Anda di halaman 1dari 4

ULASAN FILOSOFIS KEBUDAYAAN

SIMBOL GERAKAN TANGAN DALAM TARI TOR-TOR


DALAM BUDAYA BATAK TOBA
Oleh: Sdr. Alfredo Siboro OFMCap. (Mahasiswa Universitas Katolik St. Thomas Fakultas Filsafat)

Pengantar
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat pluralitas yang memiliki aneka ragam
kebudayaan1, salah satunya adalah kesenian. Kesenian merupakan salah satu unsur dari
kebudayaan universal.2 Salah satu bentuk seni yang paling menonjol adalah seni pertunjukan
yang terdiri dari percabangan seni musik, tari, dan teater. 3 Tari Tor-tor dalam budaya Batak
Toba merupakan salah satu wujud kesenian nusantara yang menyimbolkan sesuatu yang
mendalam dari masyarakat Batak Toba.

Kebudayaan dan Simbol


Kebudayaan adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia
(conditio sine qua non). Mengapa? Sebab, kebudayaan adalah segala sesuatu yang dihasilkan
atau dibentuk oleh akal budi manusia, sebagai obyek material, yang bertujuan untuk
memanusiakan manusia (humanisasi) yang berkehendak bebas, sebagai obyek formal.
Hakikat dari kebudayaan adalah menertibkan atau mengatur alam agar dapat sesuai dengan
kebutuhan manusia.
Simbol adalah kata sangat familiar dalam kalangan masyarakat. Dalam Ilmu Filsafat
Kebudayaan, simbol adalah salah satu topik penting yang harus pahami dan didalami. Simbol
adalah tanda yang menghadirkan atau merepresentasikan sesuatu yang disimbolkan, dimana
di dalamnya saling terhubung dan sesuai. Simbol tidak hanya menyentuh pada ranah kognitif
rasio, melainkan sampai pada ranah afeksi terdalam dari manusia, sehingga simbol bersifat
dinamis, dan infinitf (terbuka). Maka, simbol berbeda dengan tanda.
Secara antropologis kebudayaan dan simbol memiliki hubungan yang sangat dekat.
Sebagai contoh konkret adalah manusia. Manusia terdiri atas tubuh dan jiwa. Maka, hal
tersebut dapat dirumuskan demikian: “Aku yang adalah aku yang paling dalam (jiwa) tampak
dalam perwujudanku dalam tubuh. Tubuh yang terbatas membantu aku yang paling dalam
1
Budaya Indonesia mencakup budaya pemburu dan penjelajah yang tinggal di hutan, petani padi,
nelayan, pengrajin desa, pekerja pabrik, intelektual, seniman, industrialis kaya, pedagang kaki lima, dan tuna
wisma. Lih. Jill Forshee, Culture and Customs of Indonesia (London: Green Wood Press, 2006), hlm. xi.
2
Muhammad Takari, dkk, Masyarakat dan Kesenian di Indonesia (Medan: Studia Kultura, 2008), hlm.
12.
3
Muhammad Takari, dkk, Masyarakat dan Kesenian…, hlm. 7.
(jiwa) untuk dapat melakukan banyak hal.” Manusia adalah makhluk kompleks yang unik
dan berbeda dengan makhluk infrahuman (hewan, tumbuhan, dll).

Tari Tor-Tor
Tari adalah gerakan tubuh secara berirama, biasanya mengikuti musik dan dalam
ruang tertentu, dengan tujuan untuk mengekspresikan ide atau emosi, melepaskan energi, atau
sekadar menikmati gerakan itu sendiri.4 Di Indonesia, seni tari tampak beraneka ragam karena
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor sejarah dan asimilasi kebudayaan. Faktor sejarah
berkaitan dengan keterpisahan suku-suku bangsa dengan menempati wilayah dengan
lingkungan alamnya yang khas di mana mereka mengembangkan adat istiadat dan
kepercayaan yang unik. Sedangkan faktor asimilasi kebudayaan mengakibatkan kesenian
dalam proses perkembangannya dipengaruhi oleh hasil pergaulannya dengan dunia luar serta
penerimaannya diantara lapisan-lapisan kebudayaan yang berbeda.5
Dalam budaya Batak Toba, kita juga mengenal salah satu gerakan tari yang sangat
dekat dengan kehidupan masyarakat Batak Toba sendiri yaitu tari Tor-tor. Lahirnya tari Tor-
tor dipengaruhi oleh faktor sejarah masyarakat Batak Toba itu sendiri, karena lahir di wilayah
Samosir, Toba, dan Humbang yang memiliki kepercayaan kepada roh leluhur mereka.
Tari Tor-tor adalah tari Batak tradisional yang terdiri dari gerakan tangan dan kaki
yang berirama, sedang penari tetap di tempatnya sendiri. Tari Tor-tor (manortor) selalu
diiringi dengan musik tradisional Batak itu sendiri yaitu gondang. 6 Tor-tor dan gondang
diadakan apabila ada upacara penting dalam kehidupan orang batak, misalnya horja (upacara
adat), seperti: perkawinan, mangongkal holi (upacara menggali kerangka jenazah),
mangalahat horbo (upacara menyembelih kerbau), dan upacara kematian seperti Saur
Matua.7

