DISUSUN OLEH :
KELAS : B / MISIOLOGI
NIRM : 2320197256
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Buku yang berjudul toraja dan budayaannya. Ini adalah merupakan pokok-pokok dan
garis besar sejarah dan budayaan toraja yang sengaja kami susun dalam bentuk serbah ringkas
dan sederhana sebagai hasil penelitihan. Toraja dan kebudayaannya ialah sekedar membantu
kepada sejarawaan dan budayawan mengadakan penelitihan lebih mendalam dan lebih-lebih luas
tentang sejarah dan kebudayaan toraja sehubungan dengan meningkatnya perhatihan luar pada
daerah tanah toraja sebagai salah satu sasaran parawisata di Sulawesi selatan.
Dalam buku ini masih banyak terdapat banyak kekurangannya terutama isinya yang
hanya mengambarkan pembagian dan garis besarnya, tiap masalah dan bab-bab yang memelukan
penjelasannya lebih luas. Bapak Y.K Datu Tiku seorang sejarawan toraja. Disamping bantuhan
yang sangat berharga dari para anggota-anggota yayasan lepongan bulan (YALBU). Ia
menuliskan buku ini agar membantu kepada setiap orang yang ingin mengetahui sedikit tentang
toraja dan kebudayaannya.
Kami menyatakan pula terima kasih yang setinggi-tingginya kepada para tokoh-tokoh
Adat toraja yang terhormat kepada ketiga daerah ada toraja yaitu daerah adat kapuangan,
pekamberan,dan kama’dikaan. Yang telah banyak memberikan keterangan-keterangan sebagai
bahan perbandingan untuk menyusun buku toraja dan kebudayaannya.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja nama dan sejarah singkat tanah toraja.
2. Mengetahui Pengaruh-pengaruh apa saja dari luar yang masuk ketanah toraja
3. Mengetahui bagaimana ajaran dan azas aluk Todolo’ di tanah toraja
BAB II
ISI
B. Sejarah singkat
Sejarah toraja adalah sejarah yang tidak tertulis tetapi hanyalah sejarah yang di tuturkan dari
mulut-ke mulut bagi setiap turunan dan bangsawan serta pujangan toraja,yang dalam
menceritakannya itu selalu menghubungkan atau mengkaitkan dengan satu masalah tertentu,
makanya dalam meneliti dan mempelajari serta menggali sejarah toraja harus dengan selalu
meneliti sangkut paut tiap ceritra dan kenyataan-kenyataan yang ada, kemudian dapat di
kemukakan sejarah yang sebenarnya.
Dalam ajaran sukaran aluk dengan aluk pittuang sa’bu pitu ratu’ pitung pulo pitu/aluk
7777 yang di sebut sekarang aluk todolo yang di anut oleh masyarakat toraja menyatakan bahwa
puang matua pertamakalinya 8 ( delapan) makhluk melalui saun simbarrung di mana ciptaan
yang pertama ialah Datu Lakku’ Nenek pertama dari pada manusia di atas langit selain dari 7
(tujuh makhluk lainnya.
Rampanan kapa’ maka sangat jelas adalah adat jelas semata-mata karena dalam
pelaksanaan perkawinan di Tana Toraja tidak di hsdapi oleh penghulu Agama atau pemimpin
Agama, serta tidak di adakan kurban persembahan dan sajian seperti dalam menghadapi upacara
Rambu Tuka’ dan atau rambu solo’ jadi rampanan kapa’ adalah adat yang berdiri sendiri di atas
aluk rambu tuka’ dan aluk rambu solo’.
Seperti yang telah di uraikan di atas bahwa salah satu aluk todolo ialah adanya 2(dua)
macam golongan upacara sebagai dasar dan aturan upacara yang berpasangan atau berlawanan
yang terkenal dengan nama aluk simuane Tallang silau eran _(Aluk = Agama = aturan = upacara;
simuane = berlawanan =berpasangan ; tallang= bamboo yang di belah ) yang penggolongannya
sebagai berikut:
Aluk rambu tuka’ atau Rampe Mata Allo (upacara keselamatan dan kehidupan)
Aluk Rambu Solo’ atau Aluk Matampu’ (upacara kematian atau pemakaman
manusia)
Acara Maro’ yang artinya pantang makan nasi pada upacara pemakaman pertama bagi
keluarga-keluarga yang terdekat dari yang mati dan petugas-petugas atau cara pemakaman yang
bernama Petoe Aluk Tomate (Petoe = pelaksanaan; Aluk = upacara ;Tomate = orang mati). Maro
adalah salah satu tanda bersedih dan bersusah hati karena adanya kematian itu yang mana orang
yang mati selama acara Maro’ atau selama pemakaman berlangsung di sajikan makanan yang di
makan oleh orang-orang yang maro’.
