Anda di halaman 1dari 16

BUDAYA NUSANTARA

(DCI1D2)

Budaya Suku Tana Toraja

Oleh:

Kelompok 8

Luthfi Fathurrahman Gusna - 1603204122


Amanda Ivana Putri - 1603204131
Faridah - 1603204180
Ammar Amrullah - 1603200197
Muhammad Daffa Wibisono Setiawan - 1603204166

Kelas: DI-44-03

PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR


FAKULTAS INDUSTRI KREATIF
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2020

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………I


ABSTRAK………………………………………………………………………………………………...II
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………...III
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………..VI
1.1 DEFINISI……………………………………………………………………………………..1
1.2 PAPARAN……………………………………………………………………………………2
1.3 ANALISIS ……………………………………………………………………………………3
KESIMPULAN……………………………………………………………………………………………V
SARAN……………………………………………………………………………………………………VI
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………….VII
LAMPIRAN……………………………………………………………………………………………..VIII

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas laporan yang berjudul Budaya Tana Toraja ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Kiki Putri Amelia pada
Budaya Nusantara.Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Budaya Tana
Toraja bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Kiki Putri Amelia selaku dosen Budaya Nusantara yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

3
ABSTRAK

Laporan ini dibuat bertujuan untuk memberi tambaham wawasan tentang suku yang ada di
Indonesia Sendiri yaitu suku Tana Toraja yang memiliki budaya budaya yang sangat kaya.Metode
penelitian yang digunakan adalah deskriptif,metode deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan
dengan membuat gambaran keadaan suatu subjek atau objek dengan rinci. Berdasarkan hasil pembahasan,
ditemukan bahwa Suku Toraja percaya bahwa kematian bukanlah sesuatu yang datang dengan tiba-tiba
tetapi merupakan sebuah proses yang bertahap menuju Puya (dunia arwah, atau akhirat). Dalam masa
penungguan itu, jenazah dibungkus dengan beberapa helai kain dan disimpan dibawah tongkonan

4
PENDAHULUAN

Era globalisasi terus berkembang sepert munculnya penemuan penemuan teknologi baru yang
dapat membantu kita dalam menjalani kehidupan sehari hari kita ,budaya budaya modern dan pemikiran
pemikiran yang baru membuat masyarakat melupakan bahwa kayanya budaya budaya tradisional yang
ada di Indonesia salah satu nya budaya Tana Toraja karena itu penulis membuat laporan tentang
penjelasan budaya Tana Toraja secara terperinci

5
PEMBAHASAN

1.1 DEFINISI

Suku Toraja

Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan, Indonesia.
Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa, dengan sekitar 500.000 di antaranya masih tinggal di
Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Mamasa.Mayoritas suku Toraja
memeluk agama Kristen, sementara sebagian menganut Islam dan kepercayaan animisme yang dikenal
sebagai Aluk To Dolo. Pemerintah Indonesia telah mengakui kepercayaan ini sebagai bagian dari Agama
Hindu Dharma

Kata Toraja berasal dari bahasa Bugis, To Riaja, yang berarti "orang yang berdiam di negeri
atas". Pemerintah kolonial Belanda menamai suku ini Toraja pada tahun 1909. Suku Toraja terkenal akan
ritual pemakaman, rumah adat tongkonan dan ukiran kayunya. Ritual pemakaman Suku Toraja
merupakan peristiwa sosial yang penting, biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama
beberapa hari

1.2 PAPARAN

Sejarah

Asal usul orang Toraja ialah dari Teluk Tonkin yang terletak di antara Cina selatan dan Vietnam.
Pada awalnya, nenek moyang Suku Toraja mendiami wilayah pantai di Sulawesi sebelum akhirnya
berpindah ke dataran tinggi.

