Anda di halaman 1dari 16

Gondang dan Tor Tor

Ester Debora S.
Abstrak
Keragaman dan pluralitas budaya di Sumatra Utara sangat menjadi satu
daya tarik dalam mengembangkan potensi daerah. Batak Toba
merupakan salah satu etnis yang mempunyai banyak kebudayaan.
Ansambel Gondang merupakan bagian dari ritual yang sangat penting
dalam kehidupan sehari hari. Peranan dari ansambel gondang
digunakan dalam mengiringi tor-tor sigale-gale menjadi satu hal yang
menarik untuk di kupas dalam jurnal ini. Ansambel musik Batak Toba
gondang yang berperan untuk mengiringi tor-tor sigale-gale merupakan
salah satu kebudayaan masyarakat Batak Toba, yang pada masa lalu tortor sigale-gale lebih difokuskan pada upacara ritual, namun pada saat ini
keadaan itu sudah berubah kadang kala banyak dijumpai sebagai sarana
hiburan saja. Dalam jurnal ini di ulas bagian-bagian dari ansambel
gondang serta peranan gondang dalam mengiringi tari tor-tor. Dalam
jurnal ini juga mendeskrifsikan gondang secara keseluruhan, dari istilahistilah hingga pada tatanan fungsi gondang dalam adat kebudayaan
Batak Toba.

Kata Kunci : Gondang, dan Tor tor

I. Ansambel Gondang
Pada masyarakat Batak Toba terdapat dua ansambel musik tradisional,
yaitu ansambel gondang hasapi dan ansambel gondang sabangunan. Selain itu
ada juga intrumen musik tradisional yang digunakan secara tunggal. Gondang
hasapi memiliki beberapa intrumen yang dapat diklasifikasikan menurut
intrumentasinya. Klasifikasi

instrumen ini termasuk kedalam kelompok

chordophone.
a. Hasapi doal, instrumen ini sama dengan hasapi ende namun dalam
permainannya hasapi doal berperan sebagai pembawa ritem konstan.
Ukuran instrumen hasapi doal lebih besar sedikit dari hasapi ende.
1

b.

Sarune etek, adalah instrumen pembawa melodi yang memiliki reed


tunggal. Klasifikasi ini termasuk dalam kelompok aerophone yang
memiliki lobang nada (empat dibagian atas, satu dibagian bawah)
dimainkan dengan cara mangombus marsiulak hosa.

c.

Garantung, adalah instrumen pembawa melodi yang terbuat dari kayu


dan memiliki lima bilah nada. Klasifikasi instrumen ini termasuk ke
dalam kelompok xylophone. Selain berperan sebagai pembawa
melodi, juga berperan sebagai pembawa ritem variable pada lagu-lagu
tertentu, dimainkan dengan cara mamalu.

d.

Mengmung, adalah instrumen pembawa melodi konstan yang


memiliki tiga senar. Senarnya terbuat dari kulit bamboo tersebut.
Klasifikasi instrumen ini bisa dimasukkan kedalam kelompok
idiochordophone.

e.

Hesek, adalah instrument pembawa tempo (ketukan dasar) yang


terbuat dari pecahan logam atau besi dan kadang kala dipukul dengan
botol kosong. Instrument ini dimainkan dengan cara mengadu pecahan
logam tersebut sesuai dengan irama dari suatu logam. Klasifikasi ini
termasuk kedalam kelompok idiophone.

Secara umum suatu bentuk penyajian dan komposisi instrumen yang


dipergunakan pada gondang hasapi, dapat ditinjau berdasarkan tiga konteks
penyajian, yaitu :

a. Religi, gondang hasapi digunakan pada upacara ugamo (agama)


Parmalim, hal yang berkaitan dengan komposisi instrumen dan komposisi
lagu yang sangat diperhatikan oleh ajaran Parmalim.
b.

Adat, beberapa hal yang berhubungan dengan konsep Sipitu Gondang,


yaitu urutan suatu komposisi musik yang terdiri dari tujuh buah gondang
yang dimainkan secara berturut-turut pada awal upacara, walaupun ada
kalanya didalam pelaksanaan selanjutnya aturan-aturan mengenai jenis
Gondang yang dimainkan tidak terlalu ketat, (tergantung dari seseorang
yang meminta gondangi dari pargonsi) yang disebut Raja Parmalim,
namun demikian biasanya jenis gondang yang akan dimainkan pada
upacara adat.

c.

Hiburan, hal yang berhubungan dengan komposisi instrumentasi dan jenis


lagu yang dimainkan, dapat dikatakan tidak memiliki aturan yang khusus,
prinsipnya intrumen yang ditambah karakter suaranya dapat disesuaikan
dengan kondisi instrumen yang telah ada.
Gondang sabangunan merupakan sekelompok alat musik/ansambel Batak

Toba yang digunakan ataupun berfungsi/berperan untuk mengiringi upacara adat,


ritual keagamaan, hiburan. Gondang sabangunan mempunyai beberapa istilah
yang sering digunakan oleh masyarakat Batak Toba, yakni ogung sabangunan dan
gondang bolon. Instrumen yang termasuk dalam kelompok gondang sabangunan
antara lain :

a.

Taganing, yaitu lima buah gendang yang terdiri dari odap-odap, paidua
odap, painonga, paidua ting-ting, dan ting-ting dan berfungsi sebagai
pembawa melodi dan juga sebagai ritem variabel dalam beberapa lagu.
Klasifikasi intrumen ini termasuk kedalam kelompok membranophone,
dimainkan dengan cara dipukul membrannya dengan menggunakan palupalu/stik. Di dalam permainan taganing terdapat empat teknik memukul,
yaitu; 1) memukul stik pada bagian tengah gendang, 2) memukul stik pada
pinggiran gendang, 3) memukul stik pada tengah dan menghentikannya
seketika dengan cara menekan permukaan gendang dengan ujung stik, 4)
menekan permukaan gendang dengan ujung jari tangan kiri. Gordang, satu
buah gendang yang lebih besar dari taganing yang berperan sebagai
pembawa ritem kostan maupun variabel. Instrumen ini sering disebut
sebagai bass dari ansambel gondang sabangunan. Alat musik ini
dimainkan dengan menggunkan dua buah stik pemukul, sama dengan
memainkan taganing. Sarune bolon, termasuk pembawa melodi yang
memiliki lidah ganda, dimainkan dengan cara mangombus marsiulak hosa.
Klasifikasi

instrument

ini

termasuk kedalam

kedalam

kelompok

aerophone.
b.

Ogung (Gong), yaitu empat buah gong yang diberi nama oloan, ihutan,
doal dan panggora. Setiap ogung mempunyai ritem yang sudah konstan.
Instrument ini berperan sebagai pembawa ritem konstan atau pembawa
irama dalam gondang sabangunan. Klasifikasi ini termasuk kedalam
kelompok idiophone.
4

c. Odap, yaitu gendang dua sisi yang berperan sebagai pembawa ritem
variabel. Pada praktiknya alat musik ini sangat jarang dimainkan.
Kehadirannya dalam ansambel gondang sabangunan lebih terbatas pada
upacara-upacara ritual kepercayaan, seperti yang ditemukan pada
masyarakat parmalim yang masih melanjutkan kepercayaan Batak Toba.
Klasifikasi instrument ini termasuk kedalam kelompok membranophone.
d.

Hesek, adalah instrument pembawa tempo (ketukan dasar) yang terbuat


dari pecahan logam atau besi dan kadang kala dipukul dengan botol
kosong. Instrument ini dimainkan dengan cara mengadu pecahan logam
tersebut sesuai dengan irama dari suatu logam. Klasifikasi ini termasuk
kedalam kelompok idiophone.

2. Insterumen Solo
Instrumen solo adalah alat musik yang dimainkan secara tunggal yang
terlepas dari ansambel gondang hasapi dan gondang sabangunan. Instrumen ini
biasanya digunakan untuk mengisi waktu luang, menghibur diri. Instrumen ini
juga tidak pernah dimainkan dalam upacara yang bersifat ritual. Instrumen yang
termasuk dalam kelompok instrumen tunggal, antara lain :
a. Sulim, yaitu alat musik yang terbuat dari bambu, memiliki enam lobang
nada dan satu lobang tiupan. Dimainkan dengan cara meniup dari samping
yang dilakukan dengan meletakkan bibir secara horizontal pada pinggiran
lobang tiup. Instrumen ini biasanya memainkam lagu-lagu yang bersifat

melankolis ataupun lagu-lagu sedih. Klasifikasi instrument ini termasuk


dalam kelompok aerophone.
b.

