Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SENI BUDAYA DAN PARIWISATA

TOBA SAMOSIR

OLEH

Agung Matius Simanjuntak (160706038)


Andri Christian Ginting (160706032)
Donny Rizaldi (160706050)
Saputra Pangaribuan (160706040)
Pardomuan Pandiangan (160706029)
Roli Tua Malau (160706019)
Dicky Febrianto (160706027)

ILMU SEJARAH

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sumatra Utara,
Indonesia. Ibukotanya adalah Kota Balige. Kabupaten Toba Samosir merupakan satu dari
tujuh kabupaten yang mengelilingi Danau Toba, yaitu danau terluas di Indonesia. Suku yang
mendiami kabupaten ini pada umumnya adalah suku Batak Toba.

Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang


pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal,
di Provinsi Daerah Tingkat I Sumatra Utara. Kabupaten Toba Samosir ini merupakan
pemekaran dari daerah tingkat II Kabupaten Tapanuli Utara.

Kabupaten Toba Samosir memiliki luas wilayah 2.021.80 km²[3] atau 3,19% dari total
luas Provinsi Sumatra Utara.[4] Kabupaten Toba Samosir berada pada 2°03' - 2°40' Lintang
Utara dan 98°56′ - 99°40′ Bujur Timur. Kabupaten Toba Samosir terletak pada wilayah
dataran tinggi dengan ketinggian antara 900 - 2.200 meter diatas permukaan laut, dengan
topografi dan kontur tanah yang beraneka ragam, yaitu datar, landai, miring dan terjal.
Struktur tanahnya labil dan terletak pada wilayah gempa tektonik dan vulkanik.

Karena terletak dekat Garis Khatulistiwa, Kabupaten Toba Samosir tergolong ke dalam
daerah beriklim tropis. Sebagaimana kabupaten lainnya di Indonesia, Kabupaten Toba
Samosir mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi
pada bulan Januari sampai dengan Juli dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan
Agustus sampai dengan bulan Desember, diantara kedua musim itu terdapat musim
pancaroba.

Suku yang mendiami Kabupaten Toba Samosir pada umumnya adalah Suku Batak dari
sub-suku Toba. Selain Toba, etnis Batak lain meliputi Simalungun, Karo, dan Mandailing;
juga suku lainnya seperti Melayu dan Nias dan lain sebagainya. Ada juga etnis pendatang
seberti Jawa, Minangkabau, dan Tionghoa.
Didukung oleh sumber daya alam dan keindahan Danau Toba, sektor pariwisata
merupakan sektor potensial yang dapat menjadi andalan di Kabupaten Toba Samosir. Jumlah
Wisatawan Datang Ke Toba Samosir tahun 2015 terhitung 114.594 wisatawan, terdiri dari
11.828 wisatawan mancanegera, dan 102.766 wisatawan domestik. Jumlah hotel di
Kabupaten Toba Samosir tahun 2016 sebanyak 26 hotel, dengan 591 kamar.

1.2 Rumusan Masalah

1). Bagaimana Seni yang ada di Toba Samosir ?

2). Bagaimana kebudayaan di Toba Samosir ?

3). Apa saja Situs pariwisata yang terdapat di Toba Samosir ?

1.3 Tujuan

1). Mengetahui apa saja Seni yang terdapat di Toba Samosir

2). Mengetahui apa saja Kebudayaan yang terdapat di Toba Samosir

3). Mengetahui apa saja situs pariwisata yang terdapat di Toba Samosir

1.4 Manfaat

Penulis membuat makalah tentang seni, budaya, dan pariwisata Kabupaten Toba
Samosir ini manfaatnya yaitu agar kita dapat mengenal seni, kebudayaan dan pariwisata
yang ada di kabupaten Toba Samosir lebih dalam, dapat menambah pengetahuan kita serta
melestarikan semua kebudayaan yang ada di Negara kita terutama di Kabupaten Toba
Samosir.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Kesenian Yang Ada di Kabupaten Toba Samosir

