Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

BENTUK SERTA NILAI DARI BENTUK DAN AKTIVITAS


KEBUDAYAAN YANG ADA DI SUMATERA UTARA, KHUSUSNYA
SUKU MANDAILING DI TAPANULI SELATAN

Dosen Pengampu : Royhanun Siregar, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 10

Dewinda Oktafiani
Nur Laila Harahap
Rizky Muammar

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN BAHASA
INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat-NYA serta hidayah-NYA kepada kita semua. Puji syukur

atas limpahan karunia-NYA kami dapat menyelesaikan makalah tentang

“Kebudayaan Tapanuli Selatan”.

Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin dengan beberapa

bantuan referensi sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. kami

menyadari sepenuhnya bahwa masih begitu banyak kekurangan baik dari segi

susunan kalimat maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu, kami dengan

sepenuh hati menerima segala kritikan dan saran, dengan harapan kami bisa

membuat makalah dengan lebih baik lagi di hari kemudian.

Padangsidimpuan, 26 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................2

C. Tujuan Penulisan................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Bentuk dan Aktivitas Kebudayaan yang ada di

Sumatera Utara, Khususnya suku Melayu di Tapanuli

Tengah.................................................................................................3

B. Nilai dari Bentuk dan Aktivitas Kebudayaan yang ada di

Sumatera Utara khususnya suku Melayu di Tapanuli Tengah........6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................8

B. Saran..................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
.

B. Rumusan Masalah
1. Apa bentuk dan aktivitas kebudayaan yang ada di Sumatera Utara,
khususnya suku Melayu di Tapanuli Tengah?

2. Apa nilai dari bentuk dan aktivitas kebudayaan yang ada di


Sumatera Utara, khususnya suku Melayu di Tapanuli Tengah?

3.
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bentuk dan aktivitas kebudayaan yang ada di
Sumatera Utara, khususnya suku Melayu di Tapanuli Tengah.
2. Mengetahui nilai dari bentuk dan aktivitas kebudayaan yang ada
di Sumatera Utara, khususnya suku Melayu di Tapanuli Tengah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Bentuk dan Aktivitas Kebudayaan yang ada di Sumatera Utara,


Khususnya Suku Melayu Di Tapanuli Tengah
Tapanuli Tengah adalah kota perdagangan yang cukup maju pada masa
itu, hal ini merupakan sebuah faktor daya tarik orang Minangkabau untuk
melakukan perpindahan/migrasi dan tinggal menetap di daerah Pesisir Sibolga,
maka tidak heran kalau kesenian Minangkabau juga dibawa dan dilestarikan di
daerah Pesisir Sibolga, seperti halnya tari Randai, namun tarinya tidak mirip dan
tidak sama tetapi beradaptasi, terakulturasi seiring perjalanan waktu. Beberapa

1
pendapat seperti, Radjoki Nainggolan (2012:25) sekitar Tahun 1014 abad ke-10
sebahagian masyarakat Minangkabau melakukan migrasi ke daerah Pesisir
Tapanuli Tengah (Sibolga). Pada abad ke-14 sekitar tahun 700 an, dimana
banyak keluarga Minangkabau yang berpindah ke Barus, Sibolga, Natal,
Bengkulu, hingga Lampung. Pendapat Usman Pelly (1985: 162- 166) pada abad
ke-7 sekitar tahun 1314 masyarakat Minangkabau berpindah/bermingrasih ke
berbagai daerah, termasuk Barus, Sibolga.
Beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa masyarakat
Minangkabau bermigrasi ke daerah pesisir Sibolga rentang waktu sekitar tahun
700 an abad ke-14 hingga tahun 1314 an abad ke- 7. Radjoki Nainggolan
(2012:19) menjelaskan bahwa “dalam konteks ini masyarakat suku Pesisir
Tapanuli Tengah Sibolga telah membentuk budayanya sendiri sesuai dengan
kehidupannya dikawasan pantai, dimana penghidupannya sebahagian besar
adalah sebagai nelayan yang mempunyai perbedaan dalam kegiatan sehari-hari,
seperti pemikiran perasaan yang meliputi adat resam, seni, bahasa maupun
makanan, baik secara individu maupun secara bersama-sama dalam
masyarakat”. Sejalan dengan pendapat diatas menjelaskan bahwa, masyarakat
pesisir memiliki identitas budayanya sendiri sebagai masyasrakat pesisir di
Kabupaten Tapanuli Tengah dan sebahagian besar mata pencaharian sebagai
nelayan.

Etnik Melayu adalah salah satu kelompok etnik yang terdapat di


Propinsi Sumatera Utara. Mereka merasa satu kebudayaan dengan etnik
Melayu di berbagai kawasan, seperti di Riau, Jambi, Lampung, Sumatera
3 lainnya. Begitu juga orang Melayu
Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan, dan
di Semenanjung Malaysia, Sabah, Serawak, Pattani, Kamboka, Srilanka,
Madagaskar, dan lain-lainnya. Orang Melayu di Sumatera Utara memiliki ciri-
ciri khas kebudayaan, seperti sistem kekerabatan yang menggunakan unsur
impal, seni sinandong, dedeng, tari serampang dua belas, dan lain-
lainnya. Namun ada juga berbagai persamaan sosiobudaya dengan kawasan
Melayu lain, seperti
1. Adat-istiadat perkawinan,

2
2. Seni zapin,
3. Bahasa Melayu,
4. Upacara-upacara tradisional, dan lain-lainnya.

