[sunting]Mitos
"Rante"
Rante adalah tempat upacara pemakaman secara
adat yang dilengkapi dengan
batu menhir/megalit yang dalam bahasa Toraja
disebut simbuang batu. Pada salah satu rante, 102
bilah batu menhir berdiri dengan megah. Menhir ini
terdiri atas 24 bilah ukuran besar, 24 bilah ukuran
sedang, dan 54 bilah ukuran kecil. Ukuran menhir
ini mempunyai nilai adat yang sama, perbedaan
tersebut hanyalah faktor perbedaan situasi dan
kondisi pada saat pembuatan/pengambilan batu.
Simbuang batu ini hanya diadakan apabila yang
meninggal adalah pemuka masyarakat dan
upacara diadakan dalam tingkat rapasan
sapurandanan. Dalam upacara tersebut dipotong
sekurang-kurangnya 24 ekor kerbau.
[sunting]Tau-tau
1
2
3
4
5
(98 votes)
Tana Toraja memiliki alam
dan budaya nan memesona.
Tak heran, kabupaten di
Sulawesi Selatan itu
banyak dikunjungi
wisatawan. Selain
panorama gunung dan persawahan, seni ukir yang
menghias rumah-rumah adat menjadi tontonan yang
menawan.
Konon, leluhur orang Toraja adalah manusia yang berasal dari nirwana. Menurut mitos yang hingga kini tetap
di kalangan masyarakat Toraja, nenek moyang mereka yang pertama menggunakan "tangga dari langit" untuk
nirwana.
Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis Sidendreng dan Bugis Luwu. Orang Sidendreng menamaka
penduduk daerah ini dengan sebutan To Riaja, yang berarti "orang yang berdiam di negeri atas atau pegunung
Memang Kabupaten Tana Toraja letaknya kurang lebih 300-600 meter di atas permukaan laut. Orang Luwu
menyebutnya To Riajang yang artinya "orang yang berdiam di sebelah barat".
Versi lain, kata Toraja berasal dari Tau=(orang), Maraya=orang besar, bangsawan. Kata Tana berarti negeri,
tempat pemukiman suku Toraja dikenal dengan Tana Toraja.
Secara administratif, Kabupaten Tana Toraja mempunyai luas wilayah 3.205,77 km2, terdiri dari 15 kecamata
lembang, dan 27 kelurahan yang masing-masing dipimpin oleh kepala camat, kepala lembang, dan kepala lur
Lembang tersebut di era otonomi ini langsung pilih oleh rakyat secara demokrasi.
Seni Ukir
Salah satu jenis kesenian yang yang terkenal dan khas adalah seni ukir, yang sama umurnya dengan leluhur T
Jenis ukiran ini dipakai sebagai dekorasi, baik eksterior maupun interior pada rumah adat Toraja (tongkonan)
termasuk pada lumbung padi (alang sura).
Semua ukiran yang terdapat pada rumah dan lumbung merupakan simbol makna hidup orang Toraja. Ukiran-
ada yang bermakna hubungan manusia Toraja dengan pencipta-Nya, dengan sesama manusia (lolo tau), terna
patuon), dan tanaman (lolo tananan).
Terik sinar matahari terasa semakin menyengat saat dipantulkan oleh papan berwarna merah yang menopang
bangunan berbentuk perahu kerajaan Cina. Guratan pisau yang membekas di atas papan berwarna merah mem
ukiran, tanda status sosial pemiliknya.
Deretan tanduk kerbau yang terpasang/digantung di depan rumah, juga menambah keunikan bangunan dari k
tersebut. Bentuk bangunan unik yang dapat dijumpai di hampir setiap pekarangan rumah masyarakat Toraja i
dikenal dengan tongkonan.
Konon kata tongkonan berasal dari tongkon, yang berarti duduk. Dahulu rumah ini merupakan pusat pemerin
kekuasaan adat, dan perkembangan kehidupan sosial budaya masyarakat Toraja. Rumah ini tidak bisa dimilik
perseorangan melainkan turun temurun oleh keluarga atau marga suku Tana Toraja.
Dengan sifatnya yang demikian, tongkonan mempunyai beberapa fungsi. Antara lain sebagai pusat budaya, p
pembinaan keluarga serta pembinaan peraturan keluarga dan kegotong royongan, pusat dinamisator, motivato
stabilator sosial.
Tongkonan mempunyai fungsi sosial dan budaya yang bertingkat-tingkat di masyarakat. Dikenal beberapa jen
lain tongkonan layuk atau tongkonan pesio'aluk, yaitu tempat menyusun aturan-aturan
sosial keagamaan.
