4. Musik Krumpyung
Krumpyung pada mulanya adalah sebutan untuk sebuah instrumen yang terdiri dari
serangkaian alat musik bambu yang biasa disebut dengan nama Angklung.Nama
krumpyung berasal dari bunyi instrumen itu sendiri apabila instrumen tersebut di
gerakan. Kesenian ini berasal dari kelurahan Agrowillis, wilayahkecamatan
kokap,kabupaten Kulon progo, Yogyakarta. Adapun pencipta semula kesenian tersebut
adalah bapak Sumitra dari dusun tersebut yang sudah kami beritahu di atas. Bentuk
pemanfaatan alat musik angklung dalam sebuah orkestra dilakukan pula dalam bentuk
Arumba yang memiliki tangga nada diatonis. Jenis musik Arumba ini sempat populer
pada tahun tahun 70-an dan menjadi salah satu alat yang selayaknya dimiliki oleh sekolah
sekolah sebagai sarana pembelajaran seni musik.
7. Musik Huda
Musik ini berangkat dari tiga jenis musik tradisional minagkabau seperti Dikil
rabaro,Dikil Mundan, dan Salaulaik Dulang. Ketiga musik tersebut bernapaskan islam.
Dikil rabaro merupakan seni vokal yang memakai rabaro sebagai iringan. Dikil mundan
juga merupakan seni vokal yang memakai mudan sebagai iringan .Salaulaik Dualng
merupakan seni vokal yang berfungsi sebagai ritem atau iringan . Dalam menginovasikan
musik tersebut, dicoba menggabungkan ketiga jenis musik itu hingga menjadi suatu
komposisi musik yang utuh. Seperti kita pahami, Peralatan musik terbang ini banyak
sekali digunakan di berbagai daerah di indonesia karena peralatan musik ini menyebar
bersamaan dengan perkembangan agama islam di Nusantara . Alat musik terbang itu
sendiri sebenarnya merupakan alat musik yang berasal dari jazirah arab dan sekitarnya
dan berkembang di indonesia dalam konteks nuansa islami.
9. Musik Gaghahanggase
adalah salah satu musik tradisional masyarakat Sangihe Talaud yang sudah lama hidup
berkembang di kalangan anak anak. Musik Gaghahanggase merupakan paduan dari
beberapa jenis alat msuik baik baik yang sifatnya diatonis maupun non diatonis . Masing
masing instrumen yang mendukung musik Gahahanggase adalah musik bambu,musik
kentel,musik seheng,musik tatengkorang,musik tagonggong,musik tambur,musik
kalikitong,musik behongang,dan musik karoncongang. Dalam penyajian musik ini
didukung oleh vokal pria maupun wanita , dengan membawakan lagu lagu daerah
maupun nasional
2. Musik Penutup
Musik yang berfungsi untuk memberitahukan penonton bahwa pertunjukan telah selesai.
Musik penutup ini memungkinkan sekali terjadi kesamaan bentuk komposisinya dengan
musik pembuka atau dengan musik lainnya.
4. Musik Ilustrasi
Musik yang berfungsi membantu mengungkapkan suasana batin aktor dalam penokohan
yang ada dalam cerita pada babak atau adegan tertentu. Komposisi musik ini harus bisa
membantu aktor dalam mengungkapkan ini hati si aktor, oleh karenanya proses dialog
dan kesepakatan antara aktor dan penata musik sangat diperlukan.
7. Musik Penokohan
Komposisi musik yang digarap khusus sebagai ciri khas dari kemunculan seorang tokoh.
Musik ini harus bisa menjelaskan dan menggambarkan karakter tokoh yang muncul,
sehingga penonton akan tahu bahwa dengan dimainkannya musik tersebut berarti akan
muncul tokoh yang menjadi ciri daripada musik tersebut.
8. Musik Aksentuasi
Berfungsi untuk memperjelas maksud dari gerakan aktor. Meskipun pada kenyataanya
suatu gerakan manusia tidak berbunyi secara jelas, misalnya ketika dalam sebuah cerita
seseorang dikisahkan memukul lawannya, untuk memperjelas gerakan tersebut maka
dipertebal dan diperjelas melalui musik aksentuasi.
9. Musik Setting
Musik yang mengungkapkan tempat dan waktu terjadinya suatu peristiwa. Salah satu
contoh misalnya peristiwa malam hari disebuah hutan atau disuatu pedesaan, musik
mempunyai peranan penting untuk mengungkapkan keadaan tersebut secara auditif
melalui bunyi-bunyi asosiatif atau kreatif tentang suasana tersebut. Secara teknis iringan
musik ini harus ada kesinambungan antara suasana, gerak dan musik.