Makalah ini Disusun Sebagai Pemenuhan Salah Satu Tugas Mata Pelajaran
Sejarah Perminatan
Di Susun Oleh:
Ai Dina Herlina
Kota Banjar
Tahun 2022
KATA PENGANTAR
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas untuk penambahan nilai
mata pelajaran sejarah minat. Makalh ini berisikan tentang adat istiadat suku
Toraja. Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah
mendukung saya dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Ai Dina Herlina
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia yang memiliki berbagai macam ras, suku, serta budaya
yang bermacam-macam dari sabang hingga merauke. Kehidupan manusia
terutama di Indonesia tidak terlepas dari budaya dari nenek-nenek moyang
masing-masing suku yang ada di Indonesia. Masing-masing suku dan
kebudayaan pasti memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Nilai-nilai itu baik nilai sosial, nilai-nilai pribadi
maupun nilai-nilai budaya.
Tiap budaya dikenali berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki
oleh tiap budaya. Dalam budaya ada anggota yang mengikuti budaya itu
dan membawa nilai-nilai yang dimilikinya dalam budaya yang di ikutinya.
Interaksi antar anggota budaya terjadi baik didalam budayanya
sendiri maupun akan berinteraksi lebih luas lagi yakni dengan masyarakat
yang berada di luar budayanya. Dalam interaksi diluar, individu pastilah
membawa nilai-nilai yang ada di dalam budayanya.
Oleh karna itu saya akan membahas salah satu budaya yang ada di
Indonesia yakni budaya yang ada pada suku Toraja. Dengan memahami
banyak budaya maka kita akan lebih memahami betapa banyaknya budaya
di negeri kita serta meningkatkan rasa toleransi antar suku dan budaya di
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang historis budaya suku Toraja?
2. Bagaimana bahasa komunikasi dalam budaya Toraja?
3. Apa saja mitos yang ada di suku Toraja?
4. Apa saja agama yang kebanyak di anut suku Toraja?
5. Bagaimana adat perkawinan di suku Toraja?
6. Apa saja tradisi-tradisi suku Toraja?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan latar historis budaya suku Toraja.
2. Untuk mengetahui bahasa komunikasi yang digunakan suku Toraja.
3. Untuk mengetahui mitos yang ada di suku Toraja.
4. Untuk mengetahui agama yang dianut suku Toraja.
5. Untuk mengetahui adat perkawinan di suku Toraja.
6. Untuk mengetahui tradisi-tradisi suku Toraja.
BAB 2
PEMBAHASAN
Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis, dari kata To Riuja
yang berarti “orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan”. Ada juga
versi lain yang mengatakan nama Toraja berasal dari kata Toraya. To artinya
Tau atau “orang”, Raya dari kata Maraya yang berarti “besar”. Jadi Toraya
berarti orangorang besar atau bangsawan. Lama-kelamaan, penyebutan
tersebut menjadi Toraja. Dan kata Tana berarti negeri, sehingga tempat
pemukiman suku Toraja dikenal kemudian dengan Tana Toraja.
B. Bahasa komunikasi
Bahasa Toraja adalah bahasa yang dominan di Tana Toraja, dengan
Sa'dan Toraja sebagai dialek bahasa yang utama. Bahasa Indonesiasebagai
bahasa nasional adalah bahasa resmi dan digunakan oleh masyarakat, akan
tetapi bahasa Toraja pun diajarkan di semua sekolah dasar di Tana Toraja.
Ketiga unsur diatas dipercaya sebagai tiga kekuatan gaib yang harus
disembah oleh manusia yang dilakukan dengan cara mempersembahkan
sesajian dan kurban-kurban yang terdiri atas hewan-hewan seperti kerbau,
babi, atau ayam. Biasanya persembahan-persembahan dilakukan secara
terpisah dalam waktu yang berbeda-beda dan dalam cara yang berbeda
pula.
