PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
TIJAUAN PISTAKA
Kata toraja berasal dari bahasa Bugis, to riaja, yang berarti "orang yang berdiam
di negeri atas". Pemerintah kolonial Belanda menamai suku ini Toraja pada tahun
1909.[3] Suku Toraja terkenal akan ritual pemakaman, rumah adat tongkonan dan ukiran
kayunya. Ritual pemakaman Toraja merupakan peristiwa sosial yang penting, biasanya
dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari. Kata toraja berasal
dari bahasa Bugis, to riaja, yang berarti orang yang berdiam di negeri atas. Pemerintah
kolonial Belanda menamai suku ini Toraja pada tahun 1909. Ada juga versi lain bahwa
kata Toraya asal To = Tau (orang), Raya = dari kata Maraya (besar), artinya orang orang
besar, bangsawan. Lama-kelamaan penyebutan tersebut menjadi Toraja, dan kata Tana
berarti negeri, sehingga tempat pemukiman suku Toraja dikenal kemudian dengan Tana
Toraja.Suku Toraja terkenal akan ritual pemakaman, rumah adat tongkonan dan ukiran
kayunya. Ritual pemakaman Toraja merupakan peristiwa sosial yang penting, biasanya
dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari.
Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi
Selatan , indonesia Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa, dengan 500.000 di
antaranya masih tinggal di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan
Kabupaten Mamasa. Mayoritas suku Toraja memeluk agama Kristen, sementara
sebagian menganut Islam dan kepercayaan animisme yang dikenal sebagai Aluk To Dolo.
Pemerintah Indonesia telah mengakui kepercayaan ini sebagai bagian dari Agama Hindu
Dharma.
2.2 Arsitektur Toraja (Tongkonan)
1. Tongkonan Pangrapa'(Kabarasan)
2. Tongkonan Sangtanete Jioan
3. Tongkonan Nosu (To intoi masakka'na)
4. Tongkonan Sissarean
5. Tongkonan Karampa' Panglawa padang
6. Tongkonan Tomentaun
7. Tongkonan To'lo'le Jaoan
8. Tongkonan To Barana'
Banyak rumah adat yang konon dikatakan tongkonan di Sillanan, tetapi menurut
masyarakat setempat, bahwa yang dikatakan tongkonan hanya 12 seperti tercatat di
atas. Rumah adat yang lain disebut banua pa'rapuan. Yang dikatakan tongkonan di
Sillanan adalah rumah adat di mana turunannya memegang peranan dalam masyarakat
adat setempat. Keturunan dari tongkonan menggambarkan strata sosial masyarakat di
Sillanan. Contoh Tongkonan Pangrapa' (Kabarasan)/ pemegang kekuasaan
pemerintahan. Bila ada orang yang meninggal dan dipotongkan 2 ekor kerbau, satu
kepala kerbau dibawa ke Tongkonan Pangrapa' untuk dibagi-bagi turunannya.
3.1 Sistem Kepercayaan, Sistem Upacara Dan Sistem Kekerabatan Dan Masyarakat
Kekuasaan di bumi yang kata-kata dan tindakannya harus dipegang baik dalam
kehidupan pertanian maupun dalam upacara pemakaman, disebut to minaa (seorang
pendeta aluk). Aluk bukan hanya sistem kepercayaan, tetapi juga merupakan gabungan
dari hukum, agama, dan kebiasaaan. Aluk mengatur kehidupan bermasyarakat, praktik
pertanian, dan ritual keagamaan. Tata cara Aluk bisa berbeda antara satu desa dengan
desa lainnya. Satu hukum yang umum adalah peraturan bahwa ritual kematian dan
kehidupan harus dipisahkan. Suku Toraja percaya bahwa ritual kematian akan
menghancurkan jenazah jika pelaksanaannya digabung dengan ritual kehidupan.[19]
Kedua ritual tersebut sama pentingnya. Ketika ada para misionaris dari Belanda,
orang Kristen Toraja tidak diperbolehkan menghadiri atau menjalankan ritual
kehidupan, tetapi diizinkan melakukan ritual kematian. Akibatnya, ritual kematian
masih sering dilakukan hingga saat ini, tetapi ritual kehidupan sudah mulai jarang
dilaksanakan.