A. Seni Tari
Seni tari (Tortor) dalam budaya Batak Toba itu yang paling populer adalah
Tortor. Tortor masih bisa disaksikan dalam acara pesta masrayakat Batak Toba seperti
acara pesta pernikahan (Suka Cita),pesta meninggal Dunia (Duka Cita) dan bisa juga
dilakukan upacara ritual,sebuah tarian yang sangat populer yang menjadi ajang
pertunjukkan yang biasa disajikan oleh suku Batak Toba. Manortor yang artinya
(menari) secara filosofis merupakan lambang bentuk Syukur kepada Mula jadi
Nabolon atau Sang pencipta, dan rasa menghormati untuk hula-hula. Tari tortor
menjadi warisan budaya Batak Toba yang masih ditampilkan sampai sekarang.
Menurut sejarah, tari tortor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan
dengan roh. Roh tersebut dipanggil dan masuk ke patung-patung batu yang
merupakan simbol leluhur. Patung-patung tersebut tersebut kemudian bergerak seperti
menari, tetapi dengan gerakan yang kaku. Gerakan tersebut berupa gerakan kaki jinjit-
jinjit dan gerakan tangan. Seni tari Tor-tor sendiri diklasifikasikan menjadi beberapa
jenis, yakni:
1. Tari tor tor Pangurason (tari pembersihan). Tari ini biasanya digelar pada
saat pesta besar. Sebelum pesta dimulai, tempat dan lokasi pesta terlebih dahulu
dibersihkan dengan menggunakan jeruk purut agar jauh dari mara bahaya.
2. Tari tor tor Sipitu Cawan (Tari tujuh cawan). Tari ini biasa digelar pada saat
pengukuhan seorang raja. Tari ini juga berasal dari 7 putri kayangan yang mandi di
sebuah telaga di puncak gunung pusuk buhit bersamaan dengan datangnya piso sipitu
sasarung (Pisau tujuh sarung).
3. Tari tor tor Tunggal Panaluan yang merupakan suatu budaya ritual.
Biasanya digelar apabila suatu desa dilanda musibah. Tunggal panaluan ditarikan oleh
para dukun untuk mendapat petunjuk solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Sebab
tongkat tunggal panaluan adalah perpaduan kesaktian Debata Natolu yaitu Benua atas,
Benua tengah, dan Benua bawah.

B. Seni Tenun
Seni kerajinan Batak Toba yang paling terkenal adalah bertenun (martonun).
Keterampilan ini biasanya dikuasai kaum perempuan. Mereka disebut partonun
(tukang tenun). Hasil tenunan mereka inilah yang disebut ulos, atau kain tradisional
Batak. Dulu, perempuan Batak menenun dengan kemampuan illahi, artinya tidak
sembarang perempuan bisa menenun, tapi harus memiliki talenta khusus, sangat
terkait dengan religi. Peralatannya juga sangat tradisional, namanya Sorha, terbuat
dari kayu ataupun bambu, papan dan besi. Hingga saat ini partonun masih bisa
ditemui di pedalaman Tanah Batak. Namun demikian, partonun juga sudah banyak
ditemukan di kota-kota dan terorganisasi sektor ekonomi home industry (industri
rumah tangga) dan dilakukan dengan peralatan modern yang bisa memproduksi
banyak ulos dalam waktu relatif singkat.

C. Seni Rupa
Seni rupa Batak Toba mencakup seni pahat dan seni patung. Mereka juga
memiliki keterampilan membuat sior dan hujur (panah), losung gaja (lesung besar),
dan boneka sigale-gale (boneka mistis dari kayu yang bisa menari) dan parpagaran
(alat untuk memanggil kekuatan gaib). Tentu, seni rupa Batak Toba paling luas
dikenal adalah gorga, ukiran ukiran estestis pada ornamen-ornamen rumah adat.

