Anda di halaman 1dari 9

PERAN INJIL DALAM KEBUDAYAAN TORAJA

DARI SEGI AGAMA BUDAYA

Oleh:
Andeny Isto Malo

Tugas ini
Diserahkan kepada:
Bpk.Pdt. Dr. Emerson H. Siahaan
Sebagai Bagian dari Tugas Dalam Mata Kuliah:
Injil Dan Kebudayaan

Sekolah Tinggi Teologi Johanes Calvin


Mangupura-Badung-Bali
10 Maret 2020
BAB I

PENDAHULUAN

Suku Toraja memiliki sedikit gagasan secara jelas mengenai diri mereka sebagai sebuah

kelompok etnis sebelum abad ke-20. Sebelum penjajahan Belandadan masa

pengkristenan, suku Toraja, yang tinggal di daerah dataran tinggi, dikenali berdasarkan

desa mereka, dan tidak beranggapan sebagai kelompok yang sama. Meskipun ritual-ritual

menciptakan hubungan di antara desa-desa, ada banyak keragaman dalam dialek, hierarki

sosial, dan berbagai praktik ritual di kawasan dataran tinggi Sulawesi. "Toraja" (dari

bahasa pesisir ke, yang berarti orang, dan Riaja, dataran tinggi) pertama kali digunakan

sebagai sebutan penduduk dataran rendah untuk penduduk dataran tinggi. Akibatnya,

pada awalnya "Toraja" lebih banyak memiliki hubungan perdagangan dengan orang luar

seperti suku Bugisdan suku Makassar, yang menghuni sebagian besar dataran rendah di

Sulawesi daripada dengan sesama suku di dataran tinggi. Kehadiran misionaris Belanda

di dataran tinggi Toraja memunculkan kesadaran etnis Toraja di wilayah Sa'dan Toraja,

dan identitas bersama ini tumbuh dengan bangkitnya pariwisata di Tana Toraja. Sejak itu,

Sulawesi Selatan memiliki empat kelompok etnis utama suku Bugis (kaum mayoritas,

meliputi pembuat kapal dan pelaut), suku Makassar (pedagang dan pelaut), suku

Mandar (pedagang dan nelayan), dan suku Toraja (petani di dataran tinggi).


Sebelum abad ke-20, suku Toraja tinggal di desa-desa otonom. Mereka masih

menganut animisme dan belum tersentuh oleh dunia luar. Pada awal tahun 1900-an,

misionaris Belanda datang dan menyebarkan agama Kristen. Setelah semakin terbuka

kepada dunia luar pada tahun 1970-an, kabupaten Tana Toraja menjadi

lambang pariwisata Indonesia. Tana Toraja dimanfaatkan oleh pengembang pariwisata

dan dipelajari oleh antropolog. Masyarakat Toraja sejak tahun 1990-an mengalami

transformasi budaya, dari masyarakat berkepercayaan tradisional dan agraris, menjadi

masyarakat yang mayoritas beragama Kristen, meskipun masyarakat Toraja telah

memeluk agama Kristen, namun kebudayaan mereka masi melekat pada diri mereka.

Namun di zaman sekarang ini, kekristenan di toraja semakin membaik dan beberapa

kebudayaan atau adat istiadat yang tidak sesuai dengan kebenaran firman tuhan telah di

tinggalkan. , salah satu budaya yang betantangan dengan firman Tuhan adalah agama dan

kepercayaan suku toraja.


BAB II

PERAN INJIL DALAM KEBUDAYAAN TORAJA


DARI SEGI AGAMA BUDAYA

A. Agama Dan Kepercayaan Dalam Kebudayaan Toraja

Jauh sebelum masyarakat menganut Kristen , di Toraja telah dikenal suatu

kepercayaan yang bersifat animisme yang bersumber dari leluhur mereka yang

disebut Aluk Todolo.  Pada masa sekarang mayoritas masyarakat Toraja menganut

Kristen. Sebelum masuknya agama Kristen, masyarakat Toraja menganut kepercayaan

leluhur yang telah diwariskan turun temurun sampai saat ini. Masyarakat Toraja percaya

bahwa segala sesuatu yang ada di dunia mempunyai nyawa, bahkan selanjutnya nyawa

manusia hidup terus walaupun mereka sudah meninggal. Kepercayaan dalam keseharian

seperti orang yang sudah meninggal, biasanya diberi makan, minum bahkan ada saja

yang diberikan pada jam makan. Ini menandakan bahwa mereka percaya seolah-olah si

mati ini masih hidup karena selalu diberi kebutuhan makan dan minum walaupun sudah

meninggal atau mapakande tomate. 1   

1
Akin Duli dan Hasanuddin, Toraja Dulu dan Kini (Cet. 1;Makassar: Pustaka  Refleksi, 2003), h. 13.
Kebudayaan pada masa nenek moyang suku toraja telah membawa mereka

menganut Kepercayaan turun temurun yang dianggap sebagai agama dan kepercayaan

asli dan lebih dikenal dengan nama Aluk Todolo. Menurut L. T. Tangdilintin ajaran Aluk

Todolo (Aluk adalah agama aturan, Todolo adalah leluhur). Jadi Aluk Todolo berarti

agama leluhur.  Aluk Todolo adalah salah satu bentuk kepercayaan animisme yang

beranggapan bahwa tiap benda atau batu mempunyai kekuatan dan salah satu sistem

religi yang secara religi tradisional telah dianut oleh warga masyarakat Toraja sejak abad

IX Masehi dan tetap diwariskan secara turun-temurun hingga sekarang.

Menurut Tangdilintin, Aluk Todolo adalah salah satu kepercayaan atau keyakinan

yang diturunkan oleh Puang Matua (Sang Pencipta). Aturan Aluk diturunkan pada Datu

Lukku yang berisi aturan agama bahwa manusia dan segala isi bumi ini harus

menyembah. Penyembahan ditunjukan pada Puang Matua sebagai sang pencipta yang

diwujudkan dalam bentuk sajian. Puang Matua sebagai sang pencipta memberi

kekuasaan kepada deata-deata (sang pemelihara).

Ajaran Aluk Todolo yang memelihara pemujaan kepada kedua aliran tersebut

diatas, dalam ajaran Aluk Todolo dikenal 3 (tiga) golongan deata yaitu: Deata Tangga

Langi Sang (Pemelihara di Langit),  Deata Kapadanganna  Sang Pemelihara di Bumi,

Deata Tangana Padang, pemelihara menguasai segala isi tanah.


Aluk (aturan) maka manusia harus menyembah kepada tiga aturan yaitu:  Puang

Matua, Deata-Deata, Tomembali Puang2. Berdasarkan ketiga aluk diatas jelaslah bahwa

ajaran Aluk Todolo mengkonsepsikan adanya struktur dewa-dewa yang tersusun vertical

dan Cara penyembahan kepada ketiga pihak diatas oleh penganut Aluk Todolo dilakukan

dengan saji-sajian persembahan. Persembahan yang dilakukan dengan cara yang berbeda-

beda sesuai tingkatannya masing-masing:

a. Penyembahan dilakukan terhadap sang pencipta yaitu Puang Matua sebagai upacara
tertinggi dengan mempersembahkan hewan.

b. Persembahan kepada sang pemelihara yaitu ditujukan kepada deata-deata (dewa-


dewa) dan mempersembahkan korban.

c. Persembahan kepada Tomembali Puang (pengawas) dilakukan oleh keturunannya


untuk memperingati arwah nenek moyang dan tetap dihormati.3

Agama yang dianut sejak dahulu kala bahkan sampai sekarang meskipun tidak

seberapa banyak yang disebut Aluk Todolo dapat diartikan agama. Aturan atau upacara

Todolo artinya leluhur atau nenek moyang. Jadi maksudnya adalah agama leluhur.

Menurut sejarah kebudayaan Toraja. Aluk Todolo ini telah dianut oleh suku bangsa

Toraja sejak kira-kira abad IX, yang dahulu dikenal dengan ajaranAluk Pitung Sabu

Pitung Ratu Pitung Pulo atau Aluk Sanda Pitunna (ajaran tujuh ribu tujuh ratus tujuh

puluh tuju) sebagai ajaran yang berdasarkan tujuh asas hidup dan kehidupan. Ketujuh

asas ini lahir dari asas animisme tua dengan mendapat pengaruh dari ajaran Kofisius dan

ajaran hidup hindu. Menurut ajaran Aluk Todolo dikenal ada tiga unsur yang disembah

seperti yang diuraikan oleh L.T. Tandilintin adalah sebagai berikut:

2
Ibid., h. 15.
3
Ibid., h. 19.
a. Puang Matua, yaitu unsur kekuatan yang paling tingg sebagai pencipta segala isi Bumi.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa penciptaan makhluk hidup ada delapan unsur yang
diciptakan, yaitu nenek manusia bernama La Ukka, nenek kerbau bernama Manturuni,
nenek ayam bernama Lamem, nenek kapas bernama La Ungku, nenek hujan bernama
Pong pirik-pirik, nenek besi bernama Irako, dan nenek racun bernama Marrante.

b. Deata-deata, ialah unsur yang diberikan tugs oleh Puang matua untuk memelihara dan
menguasai bumi. Secara umum deata-deata tersebut dapat dibagi atas tiga yaitu:Deata
Tangngana Langik (menguasai dan memelihara langit dan cakrawala), Deata
Kapadangan (menguasai dan memelihara seluruh isi permukaan Bumi),Deata
Tangngana  (menguasai dan memelihara segala isi tanah, sungai, dan laut).

c. Tomembali Puang disembah dengan upacara yang dilaksanakan disebelah barat


(Tongkonan atau Tongkonan Layuk) atau disekitar kubur dimana mayat dikuburkan,
dengan korban persembahan berupa babi dan ayam.4

B. Peran Injil Bagi Kebudayaan Suku Toraja

dari penjelasan di atas, kita melihat bahwa suku toraja pada mula-mulanya mengetahui

bahwa ada yang lebih berkuasa atas hidup mereka, mereka percaya adanya Tuhan, namun

pengenalan mereka yang salah akan Tuhan, membawa mereka kedalam perbudakan

kebudayaan yang begitu menyesatkan, bagaimana tidak, injil dalam kejadian menyatakan

bahwa manusia adalah ciptaan Allah, diciptakan dari debuh tana, dan mereka adalah Adam

dan Hawa. Namun dalam kebudayaan Toraja mereka meyakini bahwa manusia pertama

Ialah La Ukka.

Mereka percaya tiga tuhan, demikian pula kita umat Kristen percaya tiga Allah yang Esa,

namun berbeda dengan kepercayaan Toraja, mereka membedakan tugas dari masing-masing

tuhan nya, ada yang berkuasa menciptakan, ada yang memilihara, dan ada yang mengurus

4
A.T Marampa, Mengenal Toraja (Toraja: Balai Penelitian Sejarah dan Budaya, 2003),  h. 7.
orang mati. Injil dengan tegas mengatakan kepada kita bahwa Allah Tri Tunggal ketiganya

menciptakan dan memilihara ciptaannya.

Injil merupakan barita sukacita, injil membawa orang kepada kebenaran, budaya Toraja

dengan kepercayaan dan agama sukunya, metupakan hal yang bertantangan dengan injil,

dengan masuknya injil kedalam kehidupan orang-orang gtoraja, perlahan lahak akhirnya

mengubah pola piker mereka, kepercayaan mereka. Injil harus dengan tegas diberitakan di

tanah Toraja.

Jika injil tidak diberitakan, maka masyarakat Toraja akan tetap dian dalam kegelapan dan

tidak dapat melihat jalan kebenaran yang membawa kepada keselamatan. Agam dan

kepercayaan mereka telah kiliru dalam pengenalan akan Allah yang benar.
BAB III

PENUTUP

Dari penjelasan di atas, dapat saya simpulkan bahwa injil adalah ajaran firman yang murni, injil

adalah fakta dari sejarah dan pengetahuan manusia, kebudayaan adalah hasil cipta dari pola pikir

dan kebiasaan manusia, demikian pula dengan kebudayaan toraja, yang sampe melahirkan agama

dan kepercayaan yang keliru. manusia yang berdosa-tidak mengenal kebenaran yang murni,

karena itu bisa melenceng dan dalam pemahaman akan Tuhan secara budaya pastilah keliru.

Untuk itu perlulah injil masuk untuk mengubah pola pikir dan kebudayaan dalam masyarakat

Toraja, injil harus dengan tajam menegaskan bahwa Allah yang sejati, ialah Allah Bapa , Putra

dan Roh Kudus. Dan ketiganya memiliki kedudukan yang sama. Alkitab menegaskan bahwa

segala tulisan yang diilhamkan Allah bermanfaat untuk mendidik dan mengajar orang di dalam

kebenaran. Dan hal ini yang perlu disampaikan kepada masyarakat Toraja yang terjerat dalam

kebudayaan yang salah.

Anda mungkin juga menyukai