B. Sistem Upacara masyarakat Toraja
Upacara Keagamaan
Upacara keagamaan aluk todolo umumnya selalu diadakan di Tana Toraja
adalah berhubungan erat dengan upacara keagamaan atau acara adat dengan memotong
ayam, babi, atau kerbau. Kehidupan masyarakat Toraja sepanjang tahun terlibat dalam
upacara keagamaan seperti pesta panen padi, pesta rumah adat dan pemakaman orang
mati.
Upacara keagamaan itu terbagi dua
a. Upacara Rambu Tuka atau Aluk Rampe Matallo.
Upacara rambu tuka ialah menyembah kepada Dewata dan Puang Matua dengan
memotong ayam, babi, atau kerbau dibawah pimpinan Tominaa. Upacara ini disebut
rambu tuka sebagai bahasa sastra yang mengidentikkan sebagai upacara syukur
yang mennggembirakan atau yang baik baik. Upacara rambu tuka sering disebut
juga aluk rampe matallo atau upacara keagamaan yang dilaksanakan pada pagi hari
di bagian timur dari letak rumah. Pemimpin agama selalu menghadap ke timur,
mempersembahkan korban yang dibawakan.
Tata letak kustom rumah Tongkonan selalu berorientasi Utara dan Selatan, hal
ini diperhitungkan dalam membuat desain arsitektur. Secara rinci, bagian depan rumah
harus berorientasi Utara atau kebiasaan Toraja disebut arah Puang Matua Ulunna
langi. Sementara rumah harus berorientasi ke arah belakang Selatan, atau diyakini arah
roh Pollona Langi . Sementara dua arah mata angin lainnya Timur dan Barat
melambangkan kehidupan dan pemeliharaan. Arah ke Timur diyakini arah DEA atau
Dewa yang memberikan hidup dan melestarikan dunia dan segala isinya. Sementara
Barat diyakini arah mana nenek moyang atau Todolo.
Konsep hirarki rumah Toraja (banua) Kata toraja yang dimaknakan sebagai
sesuatu yang tinggal di gunung atau sesuatu yang tinggal di tempat tinggi, berasal
dari kata raja (dalam bahasa Sansekerta berarti penguasa). Rumah tradisional ini terdiri
dari tiga bagian berdasarkan hirarkinya.
1) Bagian atas, loteng (langi) merupakan dunia/alam atas yang
melambangkan sorga dan dianggap paling sakral;
2) Ruang tengah merupakan ruang dunia kehidupan manusia (padang);
3) Ruang bawah rumah/kolong merupakan dunia bawah, tempat
kehidupan makhluk setan;
4) Kaki bangunan paling bawah akan ditopang pada kepala dewa Pong
Tulak Padang;
5) Sementara dewa tertinggi, Puang Matua, bertempat di alam sorga teratas
(ulunna langi) dan ini disimbolkan dengan matahari dan pergerakannya;
6) Rumah bangsawan suku Toraja, terdapat ruang tengah di kaki rumah
yang tidak difungsikan, disimbolkan sebagai riri posi atau tempat tali
pusar;
7) Pada badan rumah terdapat ruang yang menjadi orientasi (axis mundi),
atau disimbolkan sebagai pusat alam semesta (petuo), dalam satu sumbu
vertikal dengan ruang di atasnya. Ruang di bawah rumah (kaki
panggung) dianggap sebagai ruang yang sangat berbahaya, terdapat
kekuatan yang dapat mengganggu kehidupan manusia;
8) Padi dan air sebagai sumber kehidupan terdapat di sebelah utara rumah;
9) Tapak rumah akan dibangun mengikuti aliran sungai Sadan. Aliran
sungai dari arah utara ke selatan juga merupakan salah satu sumbu
orientasi perumahan suku Toraja pada umumnya, selain juga mengikuti
orientasi timur-barat sesuai lintasan pergerakan matahari;
10) Laut terdapat di bagian selatan dengan latar belakang Pulau Pongko, asal
nenek moyang masyarakat Toraja sebelumnya;
11) Kuburan juga diletakkan di sebelah selatan;
12) berdekatan dengan gunung Bamba Puang yang legendaris itu;
13) Kuburan bagi para bangsawan diposisikan lebih tinggi daripada kuburan
masyarakat biasa. Kuburan ini dikelilingi oleh pohon kelapa untuk
membantu para roh mencapai alam atas. Rumah suku Toraja diletakkan
sesuai orientasi utara-selatan.
