Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEBUDAYAAN SUKU TORAJA

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang dibimbing oleh:

Ulum Janah S.S,.S.Pd., M.Hum.

NAMA : BEVERLY QUIXENA EDELWEI


NPM : 191011288

SASTRA INGGRIS

UNIVERSITAS BALIKPAPAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebudayaan tradisional adalah salah satu aset nasional yang sangat besar
artinya dan perlu dilesrtariakan karena mempunyai nilai budaya yang tinggi.
Disamping itu, dapat menjadi masukan dan memberikan wawasan yang lebih luas
kepada masyarakat.

Salah satu di antaranya Kebudayaan tradisional yang ada di Indonesia


adalah Kebudayaan tradisional adat Toraja ini yang meliputi segala aspek yang
berhubungan dengan masyarakat, ukiran kayu, rumah adat, upacara pemakaman,
musik/tarian, agama, bahasa, dan ekonomi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu suku adat Toraja
2. Bagaimana letak geografis Toraja
3. Apa saja keunikan dari Toraja
4. Apa saja musik tradisional Toraja
5. Apa saja benda dan tempat pemakaman dari Toraja

C. Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui suku adat Toraja
2. Untuk mengetahui letak geografis Toraja
3. Untuk mengetahui keunikan dari Toraja
4. Untuk mengetahui musik tradisional Toraja
5. Untuk mengetahui benda dan tempat pemakaman dari Toraja
6. Untuk mengetahui bangunan yang berkaitan erat dengan upacara
pamakaman
7. Untuk mengetahui pernak-pernik khas Toraja
8. Untuk mengetahui perkawinan masyarakat suku Toraja
9. Untuk mengetahui pasar tradisional Toraja.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian suku Toraja

Suku Toraja adalah suku yang menetapdi pegunungan bagian utara


Sulawesi Selatan, Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa,dengan
500.000 di antaranya masih tinggal di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja
Utara, dan Kabupaten Mamas. Mayoritas suku Torajamemeluk agama kristen
sementara sebagian menganut agama Islam dan Kepercayaan animisme yamg di
kenal sebagi Aluk To Dolo. Pemerintah Indonesia telah mengakui kepercayaan ini
sebagai bagian dari Agama Hindu Dharma.

Kata Toraja berasal dari bahasa Bugis, to riaja, yang berarti “orang yang
berdiam di negeri di atas”. Pemerintah kolonial Belanda menamai suku Toraja
pada tahun 1909. Suku Toraja terkenal akan ritual pemakaman, rumah adat
tongkonan dan ukiran kayunya. Ritual pemakaman Toraja merupakan peristiwa
sosial yang penting, biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama
bebrapa hari.

Sebelum abad ke-20, suku Toraja tinggal di desa-desa otonom. Mereka


masih menganut animisme dan belum tersentuh oleh dunia luar. Pada awal tahun
1990-an, misionaris Belanda datang dan menyebarkan agama Kristen. Setelah
semakin terbuka kepada dunia luar pada tahun 1970-an, kabupaten Tana Toraja
menjadi lambang pariwisata Indonesia. Tana Toraja dimanfaatkan oleh
pengembang pariwisata dan dipelajari oleh antropologi. Masyarakat Toraja sejak
tahun 1990-an mengalami transformasi budaya dari masyarakat berkepercayaan
tradisional dan agraris menjadi masyarakat yang mayoritas beragama Kristen dan
megandalkan sektor paristiwa yang terus meningkat.