Budaya yang berkembang umumnya dapat disaksikan pada berbagai


upacara-upacara seremonial yang dilaksanakan, seperti upacara adat,
perkawinan, perayaan hari-hari bersejarah, festival dan lain-lain. Kota Sibolga
dikenal dengan julukan “Negeri berbilang kaum” karena terdiri dari berbagai
macam etnis. Ada ± 15 (lima belas) etnis yang ada di Kota Sibolga yaitu:
1. Etnis Batak Toba
2. Pesisir
3. Mandailing
4. Minang
5. Jawa
6. Nias
7. Melayu
8. Simalungun
9. Karo
10. Aceh
11. Angkola
12. Padang Lawas
Sebagai salah satu kota yang terletak di pesisir pantai, budaya pesisir
adalah yang paling mendominasi. Beragam kegiatan seni dan budaya sampai
saat ini masih tetap dipertahankan. Diantaranya seperti;
1. Kesenian Sikambang masyarakat pesisir, merupakan kesenian yang
memadukan musik, tarian, senandung, pantun yang paling populer
di Kota Sibolga, kesenian sikambang ini biasanya dipertunjukkan pada
saat upacara pernikahan, penyambutan, dan hari-hari besar.
2. Mangure Lawik, merupakan acara budaya yang dilaksanakan sebagai
wujud rasa syukur sekaligus memanjatkan do’a untuk kelestarian laut,
dilaksanakan ketika nelayan akan memulai musim penangkapan ikan,

3
beragam acara budaya ditampilkan pada kegiatan ini.
3. Tarian Tor-Tor masyarakat batak, merupakan seni tari khas masyarakat
batak yang dipergunakan pada upacara pernikahan, upacara kematian,
dan acara adat lainnya. Acara Upa-upa, acara yang secara nasional dapat
dipersamakan dengan acara tepung tawar, yang intinya sebagai wujud
rasa syukur dan saat untuk memanjatkan do’a. Biasanya dilaksanakan
pada acara pernikahan, dan penyambutan.
4. Gordang Sambilan masyarakat mandailing, seni musik masyarakat
mandailing berupa pertunjukan instrumen gendang yang berjumlah
sembilan.
5. Kesenian Tulo-tulo, merupakan seni tari dari masyarakat nias, biasanya
ditampilkan pada hari-hari besar.
6. Kesenian Barongsai, merupakan kesenian dari masyarakat tionghoa,
yang memadukan seni tari dan musik. Ditampilkan bersamaan dengan
kebudayaan lain di Kota Sibolga, terutama pada saat Hari Jadi
Sibolga.Kesenian Talempong masyarakat minang, merupakan seni
musik dan tari yang dipergunakan pada acara adat, dan hari-hari besar.

`Pada umumnya, setiap kelompok etnis di Sibolga membentuk perkumpulan


yang bertujuan untuk membina kesatuan dan kebersamaan etnis tersebut.
Bahkan dalam etnis-etnis tersebut masih ada perkumpulan di bawahnya, seperti
perkumpulan marga, perkumpulan berdasarkan daerah asal dan lain-lain.

1. Kesenian di Tapanuli Tengah


a. Seni Musik
Di Sibolga terdapat berbagai macam alat musik, terdiri dari tiga macam cara
memainkannya. Yaitu ditiup, ditabuh dan digesek. Berikut ini merupakan alat-
alat musik yang berada di kota Sibolga, Tapanuli Tengah:
1) Singkadu,merupakan alat musik yang terbuat dari bambu, cara
memainkannya adalah dengan ditiup, alat musik ini mirip seperti suling
akan tetapi terbuat dari bambu
2) Gendang,merupakan alat musik yang dimainkan dengan cara

4
menabuhnya, alat musik ini terbuat dari kayu yang biasanya berasal dari
pohon kelapa yang dikeruk sehingga nantinya akan berbentuk seperti
cincin
3) Biola,bentuknya tidak berbeda dengan biola yang lainnya, akan tetapi
orang pesisir memiliki cara tersendiri dalam memainkan biola tersebut
4) Akordion,sebenarnya ini merupakan alat musik yang berasal dari Eropa,
namun sekarang alat musik ini pun menjadi salah satu alat musik yang
biasa mengiringi alat musik lainnya di Sibolga.

b. Irama dan Vokal Di Sibolga


Dalam memainkan musik, kurang pas rasanya jika tidak diiringi dengan lagu,
dan biasanya permainan musik ini diiringi dengan lagu Sikambang. Lagu ini
merupakan lagu khas masyarakat pesisir, dalam menyanyikannya diharapkan
agar perasaan dari sang penyanyi bisa dirasakan oleh orang-orang yang
mendengarnya, agar lagu Sikambang bisa didengar dengan baik.

c. Seni Tari
1) Tari Adok Sibolga
Tarian ini merupakan tarian pembukaan suatu upacara pernikahan di daerah
Tapanuli Tengah, setelah pengantin melakukan tarian tanpa bangun maka para
penari mulai menyeret langkah kaki dan menampilkan beberapa gerakan pencak
silat khas pesisir sebagai tarian pengiring sang pengantin. Tarian Adok Sibolga
dijadikan upacara adat orang Sibolga sebagai tarian perhelatan pernikahan
keluarga para raja maupun bangsawan. Dimulai dengan penari meminta maaf
kepada sang pengantin jika selama pertunjukan penari melakukan kesalahan,
tarian ini menunjukkan status sosial para pengantin sebagai seseorang yang
terhormat di kalangannya.
Selama menari, syair pantun tari Adok pun mengiringi penari, makna yang
tersirat dalam syair tersebut mengungkapkan tanggung jawab dan keharusan
untuk bergotong-royong antar sesama. Isi syair tersebut kurang lebih seperti ini :
“ Cabik-cabik Kain dibeli, dihasta tiga setengah hasta
Minta tabik kami menari, Jangan disangka kurang Basa

