Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

PAGELARAN TARI TOR–TOR

NAMA KELOMPOK :
 Gavin Aulia Razan
 Muhammad Hamzah
 Wahyu Febriasnyah
 Refi Agus Try Sutrano
 Triputra Darma Aziz
 Tio Andiyasyah
 Zaid Taqi wahyudi
KATA PENGANTAR
  Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmatNya saya dapat
menyelesaikan makalah tentang Makna Tarian Tor-Tor Dalam Budaya Batak Di Indonesia ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

             Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan tentang Tarian Tor-Tor. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat.

            Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budaya awalnya adalah kebiasaan manusia merespon keadaan yang berasal dari luar atau
lingkungan yang ditempati untuk bisa diterima secara seksama disuatu lingkungannya.
Kebudayaan sebagai ciri bangsa yang memiliki peradaban lebih maju di implementasikan dalam
bentuk karya bunyi, gerak, dan suara yang melahirkan kesenian. Indonesia sendiri memliki
berbagai macem etnis, suku sekitar 300 kelompok etnis yang berada di Indonesia. Setiap etnis
dan suku mempunyai warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad dan kebudayaan
dari masing-masing daerah yang terbentang luas dari sabang hingga merauke. Kekayaan budaya
yang ada seakan ingin menunjukan kepada bangsa lain bahwa keragaman yang ada di bumi
nusantara Indonesia khususnya bukan penghalang untuk menyatukan Indonesia dari berbagai
etnis, suku, ras yang ada di Indonesia.

Keberadaan budaya Indonesia yang banyak dan beragam membuat sebagian masyarakat belum
mengetahui secara mendalam tentang makna budaya-budaya yang ada di Indonesia.
Masyarakat kurang mengenali budaya yang ada di Indonesia sehingga banyak terjadi penjiplakan
atau klaim budaya oleh negara lain. Suku Batak memiliki budaya yang juga beragam mulai dari
tarian, makanan, pakaian dan upacara adat. Salah satu budaya tersebut adalah budaya Tarian
Tor-tor oleh Suku Batak yang sat ini juga banyak diperbincangkan terkait dengan klaim negara
malaysia terhadap tarian Tor-tor.

Tarian Tor-tor merupakan salah satu jenis tarian yang berasal dari suku Batak di Pulau Sumatera.
Sejak sekitar abad ke-13, Tari Tor-tor sudah menjadi budaya suku Batak. Perkiraan tersebut
dikemukakan oleh mantan anggota anjungan Sumatera Utara 1973-2010 dan pakar Tari Tor-tor.
Dahulu tradisi Tor-tor hanya ada dalam kehidupan masyarakat suku Batak yang berada di
kawasan Samosir, kawasan Toba dan sebagian kawasan Humbang. Secara fisik Tor-tor
merupakan tarian, namun makna yang lebih dari gerakan-gerakannya menunjukkan Tor-tor
adalah sebuah media komunikasi, di mana melalui gerakan yang disajikan terjadi interaksi antara
partisipan upacara. Makna-makna yang mendalam terhadap keberadaan tarian Tor-tor pada
upacara adat menjadi sagat penting untuk diketahui sehingga masyarakat khususnya suku batak
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui makna yang terkandung dalam tarian Tor-tor oleh Suku
Batak di Indonesia sehingga orang tidak mudah melupakan dan menjaga kebudayaan suku
bangsa khususnya Suku Batak yang memilki keberagaman budaya.

PEMBAHASAN

2.1 Makna Tarian Tor-tor Suku Batak di Indonesia Pada Zaman Dahulu

Tarian tor-tor adalah tarian seremonial yang di sajikan dengan musik gondang.Secara fisik tarian
tor-tor termasuk tarian yang unik karena menggerakan tangan keatas kebawah namun dari gerakan-
gerakan nya tarian tor-tor menunjukan tarian tor-tor tersebut adalah media komunikasi di zaman
dulu untuk menyampaikan pesan-pesan kepada masyrakat dalam upacara-upacara adat di daerah
batak toba, dimana melalui gerakan yang disajikan terjadi interaksi antara partisipasi setiap pengikut
upacara.Tarian tor-tor juga di iramai dengan musik gondang ibarat sebuah pasangan yang tak dapat
di pisahkan alat musik gondang berasal dari kabupaten mandailing Natal sejak ratusan tahun silam,
sebelum agama masuk ke mandailing.

            Tarian Tor-tor biasa digunakan pada upacara ritual yang dilakukan oleh beberapa
patung yang terbuat dari batu yang sudah dimasuki roh, kemudian patung batu tersebut
akan “menari”. Jenis Tari Tor-tor terbagi menjadi 3 jenis yaitu:

 Tor-tor Pangurason yaitu tari pembersihan yang dilaksanakan pada acara pesta besar.
Namun sebelum pesta besar tersebut dilaksanakan, lokasi yang akan digunakan untuk acara
pesta besar wajib dibersihkan dengan media jeruk purut. Ini diperuntukkan, pada saat pesta
besar berlangsung tidak ada musibah yang terjadi.
 Tor-tor Sipitu Cawan atau disebut juga Tari Tujuh Cawan. Tor-tor ini dilaksanakan pada
acara pengangkatan raja. Tor-tor Sipitu Cawan menceritakan 7 putri yang berasal dari
khayangan yang turun ke bumi dan mandi di Gunung Pusuk Buhit dan pada saat itu juga
Pisau Tujuh Sarung (Piso Sipitu Sasarung) datang.
 Tor-tor Tunggal Panaluan yang merupakan suatu budaya ritual. Kemudian ada Tor-tor
Tunggal Panaluan yang dilaksanakan pada saat upacara ritual apabila suatu desa sedang
dilanda musibah. Untuk Tor-tor ini, penari dilakukan oleh para dukun untuk mendapatkan
petunjuk dalam mengatasi musibah tersebut.

Dalam hal tata busana tari Tor-tor sangatlah sederhana. Seseorang yang ingin menari
Tor-tor dalam sebuah pesta yang diikuti, cukup dengan memakai ulos yang merupakan
tenunan khas Batak. Ulos yang digunakan ada dua macam, ulos untuk ikat kepala dan
ulos untuk selendang. Namun motif ulos yang akan digunakan harus sesuai dengan
pesta yang diikuti. Selain sederhana dalam hal busana, Tor-tor juga sederhana dalam
hal gerakan. Gerakan tangan dan kaki yang cukup terbatas merupakan salah satu ciri
tarian Tor-tor Sumatera Utara. Hentakan kaki dari penari bergerak mengikuti iringan
magondangi. Magondangi sendiri terdiri dari berbagai alat musik tradisional yaitu
gondang, tagading, suling, terompet batak, ogung (doal, panggora, oloan), sarune, odap
gordang dan hesek. Sebagaimana disebutkan di atas bahwa gerak Tor-tor Batak
berbeda dalam setiap jenis musik yang diperdengarkan dan berbeda pula gerak Tor-tor
laki-laki dan gerak Tor-tor perempuan. Menurut para pemerhati Tor-tor, bahwa Tor-tor
yang dilakonkan juga dibedakan antara Tor-tor Raja dengan Tor-tor Natorop. Sementara
perangkat lain dalam acara tortor Batak biasanya harus ada orang yang menjadi
pemimpin kelompok Tor-tor dan pengatur acara/juru bicara (paminta gondang), untuk
yang terakhir ini sangat dibutuhkan kemampuan untuk memahami urutan gondang dan
jalinan kata-kata serta umpasa dalam meminta gondang.

Selain itu tujuan tarian Tor-tor itu sendiri adalah tarian yang digunakan pada upacara kematian,
panen di lading, dan penyembuhan. Makna tarian ini adalah untuk membantu masyrakat dalam
membantu dengan hal yang sedikit magic karena tarian asli Tor-tor yang di toba sana menurut ahli
sejarah ada acara ritusl yang berhubngsn dengan roh. Dan sekarang tarian Tor-tor sudah terkenal di
asia dan menjadi tarian tradisional suku batak.

            Tarian Tor-tor  memiliki proses ritual yang harus dilalui. Pesan dari ritual tersebut ada 3 yaitu
takut dan taat pada Tuhan, ritual untuk leluhur dan orang-orang yang masih hidup agar dihormati,
dan terakhir pesan untuk khalayak ramai yang hadir ke dalam acara. Makna tarian ini juga ada tiga
yakni untuk ritual, penyemangat jiwa dan sarana untuk menghibur. Durasi Tari Tor-tor bervariasi,
mulai dari tiga hingga sepuluh menit. Di tanah Batak, hal ini tergantung dari permintaan satu
rombongan yang mau menyampaikan suatu hal ke rombongan lain. Dimintalah satu buah lagu pada
pemusik. Jika maksud sudah tersampaikan, barulah tarian dihentikan.

2.2 Makna Tarian Tor-tor Suku Batak di Indonesia Pada Saat Ini

Sekarang ini Tari Tor-tor menjadi sebuah seni budaya bukan lagi menjadi tarian yang lekat
hubungannya dengan dunia roh. Karena seiring berkembangnya zaman, Tor-tor merupakan
perangkat budaya dalam setiap kehidupan adat suku Batak. Tarian Tor-tor mulai bertransformasi di
ibu kota karena mulai ditampilkan di upacara perkawinan bersama dengan Gondang Sembilan yang
merupakan musik khas batak. Jika sudah sampai di upacara ini, bentuknya bukan lagi ritual
melainkan hiburan. Karena menjadi tontonan dan tidak semua yang hadir ikut terlibat dalam tarian
tersebut. Meski demikian, sama seperti kebudayaan di dunia ini, Tari Tor-tor juga mengalami
pengaruh dari luar yaitu India. Bahkan jika ditelusuri lebih jauh pengaruhnya bisa tercatat hingga ke
Babilonia. Sayangnya, keindahan budaya Tari Tor-tor dan Gondang Sembilan ternoda dengan
kurangnya penghargaan. Sulit mencari pihak yang mau membiayai pagelaran budaya ini, terutama di
ibu kota. Hanya karena pejuang-pejuang seni Batak, Tari Toro-tor dan Gondang ini masih tumbuh
dan terlihat keberadannya.

KESIMPULAN
Tor-tor Batak adalah identitas seni budaya masyarakat Batak yang harus
dilestarikan dan tidak lenyap oleh perkembangan zaman dan peradaban manusia. Tari Tor-
tor Batak mengandung nilai-nilai etika, moral dan budi pekerti yang perlu ditanamkan
kepada generasi muda. Dan ini merupakan tugas kita bersama sebagai warga negara
Indonesia agar tidak ada lagi seni budaya asli peninggalan nenek moyang bangsa kita yang
diklaim oleh negara lain.
Makna tarian Tor-tor pada zaman dahulu saat agama belum berkembang di
Sumatera Utara berbeda dengan tarian Tor-tor saat ini. Perbedaan tersebut tidak
menghilangkan identitas dari nilai yang dikandung dalam tarian Tor-tor. Perbedaan hanya
pada tujuan tarian yang dahulu ditujukan pada roh halus dan saat ini lebih kepada hiburan
dan tarian seremonial acara demi menghormati upacara, tetua adat dan  khalayak yang ada
pada saat tarian dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai