Oleh:
Andeny Isto Malo
Tugas ini
Diserahkan kepada:
Bpk.Pdt. Dr. Emerson H. Siahaan
Sebagai Bagian dari Tugas Dalam Mata Kuliah:
Injil Dan Kebudayaan
PENDAHULUAN
Suku Toraja memiliki sedikit gagasan secara jelas mengenai diri mereka sebagai sebuah
pengkristenan, suku Toraja, yang tinggal di daerah dataran tinggi, dikenali berdasarkan
desa mereka, dan tidak beranggapan sebagai kelompok yang sama. Meskipun ritual-ritual
menciptakan hubungan di antara desa-desa, ada banyak keragaman dalam dialek, hierarki
sosial, dan berbagai praktik ritual di kawasan dataran tinggi Sulawesi. "Toraja" (dari
bahasa pesisir ke, yang berarti orang, dan Riaja, dataran tinggi) pertama kali digunakan
sebagai sebutan penduduk dataran rendah untuk penduduk dataran tinggi. Akibatnya,
pada awalnya "Toraja" lebih banyak memiliki hubungan perdagangan dengan orang luar
di dataran tinggi Toraja memunculkan kesadaran etnis Toraja di wilayah Sa'dan Toraja,
dan identitas bersama ini tumbuh dengan bangkitnya pariwisata di Tana Toraja. Sejak itu,
Sulawesi Selatan memiliki empat kelompok etnis utama suku Bugis (kaum mayoritas,
meliputi pembuat kapal dan pelaut), suku Makassar (pedagang dan pelaut), suku
menganut animisme dan belum tersentuh oleh dunia luar. Pada awal tahun 1900-an,
kepada dunia luar pada tahun 1970-an, kabupaten Tana Toraja menjadi
dan dipelajari oleh antropolog. Masyarakat Toraja sejak tahun 1990-an mengalami
memeluk agama Kristen, namun kebudayaan mereka masi melekat pada diri mereka.
Namun di zaman sekarang ini, kekristenan di toraja semakin membaik dan beberapa
kebudayaan atau adat istiadat yang tidak sesuai dengan kebenaran firman tuhan telah di
tinggalkan. , salah satu budaya yang betantangan dengan firman Tuhan adalah agama dan
kepercayaan yang bersifat animisme yang bersumber dari leluhur mereka yang
leluhur yang telah diwariskan turun temurun sampai saat ini. Masyarakat Toraja percaya
bahwa segala sesuatu yang ada di dunia mempunyai nyawa, bahkan selanjutnya nyawa
manusia hidup terus walaupun mereka sudah meninggal. Kepercayaan dalam keseharian
seperti orang yang sudah meninggal, biasanya diberi makan, minum bahkan ada saja
yang diberikan pada jam makan. Ini menandakan bahwa mereka percaya seolah-olah si
mati ini masih hidup karena selalu diberi kebutuhan makan dan minum walaupun sudah
1
Akin Duli dan Hasanuddin, Toraja Dulu dan Kini (Cet. 1;Makassar: Pustaka Refleksi, 2003), h. 13.
Kebudayaan pada masa nenek moyang suku toraja telah membawa mereka
menganut Kepercayaan turun temurun yang dianggap sebagai agama dan kepercayaan
asli dan lebih dikenal dengan nama Aluk Todolo. Menurut L. T. Tangdilintin ajaran Aluk
Todolo (Aluk adalah agama aturan, Todolo adalah leluhur). Jadi Aluk Todolo berarti
agama leluhur. Aluk Todolo adalah salah satu bentuk kepercayaan animisme yang
beranggapan bahwa tiap benda atau batu mempunyai kekuatan dan salah satu sistem
religi yang secara religi tradisional telah dianut oleh warga masyarakat Toraja sejak abad
Menurut Tangdilintin, Aluk Todolo adalah salah satu kepercayaan atau keyakinan
yang diturunkan oleh Puang Matua (Sang Pencipta). Aturan Aluk diturunkan pada Datu
Lukku yang berisi aturan agama bahwa manusia dan segala isi bumi ini harus
Ajaran Aluk Todolo yang memelihara pemujaan kepada kedua aliran tersebut
diatas, dalam ajaran Aluk Todolo dikenal 3 (tiga) golongan deata yaitu: Deata Tangga
Matua, Deata-Deata, Tomembali Puang2. Berdasarkan ketiga aluk diatas jelaslah bahwa
ajaran Aluk Todolo mengkonsepsikan adanya struktur dewa-dewa yang tersusun vertical
dan Cara penyembahan kepada ketiga pihak diatas oleh penganut Aluk Todolo dilakukan
dengan saji-sajian persembahan. Persembahan yang dilakukan dengan cara yang berbeda-
a. Penyembahan dilakukan terhadap sang pencipta yaitu Puang Matua sebagai upacara
tertinggi dengan mempersembahkan hewan.
Agama yang dianut sejak dahulu kala bahkan sampai sekarang meskipun tidak
seberapa banyak yang disebut Aluk Todolo dapat diartikan agama. Aturan atau upacara
Todolo artinya leluhur atau nenek moyang. Jadi maksudnya adalah agama leluhur.
Menurut sejarah kebudayaan Toraja. Aluk Todolo ini telah dianut oleh suku bangsa
Toraja sejak kira-kira abad IX, yang dahulu dikenal dengan ajaranAluk Pitung Sabu
Pitung Ratu Pitung Pulo atau Aluk Sanda Pitunna (ajaran tujuh ribu tujuh ratus tujuh
puluh tuju) sebagai ajaran yang berdasarkan tujuh asas hidup dan kehidupan. Ketujuh
asas ini lahir dari asas animisme tua dengan mendapat pengaruh dari ajaran Kofisius dan
ajaran hidup hindu. Menurut ajaran Aluk Todolo dikenal ada tiga unsur yang disembah
2
Ibid., h. 15.
3
Ibid., h. 19.
a. Puang Matua, yaitu unsur kekuatan yang paling tingg sebagai pencipta segala isi Bumi.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa penciptaan makhluk hidup ada delapan unsur yang
diciptakan, yaitu nenek manusia bernama La Ukka, nenek kerbau bernama Manturuni,
nenek ayam bernama Lamem, nenek kapas bernama La Ungku, nenek hujan bernama
Pong pirik-pirik, nenek besi bernama Irako, dan nenek racun bernama Marrante.
b. Deata-deata, ialah unsur yang diberikan tugs oleh Puang matua untuk memelihara dan
menguasai bumi. Secara umum deata-deata tersebut dapat dibagi atas tiga yaitu:Deata
Tangngana Langik (menguasai dan memelihara langit dan cakrawala), Deata
Kapadangan (menguasai dan memelihara seluruh isi permukaan Bumi),Deata
Tangngana (menguasai dan memelihara segala isi tanah, sungai, dan laut).
dari penjelasan di atas, kita melihat bahwa suku toraja pada mula-mulanya mengetahui
bahwa ada yang lebih berkuasa atas hidup mereka, mereka percaya adanya Tuhan, namun
pengenalan mereka yang salah akan Tuhan, membawa mereka kedalam perbudakan
kebudayaan yang begitu menyesatkan, bagaimana tidak, injil dalam kejadian menyatakan
bahwa manusia adalah ciptaan Allah, diciptakan dari debuh tana, dan mereka adalah Adam
dan Hawa. Namun dalam kebudayaan Toraja mereka meyakini bahwa manusia pertama
Ialah La Ukka.
Mereka percaya tiga tuhan, demikian pula kita umat Kristen percaya tiga Allah yang Esa,
namun berbeda dengan kepercayaan Toraja, mereka membedakan tugas dari masing-masing
tuhan nya, ada yang berkuasa menciptakan, ada yang memilihara, dan ada yang mengurus
4
A.T Marampa, Mengenal Toraja (Toraja: Balai Penelitian Sejarah dan Budaya, 2003), h. 7.
orang mati. Injil dengan tegas mengatakan kepada kita bahwa Allah Tri Tunggal ketiganya
Injil merupakan barita sukacita, injil membawa orang kepada kebenaran, budaya Toraja
dengan kepercayaan dan agama sukunya, metupakan hal yang bertantangan dengan injil,
dengan masuknya injil kedalam kehidupan orang-orang gtoraja, perlahan lahak akhirnya
mengubah pola piker mereka, kepercayaan mereka. Injil harus dengan tegas diberitakan di
tanah Toraja.
Jika injil tidak diberitakan, maka masyarakat Toraja akan tetap dian dalam kegelapan dan
tidak dapat melihat jalan kebenaran yang membawa kepada keselamatan. Agam dan
kepercayaan mereka telah kiliru dalam pengenalan akan Allah yang benar.
BAB III
PENUTUP
Dari penjelasan di atas, dapat saya simpulkan bahwa injil adalah ajaran firman yang murni, injil
adalah fakta dari sejarah dan pengetahuan manusia, kebudayaan adalah hasil cipta dari pola pikir
dan kebiasaan manusia, demikian pula dengan kebudayaan toraja, yang sampe melahirkan agama
dan kepercayaan yang keliru. manusia yang berdosa-tidak mengenal kebenaran yang murni,
karena itu bisa melenceng dan dalam pemahaman akan Tuhan secara budaya pastilah keliru.
Untuk itu perlulah injil masuk untuk mengubah pola pikir dan kebudayaan dalam masyarakat
Toraja, injil harus dengan tajam menegaskan bahwa Allah yang sejati, ialah Allah Bapa , Putra
dan Roh Kudus. Dan ketiganya memiliki kedudukan yang sama. Alkitab menegaskan bahwa
segala tulisan yang diilhamkan Allah bermanfaat untuk mendidik dan mengajar orang di dalam
kebenaran. Dan hal ini yang perlu disampaikan kepada masyarakat Toraja yang terjerat dalam