Suku Toraja memiliki sedikit gagasan secara jelas mengenai diri mereka
sebagai sebuah kelompok etnis sebelum abad ke-20. Sebelum penjajahan Belanda
dan masa pengkristena, suku Toraja, yang tinggal di daerah daratan tinggi dikenali

3
berdasarkan desa meraka dan tidak beranggapan sebagai kelompok yang sama.
Meskipun ritual-ritual menciptakan hubungan diantara desa-desa ada banyak
keragaman dalam dialek, hierarki sosial, dan berbagai praktik ritual di kawasan
daratan tinggi Sulawesi. “Toraja” (dari bahasa pesisir ke, yang berarti orang, dan
Riaja, daratan tinggi ) pertama kali digunakan sebagai sebutan penduduk daratan
rendah untuk penduduk daratan tinggi. Kehadiran misionaris Belanda di daratan
tinggi Toraja memunculkan kesadaran etnis Toraja di wilayah sa’dan Toraja dan
identitas bersama ini tumbuh dengan bangkitnya pariwisata di Tana Toraja. Sejak
itu, Sulawesi Selatan memiliki empat kelompok etnis utama , yaitu suku Bugis
(kaum mayoritas , meliputi pembuat kapal dan pelaut), suku Makassar (pedagang
dan pelaut), suku Mandar (pedagang dan nelayan), dan suku Toraja (petani di
daratan tinggi).

B. Wilayah
Kabupaten Tana Toraja merupakan salah satu dari 23 kabupaten yang ada
di propinsi Sulawesi Selatan yang terletak diantara 2020 sampai 3030’Lintang
selatan dan 119030’ sampai 120010 Bujur Timur. “Ibukota” Tator yaknikota kecil
Rantepao adalah kota yang dingin dan nyaman, dibelah oleh satu sungai terbesar
di Sulsel yakni sungai Sa’dan, sungai inilah yang memberikan tenaga
pembangkit listrik untuk menyalakan seluruh Makassar. Secara Sosio logistik,
bahasa Toraja dissebut bahasa Tae oleh Van Der Venn. Alih bahasa lain seperti
Adriani dan Kruyt menyebutnya sebagai bahasa Sa’dan. Bahasa ini terdiri dari
beberapa dialek, seperti dialek Tallulembangna (Makale), dialek Kesu
(Rantepao), dialek Mappapana (Toraja Barat).
Batas-batas Kabupaten Tana Toraja
 Sebelah Utara : kabupaten Luwu, Kabupaten Mamuju,
Kabupaten Mamasa
 Sebelah Timur : Kabupaten Luwu
 Sebelah Selatan : Kabupaten Enrekang, dan Kabupaten
Pinrang
 Sebelah Barat : Kabupaten Polmas

4
Luas wilayah Kabupaten Tana Toraja tercatat 3.205,77 km2 atau sekitar
5% dari luas propinsi Sulawesi Selatan, yamg meliputi 15 (lima belas)
kecamatan. Jumlah penduduk pada tahun 2001 berjumlah 404.689 jiwa yang
terdiri dari 209.900 jiwa laki-laki dan 199.789 jiwa perempuan dengan kepadatan
rata-rata penduduk 126 jiwa/km2 dan laju pertumbuhan penduduk rata-rata
berkisar 2,68% pertahun.

C. Keunikan Suku Toraja


Suku Toraja ini terbilang cukup unik, maka dari itu banyak sekali
wisawatan yang berkunjung kesana. Tidak hanya wisatawan lokal saja, tetapi ada
juga wisatawan mancanegara yang mengujugi suku Toraja. Untik anda yang
belum mengenal suku ini, berikut adalah beberapa keunikan dari suku Toraja
yaitu:

1. Upacara Ranbu Solo


Upacara ini merupakan ritual penting dan berbiaya mahal biasanya ritual
ini berlangsung beberapa hari. Untuk upacara Pemakaman Rambu Solo Ini adalah
upacara pemakaman yang hanya dapat diselenggarakan oleh para bangsawan saja.
Semakin kaya seseorang maka biaya pemakaman akan semakin mahal.
Tempat untuk prosesi pemakaman disebut Rante, biasanya
padang rumput yang luas digunakan sebgai tempat propesi
pemakaman. Upacara ini diiringi dengan suars seruling, nyanyian,
puisi dan juga tangisan. Hal ini merupakan bentuk ekspresi yang
dilakukan oleh pra pelayat.
Utuk melakukan ritual ini, biasanya menunggu sampai
berminggu-minggu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sejak
hari kematian. Hal ini bertujuan untuk mengumpulkan uang agar
dapat melaksanakan upacara pemakaman Rambu Solo. Dalam
masa pengumpulan uang, jenazah dibungkus menggunakan kain
dan isimpan di bawah rumah Tongkonan.

5
Dalam pemakaman ini ada 3 acara pemakaman yaitu
 Peti mati disimpan di dalam goa
 Dimakamkan di batu ukir
 Di gantung di sebuah tebing

Jenasah para bangsawan biasanya dimakamkan di batu ukir.


Makam batu ukir ini sangat mahal dan harus memsan terlebih
dahulu.

1. Memiliki Berbagai Macam Kuburan


Wisata yang disuguhkan oleh Suku Toraja ini adalah
tempat bernuansa mistis. Bagaimana tidak, tempat pemakaman di
Toraja yang unik ini menjadi daya tarik tersendiri utuk para
Wisatawan.
Pemakaman dalam goa, pemakaman gantung, pemakaman
batu ukir dan pemakaman pohon ini menjadi tempat wisata yang
banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara.
2. Rumah Adat Tongan
Rumah ini didirikan di atas tumpukan kayu dan rumah ini
dihiasi dengan banyak ukiran warna merah, hitam, dan kuning.
Bentuk atap dari rumah ini menjulang ke depan dan ke belakang
pembangunan rumah ini adlah pekerjaan yang sangat melelahkan,
biasanya da;am pembangunan rumah ini akan dibantu oleh
keluarga besar.
Rumah tongkonan ini terbagi menjadi 3 jenis:
 Tongkonan Layuk
 Tongkonan pekamberan
 Tongkonan batu

- Tongkonan Layuk adalah rumah yang di gunakan sebagai pusat


pemerintah.

6
- Tongkonan Pekamberan adalah rumah milik anggota keluarga
yang memiliki wewenang tertentu dalam tradisi Toraja.
- Tongkonan Batu adalah rumah untuk anggota keluarga biasa.
3. Upacara Pengganti Baju Jenazah
Upacara ini biasa disebut Ma’Nene, dalam upacara ini
terdapat ritual yang dapat dibilangkan meyeramkan. Bagaimana
tidak, mayat yang sudah bertahun-tahun dikebumikan ditebing, goa
atau kuburan batu akan di keluarkan dari makam. Kemudian
pakaian mayat tersebut akan diganti dan didandani layaknya orang
biasa yang masih hidup.
4. Atraksi Adu Kaki “Sisemba”
Atraksi ini mungkin tidak akan anda temui selain di Tanah
Toraja. Sisemba adalah atraksi semacam tawuran, tetapi
menggunakan kekekuatan kaki. Acara sisemba ini biasa diadakan
setelah panen raya, hal ini merupakan bentuk rasa syukur atas hasil
panen yang melimpah ruah. Sisemba biasanya diikuti oleh puluhan
bahkan ratusan peserta.
5. Adu Kerbau
Tradisi suku Toraja ini dalam bahasa Toraja disebut
Ma’Pasilaga Tedong atau Tedong Silaga. Tradisi adu kerbau ini
sudah ada sejak zaman nenek moyang suku Toraja yang tetap
dilestarikan samapai saat ini. Anda dapat melihat tradisi adu kerbau
ini saat ada upacara Rambu Solo.
Acara adu kerbau ini juga menjadi daya tarik para
wisatawan, karena tradisi seperti ini hanya ada di Toraja. Adu
kerbau merupakan acara yang sangat unik dan sangat meriah.
Uniknya lagi kerbau-kerbau yang digunakan dalam tradisi ini diberi
nama yang unik-unik.
Penjelasan tadi adalah tentang sejarah dan keunikan dari
Suku Toraja yang tinggal dipegunungan bagian Utara Sulawesi
Selatan. Peninggalan-peninggalan dari nenek moyang juga masih