Saga-saga, terbuat dari bambu yang dimainkan dengan cara menggetarkan


lidah dari instrumen tersebut dan rongga mulut yang berperan sebagai
resonator. Klasifikasi instrument ini termasuk dalam kelompok idiophone.

c. Jenggong , yaitu alat musik yang terbuat dari logam, mempunyai konsep
yang sama dengan saga-saga.
d. Talatoit, yaitu alat musik yang terbuat dari bambu, sering disebut juga
dengan salohat atau tulila, dimainkan dengan cara meniup dari samping.
Mempunyai lubang penjarian yakni dua di sisi kiri dan dua di sisi kanan,
sedangkan lubang tiup berada ditengah. Instrumen ini biasanya
memainkan lagu-lagu yang bersifat melodis dan juga bersifat ritmik.
Kalsifikasi instrument ini termasuk dalam kelompok aerophone.
e. Sordam, yakni alat musik yang terbuat dari bambu, dimainkan dengan cara
meniup dari ujungnya dengan meletakkan bibir pada ujung bambu secara
diagonal. Memiliki enam lubang nada, yakni di bagian atas dan satu di
bagian bawah, sedangkan lubang tiupnya merupakan ujung dari bambu
tersebut.
f. Tanggetang, yakni alat musik yang senarnya terbuat dari rotan dan peti
kayu sebagai resonator. Permainan instrumen ini bersifat ritmik atau
mirip dengan gaya permainan mengmung. Klasifikasi instrumen ini
termasuk kedalam kelompok chordophone.

Dari keseluruhan instrument tunggal yang ada pada masyarakat Batak


Toba, sulim merupakan instrument yang paling sering digunakan dan dimainkan
dalam kehidupan sehari-hari, karena mempunyai frekuensi nada yang lebih kuat
dan lebih lembut, mudah dibawa kemana saja serta sangat mendukung dimainkan
untuk menggungkapkan emosional seseorang.

3. Pengklasifikasi Alat Musik dalam Margondang


Secara umum dikalangan msyarakat Batak Toba, ansambel gondang hasapi
dan ansambel gondang sabangunan selalu disertakan dalam setiap upacara, baik
upacara adat maupun religi. Upacara yang menyertakan gondang dalam
pelaksanaanya

disebut

margondang

(memainkan

gondang),

misalnya

margondang adat, margondang saur matua dan sebagainya.


Margondang adat, upacara yang menyertakan gondang, merupakan
aktualisasi dari aturan-aturan yang dibiasakan dalam hubungan manusia dengan
manusia lainnya (hubungan horizontal), misalnya gondang anak tubu (upacara
anak yang baru lahir), gondang pangolihan anak (mengawinkan anak), gondang
manape goar (upacara pemberian nama/gelar boru kepada seseorang), gondang
mangompoi huta (peresmian perkampungan baru), gondang saur matua (upacara
kematian orang yang sudah beranak cucu) dan sebagainya.
Margondang religi, yaitu upacara yang menyertakan gondang, merupakan
aktualisasi dari suatu kepercayaan atau keyakinan yang dianut dalam hubungan
manusia dengan Tuhan-nya atau yang disembahnya (hubungan vertikal), misalnya
gondang saem (upacara untuk meminta rejeki), gondang mamale (upacara
7

pemberian sesajen kepada roh), gordang papurpur sapata (upacara pembersihan


tubuh/buang sial) dan sebagainya.
Unsur religi yang terdapat dalam upacara adat dapat dilihat dari beberapa
aspek yang mendukung upacara tersebut, misalnya : penyertaan gondang, dimana
dalam setiap pelaksanaan gondang selalu diawali dengan menbuat tua ni gondang
(memainkan inti dari gondang), yaitu semacam upacara meminta ijin kepada
Mulajadi Na Bolon dan juga kepada dewa-dewa yang dianggap sebagai pemilik
gondang tersebut. Sedangkan unsur adat yang terdapat dalam upacara religi dapat
dilihat dari unsur dalihan na tolu yang selalu disertakan pada setiap upacara.
Menurut Manik (1977 : 69), bahwa pada mulanya agama dan adat entik
Batak Toba mempunyai hubungan yang erat, sehingga setiap upacara adat sedikit
banyaknya bersifat keagamaan dan setiap upacara agama sedikit banyaknya diatur
oleh adat.
Walaupun hubungan kedua adat dan religi selalu kelihatan jelas dalam
pelaksanaan suatu upacara, perbedaan dari kedua upacara tersebut dapat dilihat
dari tujuan utama suatu upacara dilaksanakan. Apabila suatu upacara dilakukan
untuk hubungan manusia dengan yang disembahnya, maka upacara tersebut dapat
diklasifikasikan kedalam upacara religi. Apabila suatu upacara dilakukan untuk
hubungan manusia dengan manusia, maka upacara tersebut dapat diklasifikasikan
kedalam upacara adat.
Pada masyarakat Batak Toba dapat ditemukan seni sastra, diantaranya :
umpasa (kata kiasan yang berisi ajaran tentang keteladanan, kebijaksanaan, aturan