D. Seni Musik
Dalam tradisi Batak Toba, terdapat sejumlah alat musik yang lazim digunakan
dalam pelaksanaan upacara ritual dan adat. Alat musik yang paling khas adalah
gondang sabangunan dan gondang hasapi (uning-uningan). Di dalam kedua alat musik
ensambel ini sebenarnya sudah termaktub sarunei (seruling), ogung, hesek dan
taganing.
Adapun bentuk penyajian dan instrumen yang digunakan dalam gondang
sabagunam adalah sebagai berikut: Instrumen leader adalah Sarune Bolon yang
berfungsi sebagai pembawa melodi utama sesuai dengan gaya dan ciri khas alat musik
tersebut. Taganing dan gordang sebagai pembawa melodi yang sifatnya lebih ritmis
meningkahi (menjahit) permainan dari Sarune (Melodi utama). Ogung yang terdiri
atas(Oloan-Ihutan-Panggora-Doal) yang berfungsi sebagai pembawa tempo dan
pengatur gerakan kaki pada tor-tor (tarian tradisional Batak Toba). Hesek, sebagai
ketukan dasar yang harus didengar oleh seluruh pemusik (pargonsi) sehingga
ensambel Gondang Sabanguna menjadi harmonis.
Alat musik yang dipergunakan di dalam penyajian Gondang Hasapi hampir
sama dengan Gondang Sabangunan akan tetapi memiliki perbedaan, yaitu sebagai
berikut: Alat musik leader Sarune Etek (bentuknya lebih pendek sekitar 1 1/2 jengkal
jari tangan} sebagai pembawa melodi utama sesuai dengan gaya dan ciri khas alat
musik tersebut). Alat musik pendamping leader Sulim (sejenis seruling dari bambu)
juga memainkan melodi utama sesuai dengan gaya dan ciri khas alat musik
tersebut).Taganing sebagai pembawa melodi yang sifatnya lebih ritmis meningkahi
(menjahit) permainan dari Sarune (Melodi utama}. Ogung yang terdiri atas(Oloan-
Ihutan-Panggora-Doal) yang berfungsi sebagai pembawa tempo dan pengatur
gerakan kaki pada tor-tor (tarian tradisional Batak Toba).

E. Seni Sastra
Dalam khasanah kebudayaan Batak, kita mengenal beragam karya sastra yaitu
umpama, umpasa, torsa-torsa (turi-turian), andung-andung, jagar-jagar ni hata, dan
hata pangganti. Tentu, dalam kebudayaan sub-sub Batak lain seperti Karo,
Simalungun, Mandailing dan Pakpak, juga terdapat bentuk-bentuk kesusasteraan,
yang pada genre tertentu sering memiliki pertalian atau persamaan.

2. Kebudayaan Masyarakat Tobasa

Kebudayaan Batak Toba merupakan satu diantara sekian banyak budaya yang ada
Indonesia. Kebudayaan batak toba mempunyai keunikan tersendiri yang memiliki 9 nilai-
nilai budaya. Nilai-nilai ini menjadi dasar kehidupan bagi orang batak toba , yaitu :

1. Kekerabatan

Yang mencakup hubungan premordial suku, kasih sayang atas dasar hubungan darah,
kerukunan unsur-unsur Dalihan Na Tolu ( Hula-hula, Dongan Tubu, Boru), Pisang Raut
(Anak Boru dari Anak Boru), Hatobangon (Cendikiawan) dan segala yang berkaitan
hubungan kekerabatan karena pernikahan, solidaritas marga dan lain-lain.

2. Religi

Mencakup kehidupan keagamaan, baik agama tradisional maupun agama yang datang
kemudian yang mengatur hubungannya dengan Maha Pencipta serta hubungannya dengan
manusia dan lingkungan hidupnya.

3. Hagabeon

Banyak keturunan dan panjang umur. satu ungkapan tradisional Batak yang terkenal yang
disampaikan pada saat upacara pernikahan adalah ungkapan yang mengharapkan agar kelak
pengantin baru dikaruniakan putra 17 dan putri 16. Sumber daya manusia bagi orang Batak
sangat penting. Kekuatan yang tangguh hanya dapat dibangun dalam jumlah manusia yang
banyak. Ini erat hubungannya dengan sejarah suku bangsa Batak yang ditakdirkan memiliki
budaya bersaing yang sangat tinggi. Konsep Hagabeon berakar, dari budaya bersaing pada
jaman purba, bahkan tercatat dalam sejarah perkembangan, terwujud dalam perang huta.
Dalam perang tradisional ini kekuatan tertumpu pada jumlah personil yang besar. Mengenai
umur panjang dalam konsep hagabeon disebut Saur Matua Bulung (seperti daun yang gugur
setelah tua). Dapat dibayangkan betapa besar pertambahan jumlah tenaga manusia yang
diharapkan oleh orang Batak, karena selain setiap keluarga diharapkan melahirkan putera-
puteri sebanyak 33 orang, juga semuanya diharapkan berusia lanjut.