Umumnya upacara pemakaman itu prosesnya di tentukan oleh adat hidup sekalipun ada
proses dan ketentuan umum dalam setiap menghadapi pemakaman atau kematian menurut
keyakinan dalam Aluk Todolo, dan proses umum itu adalah sebagai berikut:
Madio’Tomate,ma’doya, ma’balun, ma’ bolong, meaa, kumande, untoe sero,
membase,pembalikan Tomate.
Pada upacara pembalikan Tomate itu pemujaan di tujukan kepada Tomembali Puang yang sudah
lama atau duluan mati yang mempunyai hubungan keturunan dengan yang akan di laksanakan
Upacara pembalikannya dengan maksud agar supaya Roh/ Arwah yang baharu agar resmi
menjadi Tomembali Puang itu dapat di terima oleh mereka secara wajar dan resmi karena akan
mempunyai pula tugas dan kewajiban memperhatikan dan memberi berkat manusia turunnya
seperti Tomembali puang yang lainnya.
Upacara ma’nenek ialah suatu upacara khusus dalam mengenang dan mempertinggi
Arwah leluhur yang di namakan Tomembali Puang bagi orang-orang yang merasa telah
berkeberatan dari leluhurnya karena di yakini hal itu menururut Ajaran Aluk Todolo.
Dalam Upacara Rambu tuka’ karena dilakukan pada pagi hari pada saat matahari mulai naik,
hanya saja tidak di lakukan di sebelah timur daripada rumah/tongkonan tetapi hanyalah
sehubungan dengan keyakinan dalam ajaran Aluk Todolo. Upacara ma’nenek ini di lakukan pada
waktu orang baru habis panen/potong padi.
Dalam aluk rambu tuka’ seperti yang di katakan di depan bahwa acara yang paling rendah adalah
acara massalu-salu dengan kapuran pangaman,maka pada upacara rambu solo’ terdapat pula di
namakan patorro pangngan (patorro=meletakkan ; pangngan= sirih pinang ) acara patorro
pangngan ini adalah acara yang tidak begitu resmi di hajadkan tetapi ada kalanya dilakukan
secara kebetulan serta syarat pujaan dan sajian yang tidak ada.
Tempat patorro pangngan ini biasanya dilakukan pada dua tempat masing-masing :
Pada tempat orang yang mati masih sementara di upacarakan pemakamannya atau belum
di kuburkan, dan sirih pinang dari satu keluarga di patorro (di letakkan)
Pada saat adanya orang mengadakan upacara ma’nenek atau lao lako to Matua yang
merupakan pula kiriman sirih pinang dari turunanya atau keluarganya kepada leluhurnya
yang belum sempat menghajatkan upacara ma’nenek atau lao lako to matua seperti yang
telah di lakuan oleh keluarga tertentu.
Kesimpulan
Dari beberapa pemahaman diatas, dapat disimpulkan bahwa Sejarah toraja adalah sejarah
yang tidak tertulis tetapi hanyalah sejarah yang di tuturkan dari mulut-ke mulut bagi setiap
turunan dan bangsawan. Faktor pengaruh-pengaruh dari luar masuk ke Tana Toraja adalah
datangnya Puang Rade’ dan pengaruh-pengaruh Hindu Jawa, masuknya pedagang-pedagan
Bugis dan pendudukan Arung Palakka, dan masuknya pemerintahan kolonial Belanda. Seperti
yang telah di uraikan di atas bahwa salah satu aluk todolo ialah adanya 2(dua) macam golongan
upacara sebagai dasar dan aturan upacara yang berpasangan atau berlawanan yang terkenal
dengan nama aluk simuane Tallang silau eran _(Aluk = Agama = aturan = upacara; simuane =
berlawanan =berpasangan ; tallang= bamboo yang di belah ) yang penggolongannya
Saran
dari beberapa pemahaman dalam buku toraja dan kebudayaannya sebaiknya, kita sebagai
pembaca buku harus lebih teliti dalam memahami bagaimana sejarah dan kebudayaan tanah
toraja karena bahasa tanah toraja kurang dimengerti dan terlalu berbelit-belit.1
1
L. T. Tangdilintin, toraja dan kebudayaannya, yayasan lepongan bulan (YALBU) Tana Toraja 1981 ( hlm 1-155 )
DAFTAR PUSTAKA
Tangdilintin, Toraja dan Kebudayaan, Penerbit Yayasan lepongan bulan (YALBU) Tana Toraja
1981