Ada 67 Jenis
Jumlah ukiran diperkirakan 67 jenis dengan aneka corak dan makna. Warna ukiran terdiri dari merah, kuning
hingga hitam. Semua berasal dari tanah liat, yang disebut litak, kecuali warna hitam dari jelaga (hitam arak pa
atau bagian dalam batang pisang muda.
Masih ada jenis seni yang merupakan bagian tak terpisahkan dalam hidup dan budaya orang Toraja, yakni sen
Seni ini dapat dilihat pada tongkonan merambu (rumah adat) dan tongkonan tang merambu (kuburan/patane).
Peralatan hasil seni pahat yang harus ada pada rumah adat (tongkonan) adalah kabongo', yaitu kepala kerbau
dipahat dari kayu cendana atau kayu nangka, dilengkapi tanduk kerbau asli. Kabongo' ini berarti bahwa tongk
milik pemimpin masyarakat, tempat melaksanakan kekuasaan adat.
Tongkonan merupakan peninggalan yang harus selalu dilestarikan. Hampir seluruh tongkonan menarik untuk
dikunjungi, agar kita bisa mengetahui adat istiadat masyarakat Toraja.
Benteng Buntu Barana' di Takala pada abad XVIII dulu dibuat Sia
Ne'Salubersama istrinya L. Ta'bi. Benteng Buntu Barana dibuat dengan basis
pertahanan dalam menghadapi peperangan melawan musuh-musuh, baik yang
datang dari luar maupu dari dalam. Benteng Buntu Barana' ini diperkuat oleh
dukungan dari gabungan wakil-wakil masyarakat Tobarani seperti dari Tondon,
Kesu', Madandan, Balepe', Pangala' dan beberapa kampung lainnya dalam suatu
misi tersendiridari 10 orang yang lebih dikenal To Padatindo dalam menghadapi
lawan yang datangnya dari luar Tana Toraja.
Ketiga benteng ini tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain oleh karena
merupakan satu kesatuan yang strategis sebagai benteng pertahanan yang tidak
pernah terkalahkan, ketika perang melawan penjajahan Belanda, yang dipelopori
oleh Tanga Layuk dan Sitto.
Pada lokasi Benteng Buntu Barana' juga kita dapat menyaksikan panorama
yang sangat indah ke beberapa penjuru seperti arah ke Bori Tallunglipu
dan kota Rantepao. Jaraknya dari kota Rantepao ± 4 km.
Buntu Kalando
Tongkonan ini dibangun bersama dengan tiga lumbung padi (Alang Sura').
Buntu Kalando sebagai Tongkonan Tananan Lantangna Kaero Tongkonan Layuk
dilengkapi dengan beraneka ragam tanduk yaitu tanduk kerbau, tanduk rusa, dan
tanduk anoa terpampang di bagian muka Tongkonan dua buah kabongo' yaitu satu
kabongo' bonga' Sura' dan satu kabongo' pudu' serta di atasnya didudukkan katik
yang menyerupai langkan maega (burung elang), perlambang kebesaran.
Sebagai museum dalam tongkonan ini dilengkapi barang-barang koleksi antara lain:
• Daya tarik utama: Passiliran (Kuburan pada pohon hidup untuk bayi
yang masih belum tumbuh gigi)
• Lokasi desa/lembang: Buntu Sangalla'
Lemo
Lo'Ko Mata suatu lokasi yang diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa mengambil
posisi di lereng gunung Sesean pada ketinggian ± 1400m di atas permukaan laut.
Suatu tempat yang sangat menawan, fantastic dan bila seseorang datang dan
menyaksikan serta merenungkan ciptaan ini rasa kangen pasti ada.
Selain itu Anda dapat menyaksikan panorama alam yang sangat indah dan
deru arus sungai di bawah kaki kuburan alam ini. Yang terletak di desa Pangden ±30
km darikota Rantepao. Nama Lo'ko' Mata diberi kemudian oleh karena batu alam
yang dipahat ini menyerupai kepala manusia, tetapi sebenarnya Liang Lo'ko' Mata
sebelumnya bernama Dassi Dewata atau Burung Dewa, oleh karena liang ini
ditempati bertengger dan bersarang jenis-jenis burung yang indah-indah warna
bulunya, dengan suara yang mengasyikkan kadang menakutkan.
Pada abad XIV (1480) datanglah pemuda kidding yang memahat batu
raksasa ini untuk makam mertuanya yang bernama Pong Raga dan Randa Tasik (I)
selanjutnya pada abad XVI tahun 1675 lubang yang kedua dipahat oleh Kombong
dan Lembang. Dan pada abad XVII lubang yang ketiga dibuat oleh Rubak dan Datu
Bua'. Liang pahat ini tetap digunakan sampai saat ini saat kita telah memasuki abad
XX. Luas areal wisata Lo'ko' Mata ± 1 ha dan semua lubang yang ada sekitar 60
buah.
Lombok Parinding
Bukti sejarahnya adalah sebuah buku besar yang modelnya persis dengan
sebuah kapal dikawal oleh dua batu kecil yang modelnya seperti perahu berada di
Sungai Sa'dan di desa Malango' (Rantepao) sebelah kanan jembatan Malango' yang
menurut cerita leluhur secara turun-temurun adalah kapal milik Datu Bendurana
yang datang mencari dan menyelidiki Datu Manili (Londorundun). Mereka
dipertemukan dalam jodoh dan oleh sebab itu orang Bone tidak boleh berselisih
dengan orang Toraja, karena mereka mempunyai "Basse" atau "Perjanjian". Salah
satu saudara kandung Londorundun adalah "Puang Bualolo" kawin ke wilayah
Sa'dan, dan menjadi leluhur pemilik Museum Londorundun yang terletak di Desa
Tallunglipu, kompleks Bolu-Rantepao.
Pala'tokke
• Daya tarik utama: Kuburan tergantung
• Lokasi desa/lembang: La'bo'
Syahdan, dahulu ada seorang pria yang memiliki kesaktian, berbekal kesaktiannya
pula Pala' Tokke mulai memanjat tebing dengan cara merangkak untuk kemudian
membuat lubang pada tebing yang digunakan untuk menancapkan kayu sebagai
penahan erong (peti mayat purba). Atas jasanya maka daerah ini kemudian diberi
nama Pala' Tokke oleh masyarakat sekitar.
Berkunjung ke Pala' Tokke dapat melihat peti mati yang menyerupai sebuah rak
yang digantung pada sebuah tebing gunung.
Palawa'
Obyek wisata Pongtimbang adalah salah satu liang pahat yang dibuat
pertama kali oleh seorang pria bernama Pandarrak. Pongtimbang berarti sumber
menerima berkat (Pong = sumber, Timbang = menerima berkat). Di desa inilah
acara Ma'Nene' (membersihkan kuburan-kuburan leluhur) setiap 5 tahun sekali
dilakukan oleh masyarakat oleh karena masyarakat percaya bahwa membersihkan
dan mengkafani kembali mayat-mayat yang telah lapuk pembungkusnya (balunna)
adalah sesuatu yang mulia, di mana leluhur-leluhur akan senantiasa mengingat dan
memberkahi turunan dan generasinya.
Potek Tengan
Ya, itulah 'Batu Suci' sebagai penjelmaan dari mayat 'Puang Pindakati'
istri dari Datu Sawerigading. Permaisuri Datu Sawerigading ini dipuji-puji
masyarakatnya di masa silam sebagai 'Dewi Pelindung' (Penolong). Sebagai
penghormatan bagi Dewi Pelindung ini diadakan 'Pesta Meroek' setiap tahun.
Sarana prasarana menuju obyek sebagian sudah baik, tetapi sebagian pula
yang masih jalan setapak model jalan kampung tempo dulu. Namun Anda tidak
merasa lelah dan tiba-tiba telah berada di puncak potok tengan, oleh karena melalui
jalan-jalan ke Potok Tengan ada kekuatan gaib yang mengantar Anda.
Ranpanan Kapa'
Ranpanan kapa' adalah upacara perkawinan secara adat di Tana Toraja, yang
dilaksanakan oleh orang-orang tua tempo dulu, dengan memenuhi beberapa
persyaratan antara lain pihak laki-laki wajib menyerahkan mas kawin berupa "kaleke'
dan pangan". Tetapi untuk zaman di alam modern ini, pihak laki-laki dan pihak
perempuan sama-sama membiayai pesta pernikahan (toleransi atau patungan) juga
pakaian pengantin telah dimodifikasi.
Ranta Tendan
Suaya
Tiro Tasik
Tiro : melihat/memandang
Tasik : laut lepas
Tiro Tasik adalah salah satu obyek wisata di mana Anda dapat menikmati laut
lepas Teluk Bone. Sungguh suatu mujizat yang besar bahwa Tiro Tasik berada di
tengah-tengah pegunungan, tetapi secara penglihatan dapat sangat dekat dengan
laut. Juga pemandangan alamnya yang indah menawan dan hawanya yang sejuk.
Tiro Tasik pada zaman dahulu dijadikan benteng pertahanan masyarakat distrik
Sa'dan Matallo. Tiro Tasik adalah tanah milik Tongkonan Buntu Busia dan Sellak.
Apabila Anda berada pada lokasi ini sejauh mata memandang arah sebelah
timur Anda menyaksikan Teluk Bone dengan perahu-perahu layarnya yang pantang
surut sekali terkembang. Arah Selatan dengan pemandangan sebagian alam Toraja
yang indah permai berhiaskan lembah, bukit, dan sawah-sawah tersusun rapi secara
alamiah. Arah Barat Anda dapat melihat Gunung Sesean yang menjulang tinggi
dengan batu cadasnya yang diselingi pohon-pohon arabica. Arah Utara Anda dapat
menyaksikan lebatnya hutan-hutan lindung yang ditumbuhi bermacam-macam jenis
pohon tropis. Sepanjang jalan ke arah obyek wisata Tiro Tasik tak jemu-jemunya
menyaksikan ciptaan-ciptaan leluhur yang antik dan bergengsi. Yakni perumahan
adat milik masyarakat antara lain : Tongkonan Rea, Belo Sa'dan, Tammuan Allo'
Buntu Lobo', Pambalan, Pantu dan Belo Bua', dengan wanita-wanitanya yang
sedang mengayunkan "Balida"nya (alat tenun tradisional), untuk menenun kain-kain
tradisional yang cantik dengan nama tenunan Paruki' (Tenun Ukir). Dan bila Anda
merasa haus silakan mencicipi sang suke Tuak mammi'na To Sa'dan dengan nama
"Tuak Sissing Beang" yang sangat harum aromanya dan membuat si peminum
bertambah semangat.
To'barana
Berlarut dalam situasi sedemikian ini oleh keluarga dari leluhur Toma'tau
Tallu' di mana Pagonggang memegang tampuk kekuasaan (Puang Pagonggang)
sebagai pengatur segala sesuatu di daerah yang dihuni (di daerah Batualu), namun
seperangkatannya (Bongi/Paliun) tetap memegang teguh dan utuh memimpin
daerah kekuasaannya masing-masing, yang tersimpul dalam idiom Toraja (Kada
Bola'na Toraya) dari ketiga seperangkatan, dengan semboyan masing-masing pihak
sebagai berikut :
Tana Toraja merupakan salah satu daya tarik wisata Indonesia, dihuni
oleh Suku Toraja yang mendiami daerah pegunungan dan
mempertahankan gaya hidup yang khas dan masih menunjukkan gaya
hidup Austronesia yang asli dan mirip dengan budaya Nias. Daerah ini
merupakan salah satu obyek wisata di Sulawesi Selatan yang sangat
menarik dan tidak boleh anda lewatkan.
Berikut ini adalah daftar beberapa tempat menarik yang mungkin bisa
anda kunjungi :
Pallawa.
Tongkonan Pallawa adalah salah satu tongkonan atau rumah adat yang
sangat menarik dan berada di antara pohon-pohin banbu di puncak bukit.
Tongkonan tersebut didekorasi dengan sejumlah tanduk kerbau yang
ditancapkan di bagian depan rumah adat. Terletak sekitar 12 Km ke arah
utara dari Rantepau.
Londa.
Londa adalah bebatuan curam di sisi makam khas Tana Toraja. Salah
satunya terletak di tempat yang tinggi dari bukit dengan gua yang dalam
dimana peti-peti mayat diatur sesuai dengan garis keluarga, di satu sisi
bukit lainya dibiarkan terbuka menghadap pemandangan hamparan hijau.
Terletak sekitar 5 Km ke arah selatan dari Rantepau.
Ke’te Kesu.
Obyek yang mempesona di desa ini berupa Tongkonan, lumbung padi dan
bangunan megalith di sekitarnya. Sekitar 100 meter di belakang
perkampungan ini terdapat situs pekuburan tebing dengan kuburan
bergantung dan tau-tau dalam bangunan batu yang diberi pagar. Tau-tau
ini memperlihatkan penampilan pemiliknya sehari-hari. Perkampungan ini
juga dikenal dengan keahlian seni ukir yang dimiliki oleh penduduknya
dan sekaligus sebagai tempat yang bagus untuk berbelanja souvenir.
Terletak sekitar 4 Km dari tenggara Rantepau.
Batu Tumonga.
Di kawasan ini anda dapat menemukan sekitar 56 batu menhir dalam satu
lingkaran dengan 4 pohon di bagian tengah. Kebanyakan batu menhir
memiliki ketinggian sekitar 2 – 3 meter. Dari tempat ini anda dapat
melihat keindahan rantepau dan lembah sekitarnya. Terletak di daerah
Sensean dengan ketinggai 1300 Meter dari permukaan laut.
Lemo.