4. Hasangapon

Kemuliaan, kewibawaan, kharisma, suatu nilai utama yang memberi dorongan kuat untuk
meraih kejayaan. Nilai ini memberi dorongan kuat, lebih-lebih pada orang Toba, pada jaman
modern ini untuk meraih jabatan dan pangkat yang memberikan kemuliaan, kewibawaan,
kharisma dan kekuasaan.

5. Hamoraon

Kaya raya, salah satu nilai budaya yang mendasari dan mendorong orang Batak, khususnya
orang Toba, untuk mencari harta benda yang banyak.

6. Hamajuon

Kemajuan, yang diraih melalui merantau dan menuntut ilmu. Nilai budaya hamajuon ini
sangat kuat mendorong orang Batak bermigrasi keseluruh pelosok tanah air. Pada abad yang
lalu, Sumatra Timur di pandang sebagai daerah rantau. Tetapi sejalan dengan dinamika orang
Batak, tujuan migrasinya telah semakin meluas ke seluruh pelosok tanah air untuk
memelihara atau meningkatkan daya saingnya.

7. Hukum

Patik dohot uhum (aturan dan hukum) merupakan nilai yang kuat di sosialisasikan oleh orang
Batak. Budaya menegakkan kebenaran, berkecimpung dalam dunia hukum merupakan dunia
orang Batak. Nilai ini mungkin lahir dari tingginya frekuensi pelanggaran hak asasi dalam
perjalanan hidup orang Batak sejak jaman purba. Sehingga mereka mahir dalam berbicara
dan berjuang memperjuangkan hak-hak asasi. Ini tampil dalam permukaan kehidupan hukum
di Indonesia yang mencatat nama orang Batak dalam daftar pendekar-pendekar hukum, baik
sebagai Jaksa, Pembela maupun Hakim.

8. Pengayoman

Dalam kehidupan sosio-kultural orang Batak kurang kuat dibandingkan dengan nilai-nilai
yang disebutkan terdahulu. Ini mungkin disebabkan kemandirian yang berkadar tinggi.
Kehadiran pengayom, pelindung, pemberi kesejahteraan hanya diperlukan dalam keadaan
yang sangat mendesak.

9. Konflik

Dalam kehidupan orang Batak Toba kadarnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada
pada Angkola-Mandailing. Ini dapat dipahami dari perbedaan mentalitas kedua sub suku
Batak ini. Sumber konflik terutama ialah kehidupan kekerabatan dalam kehidupan Angkola-
Mandailing. Sedang pada orang Toba lebih luas lagi karena menyangkut perjuangan meraih
hasil nilai budaya lainnya. Antara lain Hamoraon yang mau tidak mau merupakan sumber
konflik yang abadi bagi orang toba 1.

Dari 9 nilai-nilai budaya masyarakat di Tobasa tersebut yang diantaranya adalah


kekerabatan merupakan suatu falsafah bagi orang batak toba. Falasafah adat masyarakat toba
dikenal dengan Dalihan Na Tolu yang terdiri dari:

Somba Marhula-hula Hula-hula artinya saudara laki-laki dari isteri atau pihak
keluarga dari isteri. Hula-hula ini menempati posisi yang paling dihormati dalam adat-istiadat
masyarakat Toba sehingga kepada semua orang Batak dipesankan harus hormat kepada Hula-
hula yang diistilahkan dengan somba marhula-hula.
Elek Marboru Boru diartikan saudara perempuan atau saudara perempuan yang
diperisterikan oleh pihak keluarga marga lain. Boru menempati posisi paling rendah dan
sering disebut sebagai ‘parhobas’ atau pelayan dalam setiap acara adat. Walaupun berfungsi
sebagai pelayan bukan berarti dapat diperlakukan dengan semena-mena. Pihak boru sangat
dibutuhkan dalam suatu acara adat karena tanpa pihak boru acara adat tidak lengkap dan oleh
karena itu harus diambil hatinya, dibujuk sehingga diistilahkan dengan elek marboru.