D. Agama
Sistem kepercayaan tradisional suku Toraja adalah kepercayaan
animisme politeistik yang disebut aluk, atau "jalan" (kadang
diterjemahkan sebagai "hukum"). Dalam mitos Toraja, leluhur orang
Toraja datang dari surga dengan menggunakan tangga yang kemudian
digunakan oleh suku Toraja sebagai cara berhubungan dengan Puang
Matua, dewa pencipta. Alam semesta, menurut aluk, dibagi menjadi dunia
atas (Surga) dunia manusia (bumi), dan dunia bawah. Pada awalnya, surga
dan bumi menikah dan menghasilkan kegelapan, pemisah, dan kemudian
muncul cahaya. Hewan tinggal di dunia bawah yang dilambangkan dengan
tempat berbentuk persegi panjang yang dibatasi oleh empat pilar, bumi
adalah tempat bagi umat manusia, dan surga terletak di atas, ditutupi
dengan atap berbetuk pelana. Dewa-dewa Toraja lainnya adalah Pong
Banggai di Rante (dewa bumi), Indo' Ongon-Ongon (dewi gempa bumi),
Pong Lalondong (dewa kematian), Indo' Belo Tumbang (dewi
pengobatan), dan lainnya.
Kekuasaan di bumi yang kata-kata dan tindakannya harus dipegang
baik dalam kehidupan pertanian maupun dalam upacara pemakaman,
disebut to mina (seorang pendeta aluk). Aluk bukan hanya sistem
kepercayaan, tetapi juga merupakan gabungan dari hukum, agama, dan
kebiasaaan. Aluk mengatur kehidupan bermasyarakat, praktik pertanian,
dan ritual keagamaan. Tata cara Aluk bisa berbeda antara satu desa dengan
desa lainnya. Satu hukum yang umum adalah peraturan bahwa ritual
kematian dan kehidupan harus dipisahkan. Suku Toraja percaya bahwa
ritual kematian akan menghancurkan jenazah jika pelaksanaannya
digabung dengan ritual kehidupan. Kedua ritual tersebut sama pentingnya.
Ketika ada para misionaris dari Belanda, orang Kristen Toraja tidak
diperbolehkan menghadiri atau menjalankan ritual kehidupan, tetapi
diizinkan melakukan ritual kematian. Akibatnya, ritual kematian masih
sering dilakukan hingga saat ini, tetapi ritual kehidupan sudah mulai
jarang dilaksanakan.
E. Adat Perkawinan
Perkawinan yang dinamai rampanan kapa’ di Tana Toraja
merupakan suatu adat yang paling dimuliakan masyarakat Toraja karena
dianggap sebagian dari terbentuknya atau tersusunannya kebudayaan
seperti pula pada suku-suku bangsa lainnya di Indonesia.
Proses dan pelaksanaan perkawinan yang dinamakan rampanan
kapa’ itu di Tana Toraja yang dilakukan menurut adat Toraja, maka
tampak perbedaan antara proses perkawinan di daerah lain karena yang
dilakukan atau yang menghadapi serta yang mensyahkan perkawinan di
Tana Toraja bukanlah penghulu agama tetapi dilakukan oleh pemerintah
adat dinamakan ada’. Namun sebenarnya perkawinan itu di asuh atau
diatur olah aturan-aturan yang bersumber dari ajaran aluk todolo yang
dinamakan aluk rampanan kapa’.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suku toraja merupakan suku yang berada di provinsi Sulawesi
Selatan, suku ini masih ada yang tinggal di tana toraja, kabupaten toraja
utara dan juga ada yang berada di kabupaten Mamasa. Agama mayoritas
yang dianut oleh suku toraja adalah agama Kristen, walaupun ada agama
lain yang dianut oleh suku toraja seperti Agama Islam. Nenek moyang
suku toraja juga masih ada yang menganut aliran animisme.
Dalam suku toraja kelarga besar tinggal dalam satu rumah adat yang
disebut dengan nama rumaha "tongkonan". Sistem mata pencaharian
dalam keluarga pada suku toraja yakni bertani karena memiliki banyak
ladang dan sawah.