5
Erang si jambu erang, Ketiga erang si Jambu Air
Jangan Tuan Berberang-berang, Kalau hutang sama dibayar”

2) Tarian Tor-Tor Sigale-Gale


Berbeda dengan tarian adok, tarian ini dilaksanakan ketika upacara kematian,
tarian ini diiringi dengan kesenian wayang berupa patung lelaki besar yang
menggunakan kain Ulos yang diperagakan oleh para dalang. Jadi tarian ini tidak
diperagakan oleh manusia melainkan beberapa boneka Sigale-gale yang menari
diatas peti mati tempat menyimpan boneka tersebut. Tarian ini dimaksudkan
untuk mengusir hal-hal buruk atau kematian agar tidak terulang kembali.
Pada awalnya Tarian Tor-tor Sigale-gale ini hanya ditujukkan kepada seorang
raja yang kehilangan anak yang disayanginya. Ketika sang raja mengalami
kesedihan yang lama seorang tabib menyarankan sang raja membuat boneka sang
anak dan melakukan sebuah upacara berupa tarian sehingga sang tabib dapat
memanggil roh anak sang raja sambil meniup alat musik sordam untuk masuk
kedalam patung tersebut sehingga kerinduan sang raja dapat terbayar. Karena
tarian tersebut sang raja mulai bahagia dan para rakyat yang semula sedih melihat
keadaan sang raja pun turut bahagia dengan menari bersama-sama hingga Roh
sang anak kembali saat waktu fajar sebelum ayam berkokok.

d. Seni Rupa
Tapanuli Tengah memiliki seni patung yang khas. Seni patung di Tapanuli
Tengah hampir menyerupai hasil kesenian Mesir kuno, India, Cina, dan Afrika.
Kemiripan dan pengaruh dari negara-negara ini dapat diakibatkan oleh arus
perdagangan ke daerah Tapanuli Tengah. Patung-patung yang serupa ini dapat
dilihat pada patung kuburan serta gaya ornamen rumah adat (singa-singa, gaja,
dompak).

B. Aktivitas Kebudayaan Yang Ada Di Sumatera Utara, Khususnya Suku


Melayu Di Tapanuli Tengah
1. Upacara Perkawinan Masyarakat Suku Melyu Pesisir Sibolga Tapanuli
Tengah.

6
Adat Perkawinan bagi msyarakat Peisir Sibolga Tapanuli Tengah menurut
tradisi dan kebiasaan dapat dilaksankan melalui beberapa tahap seperti yang
telah dibiasakan sejak dari zaman dahulu secara turun- temurun sampai
sekarang. Adapun urutan dan tata cara yang dilakukan dalam adat tersebut
adalah :
1. Risik-risik (memastikan seorang calon)
2. Sirih Tanyo (bertanya kesediann calon)
3. Maminang (menanyakan uang mahar)
4. Manganta kepeng (mengantar uang mahar yang telah disepakati)
5. Mato Karajo ( akad nikah)
6. Adat Malam Sikambang
7. Manjalang-jalang (mohon doa restu orangtua laki-laki)
Untuk mengetahui tata cara tahap demi tahap dari pelaksanaan adat
istiadat ini diperlukan seorang ahli yang telah berpengalaman mewakili
keluarga untuk menghubungi keluarga yang dihajad dan yang dikenal sebagai
Talangke yang diberikan kepercayaan untuk mengatur dan melaksanakan
amanah. Talangke adalah sebagai utusan dalam keluarga yang
bertanggungjawab sebagai wakil olrang tua pihak laki-laki untuk
menjalankan adat merisik sampai pada hari pernikahan dan adat manjalang-
jalang.
1) Risik-risik (Memastikan Seorang Calon)
Risik-risik dengan pengertian bahwa pihak keluarga laki- laki berkunjung
kerumah keluarga pihak gadis yang diinginkan oleh pihak laki-laki untuk
bercengkrama ingin mengetahui adakah anak gadis yang diinginkan oleh
pihak laki-laki. Risik-risik dilakukan dengan santai, biasanya dilakukan
keluarga pihak laki- laki yang disebut “Talangke”. Terlangkai itu dalam
menyelidiki perempuan dengan bertandang atau bincang-bincang dengan
keluarga perempuan. Risik-risik ini dilakukan oleh beberapa orang tua dan
biasanya dilakukan oleh ibu-ibu.
Setelah mengetahui ada seorang gadis dirumah yang dituju maka Talangke
akan menyampaikan kepada orangtua laki-laki untuk mempersiapkan
kelanjutan untuk menanyakan kesediaan orangtua dari pihak perempuan.

7
Namun begitu keluarga pihak Setelah mengetahui ada seorang gadis dirumah
yang dituju maka Talangke akan menyampaikan kepada orangtua laki-laki
untuk mempersiapkan kelanjutan untuk menanyakan kesediaan orangtua dari
pihak perempuan. Namun begitu keluarga pihak Dalam tradisi Masyarakat
pesisir, kedatangan Talangke merupakan suatu hal yang mulia yang disambut
penuh persaudaraan karena ada makna yang mulia terkandung didalam
pertemuan dan perbincangan yang akan membawa kebahagiaan bagi kedua
keluarga.
2) Sirih Tanyo ( Bertanya Kesediaan Calon)
Seminggu kemudian, Talangke laki-laki kembali datang dan mengingatkan
kedatangan mereka minggu lalu dan sekarang mereka ingin menjelaskan
kedatangan mereka sambil menyodorkan Tepak Sirih (Pohan / Kampi Sirih
Bakatuk) yang dibawa pihak laki-laki dihulurkan/diberikan kepada pihak
perempuan sebagai adat istiadat pembukaan kata dan menanyakan kesedihan
salah seorang putri mereka untuk di persunting.
Sirih Tanyo adalah sirih sebagai adat untuk mendapat keputusan atau
jawaban pasti dari pada pihak perempuan. Pihak perempuan juga
menghulurkan tepak sirih sebagai mengawali komunikasi diantara kedua
keluarga. Keluarga pihak perempuan kemudian menyatakan setuju menerima
lamaran dari pihak laki- laki.
3) Maminang (Menanyakan Pemberian Mahar)
Setelah waktu yang ditentukan tiba, pihak laki-laki bersiap- siap
melaksanakan tugas untuk datang kerumah calon pengantin perempuan.
Sebelum berangkat terlebih dahulu diadakan musyawarah dirumah pihak laki-
laki agar segala sesuatu yang diminta oleh pihak perempuan nanti dapat
diselesaikan dengan baik, dan seorang ketua adat memberikan nasehat kepada
semua utusan agar tidak membuat malu kepada pihak keluarga laki-laki.
Pada pertemuan itu, disusunlah barang-barang yang akan dibawa kerumah
pihak perempuan, seperti Kampi Sirih Bakatuk 2 (dua) buah untuk membuka
dan mengawali pembicaraan dan sekaligus disajikan makanan ringan tradisi
masyarakat pesisir bernama Nasi Tue. Setelah mereka sampai dirumah yang
dituju, pihak tuan rumah menyambut kedatangan rombongan pihak laki- laki