Manat Mardongan Tubu Dongan tubu artinya saudara laki-laki satu marga. Secara
harfiah diartikan lahir dari perut yang sama. Dongan tubu diibaratkan seperti batang pohon
yang saling berdekatan, saling menopang, sehingga saking dekatnya kadang kala terjadi
pertikaian. Namun, pertikaian tersebut tidak membuat hubungan satu marga dapat
dipisahkan. Diumpamakan seperti air yang dibelah dengan pisau, kendati dibelah tetapi tetap
bersatu. Namun demikian kepada semua orang Batak dipesankan harus bijaksana kepada
saudara semarga sehingga diistilahkan dengan manat mardongan tubu.

3. Situs Pariwisata di Toba Samosir

A. Taman Eden 100


Taman Eden 100 adalah Wisata Alam tropis yang lokasinya berada di Lumban Rang, Desa
Sionggang Utara Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir. Taman seluas 40 ha,
ditumbuhi ratusan tanaman yang disebut Bank Pohon, sistem penghijauan ini berguna untuk
mensuplay bibit-bibit ke kawasan Danau Toba dalam rangka penghijauan dan peningkatan
ekonomi masyarakat. Disamping itu juga tersedia Toba Orchid Park atau Tanaman
Konservasi Anggrek Endemik Toba. Lokasi ini merupakan tempat pengumpulan,
pengidentifikasian, penangkaran dan pelestarian jenis-jenis Anggrek Toba. Anda dapat
menikmati Panorama Alam seperti pendakian Bukit Manja dan Puncak Sipangulubao. Taman
ini juga memiliki Air Terjun 2 (dua) tingkat, Air Terjun Jantung Rimba ( 7 tingkat ) serta Goa
Kelelawar.
B. Wisata Alam Pantai Ajibata
Ajibata merupakan kecamatan terluar dari wilayah Kabupaten Toba Samosir yang berbatasan
langsung dengan Kabupaten Simalungun yang berjarak 60 Km dari Kota Balige. Ajibata
memiliki sarana dan fasilitas liburan pantai yang lengkap seperti sepeda air, speed boat,
sampan/cano, dll. Di Ajibata juga terdapat ferry penyeberangan yang menghubungkan
Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Samosir. Tersedia juga fasilitas hotel, café dan
restoran yang menyajikan makanan nasional dan makanan tradisional khas batak.

C. Wisata Alam Sungai Asahan dan Inalum


Sungai Asahan yang berada di kecamatan Pintu Pohan Meranti. Survey membuktikan, lokasi
arung jeram Sungai Asahan ini merupakan terbaik ke-3 di dunia. Tantangannya yang begitu
berat dengan arus yang sangat deras, membuat sungai ini layak menjadi lokasi arung jeram
sejati. Setiap tahunnya di lokasi ini dilaksanakan lomba arung jeram bertaraf internasional.
Bagi peminat arung jeram, lokasi ini terbuka setiap hari.

D. Wisata Alam Lumban Silintong


Hanya 10 menit dari pusat kota Balige, dengan berjalan kaki atau naik becak bermotor telah
sampai ke Pantai Lumban Silintong. Di pantai ini, bisa menikmati ikan panggang, minum air
buah segar, dan dengan bebas bisa mandi menikmati kesegaran dan kesejukan air Danau
Toba. Saat malam menjelang, masih di pantai Lumban Silintong, bisa menikmati senandung
lagu-lagu batak di café-café yang ada di sepanjang pantai Lumban Silintong ini.

E. Tarabunga
Tarabunga, sebuah desa di lereng Dolok Tolong. Berada tepat di tepi Danau Toba, desa ini
berjarak hanya sekitar 2 Km dari Kota Balige. Tarabunga memiliki alam yang sangat sejuk
dan hijau dengan hutan pinus yang menyebar disekitarnya serta pemandangan indah Danau
Toba yang menakjubkan.
BAB III

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai