yang
dibuat serupa
dengan orang
yang meninggal
Patung tersebut
akan diarak
keliling
kampung dan
akan diletakkan
di area
pemakaman
Patung yang
menyerupai
orang yang
meninggal
sedang diarak
menuju tempat
pemakaman
Patung-patung
dari orang-
orang
terdahulu.
Lemo, adalah
tempat dimana
mayat akan
disemayamkan
Tengkorak dan
peti yang
tersusun rapi di
tebing-tebing
Kondisi
didalam tempat
pemakaman
Kesimpulan & Saran
Indonesia memang sangat kaya akan budaya, salah satunya budaya dari Toraja,
Rambu solo . Banyak hal-hal dari Budaya iniyang tidak akan didapatkan di
kebudayaan lain. Budaya Toraja tidak hanya dikenal di daerah sekitar, tetapi sudah
tidak asing lagi di kancah Internasional. Kuatnya rasa persaudaraan dan
kekeluargaan sehingga budaya ini dapat terlestarikan sampai sekarang. Walaupun
masalah yang berhubungan dengan status social tidak dapat dihindarkan.
Budaya dan adat Toraja ini tidak boleh ditinggalkan, walaupun menelan biaya yang
banyak, budaya Rambu solo ini membuat semangat gotong royong masyarakat
terus terjaga, seiring dengan terselenggaranya upacara adat ini.

Anda mungkin juga menyukai