Ulasan Filosofis Simbol Gerak dalam Tari Tor-Tor


Tari Tor-Tor dalam budaya Batak Toba bukan sebuah gerak tarian yang diciptakan
dari intuisi imajinatif masyarakat Batak Toba. Setiap gerakan dalam Tari Tor-Tor memiliki
makna tersirat dimana menjelaskan bagaimana proses menghargai dan memberi
penghormatan antarmarga yang melangsungkan pesta berdasarkan sistim kekerabatan
4
The New Encyclopaedia Britannica (U.S.A.: Encyclopaedia Britannica, Inc, 1986), hlm. 423.
5
L. A. S. Gunawan, Filsafat Nusantara (Yogyakarta: Kanisius, 2020), hlm. 32-33.
6
J. Warneck, Kamus Batak Toba Indonesia, diterjemahkan oleh Leo Joosten (Medan: Bina Media,
2001), hlm. 356.
7
M. A Marbun dan I. M. T. Hutapea, Kamus Budaya Batak Toba (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), hlm.
181.
Dalihan Na Tolu. Maka, Tari Tor-Tor adalah sebuah ungkapan individual, kultur, dan juga
keagamaan, yakni tampak dalam empat bentuk gerakan, yakni meminta berkat (maneanea),
memberi berkat (mamasu-masu), meminta dan menerima berkat (mangido tua), dan
menyembah dan meminta berkat (manomba).
Setiap gerakan tangan yang dilakukan dalam Tari Tor-Tor menunjukkan ciri-ciri
kehidupan masyarakat Batak Toba, terutama dalam adat Dalihan Na Tolu. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat Batak Toba adalah masyarakat yang saling menghargai dan
menghormati, terutama dalam adat Dalihan Na Tolu dan warisan budaya leluhur mereka.
Gerak Tari Tor-Tor yang dilakukan juga mengindikasikan bagaiamana masyarakat Batak
Toba yang merendahkan hati untuk meminta dan menerima berkat, yang kemudian menjadi
suatu budaya dalam diri masyarakat Batak Toba dalam meminta dan menerima banyak hal.
Tari Tor-Tor juga berpengaruh dalam kehidupan memasyarakat Batak Toba dimana
mereka sangat menghargai dan menghormati masyarakat etnis lainnya, terutama yang mereka
yang berusia lebih tua. Hal ini mengindikasikan suatu proses humanisasi masyarakat Batak
Toba. Walaupun memiliki nada suara berbicara yang kuat, masyarakat Batak Toba
menunjukkan bagaimana kelembutan diri mereka yang terdalam (jiwa). Oleh karena itu, Tari
Tor-Tor menjadi suatu budaya yang khas dan unik milik masyarakat Batak Toba yang
menyimbolkan kelembutan diri mereka yang terdalam (jiwa).

Catatan Kritis
Kesenian Nusantara dimulai dan diutamakan untuk menunjukan kepercayaan, agama
serta ritus-ritus dan religius. Begitu juga dengan seni tari, setiap tari yang ada di Nusantara
memiliki maksud dan tujuan untuk menghormati roh leluhur dan menunjukkan eksistensi
kebudayaan yang beraneka ragam yang ada di Nusantara.
Begitu pula dengan seni tari Tor-tor dalam budaya masyarakat Batak Toba. Setiap
tarian yang dilaksanakan dalam setiap upacara selalu diarahkan kepada hal-hal yang
metafisis, yakni roh leluhur yang dipercayai oleh mereka. Hal ini membuktikan bahwa
masyarakat Nusantara khususnya dalam budaya Batak Toba, sangat menghormati roh leluhur
dan kebudayaan mereka sebagai bagian dari masyarakat Nusantara orisinal. Namun, perlu
diingat juga bahwa Tari Tor-Tor dalam masyarakat Batak Toba juga merupakan sebuah seni
untuk memanusiakan tidak masyarakat Batak Toba, tetapi juga siapa saja yang mencoba
mempraktikkannya.

BIBLIOGRAFI
A. Marbun, M. dan T. Hutapea, I. M. Kamus Budaya Batak Toba. Jakarta: Balai Pustaka,
1987.

Forshee, Jill. Culture and Customs of Indonesia. London: Green Wood Press, 2006.

Gunawan, L. A. S. Filsafat Nusantara. Yogyakarta: Kanisius, 2020.

Takari, Muhammad, dkk. Masyarakat dan Kesenian di Indonesia. Medan: Studia Kultura,
2008.

The New Encyclopaedia Britannica. U.S.A.: Encyclopaedia Britannica, Inc., 1986.

Warneck, J. Kamus Batak Toba Indonesia. Diterjemahkan oleh Leo Joosten. Medan: Bina
Media, 2001.

Anda mungkin juga menyukai