Belanda telah melakukan kegiatan perdagangan dan memiliki kekuasaan politik di Sulawesi sejak
abad ke-17. Namun selama sekitar 2 abad mereka tidak memberi perhatian pada wilayah yang ditinggali
Suku Toraja, yaitu dataran tinggi Sulawesi Tengah. Alasannya sederhana, sebab daerah tersebut sulit
dijangkau. Selain itu, tidak terdapat banyak lahan produktif yang dapat dioleh dan memberikan
keuntungan.

6
Letak Suku Toraja

Keluarga Dalam Suku Toraja

Dalam tradisi Suku Toraja, sebuah desa adalah satu keluarga besar. Masyarakat Toraja tinggal di
rumah adat yang bernama rumah Tongkonan. Setiap Tongkonan memiliki nama yang dijadikan nama
desa.

Sistem pernikahan dengan sepupu jauh adalah hal yang biasa dilakukan. Tujuannya adalah untuk
mempererat hubungan kekerabatan. Sepupu jauh yang dimaksud adalah sepupu keempat dan seterusnya.
Sedangkan pernikahan dengan sepupu dekat sangat dilarang dan hanya diperbolehkan bagi kaum
bangsawan.

7
Kelas Sosial Masyarakat Toraja

Terdapat pembagian kelas sosial dalam adat masyarakat Toraja. Masyarakat Toraja terbagi
menjadi 3 kelas, yaitu kaum bangsawan, rakyat biasa, dan budak. Hingga akhirnya perbudakan
dihapuskan pada tahun 1909 oleh Belanda

Dalam hukum adat Toraja, kelas sosial diturunkan dari garis ibu. Seorang laki-laki Toraja tidak
boleh menikahi perempuan dari kelas sosial yang lebih rendah. Tetapi boleh menikahi perempuan dari
kelas sosial yang lebih tinggi

Rumah Tongkonan

Rumah adat Toraja bernama Tongkonan. Rumah ini hanya ditinggali oleh kaum bangsawan dari
Suku Toraja dan menjadi pusat kehidupan masyarakat Toraja. erdapat cerita rakyat yang dipercaya oleh
masyarakat Toraja mengenai pendirian pertama rumah Tongkonan. Masyarakat Toraja percaya bahwa
Tongkonan pertama kali dibangun di surga dengan jumlah 4 tiang. Kemudian leluhur orang Toraja turun
ke Bumi lalu meniru rumah tersebut dan menggelar upacara besar

8
Rumah Tongkonan terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Rumah Tongkonan Batu


Rumah tradisional ini adalah jenis rumah Tongkonan yang ditinggali oleh keluarga bangsawan.
Keluarga bangsawan yang dimaksud ialah orang yang tidak memiliki jabatan atau posisi dalam
pemerintahan setempat.

2. Rumah Tongkonan Pekamberan


Rumah adat ini dihuni oleh keluarga bangsawan yang memiliki wewenang tertentu dalam adat
istiadat dan tradisi setempat.

3. Rumah Tongkonan Layuk


Rumah ini merupakan tempat kekuasaan tertinggi dan digunakan sebagai pusat pemerintahan.
Rumah ini hanya digunakan untuk kegiatan yang berhubungan dengan pemerintahan, bukan sebagai
tempat tinggal.

Upacara Kematian Suku Toraja

Upacara pemakaman dalam masyarakat Toraja disebut Rambu Solo’. Ritual ini hanya dilakukan
oleh kalangan bangsawan karena biayanya sangat mahal. Upacara pemakaman kaum bangsawan biasanya
dihadiri oleh ratusan orang. Acara pun dapat berlangsung selama berhari-hari.

Upacara pemakaman tidak harus dilakukan segera setelah seseorang anggota keluarga meninggal
dunia, namun bisa dilakukan setelah berminggu-minggu, bahkan hingga bertahun-tahun setelah kematian
yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan agar biaya upacara adat pemakaman terkumpul, mengingat
upacara ini membutuhkan biaya yang besar.

Tradisi Adu Kerbau

9
Masyarakat Toraja memiliki tradisi unik, yaitu Ma’ Pasilaga Tedng atau Tedong Silaga. Tradisi
ini merupakan kegiatan adu kerbau yang telah dilakukan sejak zaman nenek moyang Suku Toraja dan
terus dilestarikan hingga kini.

Acara adu kerbau diselenggarakan bersamaan dengan upacara Rambu Solo. Tradisi ini sangat
menarik sehingga banyak wisatawan berkunjung ke Toraja untuk menyaksikannya. Kerbau-kerbau yang
akan diadu akan diberi nama yang unik.

Tarian & Alat Musik

Hampir setiap upacara adat Toraja berkaitan dengan tarian, misalnya pada upacara kematian.
Tarian ini merupakan simbol rasa duka cita, penghormatan serta untuk memberi semangat kepada arwah
karena akan melakukan perjalanan panjang menuju akhirat.

Hal pertama yang dilakukan adalah sekelompok pria membentuk lingkaran dan menyanyikan
lagu sepanjang malam sebagai bentuk penghormatan. Ritual ini disebut Ma’badong. Proses ini dianggap
sangat penting dalam upacara pemakaman.

10
Tarian Ma’randing merupakan prosesi awal ketika jenazah akan dibawa dari lumbung padi
menuju rante atau tempat upacara pemakaman. Selama upacara ini berlangsung, para perempuan dewasa
akan melakukan tarian Ma’katia dengan mengenakan baju berbulu dan bernyanyi.

Tarian Ma’katia adalah tarian yang bertujuan untuk mengingkatkan penonton pada kemurahan
hati dan kesetiaan orang yang meninggal. Setelah kerbau dan babi disembelih, maka sekelompok anal
lelaki dan perempuan akan bertepuk tangan sambil menarikan tarian ceria yang dinamakan Ma’dondan.

Selain saat upacara kematian, orang Toraja juga melakukan tarian dan nyanyian untuk
menyambut musim panen. Tarian Ma’bugi adalah tarian untuk merayakan Hari Pengucapan Syukur, serta
tarian Ma’gandangi merupakan tarian saat menumbuk beras. Ada pula tarian perang, seperti tarian
Manimbong yang dilakukan oleh pria kemudian diikuti tarian Ma’dandan oleh perempuan.

Contoh alat musik tradisional Toraja adalah suling bambu yang disebut Pa’suling. Suling
mempunyai enam lubang yang dimainkan dibanyak tarian, seperti pada tarian Ma’bondensan. Saat alat
musik ini dimainkan, maka sekelompok pria berkuku panjang akan menari tanpa baju.

Selain itu, alat musik asal Toraja yang lain adalah Pa’pelle yang terbuat dari daun palem dan
dimainkan saat panen atau upacara pembukaan ruma

Mata Pencarian

Suku Toraja adalah masyarakat agraris, sehingga mata pencaharian utamanya adalah bercocok
tanam di sawah atau berkebun di ladang. Keseharian mereka diisi dengan kegiatan menanam pafi, jagung,
sayuran, singkong, ubi, kopi, cengkeh, kelapa dan buah markisa. Di masa lalu, Toraja merupakan daerah
penghasil kopi berkualitas.

11
Selain itu, masyarakat Toraja juga melakukan kegiatan beternak kerbai dan babi. Kerbau dan babi
adalah dua hewan penting untuk melengkapi upacara adat Toraja. Orang-orang Toraja juga memelihara
ikan serta beternak ayam dan bebek.

Motif Ukiran Suku Toraja

pa'tedong pa'barre'allo pa're'po'sanguba ne'limbongan

Sistem Kekerabatan

Hubungan kekerabatan orang Toraja disebut marapuan atau parapuan yang berorientasi pada satu
kakek moyang pendiri tongkonan, yaitu rumah komunal atau rumah adat Toraja. Rumah ini menjadi pusat
kekerabatan, kehidupan sosial dan keagamaan.

Kelompok marapuan terdiri atas kerabat dari 2 sampai 5 generasi. Orang Toraja menganut pola
bilateral, sehingga seseorang dapat menjadi anggota dari beberapa rumah tongkonan.

Masyarakat Toraja terbagi menajdi 3 daerah adat, yaitu Kama’dikan, Pakamberan dan
Kapuangan. Daerah Kapuangan mempunyai sistem sosial yang cukup kuat karena terpengaruh oleh
tradisi kerajaan Bugis dan Makassar. Golongan bangsawan Kapuangan disebut dengan Ma’dika,
golongan rakyat disebut Tomakaka, kemudian golongan hamba sahaya yang disebut Kaunan

Kondisi Suku Tana Toraja di Jaman Modern

12
Untuk para wisatawan Toraja sangat terbuka seperti membiarkan
wisatawan melihat upaca pemakamannya.Untuk pengaruh budaya modern
ke budaya Tana Toraja sepertinya tak terlalu terlihat karena mereka sangat
melestarikan budaya mereka seperti upacara Rambu Solo yang
menghabiskan ratusan juta hingga miliyaran mereka masih melakukannya tidak peduli dengan uang yang
di era modern saat ini sangat penting karena mereka lebih mementingkan keluarga mereka daripada uang

1.3 ANALISIS

Penyebab

Penyebab dengan adanya perayaan kematian di Toraja yaitu merekan akan banyak sekali
mengeluarkan biaya yang cukup besar sekitar Rp 664 juta atau sekitar lebih dari 10 kali rata-rata
pendapatan tahunan masyarakat setempat untuk pemakamannya saja dan biaya lainnya untuk pembuatan
Tau-tau atau boneka yang terbuat dari kayu sekitar Rp13 juta

KESIMPULAN
 Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan, Indonesia.
 Mayoritas suku Toraja memeluk agama Kristen, sementara sebagian menganut Islam dan
kepercayaan animisme yang dikenal sebagai Aluk To Dolo
 Rambu Solo' adalah sebuah upacara pemakaman secara adat yang mewajibkan keluarga
almarhum membuat sebuah pesta sebagi tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang telah
pergi

SARAN

Kebudayaan Indonesia yang beragam seharusnya tidak kita siasiakan begitu saja, sebagai bangsa
yang mencintai tanah air, kita harus mampu melestarikan kebudayaan-kebudayaan bangsa. Jika kita tidak
mampu melestarikannya, kebudayaan yang kita miliki semakin lama akan semakin punah. Oleh sebab itu,

13
kita harus dapat mempelajari sedikit banyaknya tentang kebudayaan-kebudayaan daerah, biarpun
kebudayaan tersebut bukan berasal dari daerah kita

SUMBER

[1.] RimbaKita.com. (2020). “Suku Toraja-Sejarah, Kepercayaan, Budaya, Kelas Sosial dan
Upacara Kematian.” Tersedia: https://rimbakita.com/suku-toraja/

[2.] Zand Sahar. (2017). “Hidup berdampingan dengan kematian di Toraja.”


Tersedia: https://www.bbc.com/indonesia/majalah-39638082

[3.]https://www.youtube.com/watch?v=2O9hRktF_rs “Rambu Solo' -


Mengantar Jiwa Si Mati Orang Toraja | Ritual”

[4.]https://www.hipwee.com/travel/keunikan-tana-toraja/

[5.]https://cerdikindonesia.pikiran-rakyat.com/edukasi/pr-86756124/jangan-lewatkan-5-destinasi-wisata-
ini-saat-berkunjung-ke-tana-toraja

[6.]https://www.idntimes.com/travel/tips/intan-deviana-safitri/7-hal-yang-wajib-kamu-tahu-sebelum-
traveling-ke-tana-toraja-c1c2

14
LAMPIRAN

15
16

Anda mungkin juga menyukai