adat, serta pesan-pesan religius). Tonggo-tonggo (jenis sastra yang terkait dengan
rangkaian teks-teks naratif keagamaan yang berupa doa-doa pujian kepada Sang
Pencipta dalam bentuk permohonan atau harapan), turi-turian (salah satu seni
bercerita yang umumnya bersumber dari mitos atau legenda), dan huling-huling
angsa (jenis sastra berbentuk teka-teki yang umumnya dilakukan oleh para
pemuda dan pemudi diwaktu senggang, yang terdiri dari dua bagian, ada bagian
yang bertanya dan ada bagian menjawab).

4. Peranan Gondang Sabangunan


Peranan setiap alat musik yang terdapat pada ansambel musik Batak Toba
dilihat dari konsep serta praktik permainannya. Dalam ansambel gondang
sabangunan, peranan setiap alat musik di dalam permainannya dapat dilihat
sebagai berikut :

Skema Aturan Permainan Gondang


9

Ilustrasi di atas menunjukkan bagaimana aturan permainan yang lazim


digunakan dalam permainan ansambel musik gondang. Semua alat musik tidak
mengawali permainan secara bersamaan. Alat musik taganing selalu mengawali
setiap permainan dengan memainkan pembukaan (manera), yaitu pola khusus
taganing yang bertujuan untuk membangun ketukan dasar sekaligus tempo dari
gondang dengan set alat musik ogung. Setelah itu, diikuti oleh keempat
ogung/gong yang memainkan pola gong ostinato. Setelah ketukan dasar stabil,
alat musik sarune masuk dengan memainkan bagian pembuka gondang.
Kemudian alat musik taganing meyertai melodi sarune secara heterofonis atau
hanya memainkan pola-ritme ostinato konstan atau variatif.
Peranan masing-masing alat musik yang digunakan pada ansambel
gondang sabangunan dalam mengiringi tor-tor sigale-gale adalah :
1.

Sarune

bolon,

berperan

sebagai

pembawa

melodi,

penentu

gondang/lagu yang dimainkan; mengawali dan mengakhiri gondang.


2.

Taganing, berperan sebagai pembawa melodi atau pembawa ritme


(ostinato konstan atau variatif); mengawali tempo lagu; mengikuti
secara pararel atau hanya memberikan aksentuasi ritmis pada
permainan sarune bolon.

3.

Gordang bolon, berperan sebagai pembawa ritme (ostinato konstan


atau variatif); menimpali atau memberikan aksentuasi pada permainan
taganing atau berfungsi sebagai bass drum.

4.

Ogung, berperan sebagai siklus metrikal lagu.

5.

Hesek, berperan sebagai pemegang ketukan dasar dan tempo lagu.


10

5. Deskripsi Tor-Tor Sigale-gale


Tari (tor-tor) ekspresi kepercayaan yang estetis dituangkan dalam bentuk
gerak teratur sesuai dengan irama yang menggerakkan. Gerakan teratur ini dapat
dilakukan oleh peroranagan, berpasangan maupun berkelompok. Tor-tor sigalegale dipertunjukkan dalam bentuk perorangan dan kadang-kadang dipertunjukkan
dalam bentuk berpasangan.
Petunjukkan sigale-gale lebih difokuskan sebagai sarana hiburan yang
menjadi konsumsi para wisatawan baik berasal dari mancanegara maupun lokal.
Gerakan tor-tor sigale-gale terdiri dari lima bagian, yaitu :
a. Sombah, kedua telapak tangan saling menyentuh sejajar dengan dada.
Artinya kedua tangan didepan sejajar hidung, telapak tangan saling
menyentuh pada sikap hormat, baik antara manusia maupun kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
b.

Mamorpar, buka tangan hingga diatas bahu, artinya masyarakat Batak


Toba yang menginginkan keturunan dan atas karunia Tuhan keinginannya
terwujud.