7
dilestarikan sampai saat ini seperti rumah adat Tongkonan dan juga
tradisi-tradisi yang bernuansa mistis. Kekayaan budaya dari Toraja
ini harus tetap dijaga walaupun saat ini perkembangan teknologi
sudah berkembang pesat.
D. Musik Tradisional
a. Passuling
Passuling adalah suling tradisional Toraja yang digunakan
untuk semua lagu-lagu hiburan dan duka. Suling ini dimainkan
oleh laki-laki untuk mengiringi lantunan lagu duka dalam
menyambut keluarga maupun kerabat yang menyatakan duka
citanya. Passuling bisa juga dimainkan diluar acara kedukaan,
bahkan boleh dimainkan untuk menghibur diri dalam keluarga di
pedesaan sambil menunggu padi menguning
b. Pa’pompang/ pa’bas
Inilah musik bambu yang pagelarannya merupakan satu
simponi orkestra. Dimainkan oleh banyak orang biasanya murid-
murid sekolah di bawah pimpinan seorang dirigen. Musik bambu
jenis ini sering diperlombakan pada perayaan bersejarah seperti
hari peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI, Peringatan Hari Jadi
tana Toraja. Lagu yang dimainkan bisa lagu-lagu nasional, lagu-
lagu daerah Tana Toraja, lagu-lagu gerejawi, dan lagu-lagu
daerah di seluruh Indonesia.
c. Pa'karobbi
Alat kecil dengan benang halus diletakkan pada bibir.
Benang atau bibir disentak-sentak sehingga menimbulkan bunyi
yang berirama halus namun mengasyikkan.
d. Pa'tulali'
Bambu kecil yang halus, dimainkan sehingga menimbulkan
bunyi/suara yang lumayan untuk menjadi hiburan.
e. Pa'geso'geso'

8
Sejenis alat musik gesek Terbuat dari kayu dan tempurung
kelapa yang diberi dawai. Dawai yang digesek dengan alat khusus
yang terbuat dari bilah bambu dan tali akan menimbulkan suara
khas. Alat ini mengeluarkan nada sesuai dengan tekanan jari si
pemain pada dawai. Pa'geso'-geso' terkenal dari Kecamatan
Saluputti.
E. Tempat dan benda pemakaman
1) Lemo
Lemo adalah sebuah batu besar yang didalamnya terdapat
kuburan para leluhur. Yang merupakan kuburan alam yang dipahat
pada abad XVI. Warga setempat menyebutnya dengan Liang Paa’ .
Jumlah liang batu kuno ada 75 buah dan tau-tau yang tegak berdiri
sejumlah 40 buah sebagai lambang prestise, status, peran dan
kedudukan para bangsawan di Desa Lemo.
2) Tampang Allo
Tampang Allo merupakan sebuah kuburan yang terbentuk
dari goa alam yang berisikan puluhan erong,tau-tau, dan ratusan
tengkorak beserta tulang. Pada sekitar abad XVI oleh penguasa
Sangalla’ dalam hal ini Sang Puang Manturino bersama Istrinya
Rangga Bualaan memilih goa Tampang Allo sebagai tempat
pemakamannya kelak jika mereka meninggal dunia, sebagai
perwujudan dari janji dan sumpah suami istri yakni “sehidup
semati satu kubur kita berdua”.
3) To’Doyan
To’Doyan merupakan pohon besar yang sering digunakan
untuk makam bayi (anak yang belum tumbuh gigi). Pohon ini
secara alami memberi akar-akar tunggang yang secara teratur
tumbuh membentuk rongga-rongga. Rongga inilah yang digunakan
untuk tempat menyimpan mayat sang bayi.
4) Sipore’

9
Sipore’ yang artinya “bertemu” adalah salah satu tempat
pekuburan yang merupakan situs purbakala, dimana masyarakat
membuat liang kubur dengan cara digantung pada tebing atau batu
cadas.
5) Tau – Tau
Tau-Tau merupakan boneka khas suku Toraja, Sulawesi
Selatan. Dalam bahasa setempat, kata Tau artinya adalah orang.
Karena boneka ini mirip dengan orang, itu sebabnya penduduk
setempat menyebutnya “Tau-Tau” yang berarti orang-orangan.
F. Beberapa bangunan yang berkaitan yang memiliki kaitan erat dengan
upacara pemakaman yaitu:
1) Lakkian, sebuah bangunan paling besar tempat jenasah
disemayamkan saat upacara “Rambu Solo“ berlangsung. Bagian
atas Lakkian menjadi tempat jenasah sedangkan bagian bawahnya
merupakan tempat duduk
2) Saringan, usungan jenasah.
3) Langi’, bangunan induk yang menaungi saringan, berbentuk atap
tongkonan dan dihiasi dengan ukiran khas toraja.
4) Balakkayan, panggung tempat pembangian danging kurban yang
disembelih pada saat upacara Rambu Solo. To Mantawa ( para
pembagi danging ) akan meneriakkan nama-nama penerima
danging berdasarkan kedudukan sosial.
5) Liang pa’, kompleks kuburan batu dengan pahatan khusus dengan
satu lubang yang di khususkan untuk satu keluarga besar.
6) Panggung tongkonan dengan hiasan kerangka gigi kerbau, yang
dibangun untuk para tamu undangan Rambu Solo.
7) Sibuang batu, simbuang batu didirikan untuk menghormati para
bangsawan dan pemuka adat yang meninggal dunia dan prosesnya
tidak bisa sembarangan. Harus diadakan upacara adat Rapasan
Sapurandanan yaitu kerbau yang dipotong harus berjumlah

10
minimal 24 ekor. Jika jumlah kerbau tidak sampai 24, maka tidak
akan dibuatkan Simbuang Batu.
Setiap menhir memiliki nilai adat yang sama dan tidak
ditentukan oleh jumlah kerbau yang dipotong, yang membedakan
hanyalah situasi dan kondisi pada saat pembuatan dan pengambilan
batu. Misalnya masalah waktu, kondisi keuangan pada saat
pembuatan menhir dan situasi masyarakat pada masa tersebut.
Sayangnya anggapan ini sekarang mulai bergeser.
Orang-orang sekrang menganggap bahwa semakin besar dan
semakin tinggi Simbuang Batu yang didirikan maka berbanding
lurus dengan derajat kebangsawannya yang juga semakin tinggi.
Bebatuan menhir ini ada yang sudah berusia hingga
ratusan tahun. Menhir pertama kali didirikan pada tahun 1657 pada
upacara pemakaman Ne’ Ramba dimana 100 ekor kerbau
dikorbankan dan didirikan dua simbuang batu. Ne’ Ramba adalah
bangsawan dan pemangku adat yang berhasil menghimpun
kembali beberapa komunitas yang hidup terpisah ke dalam satu
kelompok adat di Kawasan Bori Parinding.
5 simbuang batu berikutnya menyusul didirikan pada
tahun 1807 pada acara pemakaman Tonapa Ne’Padda’ dengan
mengorbankan 200 ekor kerbau. Lalu 3 simbuang batu lagi pada
upacara pemakaman Ne’Lunde dengan 100 ekor kerbau yang
dikorbankan.
Sejak tahun 1907, secara beturut-turut banyak Simbuang Batu
didirikan dalam ukuran besar, sedang, kecil. Simbuang Batu
terbesar dan tertinggi didirikan pada tahun 1935 pada pemakaman
almahumah Lai Datu ( Ne’ Kase’ ) dan simbuang batu yang
terakhir didirikan pada upacara pemakaman almarhum Sa’pang (
Ne’Lai ) tahun 1962.
Batu-batu untuk menhir ini di ambil langsung dari
gunung dan dibentuk di tempat oleh seorang To’mapa yaitu

11
seorang yang ahli dalam memahat. Pertama-tama ditentukan
dahulu tinggi dan besar menhir, kemudian dilakukanlah penggalian
dan pemahatan batu menggunakan alat tradisional berupa pahat
dan martil. Sebelum proses pemahatan, dilakukan upacara
penyembelihan seekor kerbau dan babi. Waktu yang dibutuhkan
untuk memahat sebuah simbuang batu bisa sampai berminggu-
minggu bahkan berbulan-bulan.
Setelah proses pemahatan menhir selesai, langsung
dibawa menuju Bori dengan cara tradisional yaitu batu digulirkan
dengan batang-batang pohon dan ditarik menggunakan tali temali
dari bamboo oleh ratusan tenaga manusia. Penduduk dan siapapun
yang berkenan menyumbangkan tenaganya bisa membantu proses
penarikan ini.
Membutuhkan waktu beberapa hari hingga berminggu-
minggu untuk menarik batu tersebut dari lokasi pemahatan hingga
ke lokasi pendirian menhir, tergantung jauhnya jarak dan beratnya
medan yang dilalui. Tentu saja dibutuhkan waktu yang lama, satu
batu saja mencapai berat 5 sampai 7 ton.
Dan pada proses penarikannya tidak boleh
menggunakan alat berat melainkan tenaga manusia.
Tenaga ratusan orang juga dibutuhkan saat proses
pendirian batu menhir. Kurang lebih sepertiga tinggi batu menhir
ditanam di dalam tanah dan mensisakan dua perseginya yang
menjulang di atas tanah. Dengan berat batu yang mencapai 5 ton,
bisa dibayangkan bahwa proses ini memang memerlukan banyak
tanaga.

G. Pernak-pernik Khas Toraja


1) Miniatur Rumah Tongkonan.
Harga yang ditawarkan bervariasi, mulai dari rp. 200.000 hingga
jutaan rupiah.

12
2) Gantungan Kunci
Di Toraja kita akan menemukan berbagai buntuk dan model
gantungan kunci. Mulai yang bermotif ukiran toraja, gambar
kerbau, dan berbagai jenis gambar parawisata. Harga yang
ditawarkan mulai dari Rp.5000 sampai 20.000.

3) Parang
Parang Toraja pun bervariasi ada yang ukuran besar dan kecil.
Untuk harga yang paling murah sekitar Rp.150.000 dan paling
mahal sekitar Rp.750.000.

4) Baju Motif Toraja


Ada berbagai jenis baju yang ditawarkan di pasar dan tokoh-tokoh
yang ada di Toraja. Jika menginginkan baju kaos yang harganya
sekitar Rp.50.000, baju batik Toraja sekitar Rp.70.000, dan untuk
baju adat toraja sekitar Rp.300.000.

5) Ukiran
Berbagai jenis ukiran juga bervariasi ada yang menggambarkan
panorama alam, kerbau maupun rumah adat Toraja. Harganya
mulai dari Rp.100.000 hingga Rp.500.000

H. Pasar Tradisional Toraja


Pasar Bolu merupakan pasar yang terletak di Poros Rantepao-
Palopo, Bolu Toraja Utara. Pasar ini terbuka dari jam 07.00 sampai 18.00.
Patut juga diketahui bahwa pasar ini berlaku hari pasaran yang jatuh enam
hari sekali. Alangkah baiknya jika datang pada hari pasar tersebut karena
akan dijumpai berbagai jenis kerbau yang membanjiri pasar ini. Alhasil,

13
pada hari pasar banyak wisatawan yang memanfaatkan momen ini untuk
bertualang di pasar terbesar di Toraja Utara ini.
Pasar Bolu diberi julukan sebagai pasar kerbau terbesar di dunia.
Hal ini dikarenakan sedikitnya terdapat 500 ekor yang diperjual-belikan di
pasar ini dengan harga mulai dari yang paling murah Rp. 14 Juta rupiah
hingga ratusan juta rupiah. Adapun yang menjadi tolak ukur dari nilai
sebuah kerbau adalah jenis kerbau tersebut, warna kulit dan bulu, postur,
tanda-tanda di badan, tanduk danmasih banyak lagi.
Bila dibandingkan dengan berbagai jenis kerbau yang ada di
Indonesia, kerbau asal Toraja fisiknya jauh lebih besar, kekar dan gemuk
di banding dengan kerbau di daerah lain di Indonesia. Yang terutama
adalah warna yang membuatnya menjasaatdi spesial.
Berbagai jenis kerbau yang bisa temui di pasar ini yaitu:
1) Kerbau Saleko atau yang dikenal sebagai kerbau bule yang
harganya paling mahal yaitu bisa mencapai ratusan juta rupiah.
2) Kerbau Bonga yaitu jenis kerbau yang bagian kepalanya saja
seperti kerbau Saleko, sedangkan bagian badanya berwarna kelabu
atau hitam.
3) Kerbau Teken Langi’ yaitu jenis kerbau yang memiliki tanduk
silang ( satu menghadap ke atas, satu menghadap ke bawah )
4) Kerbau Balian yaitu jenis kerbau yang dikebiri.
5) Kerbau Kudu yaitu kerbau hitam biasa yang harganya paling
murah.
Dalam masyarakat Toraja, kerbau punya perasaan penting
dalam kehidupan mereka khususnya dalam nilai budaya dan
ekonomi. Kerbau atau dalam bahasa setempat tedong merupakan
lambing kemakmuran. Tidak heran jika pada saat upacara adat
kematian atau Rambu Solo, kerbau menjadi salah ukuran utama
yang harus dikorbankan. Jumlah kerbau yang dikorbankan menjadi
salah satu tolok ukur kemakmuran bagi keluarga yang
menyelenggarakan upacara adat tersebut

14
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara
Sulawesi Selatan, Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa, dengan
500.000 di antaranya masih tinggal di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja
Utara, dan Kabupaten Mamasa. Pada tahun 1920-an, misi penyebaran agama
Kristen mulai dijalankan dengan bantuan pemerintah kolonial Belanda. Upacara
Rambu Solo adalah sebuah upacara kematian. Tujuannya adalah untuk
menghormati dan menghantarkan arwah orang yang meninggal dunia menuju
alam roh. Bahasa Toraja adalah bahasa yang dominan di Tana Toraja, dengan
Sa'dan Toraja sebagai dialek bahasa yang utama. Bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional adalah bahasa resmi dan digunakan oleh masyarakat, akan tetapi bahasa
Toraja pun diajarkan di semua sekolah dasar di Tana Toraja. Tongkonan adalah
rumah tradisional Toraja yang berdiri di atas tumpukan kayu dan dihiasi dengan
ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning didaerah lain sering disebut lumbung.
Alat Musik Tradisional Suku Toraja yaitu Passuling, Pa'pombang/Pa'bas,
Pa'karobbi, Pa'tulali', Pa'geso'geso'.
B. SARAN
Kebudayaan Indonesia yang beragam seharusnya tidak kita sia-siakan
begitu saja, sebagai bangsa yang mencintai tanah air, kita harus mampu
melestarikan kebudayan-kebudayaan bangsa. Jika kita tidak mampu
melestarikannya, Kebudayaan yang kita miliki semakin lama akan semakin punah.
Oleh sebab itu, kita harus dapat mempelajari sedikit banyaknya tentang
kebudayaan-kebudayaan daerah, biarpun kebudayaan tersebut bukan berasal dari
daerah kita semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita baik saya maupun
pembaca. Jika ada salah- salah mohon di maafkan dan memberikan kritikan yang
membangun.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/suku toraja

http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1724/lumbumg-padi-ala-tana-toraja

https://www.academia.edu/36041578/budaya_toraja_dan_obyek_wisata_alamnya

http://www.romadecade.org/suku-toraja/#

16

Anda mungkin juga menyukai