8
sambil membawa masuk para tetamunya kedalam rumah dan duduk ditempat
yang telah disediakan, maka selanjutnya pihak perempuan mengucapkan
selamat datang dan ucapan terimah kasih atas kedatangan yang telah
menepati janji untuk melanjutkan perbincangan pernikahan di kedua belah
pihak.
Sebelum perbincangan dimulai, utusan pihak laki-laki menyampaikan
Kampi Sirih Bakatuk (Tepak Sirih) kepada tuan rumah satu persatu sehingga
semua sanak saudara yang berada diatas rumah mendapat sajian Tepak Sirih
sebagai tanda kedatanga pihak laki-laki. Kemudian pihak perempuan
menyapaikan ucapan selamat datang “Assalamu‘alaikum Warahmatullahi
Wabarakatu”, maka dijawab oleh pihak laki-laki dan dilanujtkan oleh pihak
perempuan dengan menggunakan pantun Pasisi/Pesisir, sebagai berikut:
4) Dipotong Batang Dicucukkan Dalam Dinanti Tumbu Jaman Kejaman
Selamat Datang Kami Ucapkan Kapado S anak Famili Handai Tolan
Nan Budiman. Wakil keluarga pihak perempuan kembali bertanya
maksud kedatangan pihak laki-laki seolah-olah mereka tidak
mengetahuinya, dan berpura-pura tidak pernah bertemu sebelumnya,
mereka bertanya. Bapak-bapak dan ibu-ibu sanak famili kami handai
tolan sadonyo bak kato urang Pasisi “Kok Balai Kaponcan Bako
Nampak Ombank Anak Baranak Kok Buli Kamiko Batanyo Maksud
Apo Hajat Dusanak” Maka utusan pihak laki-laki menjawab pertanyaan
pihak perempuan “Ala Gaharu Cindano Pulo Kok Ala Tau Mangapo
Batanya Pulo Mutik Cangke Digunung Tamang Batang Kape Barapi-
api Maksud Kami Datang Maminang Datang Maliek Sikandak Ati”
kemudian pihak perempuan bertanya pula
5) Taserak Padi Dek Balam Jongon Gala Kami Halokan Tasirok Ati Kami
Didalam Jongon Galak Sajo Kami Katoka. Terpesona pihak laki-laki
melihat calon pengantin perempuan, karena senang dan menerima
kenyataan dengan senyum dan gembira. Utusan pihak laki-laki
menjawab :
Ala Pata Galewang Adok Pata Ditimpo Kaki Dulang Jangan Cewang Ati
Kami Nan Tagok Barapo Kami Mambai Utang

9
Setelah mendengarkan pantun yang dibawakan oleh kedua belah pihak
keluarga, maka wakil dari pihak perempuan menyampaikan jawaban atas
permintaan laki-laki mengenai “Uang Bantuan” (mahar) yang akan diberikan
oleh pihak laki-laki, apakah mereka bersedia dan sanggup memenuhinya, atau
kalaupun tidak bagaimana jalan keluarnya agar hubungan persaudaraan
bertambah erat. Setelah masing-masing selesai bermusyawarah maka pihak
perempuan menyampaikan kembali hasil musyawarah mereka kepada pihak
laki-laki dan kebetulan pengantin perempuan melangkahi kakaknya maka
juga dipikirkan apa hadiah yang sesuai untuk diberikan kepada si kakak
tersebut. Kemudian pihak laki-laki menjawab tentang keadaan yang dihadapi
mereka juga adalah sama.
Setelah musyawarah selesai maka pihak perempuan memberitahukan pihak
laki-laki tentang permintaan mereka, yaitu berupa Jinamu atau mahar, emas
sebanyak sebanyak 10 Gram, Beras 1 Goni, Kelapa 50 Gandeng dan uang
sebanyak Rp. 25.000.000,- (zaman sekarang ini) dan seratus duo puluh limo
satali serta seekor kerbau (zaman dahulu). M aka pihak laki-laki pun
menjawab permintaan pihak perempuan agar jangan terlalu berat beban yang
dipikul oleh pihak laki-laki. Setelah musyawarah maka pihak laki-laki
mengemukakan hasil musyawarah mereka, antara lain mereka setuju
memberikan baju dan kain serta selendang kepada kakak pengantin sebagai
Langka Sumangek karena dia lebih dahulu mendapat jodoh, setelah
perundingan telah disetujui oleh kedua belah pihak. Kemudian pihak Setelah
musyawarah selesai maka pihak perempuan memberitahukan pihak laki-laki
tentang permintaan mereka, yaitu berupa Jinamu atau mahar, emas sebanyak
sebanyak 10 Gram, Beras 1 Goni, Kelapa 50 Gandeng dan uang sebanyak Rp.
25.000.000,- (zaman sekarang ini) dan seratus duo puluh limo satali serta
seekor kerbau (zaman dahulu). Maka pihak laki-laki pun menjawab
permintaan pihak perempuan agar jangan terlalu berat beban yang dipikul
oleh pihak laki-laki. Setelah musyawarah maka pihak laki-laki
mengemukakan hasil musyawarah mereka, antara lain mereka setuju
memberikan baju dan kain serta selendang kepada kakak pengantin sebagai
Langka Sumangek karena dia lebih dahulu mendapat jodoh, setelah

10
perundingan telah disetujui oleh kedua belah pihak. Kemudian pihak.
4) Manganta Kepeng (Mengantar Mahar yang telah disepakati)
Setelah proses meminang dilaksanakan, adat yang di lakukan selanjutnya
adalah Manganta Kepeng (mengantar mahar yang telah disepakati). Manganta
Kepeng adalah mengantarkan sesuatu pemberian bantuan/hantaran yang telah
disepakati dan pada saat acara tersebut akan ditentukan hari pernikahan, dan
hal tersebut juga telah disepakati oleh kedua belah pihak.
Setelah tiba hari yang ditetapkan, keluarga pihak laki-laki mengadakan
pertemuan dan jamuan bersama-sama di rumah pihak laki-laki. Tuan rumah
menjemput beberapa Orangtua, Tuan Guru, Alim Ulama, Ketua Adat serta
Sanak Saudara dan Jiran Tetangga yang ikut menghantarkan Uang Hantaran
(uang Jinamu) yang telah ditetapkan oleh pihak perempuan beberapa minggu
yang lalu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Kebiasaan ataupun
suatu Tradisi di Daerah Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah ialah menghantarkan
Jinamu (mahar) kepada pihak calon pengantin perempuan.
Rombongan Calon pengantin laki-laki telah berkumpul dirumahnya dan
mempersiapkan keperluan yang akan dibawa ketempat calon pengantin
perempuan berupa “Uang Bantuan”(mahar) sebanyak Rp. 25.000.000, yang
zaman dahulu seratus dua puluh lima setali, 1 Goni Beras, 50 Gandeng
Kelapa (100 biji kelapa) dan seekor Kerbau. Mengenai Emas dan Cincin
untuk Mahar atau Jinamu sesuai dengan tradisi orang Pesisir, ia diberikan
sewaktu diadakan Akad Nikah bersama dengan pemberian pakaian pengantin
selengkapnya serta pakaian untuk hadiah kepada kakak calon pengantin
karena telah “Melangkahi” yaitu mendahului kakaknya menikah.
Setelah segalanya dipersiapkan seperti : Kampi Sirih Bakatuk yang isinya
selengkapnya seperti Beras Kunyit, Lilin, Imbalo, Kemiri, Benang 2 warna,
Jarum dan Sirih secukupnya dengan Pinang yang di Kanyam, Pinang Hijau,
Pinang Berkulit dan setelah makan bersama dan disudahi dengan doa, maka
rombongan calon pengantin laki-laki berangkat menuju kerumah calon
pengantin perempuan. Setelah rombongan sampai dirumah keluarga
pengantin perempuan, maka rombongan berkumpul bersama-sama.
Dalam pertemuan tersebut diperlukan pembicaraan yang jelas dan tegas

11
agar tidak terjadi salah paham dibelakang hari sehingga memberikan kesan
yang tidak baik kepada kedua pihak. Ikatan pertunangan ini harus dilandasi
dengan perjanjian yang patut diikuti oleh kedua belah pihak seperti syarat
sebagai berikut:
1. Jika pihak Laki-laki tidak menempati janjinya/memungkiri perjanjian
seperti tidak bersedia untui Menikah dengan perempuan yang telah
menjadi tunangannya maka segala yang diberikan kepada pihak
perempuan tidak akan dikembalikan, kecuali laki-laki tersebut
meninggal dunia atau cacat seumur hidup. Namun perempuan mau dan
bersedia unutk menikah dengan tunangannya yang cacat itu maka ia
tidak jadi masalah.
2. Jika perempuan yang tidak menepati janji, maka pihak perempuan
akan membayar dua kali lipat dari pada pemberian laki- laki, kecuali
perempuan itu meninggal dunia atau cacat seumur hidup, yang hal ini
tergantung kepada pihak laki-laki apakah laki- laki tesebut bersedia
untuk menikah dengan perempuan itu. Perjanjian tersebut diadakan
dihadapan para sanak keluarga, kawan sekampung/tetangga, dan
penghulu kampong serta alim ulama yang diundang untuk
menmyaksikan pertunangan tersebut agar kedua belah pihak sama-
sama berkenan di hati dalam mengikat tali kekeluargaan.
Setelah perjanjian di lafazkan dihadapan para saksi, maka ditetapkanlah
tempo pertunangan. Walau sebagaimanapun, kedua belah pihak hendaklah
meneriman isi dari perjanjian itu supaya tidak menimbulkan pemikiran yang
tidak baik setalah perjanjian dibuat. Pada kebiasannya pertunangan
berlangsung selama enam bulan hingga setahun karena kedua belah pihak
ingin membuat persediaan perkawinan. Biasanya pihak pengantin perempuan
akan mempersiapkan jahitannya atau jika belum pandai menjahit akan diajari
oleh kelujarganya menjahit, memasak, mempersiapkan diri menghadapi
penghidupan baru yaitu berumah tangga. Setelah perjanjian dilaksanakan,
maka rombongan pihak laki-laki memohon izin untuk kembali pulang dan
melaporkan perbincangan yang telah ditunggu-tunggu oleh orang tua laki-
laki.

12
5) Matto Karajo ( Akad Nikah)
Mato karajo (Akad Nikah) adalah hari pernikahan yang akan
dilangsungkan sesuai dengan Hukum Islam yang diyakini oleh kedau calon
pengantin disertai dengan adat Pesisir yang lazaim disebut oleh masyarakat
Etnik Pesisir Sibolga Tapanuli Tengah dengan nama Adat Sumando. Maka
pada hari yang ditentukan bersama, diadakanlah acara pernikahan dirumah
pihak perempuan. Namun sebelum diadakan pernikahan, terlebih dahulu
diadakan persiapan tertentu oleh kedua belah pihak.
Pekerjaan yang diutamakan adalah waktu yang tepat untuk memulai acara
yang direncanakan yaitu “Mengambi Hari dan Mangantungi” yaitu memakai
peralatan kebesaran adat pesisir dirumah pengantin laki-laki dan dirumah
pengantin perempuan yang dimulai sejak hari kamis, jum’at, pada hari sabtu
pernikahan calom pengantin perempuan terlebih dahulu dipersiapkan dengan
Bakonde (rambut dipotong sedikit bahagian atas depan oleh orang tua
kandung calon pengantin p erempuan) yang dipandu Induk Inang dengan
peralatan:
a. Pisang Manis satu sisir
b. Kelapa Muda yang diukir satu buah
c. Pisau / Gunting Rambut dan penataan dengan hiasan-hiasan lainnya.
Setelah Akad Nikah diadakan Mandi Tigo kedua pengantin, disaksikan
oleh ibu-ibu. Sanak famili Sebelum pesta dimulai, maka pihak keluarga
perempuan mengundang para jiran dan tetangga serta pemuda-pemuda dan
anak-anak dara maupun orang-orang tua yang pakar tentang adat pesisir
untuk dapat membantu melaksanakan pesta perkawinan secara adat pesisir.
Menurut tradisi yang menjadi teradat pada masyarakat suku pesisir Sibolga
Tapanuli Tengah, jika ada pesta perkawinan yang akan dilangsungkan
dikampung, sesuai dengan tradisi maka seluruh pemuda maupun anak dara
ikut membantu menyumbangkan tenaga maupun pikiran agar pelaksanaan
pesta perkawinan terselanggara dengan baik.
Biasanya para pemuda menolong pekerjaan yang berat- berat seperti
bertanak nasi, memasak air, memasang taratak maupun memasang hiasan-
hiasan pelaminan untuk pengantin yang diawasi oleh seorang “Bidan

13
Pengantin” atau Induk Inang. Dalam hal ini tugas orang tua membantu
menyelenggarakan pernikahan dan menerima tamu yang jauh maupun yang
dekat, terutama tamu dari pihak laki-laki agar terdapat kesan yang baik
sebagai Besan. Layanan yang sanak famili. Sebelum pesta dimulai, maka
pihak keluarga perempuan mengundang para jiran dan tetangga serta pemuda-
pemuda dan anak-anak dara maupun orang-orang tua yang pakar tentang adat
pesisir untuk dapat membantu melaksanakan pesta perkawinan secara adat
pesisir.
Menurut tradisi yang menjadi teradat pada masyarakat suku pesisir
Sibolga Tapanuli Tengah, jika ada pesta perkawinan yang akan
dilangsungkan dikampung, sesuai dengan tradisi maka seluruh pemuda
maupun anak dara ikut membantu menyumbangkan tenaga maupun pikiran
agar pelaksanaan pesta perkawinan terselanggara dengan baik. Biasanya para
pemuda menolong pekerjaan yang berat-berat seperti bertanak nasi, memasak
air, memasang taratak maupun memasang hiasan-hiasan pelaminan untuk
pengantin yang diawasi oleh seorang “Bidan Pengantin” atau Induk Inang.
Dalam hal ini tugas orang tua membantu menyelenggarakan pernikahan dan
menerima tamu yang jauh maupun yang dekat, terutama tamu dari pihak laki-
laki agar terdapat kesan yang baik sebagai Besan.
6) Adat Malam Sikambang
Dulunya sebelum perkembangan adat upacara perkawinan pesisir, seperti
yang dikatakan pada penjelasan tentang M ato Karajo (Akad Nikah) bahwa
acara adat telah dilaksanakan sebelum Akad Nikah dilakukan. Banyak acara-
acara adat yangg dilakukan 2 hari sebelum pernikahan.
7) Bainai Gadang (Berinai Besar)
Bainai Gadang (berinai besar) dilakukan dirumah pihak pengantin laki-laki.
Dimana calon pengantin laki-laki dimalam itu memakai inai yang menghiasi
tangan dan kakinya. Dalam acara ini pengantin laki-laki melakukan acara adat
malam sikambang dan juga tepung tawar yang dilakukan oleh sanak keluarga
pihak calon pengantin laki-laki. Dalam acara ini calon pengantin laki-laki
mengenakan pakainan pengantin adat pesisir.
8) Malam Bacilok (Bahaning-haning)

14
Malam Bacilok (Bahaning-haning) atau juga dikenal dengan sebutan baiani
Ketek dilakukan di rumah calon pengantin perempan. Acara yang dilakukan
sama seperti di rumah calon pengantin laki-laki, memakaikan calon pengantin
perempuan inai di tangan dan kakinya, dimalam bacilok atau bahaning-
haning ini semua keluarga dan sanak saudara dari pihak perempuan juga ikut
memakai inai. Dalam acara ini juga dilakukan adat malam sikambang dan
tepung tawar yang mana calon pengantin perempuan mengenakan pakaian
pengantin adat pesisir.
Pada mulanya memasang inai tidak saja upaya menampilkan kecantikan
pada bagian dari anggota tangan anak daro, namun juga menurut kepercayaan
kat zaman dahulu, kegiatan memeahkan kuku-kuku jari calon anak daro ini
juga mengandung arti magis. Ujung-ujung jari yang dimerahkan dengan daun
inai dan dibalut daun sirih, mempunyai kekuatan untuk melindungi si calon
anak daro dari kemungkinan ada manusia yang iri dengan si calon anak daro.
Kuku-kuku yang telah diberi pewarna merah yang berarti juga selama ia
berada dalam kesibukan menghadapi berbagai macam perhelatan
perkawinannya itu ia akan tetap terlindung dari segala mara bahaya. Setelah
selesai melakukan pesta-pesta, warna merah pada kuku-kukunya menjadi
tanda kepada orang-orang lain bahwa ia sudah berumah tangga sehingga
bebas dari gunjingan kalau ia pergi berdua dengan suaminya kemana saja.
Setelah kedua pengantin melakukan adat malam bainai dirumah masing-
masing keesokan harinya dilangsungkan Akad Nikah atau Mato Karajo.
Dimana kedua pengantin diresmikan menjadi sepasang suami isteri. Dan pada
malam hari setelah ak ad nikah dilangsungkan lah acara Adat Malam
Sikambang Basanding (Bersanding) dimana pada malam ini kedua mempelai
disandingkan dalam satu pelaminan, acara ini biasanya dilakukan di rumah
pengantin perempuan.
Dalam acara Adat Malam Sikambang Basanding ini kedua mempelai tidak
langsung didudukkan dalam satu tempat, ada urutan-urutan acara adat yang
harus diikuti oleh pihak pengantin laki-laki. Awalnya pengantin laki-laki
didudukkan dalam sebuah Kereta-Kereta yang merupakan tempat duduk
pengantin laki-laki yang juga berada di satu ruangan dengan pengantin wanita

15
yang duduk di Tampek Anak Daro (Pelaminan).
Acara dibuka dengan Tari Saputangan yang diiringi Lagu kapri. Tarian ini
menggambarkan suatu cerita/kisah pergaulan diantara muda-mudi masyarakat
di daerah Sibolga Tapanuli Tengah dalam mengikat tali persaudaraan antara
satu dengan lainnya sehingga masyarakat Pesisir bisa menjalin keakraban dan
terbuka terhadap siapapun. Setelah Tarian Saputangan acara dilanjutkan
dengan penampilan Tarian Selendang yang diitingi Lagu Duo. Tarian ini
menggambarkan kisah seorang pemuda dan sorang pemudi yang sedang
dalam memadu janji untuk melanjutkan hubungan mereka hingga Setelah
Tarian Saputangan acara dilanjutkan dengan penampilan Tarian Selendang
yang diitingi Lagu Duo. Tarian ini menggambarkan kisah seorang pemuda
dan sorang pemudi yang sedang dalam memadu janji untuk melanjutkan
hubungan mereka hingga.
Setelah Tarian Selendang, dilanjutkan dengan Tari Payung yang diiringi
lagu Kapulo Pinang. Tarian ini menggambarkan suatu kisah sepasang suami
isteri yang baru saja melangsungkan perkawinan,. Pada suatu hari sang suami
akan meninggalkan isterinya pergi berlayar mengarungi lautan untuk mencari
nafkah di negeri orang dalam memenuhi tanggung jawab sebagai suami
dengan mempergunakan kapal yang membawa dagangannya dari Pulau
Poncan Ketek ke Pulau Pinang Malaysia. Selanjutnya pengantin laki-laki
(Marapulai/Marapule) akan bersanding dengan pengantin perempuan (Anak
Daro), tetapi sebelumnya prosesi ini diselingi dengan acara adat Dampeng.
Dimana salah seorang alek atau anggota Sikambang menyanyilan lirik-
larik Selanjutnya pengantin laki-laki (Marapulai/Marapule) akan bersanding
dengan pengantin perempuan (Anak Daro), tetapi sebelumnya prosesi ini
diselingi dengan acara adat Dampeng. Dimana salah seorang alek atau
anggota Sikambang menyanyikan lirik-lirik. Setelah kedua mempelai
bersanding di pelaminan acara malam Sikambang dilanjutkan dengan
penampilan Tari Kipas yang diiringi Lagu Perak-Perak. Tarian ini
menggambarkan kesedihan seorang ibu yang akan melepaskan anaknya untuk
pergi meninggalkannya dan memasuki keluarganya yang baru. Tarian terakhir
yang dipertunjukkan adalah Tari Anak yang diiringi Lagu Sikambang. Tarian

16
ini mengisahkan seluruh rangkaian peristiwa yang terjadi, mulai dari rasa
gembira hati menyambut kelahiran sibuah hati sampai kepada perjalanan
mencari seorang tabib atau dukun dan obat bagi seorang anak yang sakit.
Tetapi pada initinya Tari Anak Tersebut bermaksud unutk mendoakan agar
hubungan orang tua dan anak berlangsung dengan baik dan semakin di
berkati kedepannya. Serta kedua mempelai didoakan semoga segera
mendapatkan keturunan yang semakin menyempurnakan keluarga mereka.
Akhirnya acara Adat Malam Sikambang ditutup dengan Talibun. Talibun
merupakan sebuah nyanyian panjang yang dipersembahkan kepada kedua
mempelai pengantin yang sedang bersanding. Nyanyian Talibun ini pada
initinya memuja kebesaran raja Bandahari, yaitu seorang penguasa yang
berkedudukan di Pulau Poncan Sibolga. Menurut ketentuan adat istiadat,
sebelum menyanyiakan lagu Talibun terlebih dahulu pihak keluarga (yang
punya hajatan) menghidangkan bermacam-macam kue kepada.

C. Nilai Dari Bentuk Dan Aktivitas Kebudayaan Yang Ada Di


Sumatera Utara, Khususnya Suku Melayu Di Tapanuli Tengah
Keberadaan satu komunitas di satu daerah, melahirkan satu adat dan
budaya yang berfungsi menjadi alat komunikasi yang tidak tertulis untuk
mengatur segala hal yang menyangkut tata cara kehidupan masyarakat, adat
istiadat dan budaya juga berfungsi menjadi alat menyatukan visi dan misi pada
kehidupan, sehingga kehidupan masyarakat dapat diatur, daerah Pesisir Tapanuli
Tengah berada didaerah Sumatera Utara yang berbatasan sebelah Timur dengan
Kabupaten Tapanuli Utara, sebelah Barat dengan Samudra Indonesia, sebelah
Utara dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sebelah selatan dengan
Kabupaten Tapanuli Selatan, dengan luas Wilayahnya sekitar 2.194,98 km,
dengan jumlah penduduk 249.990 jiwa terdiri dari 70,247 rumah tangga,dan
terdapat 15 kecamatan.
Sedangkan kesenian menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan dari
budaya, kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang dilakukan dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari dan sebagai tempat menyampaikan

17
keinginan, hasrat dan tujuan.Kata Sumando dalam bahasa Batak artinya cantik
dan sesuai, secara mendalam adalah besan berbesan. Pengertian adat Sumando
mencakup tata cara adat pernikahan di daerah Pesisir Tapanuli Tengah
Sibolga.mulai sejak tahapan marisik sampai ke tahapan tapanggi ( mengunjungi
keluarga pria). Dari tahapan tersebut digelar acara pelaksanaan tarian seperti tari
Saputangan, Payung, Adok, Sampaya, Sikambang Botan ( Pedang ),Perak-
perak, Ceksity, Piring, anak sampai pada acara mengarak pengantin pria dengan
sambutan gelombang duo baleh dan tari Dampeng.
Tradisi adalah perilaku yang terdapat dalam suatu etnis tertentu dalam
sebuah komunitas masyarakat yang terjadi turun temurun, sehingga menjadi
sebuah adat istiadat yang tidak tertulis, apa lagi pelaksanaannya menyangkut
norma-norma kehidupan masyarakat itu sendiri, tradisi yang terkenal dari daerah
pesisir tapanuli ini adalah Mandi Balimo Limo yaitu kegiatan sebelum masuknya
bulan suci ramadhan dengan melakukan mandi- mandi disungai dengan
membawa bekal disertai air limau yang telah dicampur dengan daun pandan
wangi,dan tradisi malopeh dilaksanakan pada akhir bulan suci ramadhan atau
sehari menjelang masuknya bulan syawal, dengan membeli daging untuk
dimasak sehari sebelum lebaran,dan tradisi melaksanakan panen perdana (
Mengambik Ari ).
Sebagaimana tata cara panen perdana menurut kebiasaan masyarakat
pesisir, begitu pula tata cara turun kesawah dan tata cara menanam padi masih
punya cara tersendiri menurut kebiasaan yang sudah menjadi tradisi. Imbas dari
kemajuan teknologi membuat masyarakat lupa akan kebiasaan yang sudah
mentradisi selama berabad-abad berangsur hilang, misalnya menganyam tikar
Pandan Putih, yang memiliki nilai histouris yang menggambarkan kehidupan
bagaimana menghormati tamu, pekerjaan ini dilakukan oleh kaum perempuan
pada malam hari menjelang tidur.
Budaya tradisi di Daerah Pesisir Tapanuli Tengah dan Sibolga tidak saja
mencakup hal-hal yang bersifat keduniaan tetapi juga menyangkut bagi orang
yang sudah berpulang ke Rahmatullah misalnya seseorang yang meninggal dunia
biasanya pihak keluarga yang ditinggal membuat satu acara yang bernama
“Acara Turun Batu”.yaitu menempatkan batu nisan diatas kuburan.

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kabupaten Tapanuli Tengah adalah salah satu Kabupaten yang berada di
provinsi Sumatera Utara, dimana suku-suku yang berada di daerah tersebut terdiri
dari berbagai macam suku, seperti suku Melayu, suku Batak Toba, suku Nias dan
suku pendatangseperti suku Minangkabau, Aceh dan Cina. Suku Minangkabau
merupakan suku pendatang yang kemudian tinggal menetap di daerah Pesisir
SibolgaMasyarakat Minangkabau bermigrasi ke daerah pesisir Sibolga rentang
waktu sekitar tahun 700 an abad ke-14 hingga tahun 1314 an abad ke- 7. suku
Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga telah membentuk budayanya sendiri sesuai
dengan kehidupannya dikawasan pantai, dimana penghidupannya sebahagian
besar adalah sebagai nelayan yang mempunyai perbedaan dalam kegiatan sehari-
hari, seperti pemikiran perasaan yang meliputi adat resam, seni, bahasa maupun
makanan, baik secara individu maupun secara bersama-sama dalam masyarakat.
B. Saran

19
Semoga materi kami dapat dipahami oleh pembaca, kami membutuhkan
saran dan kritikan dari pembaca karena makalah kami ini masih jauh dari
kesempurnaan, agar kami dapat memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Narulita, S. D. (2020). ABSTRAK: Adat8 dan Budaya Masyarakat Pesisir


Tapanuli Tengah/Sibolga. Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Provinsi
Riau.

Pasaribu, S. (2011). Adat dan Budaya Masyarakat Pesisir Tapanuli


Tengah/Sibolga. Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi
Sumatera Utara.

Pasaribu, S. (2014). Budaya dan Pariwisata Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga.


Dinas Pariwisata Kota Sibolga.

Ruwaida. (2013). Kesenian Sikambang: Perspektif Multikultural Sebagai


Identitas Budaya Pesisir Sibolga. Gesture, 2(2).
https://doi.org/https://doi.org/10.24114/senitari.v2i2.1442

20
21

Anda mungkin juga menyukai