Foto Mamorpar
11

c.

Mangapuh, kedua tangan secara bergantian perlahan-lahan didekatkan


keperut terlebih dahulu tangan kanan yang digerakkan kemudian
tangan kiri secara bergantian, artinya untuk mengambil hasil jerih
payah yang baik.

Foto Mangapuh
d.

Embas, artinya merasa senang dan puas karena apa yang


diharapkan/diminta telah terkabul oleh karena karunia Tuhan dengan
berkat yang sejahtera.

e.

Hasahatan, kedua tangan mengambil ulos, artinya ucapan selamat


pada semua dan selalu membawa kehidupan yang sejahtera
(mengucapkan horas-horas-horas)

12

Foto Embas dan hasahatan


6. Deskripsi Gondang Yang Mengiringi Tor-tor Sigale-gale
Melodi instrument ansambel musik tradisional Batak Toba yang digunakan
dalam mengiringi tor-tor sigale-gale. Adapun bentuk melodi atau lagu tersebuta
terdiri dari tiga bagian, yaitu :
a. Gondang Mula-mula
Gondang mula-mula merupakan musik pembuka acara ditunjukkan untuk
Sang Pencipta dengan melodi sebagai berikut :

13

b. Gondang pasu-pasu
Gondang mula-mula merupakan musik permohonan untuk mendapatkan
kebahagiaan dan pasu-pasu dengan melodi sebagai berikut :

c. Gondang hasahatan
Gondang hasahatan merupakan musik keyakinan bahwa permohonan
yang disampaikan akan dikabulkan dengan melodi sebagai berikut :

14

II. Kesimpulan
Ansambel musik Batak Toba gondang sabangunan yang berperan untuk
mengiringi tor-tor sigale-gale merupakan salah satu kebudayaan pada masyarakat
setempat, yang pada masa lalu tor-tor sigale-gale lebih difokuskan pada upacara
ritual, namun pada saat ini banyak dijumpai sebagai sarana hiburan. Keberadaan
gondang sabangunan khususnya masih diikutsertakan masyarakat setempat pada
saat kegiatan hiburan, acara adat dan sebagainya, yang sangat diminati oleh para
seniman setempat ataupun pengunjung yang datang. Pengadaan pertunjukkan tortor sigale-gale dapat dijadikan wadah sebagai menambah penghasilan, karena
pertunjukkan tersebut ditanggapi oleh masyarakat, khususnya para wisata yang
berasal dari mancanegara. Fungsi lain dari ansambel gondang sabangunan dan
tor-tor sigale-gale adalah sebagai sarana pendidikan. Dikarenakan terbatasnya
pemain gondang untuk mengiringi tor-tor sigale-gale dan dana/perhatian dari
pemerintah membuat penyajian gondang sabangunan hanya dipertunjukkan
kepada orang-orang tertentu yang sanggup membayar lebih untuk menampilkan
pemain dan alat musik yang lengkap. Jadi, permainan ataupun pertunjukkan
ansambel gondang sabangunan untuk mengirirngi tor-tor sigale-gale sangat
jarang ditemukan dan sudah dialihfungsikan dengan tape recorder.

15

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana.


Depdikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hutajulu, Rithaony dan Irwansyah Harahap. 2005. Gondang Batak Toba.
Bandung : PAST UPI.
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara.
Panggabean, Ferri Erikson. 2010. Metode Pengajaran Hasapi dan Sulim dalam
Dunia Akademis. Medan : USU.
Pasaribu, Ben (eds). 2004. Pluralitas Musik Etnik. Medan : Pusat Dokumentasi
dan Pengkajian Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nomensen.
Poerwadarminta. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Purba, Mauly. 2007. Musik Tradisional Masyarakat Sumatera Utara. Medan.
Silalahi, M. Maria. 2004. Kajian Musik Tradisonal Batak Toba Yang Mengrirngi
Tor-tor Sigale-gale Di Kecamatan Simanindo Kabupaten Toba Samosir.
Medan : Skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana di Unimed.
Sattriani, Oktaria. 2011. Bentuk Pertunjukkan Tor-tor Sigale-gale Dalam
Kepariwisataan Desa Tomok Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir.
Medan : Skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana di Unimed.
S. H. CS., dkk. 1990. Kebudayaan Batak Toba. DEPDIKBUD.
Tambunan, dkk. 1996. Monografi Kebudayaan. Medan.

16

Anda mungkin juga menyukai