DISUSUN OLEH
NAMA : ALBINER PURBA
NIM : 03202319
DOSEN : Dr. Wilma Sriwulan S,Sn.,M,Hum
A. PENDAHULUAN
Musik memiliki peranan yang sangat penting pada upacara adat. Salah satu suku
yang ada di Indonesia adalah Suku Batak dimana dalam upacara adat istiadatnya, musik
mempunyai bagian yang penting dan dianggap sakral. Kawasan tanah Batak terletak di
Pulau Sumatera dan secara administratif kawasan ini masuk dalam wilayah Sumatra
Utara. Pada awalnya kawasan tanah Batak mencakup keseluruhan daerah yang
dinamakan dengan Tapanuli, yaitu daerah Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, dan
Tapanuli Tengah, serta ada tiga daerah lainnya yaitu daerah Simalungun, Pakpak Dairi,
dan Karo. Akan tetapi belakangan ini muncul suatu kesan bahwa yang disebut dengan
tanah Batak hanyalah daerah Batak Toba atau Tapanuli Utara, sedangkan yang lainya
seolah-olah tidak termasuk lagi kedalam kawasan Tanah Batak Toba.
Pada zaman Sisingamangaraja, kawasan Tanah Batak Toba terdiri dari empat
daerah yaitu Samosir, Toba Holbung, Humbang, dan Silindung. Setelah Indonesia
merdeka, pengadministrasian keseluruhan Indonesia mulai dibenahi tak terkecuali
daerah Batak Toba. Daerah dibuat menjadi sebuah kabupaten yaitu kabupaten Tapanuli
Utara dengan ibukota Tarutung.Tentang asal usul hingga kini masih belum dapat
dipastikan oleh para sejarawan maupun para antropolog. Banyak pendapat tentang asal
usul suku Batak ini namun memiliki pendapat yang berbeda-beda. Timbulnya
perbedaan ini dikarenakan belum adanya peninggalan sejarah yang dapat dijadikan
sebagai bukti untuk memastikan asal usul suku Batak ini. Di samping itu ada sebagian
orang Batak yang berpegang kepada Mitologi yang menceritakan tentang asal-usul suku
Batak.
Menurut kajian sejarah suku Batak adalah salah satu suku bangsa yang termasuk
dalam rumpun melayu atau Indonesia tua dan mungkin juga menjadi yang tertua di
Sumatera khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Namun ada juga sebagian
berpendapat bahwa orang Batak sudah berada di tanah Batak sejak 800 sampai 1000
tahun yang lalu. Suku Batak terbagi kepada enam subsuku yaitu Batak Toba, Angkola,
Mandailing, Simalungun, Pakpak, dan Karo. Keenam dari suku ini sama-sama mengakui
bahwa mereka adalah keturunan Si Raja Batak atau Nenek moyang orang Batak.
Asal-usul suku Batak dilihat dari kajian menurut mitologi Batak, suku ini adalah
sebuah suku yang kaya akan mitos baik tentang Tuhan, dewa-dewa maupun tentang
penciptaan bumi, manusia dan tumbuh-tumbuhan. Semua mitos ini sejak dahulu
diceritakan dari mulut ke mulut atau melalui lisan oleh orang tua yang paham akan hal
itu kepada orang yang lebih muda atau anak-anak. Menurut mitologi Batak bahwa asal
mula suku Batak tepatnya dari suatu daerah yang bernama pusuk buhit, sebuah gunung
yang terletak di pinggiran sebelah barat Pulau Samosir. Pulau ini berada di tengah-
tengah Danau Toba yang kini terkenal sebagai tujuan wisata. Dalam Mitologi Batak
bahwa yang pertama ialah Si Raja Ihat Manisia dan Si Boru Ihat Manisia. Sepasang
putra-putri ini adalah hasil perkawinan antara Si Boru Deakparujar dengan Raja Odap-
odap. Dengan demikian asal usul suku Batak dapat dilihat dari kajian antropologi dan
mitologi. Kedua kajian tersebut memiliki dasar yang berbeda dan tidak dapat
disandingkan dengan logika ataupun dengan kepercayaan dari suku Batak ini.
Musik pada masyarakat Batak Toba merupakan hal yang sangat penting. Dapat
dikatakan bahwa tidak ada sebuah bentuk upacara yang tidak melibatkan ensambel
musik Batak. Di masyarakat Batak Toba terdapat dua jenis ensambel musik yang
penting yakni gondang hasapi dan gondang sabangunan. Kedua ansambel musik ini
selalu menjadi bagian dari aktivitas upacara ritual dan adat. Gondang pada umumnya
mengiringi tarian sosial (tor-tor). Di dalam melakukan tarian bersama, salah seorang
penari biasanya bertindak sebagai pemimpin kelompok penari, sekaligus sebagai orang
yang bertugas untuk meminta lagu.
Peranan ansambel musik gondang ini dapat ditemukan di berbagai upacara lainnya.
Ensambel godang sabangunan digunakan pada upacara mangongkal holi, pasiarhon
junjungan, gondang saem, mangalat horbo lae-lae, dan pesta tugu. Upacara mangongkal
holi merupakan upacara penggalian tulang belulang orang tua yang sudah meninggal
dan menempatkannya di suatu tempat tertentu. Upacara pasiarhon
junjungan merupakan upacara pemanggilan roh nenek moyang dan masih
dipergunakan oleh agama malim. Upacara gondang saem adalah upacara untuk
penyembuhan. Dalam upacara pernikahan, gondang sabangunan ini masih banyak
dijumpai di berbagai upacara adat Batak.
Hal yang sering digunakan dalam upacara adat adalah gondang
sabangunan dibanding dengan gondang hasapi. Gondang hasapi ini umumnya
dimainkan pada pertunjukan-pertunjukan ritual yang diadakan di dalam ruangan atau
rumah.
Di dalam masyarakat Batak Toba dikenal dua jenis ensambel musik yaitu gondang
hasapi dan gondang sabangunan. Tiap ensambel memiliki alat-alat musik tersendiri
kecuali alat musik hesek. Alat-alat musik yang terdapat pada ensambel gondang
hasapi tidak dimainkan dalam ensambel gondang sabangunan, demikian pula
sebaliknya.
Musik Gondang Hasapi
b. Taganing
Taganing adalah sejenis alat musik gendang yang tergolong pada kategori gendang rak
bernada. Taganing terdiri dari lima buah gendang yang kadang-kadang berbentuk
tabung melengkung atau tabung lurus. Seperangkat gendang bernada bermuka satu,
yang terdiri dari odap-odap, paidua odap, painonga, paidua ting-ting, dan ting-ting
c. Gordang bolon
Gendang-bas bermuka satu yang lebih besar dan lebih rendah. Gordang
bolon merupakan jenis gendang yang sama dengan taganing, namun memiliki ukuran
yang lebih besar. Disamping ukurannya yang lebih besar, Gordang juga tidak dilaras
mengacu pada nada-nada tertentu.
d. Ogung
Empat buah gong dengan ukuran yang berbeda, ihutan, doal, oloan dan
panggora. Ogung merupakan seperangkat alat musik gong berpencu yang terdiri dari
empat buah.
e. Hesek, alat perkusi dari plat besi, botol atau benda perkusi apa saja yang bisa
menghasilkan bunyi yang tajam
Arti tortor dalam bahasa batak berarti tarian, tetapi bentuk tarian disini adalah
tarian khas batak. Tortor ini termasuk bagian penting dalam upacara adat terutama
upacara yang menggunakan persembahan gendang. Tidak ada tortor kalau tidak ada
gendang demikian juga sebaliknya bahwa tidak ada gendang kalau tidak ada
persembahan tortor.
Tortor itu sendiri dalam upacara adat sama dengan gendang yang berfungsi sebagai
perantara untuk menyampaikan niat dan suara hati kepada tuhan. Dari gerak tortor itu
akan tergambar bagaimana suasana hati seseorang. Jika keadaan jiwanya penuh dengan
kesusahan, jelas akan Nampak dalam lakon tortor itu kurang bergairah dan musik yang
dimainkan juga terasa tidak bergairah. Berbeda dengan orang yang tampak
gerak tortornya sangat bergairah dan menunjukkan sikap bergairah itu bermakna
bahwa orang yang bersangkutan telah mempersiapkan diri secara fisik dan mental.
Dalam setiap manortor (menari) tentu harus berdiri dan tidak ada manortor yang
pelaksanaannya duduk. Meskipun ada orang yang menggerakkan badannya pada saat
seseorang manortor, gerakan itu bukan disebut manortor melainkan mantea yaitu
gerakan hanya menggerakkan sepuluh jarinya. Maksudnya adalah untuk memberikan
perhatian kepada orang yang sedang menari dan supaya terlihat lebih sempurna. Dalam
hal ini gondang sabangunan memiliki peranan penting dalam tarian tortor Batak Toba.