Anda di halaman 1dari 6

Toraja

Melihat Suku Toraja sejenak Secara geografis, Komunitas Suku Toraja


bertempat tinggal pada pegunungan di bagian utara sulawesi selatan. Lebih spesifik
pada letaknya, Suku Toraja terletak di kabupaten Tana Toraja yang terletak dalam
satuan kepemerintahan Provinsi Sulawesi Selatan yang mana memiliki ibukota
bernama Makale. Pada tahun 2007 kabupaten ini memiliki jumlah populasi sebanyak
248.607 jiwa. batas-batas geografis Kabupaten Tana Toraja di utara berbatasan
dengan Kabupaten Mamuju, dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu,
lalu pada sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Enkerang, sementara pada
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Mamasa. Berada pada zona waktu
indonesia tengah, Secara klimatologi Kabupaten Tana Toraja termasuk kedalam daerah
yang beriklim Tropis Basah.

Nama Toraja sendiri sebenarnya merupakan kata dari Bahasa Bugis


yaitu to riaja yang mana berarti “orang yang berdiam di negeri atas”.

Bahasa

Bahasa Toraja diucapkan dan tidak memiliki sistem tulisan. Untuk menunjukkan
konsep keagamaan dan sosial, suku Toraja membuat kayu dan menyebutnya Pa’ssura
(tulisan). Oleh karena itu, ukiran kayu merupakan perwujudan budaya Toraja.
Bahasa Toraja adalah bahasa yang dominan di Tana Toraja, dengan Sa’dan
Toraja sebagai dialek bahasa yang utama. Bahasa Indonesia sebgai Bahasa Nasional
adalahbahasa resmi dan digunakan oleh masyarakat, akan tetapi bahasa Toraja pun
diajarkan di semua sekolah dasar di Tana Toraja.
Ragam bahasa di Toraja antara lain Kalumpang, Tae’, Talondo’, Toala’, dan Toraja-
Sa’dan, dan termasuk dalam rumpun bahasa Melayu-Polinesia dari bahasa
Austronesia.
Pada mulanya, sifat geografis Tana Toraja yang terisolasi membentuk banyak
dialek dalam bahasa Toraja itu sendiri. Setelah adanya pemerintahan resmi di Tana
Toraja, beberapa dialek Toraja menjadi pengaruh oleh bahasa lain melalui proses
transmigrasi, yang diperkenalkan sejak masa penjajahan. Hal itu adalah penyebab
utama dari keragaman dalam bahasa Toraja.

System pengetahuan
Di Tanah Toraja terdapat beberapa kesenian yang dapat memberikan suatu
pengetahuan secara tak langsung tentang adat dan istiadat serta pengetahuan tentang
sejarah Tanah Toraja. Diantaranya kesenian upacara Rambu Tuka’.
Upacara syukuran atau Rambu Tuka’, antara lain adalah upacara perkawinan, maupun
selamatan rumah (membangun rumah, merenovasi atau memasuki rumah baru).
Upacara selamatan rumah disebut juga upacara pentahbisan rumah. Upacara jenis ini
harus dilaksanakan pagi hari dan diharapkan selesai di sore hari. Pemotongan hewan
korban juga dilakukan, namun jumlahnya tidak sebanyak saat upacara kematian. Itu
juga yang menyebabkan banyak anggapan bahwa upacara kematian di Tator memang
lebih meriah dibandingkan upacara lainnya

System kemasyarakatan
Adapun pembagian kasta(tana') tersebut terbagi menjadi 4 tingkatan antara lain :
1. Tana' bulaan(kasta bangsawan tertinggi)
2. Tana' bassi(kasta bangsawan menengah)
3. Tana' karurung(kasta rakyat merdeka)
4. Tana' kua-kua(kasta hamba)
Semua tingkatan tana' tersebut dalam masyarakat dan upacara-upacara adat
dan budaya sangat diperhatikan, umpama dalam perkawinan dimana seorang kasta
rendah laki-laki tidak boleh kawin dengan kasta di atasnya,tp sebaliknya kasta laki-laki
di atas boleh kawin dengan kasta rendah tp turunan anak-anaknya tidak diakui
kastanya

Begitupun perceraian dalam keluarga yang bersalah harus membayar suati


denda yang disebut "kapa". Hukum dendanya sebagai berikut:
1. Untuk tana' bulaan nilai hukumannya 24 ekor kerbau sang pala'
2. Untuk tana' nassi nilai hukumannya 6 ekor kerbau sang pala'
3. Untuk tana' karurung nilai hikumannya 2 ekor kerbau sang pala'
4. Untuk tana' kua-kua nilai hukumannya 1 ekor babi betina yang sudah pernah
beranak.

Mata pencahrian
Sebelum masa Orde Baru, ekonomi Toraja bergantung pada pertanian dengan adanya
terasering di lereng-lereng gunung dan bahan makanan pendukungnya adalah
singkong dan jagung. Banyak waktu dan tenaga dihabiskan suku Toraja untuk
berternak kerbau, babi, dan ayam yang dibutuhkan terutama untuk upacara
pengorbanan dan sebagai makanan. Satu-satunya industri pertanian di Toraja adalah
pabrik kopi Jepang
Para perajin parang tersebar di berbagai wilayah Toraja. Namun kalau Anda
ingin melihat proses pembuatannya, maka datanglah pada hari pasaran (6 hari sekali)
yang digelar di Rantepao. Hari pasaran ini merupakan pasar terluas di Toraja, dengan
keistimewaan perdagangan kerbau dan babi yang sangat besar.

Kesenian
Eksistensi tongkonan hingga kini layak kita hargai sebagai keteguhan
memegang adat, tradisi dan kearifan lokal yang begitu berharga.
Bangunan yang memiliki tata letak berorientasi utara-selatan dengan pintu utama
di utara ini mengambil filosofi "perahu yang mengarungi lautan luas kehidupan".
Dengan konstruksi "knock down" yang sangat rumit dan cerdas, tongkonan dirancang
sebagai rumah panggung dari kayu-kolong di bawah diapaki sebagai kandang kerbau-
dan konstruksi tahan gempa. Arah orientasi bangunan yang memiliki makna ini secara
garis besar menggambarkan keseimbangan. Makna dan filosofi arah bangunan ini
kemudian disimbolkan melalui ukiran-ukiran kayu dan ornamen yang menghiasi seluruh
rumah.

Seperti elemen tanduk kerbau yang menggambarkan status sosial dan


berhubungan juga dengan fase kematian dalam hidup. Selain itu terdapat ukiran kayu
yang selalu menyimbolkan kebaikan dengan menggunakan empat warna dasar hitam
(kematian), kuning (anugerah dan kekuasaan ilahi), putih (suci) dan merah (kehidupan
manusia). Keempat warna ini juga merepresentasikan kepercayaan asli suku Toraja
yaitu aluk to dolo.

Ukiran yang menjadi ornamen tongkonan ini kemudian tidak hanya menjadi
representasi tingginya nilai seni, artistik dan manifesto budaya terutama sosial dan
religi. Dengan mengambil inspirasi dari alam, motif ukiran merupakan abstraksi dan
geometris dari binatang dan tumbuhan dalam tatanan yang berulang. Di sinilah
ornamen tidak hanya artistik secara visual, tetapi maknanya membentuk cerita, do'a
dan apresiasi pemilik terhadap kehidupan.
Ornamen akhirnya hanya sebuah bagian kecil dari pesona arsitektur Toraja dari
living culture yang masih terjaga. Keseimbangan hidup yang dielaborasi dalam simetris,
keterikatan dan berorientasi seharusnya bisa terus digali untuk menginspirasi
perkembangan arsitektur masa kini.
CONSERVE

Saat ini modernisasi semakin lama merambah dalam keseharian masyarakat


Toraja dan sedikit demi sedikit mengubah pola pikir masyarakat tradisional menjadi
modern, serba praktis dan terbuka terhadap seni budaya dari luar. Sayangnya banyak
pemahaman salah kaprah dalam mewujudkan modernisasi, seperti perubahan material
atap rumah tongkonan dan persilangan antara rumah panggung tradisional dengan
landed house. Saat ini banyak ditemui rumah modern beratap seng yang kemudian
menghasilkan generasi arsitektur Toraja yang semakin kehilangan identitas. Semakin
mendekati pusat kota rumah tradisional Toraja sedikit demi sedikit mulai kehilangan
jiwanya, sementara jauh dari pusat kota semakin banyak ditemukan bangunan yang
masih menjaga nilai dan jiwa arsitektur Toraja sebagai living culture yang terjaga
keasliannya.

Rambu Solo'
Rambu Solo' merupakan upacara kedukaan yang sakral dan sarat akan
makna, yang dilaksanakan setelah jam 12 siang.
Beberapa macam-macam rambu solo yang dikenal di Toraja :
1. Dibabongi/Disilli
artinya dalam upacara tersebut tidak ada apa-apa yang dapat dikurbankan
(kerbau) kecuali babi 1 ekor.
2. Dipasangbongi
artinya dalam upacara tersebut sudah ada hewan yang dikurbankan melalui
kerbau 1 ekor.
3. Dipatallubongi
artinya dalam upacara tersebut jumlah kerbau yang dapat dikurbankan terdiri 4-8
ekor kerbau.
4. Ditombi
Dalam upacara tersebut minimal banyaknya kerbau yang dikurbankan ialah 12
ekor.
5. Sapurandanan
upacaran kedukaan ini hanya bisa berlangsung khusus bagi orang-orang yang
memiliki strata social diatas dari orang lain mengapa demikian karena dalam upacara
pelaksanaannya minimal 24 kerbau yang dapat dikurbankan.

CATATAN :
Ditombi dan Sapurandanan memiliki upacara yang unik mulai dari ma’
karudusan( penurunan peti mayat dari atas rumah tongkonan), ma’ batang (perarakan
peti). Mang riu batu ( pengambilan batu/menhir yang akan ditanam sebagai symbol
strata social yang tinggi bagi yang telah meninggal), di torroi ( tempat upacara
berlangsung dapat ditempati untuk kerabat dekat untuk tinggal sementara), mantunu'
( pemotongan hewan), dan ma’ kaburu ( penguburan).

2. Rambu Tuka'
merupakan upacara syukuran yang berlangsung dibawah jam 12 siang.
macam –macam rambu tuka :
1. Mang rara banua
artinya pengucapan syukur atas berdirinya rumah baru.
2. Ma’ to kawin
artinya pesta orang nikah.
dan masih banyak lagi..

Anda mungkin juga menyukai