14) Bagian rumah yang dianggap paling sakral adalah bagian loteng paling
utara (lindo puang), sebagai pengejawantahan wajah pemilik rumah itu,
sekaligus juga pintu masuk para dewa ke dalam rumah. Pada sisi rumah
sebelah selatan dan sisi lainnya disimbolkan sebagai kematian, seperti
juga sisi barat, tempat matahari terbenam;
15) Jenasah diposisikan di sebelah barat rumah dengan kepala di selatan,
melambangkan pulau kematian yang berada di sebelah selatan. Kondisi
ini hanya dilakukan pada saat upacara menjelang pemakaman.Jenasah
kemudian diposisikan di timur-barat, dan diperlakukan seolah jenasah
itu masih hidup;
16) Upacara ini merupakan upacara terpenting, akhirnya jenasah
dikeluarkan melalui pintu yang terletak di sisi barat rumah. Sisi selatan
dan sisi barat juga dilambangkan sebagai tempat leluhur dan tempat
peninggalan benda- benda pusaka;
17) Ada juga yang meletakkannya di sudut tenggara ruangan;
18) Sebelah timur rumah merupakan tempat aktivitas para
penghuni, dilambangkan sebagai jantung.
Ukiran kayu
Melihat Rumah Adat Tongkonan Toraja, yang sangat menarik adalah variasi
gambar dan simbol yang diukir menghiasi semua bagiannya. Ukiran-ukiran tersebut
untuk menunjukkan konsep keagamaan dan sosial suku Toraja yang disebut Passura
(Penyampaian). Oleh karena itu, ukiran kayu merupakan perwujudan budaya Toraja.
Pola yang terukir memiliki makna dengan presentase simbol tertentu dari pemilik atau
rumpun keluarga yang punya nilai magis. Ukiran-ukiran Toraja itu diyakini memiliki
kekuatan alam atau supranatural tertentu.
Diperkirakan, tidak kurang dari 67 jenis ukiran dengan aneka corak dan makna.
Warna-warna yang dominan adalah merah, kunig, putih dan hitam. Semua sumber
warna berasal dari tanah liat yang disebut Litak kecuali warna hitam yang berasal dari
jelaga atau bagian dalam pisang muda. Pencipta awal mula ukiran-ukiran magis ini
diyakini dari Ne Limbongan yang mana simbolnya adalah berupa lingkaran berbatas
bujur sangkar bermakna mata angin.
Setiap pola ukiran abstrak punya nama dan kisah antara lain motif empat
lingkaran yang ada dalam bujur sangkar biasanya ada di pucuk rumah yang
melambangkan kebesaran dan keagungan. Makna yang terkandung dalam simbol-
simbol itu antara lain simbol kebesaran bangsawan ( motif paku), simbol persatuan
(motif lingkaran 2 angka delapan), simbol penyimpanan harta ( motif empat lingkaran
berpotongan dan bersimpul) dll. Selain motif-motif abstrak itu, beragam pula pola-pola
yang realistis mengikuti bentuk binatang tertentu antara lain burung bangau (motif
Korong), motif bebek ( Kotte), Anjing ( motif Asu), Kerbau ( Tedong), Babi ( Bai) dan
ayam ( Pamanuk Londong).
Setiap ukiran memiliki nama khusus. Motifnya biasanya adalah hewan dan
tanaman yang melambangkan kebajikan, contohnya tanaman air seperti gulma air dan
hewan seperti kepiting dan kecebong yang melambangkan kesuburan. lambangkan
kerbau atau kekayaan, sebagai harapan agar suatu keluarga memperoleh banyak
kerbau. Panel tengah melambangkan simpul dan kotak, sebuah harapan agar semua
keturunan keluarga akan bahagia dan hidup dalam kedamaian, seperti barang-barang
yang tersimpan dalam sebuah kotak. Kotak bagian kiri atas dan kanan atas
melambangkan hewan air, menunjukkan kebutuhan untuk bergerak cepat dan bekerja
keras, seperti hewan yang bergerak di permukaan air. Hal Ini juga menunjukkan adanya
kebutuhan akan keahlian tertentu untuk menghasilkan hasil yang baik.
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN