BUKU PEMBANDING
Judul :Pengetahuan Dasar Imu Parawisata
Penulis:I ketut Suwena
Penerbit :Pustaka Larasan
Tahun Terbit:2017
Hal :2025
BUKU UTAMA
BAB 1
SELAYANG PANDANG :BUDAYA DAN KEPARAWISATAAN
SUMATRA UTARA
BAB II
ETNIS MELAYU
Budaya Melayu sangat kaya dengan berbagai variasinya. Diawali dalam bab
ini mengupas sistem kekerabatan, upacara atau ritual dari masa kelahiran,
perkawinan, dan kematian. Kemudian, dari sisi kesenian yang terdiri atas
seni rupa, tari, musik, dan teater. Demikian juga berbagai aneka kuliner yang
sangat banyak. Semua itu diungkap melalui bahasa dan aksara Melayu.Tentu
saja kekayaan budaya tradisonal itu perlu dipelihara dan dilestarikan agar
budaya tradisonal itu tidak hilang. Oleh sebab itu, pemerintah pusat bersama
daerah berupaya menjadikannnya sebagai cagar budaya dan merevitalisasi
dan merenovasinya yang pada akhirnya masyarakat modern kini dapat
mengunjunginya.
BAB III
ETNIS PAKPAK
Secara administratif Suku Pakpak mendiami dua kabupaten di Sumatera
Utara, yaitu Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat. Berdasarkan
dialek dan asal tradisonalnya Suku Pakpak dibagi menjadi sub (suak), yaitu:
Suak simsim, Suak keppas, Suak pegagan, Suak kelasen, dan Suak boang.
Sapaan khas Suku Pakpak adalah Njuah-juah. Suku Pakpak menganut sistem
patrilineal, yang mana marga diturunkan dari pihak ayah. Sama halnya
dengan Suku Toba dan Karo, kekerabatan dalam Suku Pakpak dikenal
dengan sangkep ngelluh/daliken sitellu. Sangkep ngelluh terdiri dari Dengan
sebeltek, Berru, dan Kula-kula. Upacara tradisional dalam Suku Pakpak juga
meliputi, ritual kelahiran, perkawinan, dan kematian.
BAB IV
ETNIS KARO
Suku Karo adalah salah satu suku yang terbesar di Sumatera Utara. Sama J.
Rangkuman halnya dengan suku yang lain, Suku Karo juga memiliki
keunikan tersendiri. Sistem kekerabatan masyarakat Karo dikenal dengan
istilah merga silima, rakut sitelu, tutur siwaluh, dan perkade-kaden sepuluh
sada tambah sada. Sistem kekerabatan inilah yang menjadi landasan dalam
pelaksanaan adat istiadat dalam masyarakat Karo.
Suku Karo juga memiliki ritual kelahiran yang meliputi tahapan: mesur
mesuri, maba anak kulau, juma tiga, erbahan gelar, mereken amak tayangan,
ngelegi bayang-bayang, dan ergunting. Pada saat ini, tidak semua lagi
tahapan tahapan tersebut diterapkan dalam masyarakat Karo.
Pernikahan dalam Suku Karo terdiri ada dua jenis yaitu: nangkih (kawin lari)
dan nungkuni (perantara meminang). Nangkih dilakukan karena adanya
ketidaksetujuan diantara keluarga calon mempelai. Sedangkan, nungkuni
yang sering juga disebut erkelang-kelang adalah perkawinan pada umumnya
dalam masyarakat Karo yang terdiri dari tahapan mbaba belo selambar,
ngantik manuk, kerja nereh empo, mukul/persada tendi, ngulihi tudung, dan
ertaktak.
Suku Karo merupakan salah satu suku yang memiliki tulisan tersendiri.
Dalam hal sastra dan tradisi lisan, Suku Karo memiliki anding-andingen,
ndung ndungen, turin-turin dan lainnya. Sedangkan untuk musik, tarian, dan
ukiran, Suku Karo juga memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan
dengan suku yang lainnya.
Suku Karo terkenal dengan kulinernya, masakan-masakan Karo yang
terkenal diantaranya adalah trites, cipera, cimpa unung-unung, cimpa matah,
tasak telu, Babi Panggang Karo (BPK), kidu-kidu dan lain-lain. Kabupaten
Karo juga terkenal dengan daerah wisatanya, beberapa tempat wisata yang
menarik untuk dikunjungi adalah: Air Terjun Sipiso-piso, Air Terjun
Sikulikap, Gunung Sibayak, Bukit Gundaling, Danau Lau Kawar, Air Panas
Lau Debuk-debuk, Desa Lingga, Pasar Buah Berastagi, Museum Pusaka
Karo, Taman Lumbini, dan objek wisata lainnya.
BAB V
ETNIS SIMALUNGUN
Kabupaten Simalungun terbentang pada wilayah mulai dari dataran
tinggi atau pegunungan sampai ke dataran rendah. Dengan topografi yang
demikian Kabupaten Simalungun memiliki cuaca mulai dari dingin, sejuk
sampai ke panas yang memungkinkan wilayah itu ditumbuhi dan dihuni oleh
aneka ragam vegetasi atau flora dan fauna. Topografi wilayah Simalungun
juga mengakibatkan wilayah itu memiliki danau, sungai dan lembah yang
menjadikan Simalungun menjadi tujuan atau objek wisata yang indah dan
menarik. Suku Simalungun dengan berbagai ragam kekayaan budayanya dan
karakternya mendiami wilayah kabupaten Simalugun dan kapupaten lainnya
yang berdekatan. Sistem kerajaan yang bersifat feodal menjadikan suku
Simalungun berkarakter berbeda dengan subsuku Batak lainnya. Suku
Simalungun dengan berbagai aturan dalam sistem kerajaan yang bersifat
feodal cenderung pematuh pada aturan, penyegan, cenderung merendah diri
dan khawatir tersalah dalam bertindak. Perbedaan itu semakin jelas dalam
bahasa dan penggunaan bahasa. Banyak yang menduga bahwa suku
Simalungun merupakan titik tengah dari subsuku Batak dalam kontinum
Mandailing Angkola, Toba, SIMALUNGUN, Karo, Pak-pak/Dairi, Gayo.
Ada yang beranggapan bahwa Simalungun bukan bagian dari Batak
karenakarakter dan budayanya yang asli masih nampak berbeda, walaupun
sudah bertahun-tahun berinteraksi dengan suku Melayu dan berbagai
subsuku Bataklainnya. Berbagai pendapat tentang asalmuasal, keaslian dan
keberadaan suku Simalungun potensial muncul dan dalam perkembangannya
diharapkan penelitian ilmiah dilakukan yang dengan temuan penelitian itu
kebenaran dapat ditemukan: sesuatu yang diharapkan dari falsafah hidup
Simalungun Habonaron Do Bona.
BAB VII
ETNIS BATAK TOBA
Masyarakat Batak Toba pada umumnya mendiami wilayah Sumatera
bagian Utara tepatnya di Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Samosir,
Kabupaten Toba dan Kabupaten Humbang Hasundutan, walaupun banyak
etnis tersebut tersebar di banyak wilayah. Kebudayaan dan adat istiadat
sampai hari ini masih melekat dalam kehidupan sehari-hari terutama pada
pelaksanaan upacara- upacara penting, seperti kelahiran, perkawinan dan
kematian. Acara kelahiran dilaksanakan dengan rangkaian (a)mangharoani,
(b)marang (c)mamboan indahan pohol-pohol lalu (e)tardidi. Sedangkan
rangkaian pada upacara perkawinan terdiri dari (a) marhori-hori dinding atau
marhusip, martuppol ataumarpudun saut atau marhata sinamot, (c)
martonggo raja, (6) pamasu-pasuon atau ulaon unjuk atau pesta puncak
pernikahan, dan (e) ting tangga atau paulak une. Terkait upacara adat
perkawinan ada tiga j pelaksanaannya, yaitu (a) kawin lari, (b) alap jual, dan
(c) taruhon ju Sedangkan pelaksanaan tata cara adatuntuk kematian
dilakukan sesuai jenis kematian, yaitu (a) mate bortian, mate bulung, mate
dakdanak, (b) mate ponggol, (c) mate diparalang-alangan, (d) mate mangkar,
(e) mate hatung nean. (1) mate sarimatua, (g) mate saurmatua, dan (h) mauli
bulung, Rangkaian upacara pada pelaksanaan adat tersebut dilaksanakan
dengan prinsip Dallas Na Tolu, dimana sistem kekerabatan berperan
sesuaifungsi masing-masing.
Hal lain yang istimewa pada masyarakat Batak Toba adalah bahwa Batak
Toba memiliki aksara tersendiri. Penulisan aksara Batak sama denga
penulisan huruf latin, yaitu dari kiri ke kanan. Namun surat Batak kuno tida
mengenaltanda baca, huruf besar dan huruf kecil. Aksara Batak bentuknya
sama. Tujuh anak huruf dalam aksara Batak Toba digunakan untuk
mengubah bunyi 10 induk huruf, misalnya bunyi /i, u, o,e/ dan menambah
bunyi/ng/pada induk huruf tersebut.
Demikian juga halnya dengan musik dan tari serta ornament Batak Toba
Musik tradisional Batak Toba semula dimainkan hanya dengan mengiring
Tortor pada upacara-upacara tertentu, namun lama-kelamaan musik
tradisional dimainkan untuk mengiringi lagu-lagu dan tidak terikat lagi padi
acara ritual.
Sesuai dengan letak wilayah yang didiami masyarakat yaitu sebagian
besartinggal di daeran pantai Danau Toba dan berudara dingin. Kuliner yang
menjadi ciri khas masyarakat Batak Toba adalah lebih banyak berbahan
dasar ikan dan pedas. Walaupun ada hewan ternak
BAB VIII
ETNIS MANDAILING
Wilayah Kabupaten Mandailing Natal tempat berdomisili Suku Mandailing
memiliki rentangan wilayah mulai dari dataran tinggi atau pegunungan sampai
ke dataran rendah atau lautan. Dengan kondisi alam yang demikian Kabupaten
Mandiling Natal memiliki cuaca mulai dari dingin, sejuk sampai ke panas yang
memungkinkan wilayah itu ditumbuhi dan dihuni oleh aneka ragam tumbuhan
dan hewan. Topografi wilayah Mandailing Natal juga mengakibatkan wilayah
itu memiliki danau, sungai dan lembah laut serta pantainya yang menjadikan
Mandailing Natal dapat dijadikan sebagi destinasi wisata yang layak untuk
dikunjungi. Suku Mandailing Natal dengan berbagai ragam kekayaan
budayanya dan karakternya mendiami wilayah kabupaten Mandailing Natal dan
kapupaten lainnya yang berdekatan.
Masyarakat Mandailing Natal yang masih sangat kental memegang teguh nilai
nilai agamadan budayanya menjadi asset penting bangsa yang harus dijaga dan
dilestarikan. Eksistensi suku Mandailing Natal potensial menjadi objek
penelitian Perguruan Tinggi dalam mengupayakan model bagi kehidupan yang
lebih harmonis baik dalam Masyarakat Mandailing Natal sendiri maupun dalam
rangka harmonisasi dengan suku lainnya baik di propinsi Sumatera Utara
maupun di lingkup national dan internasional
BAB IX
ETNIS NIAS
Nias merupakan salah satu pulau yang berada sebelah barat pulau Sumatera dan
berada di Provinsi Sumatera Utara. Pulau ini merupakan pulau terbesar di antara
gugusan pulau di pantai barat Sumatera, dihuni oleh mayoritas suku nias (Ono
Niha). Daerah ini memiliki objek wisata seperti selancar, rumah tradisional,
penyelaman, hombo batu (lompat batu). Pulau denganluas wilayah 5.625 km²
ini berpenduduk hampir 1.000.000 jiwa. Pulau Nias terbagi atas lima daerah
administrasi, satu kota dan empat kabupaten Luas wilayah Kabupaten Nias
adalah 980,32 km² (4,88 % dari luas wilayah Propinsi Sumatera Utara), sejajar
dan berada di sebelah barat Pulau Sumatera serta dikelilingi oleh Samudera
Hindia.Nias memiliki kehidupan masyarakat yang sangat begaram sesuai
dengan wilayahnya masing-masing seperti, di Nias Selatan terdapat hukum adat
bernama 'Fondrako", yang digunakan untuk tata kehidupan masyarakat Nias
dengan sanksi berupa kutuk bagi yang melang garnya.
Pola budaya dan sistem kekerabatan di Nias dapat dibagi atas dua pola, yakni
(1) Pola utara dan (2) Pola selatan. Nias juga memiliki ritual kelahiran dan
kematian yang dilakukan sesuai adat suku Nias. Aksara dan tulisan Nias, logat
dan intonasi bunyi bahasa Nias berbeda-beda yaitu karena memiliki dua logat,
antara lain logat Nias Utara dan Nias Selatan. Logat pertama dipergu nakan di
Nias Utara, Timur, dan Barat. Logat yang kedua di Nias Tengah, Selatan dan
Kepulauan Batu yang mendapat mengaruh bahasa logat Nias Selatan yaitu di
daerah pedalaman. Nias juga memiliki sastra lisan yang terkenal yaitu Hoho
yang merupakan salah satu jenis tradisi lisan masyarakat Nias berbentuk syair
syair yang biasa diturturkan dalam berbagai peristiwa sosial-budaya di kalangan
masyarakat Nias. Setiap wilayah di Nias memiliki kuliner khasnya masing-
masing, seperti di Nias Barat terdapat Silio Guro yang merupakan maka-nan
tradisional Nias berupa daging udang yang telah digiling dicampur dengan
kelapa dan rempah yang akan dibungkus menggunakan daun pisang
setelah itu dipanggang di atas bara api. Destinasi pariwisata di, setiap kota di
Nias memiliki tempat jenis wisata yang sangat indah,wisata budaya, wisata
Pendidikan, wisata alam seperti museum Pusaka nias, Lompat Batu, rumah adat,
patung megalitik, Pantai Lagundri, Pulau Asu, Museum Pusaka Nias, dan Pulo
Tello yang memiliki banyak resort untuk para peselancar mancanegara.
BUKU PEMBANDING 1
BAB 1
PERKEMBANGAN DESTINASI PARAWISATA
Pariwisata menyimpan banyak potensi yang sangat besar sebagai sumber
devisa. Perkembangan pariwisata sekarang dianggap sangat penting karena
dapat memandu manusia dalam menjalani kehidupannya. Bahkan dapat
dikatakan bahwa manusia sudah menjadi bagian dari industri pariwisata yang
berkembang sekarang. Pembangunan kepariwisataan di Indonesia bukan semata
untuk meningkatkan pendapatan nasional saja, namun mempunyai spektrum
yang lebih luas. Oleh karena itu pembangunan kepariwisataan di Indonesia
memerlukan perhatian yang lebih tajam dan mendasar, misalnya dengan cara
memposisikan destinasi pariwisata yang sesuai dengan potensi alam dan budaya
pada masing-masing daerah di Indonesia. Lingkungan geografis, latar belakang
sejarah, perkembangan daerah, dan perbedaan agama atau kepercayaan,
memberikan ciri khas khusus sebagai keunikan kebudayaan serta
kepariwisataan dari masing-masing daerah yang ada di wilayah Indonesia.
BAB II
MENCIPTAKAN LOYALITAS WISATAWAN
Kualitas sebuah produk atau jasa saat ini harus diukur dalam kerangka kepuasan
wisatawan. Ini sesuai dengan kunci memenang kan persaingan dalam pasar
global yang menekankan pada: kualitas produk, kualitas biaya/harga, kualitas
pelayanan, kualitas penyerahan tepat waktu, kualitas moral, dan mungkin
bentuk-bentuk kualitas lainnya yang terus berkembang, guna memberikan
kepuasan terus-menerus kepada wisatawan sehingga mampu menciptakan
loyalitas. Perekonomian global saat ini khususnya bisnis pada bidang
kepariwisataan mengalami pertumbuhan yang cukup meng gembirakan. Hal ini
dikarenakan banyak peluang bisnis muncul dari sektor ini. Persaingan yang
terjadi pada bidang kepariwisataan dititik beratkan pada kualitas dari sebuah
destinasi pariwisata itu sendiri.
BAB III
KEPUASAN DAN LOYALITAS WISATAWAN
Dunia bisnis saat ini dihadapkan pada persaingan global dengan salah satu ciri
menonjol adalah berkembangnya teknologi informasi yang sangat cepat. Hal ini
menjadikan siapa saja dapat dengan mudah mengakses informasi tanpa batas
ruang dan waktu. Demikian halnya dengan pelanggan, mereka bisa
mendapatkan informasi produk dengan mudah. Situasi persaingan yang ketat ini
telah menyebabkan perusahaan-perusahaan sulit untuk meningkatkan jumlah
pelanggan. Di pasar yang sudah ada, terlalu banyak produk dengan berbagai
keunggulan serta nilai lebih yang ditawarkan oleh para pesaing, sehingga sulit
bagi perusahaan untuk merebut pangsa pasar pesaing. Dengan kondisi seperti
itu, tugas para pemasar sangat berat mengingat perubahan-perubahan dapat
terjadi setiap saat, baik perubahan pada diri pelanggan seperti selera, maupun
aspek-aspek psikologis, sosial dan kultural pelanggan
BAB 4
PENERAPAN
LOYALITAS WISATAWAN,
Loyalitas pelanggan menurut Jacoby dan Keyner dalam Pedersen dan Nysveen,
yaitu pembelian non random dari waktu ke waktu pada suatu merek di antara
banyak merek oleh konsumen. Selanjutnya pengertian loyalitas Oliver yang
dikutip oleh Jacoby dan Nysveen (2014), loyalitas sebagai komitmen yang
dalam untuk melakukan pembelian ulang atau memilih kembali suatu barang
atau jasa secara konsisten pada masa yang akan datang. Dari uraian tersebut
bisa disimpulkan bahwa loyalitas nasabah merupakan respon perilaku yang
berupa pemilihan satu bank dari sekumpulan bank yang ada dan di ekspresikan
dalam jangka waktu yang lama
BAB III
MOTIVASI WISATAWAN
Berbagai pola perjalanan, sebagaimana dibahas di bab sebelumnya,
menunjukkan adanya berbagai perbedaan motivasi di dalamnya. Awal
perjalanan manusia lebih didasarkan pada motivasi untuk mempertahankan
hidupnya dan kemudian berkembang menjadi motivasi untuk melepaskan diri
dari kejenuhan kota seperti terjadi waktu zaman Romawi. Motivasi untuk
melakukan perjalanan kemudian berkembang dengan tujuan untuk interaksi
sosial, perjalanan ziarah, perdagangan, kesenangan, dan pengembangan diri. Di
sini terlihat bahwa motivasi untuk melakukan suatu perjalanan tersebut juga
akan selalu berubah, sehingga akan selalu terjadi pengembangan teori atas
pengertian motivasi itu sendiri.
BAB 4
KEPUASAN LOYALITAS WISATAWAN
Diakui bahwa pariwisata merupakan salah satu industri kecil dalam
perekonomian bangsa dan ekonomi masyarakat lokal. Secara ekonomi,
pariwisata akan sangat menggantungkan bagi masyarakat jika didukung oleh
kualitas lingkungan, destinasi yang bersih, iklim yang bersahabat, masyarakat
yang ramah, dan keselarasan multikultural. Tetapi tidak jarang diantara
destinasi mengalami kesulitan dalam mempertahankan posisinya sebagai tujuan
wisata pilihan, akibatnya jumlah kunjungan ke destinasi dan permintaan muncul
menawarkan harga yang lebih rendah dengan fasilitas berkualitas tinggi. Dalam
kondisi seperti inilah para pengelola menyadari pentingnya meningkatkan
pemahaman faktor loyalitas wisatawan sebagai informasi berharga bagi
keberlanjutan usaha pariwisata. Keberlanjutan destinasi bergantung pada
banyak tidaknya kunjungan yang berulang karena dari segi biaya jauh lebih
murah dibandingkan menarik wisatawan baru, hubungan yang kuat antara
loyalitas wisatawan dan profitabilitas adalah realitas penting dalam
keberlanjutan bisnis industri pariwisata.
BAB 5
DOKUMEN PERJALANAN
Adanya kesempatan atau kemudahan untuk mengadakan perjalanan secara
nyaman dengan cepat dan biaya memadai, meskipun tidak ada hambatan fisik
atau sosial yang merintanginya, belum berarti bahwa orang sudah dapat
mengadakan perjalanan. Itu semua baru kemudahan-kemudahan. Untuk
mengadakan perjalanan orangnya harus memenuhi syarat untuk melakukannya.
Kalau syarat-syarat kepariwisataan seperti motif perjalanan, waktu senggang,
dan uang sudah dipenuhi, ia masih harus memenuhi syarat-syarat khusus
perjalanan, yang diperlukan oleh orang-orang yang mengadakan perjalanan
pada jaman modern sekarang ini, yaitu surat-surat perjalanan (travel document).
BAB 6
DAERAH TUJUAN WISATA
Daerah Tujuan Wisata (DTW) merupakan tempat di mana segala kegiatan
pariwisata bisa dilakukan dengan tersedianya segala fasilitas dan atraksi wisata
untuk wisatawan. Wisatawan dalam melakukan aktivitas perjalanannya itu
dirangsang atau ditimbulkan oleh adanya sesuatu yang menarik". yang lazim
disebut daya tarik wisata (tourism attraction, tourist attraction), yang dimiliki
tempat kunjungan tersebut, baik untuk kepentingan bisnisnya maupun sebagai
tempat pesiar, misalnya iklim tropis yang hangat, iklim ekonomi yang kondusif
buat investasi, maupun kegiatan lainnya.
Dalam mendukung keberadaan daerah tujuan wisata perlu ada unsur pokok
yang harus mendapat perhatian guna wisatawan bisa tenang, aman, dan nyaman
berkunjung. Semua ini sangat penting dalam meningkatkan pelayanan bagi
wisatawan sehingga wisatawan bisa lebih lama tinggal di daerah yang
dikunjungi. Adapun unsur pokok tersebut antara lain:
1. Objek dan daya tarik wisata
2. Prasarana wisata
3. Sarana wisata
4. Tata laksana/infrastruktur
5. Masyarakat/lingkungan
BAB 7
INDUSTRI PARAWISATA
Pariwisata adalah suatu gejala sosial yang sangat kompleks, yang menyangkut
manusia seutuhnya dan memiliki berbagai aspek sosiologis, psikologis,
ekonomis, ekologis, dan sebagainya. Aspek yang mendapat perhatian yang
paling besar dan hampir hampir merupakan satu-satunya aspek yang dianggap
penting ialah aspek ekonomisnya. Untuk mengadakan perjalanan orang harus
mengeluarkan biaya, yang diterima oleh orang-orang yang menyelenggarakan
angkutan, menyediakan bermacam-macam jasa, atraksi, dan lain-lainnya.
Keuntungan ekonomis untuk daerah yang dikunjungi wisatawan itulah
merupakan salah satu tujuan pembangunan pariwisata
BAB 8
DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA
Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan
melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap
masyarakat setempat. Bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energi dobrak
yang luar biasa yang mampu membuat masyarakat setempat mengalami
metamorfose dalam berbagai aspeknya.
Interaksi yang bersifat akumulatif dan intensif antara wisatawan dengan
masyarakat setempat dapat menimbulkan dampak atau perubahan sosial budaya
yang bersifat positif ataupun negatif. Dengan kata lain, interaksi lintas budaya
yang muncul dalam pariwisata dapat menjadi keberuntungan atau malapetaka,
dan hal ini sangat tergantung pada kebijakan pengembangan pariwisata yang
diterapkan oleh pemerintah setempat. Dampak pariwisata dinilai bersifat negatif
apabila menimbulkan perubahan-perubahan yang tidak diinginkan atau
merugikan eksistensi kebudayaan masyarakat setempat. Sebaliknya dampak
pariwisata dinilai positif apabila mampu memberikan manfaat bagi
kesejahteraan ekonomi masyarakat, revitalisasi dan konservasi bagi eksistensi
kebudayaan masyarakat setempat, serta pelestarian lingkungan.
BAB 9
ORGANISASI -ORGANISASI KEPARIWISATAAN
Dalam dunia pariwisata, ada tiga faktor yang menentukan berhasilnya
pengembangan pariwisata sebagai suatu industri. Ketiga faktor tersebut adalah:
Pertama, tersedianya objek dan atraksi wisata, yaitu segala sesuatu yang
menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tujuan wisata.
Kedua, adanya fasilitas accessibility, yaitu prasarana dan sarana perhubungan
dengan segala fasilitasnya, sehingga memungkinkan para wisatawan
mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Ketiga, tersedianya fasilitas amenities,
yaitu sarana kepariwisataan yang dapat memberikan pelayanan pada wisatawan
selama dalam perjalanan wisata yang dilakukan. Ketiga faktor ini merupakan
syarat yang harus ada bila akan menjadikan suatu pariwisata sebagai industri.
Namun agar segala sesuatunya dapat berjalan dengan lancar, sesuai dengan
harapan atau tujuan maka dalam pengembangan pariwisata diperlukan suatu
badan atau organisasi yang bertanggung jawab untuk mengelolanya.
BAB 10
PROSPEK PARIWISATA KE DEPAN
Menurut Soedjarwo (1978), perkembangan pariwisata di suatu daerah ataupun
suatu negara akan meningkat terus karena :
(a) Jumlah penduduk yang bertambah terus dari waktu ke waktu. Di samping itu
adanya kecenderungan penduduk yang bertempat tinggal di kota semakin lama
semakin meningkat.
(b) Pendapatan perkapita penduduk semakin lama semakin meningkat. Hal ini
sejalan dengan peningkatan pembangunan ekonomi di banyak negara baik
negara industri maupun negara sedang membangun. Meningkatnya pendapatan
perkapita, kemampuan daya beli yang lebih tinggi, membelanjakan pendapatan
jauh lebih besar yang memungkinkan orang-orang bergabung dalam bentuk
wisata yang alami, dan memungkinkan orang mengadakan perjalanan lebih jauh
dari tempat tinggalnya.
(c) Tingkat mobilitas penduduk yang semakin lama semakin tinggi.
Bertambahnya
mobilitas, kemajuan-kemajuan pembangunan dalam bidang transportasi,
khususnya transportasi darat dan udara mengakibatkan perjalanan lebih mudah,
cepat dan nyaman. Dengan demikian makin panjang jalan ke tujuan wisata,
makin banyak memberikan keuntungan bagi banyak sektor yang terkait dalam
pengelolaan kepariwisataan.
(d) Ada kecenderungan jumlah penduduk kelompok umur remaja dan muda
semakin lama semakin tinggi. Hal ini menimbulkan suatu peluang yang cukup
III.KEUNGGULAN BUKU
a.Keterkaitan Antar Bab
keterkaitan materi antar bab satu dengan yang lainnya saling hal yang
menyenangkan .penyusunan materi yang rapi dan saling terkait
misalnya,pengertian dan penjelasan penjelasan budaya
keparawisataan .penjelasan judul dijelaskan secara sismetis dan logis
b.Kemukhiran Buku
ketiga buku ini dicetak dengan tahun yang jauh berbeda .buku utama dicetak
pada tahun 2022 sedangkan buku pembanding 2010.dalam kedua buku tersebut
tidak jauh berbeda karena dimana kini buku tersebut menjelaskan tentang
keparawisataan dengan jelas .dan mempunyai halaman yang cukup banyak
sehingga memuncul kan materi materi yang cukup luas .didalam buku
pembanding ke 1 dan kedua mempunyai bab yang satu materi yaitu bab 3 dan
beb 4 tentang kepuasan loyalitas wisatawan .
IV.KELEMAHAN BUKU
a.Keterkaitan Antar Bab
Dalam buku utama kelemahannya yang saya dapatkan iyalah dalam penempelan
buku kurang bagus karena bukunya gampang sobek dan lemnya lepas sehinngaa
memunculka lembaran lembaran buku tersebut bisa terlepas ,dan gambar dalam
buku tersebut masih menggambarkan warna hitam putih sehingga kita kurang
menarik untuk membacanya .dalam buku pembanding kelemahannya saya dapat
iyalah tidak memunculkan gambar gambar yang menarikseperti buku utama
buku pembanding isi nya tulisan saja sehingga kita langsung bosan dan buku
pembanding kedua tidak jauh sama seperti buku pembanding 1 mengakibatkan
kebosanan dalam membaca buku
b.Kemuktahiran Buku
ketiga buku tersebut kurang bagus dikarenakan gambar nya hanya hitam putih
dan bukupembanding tidak ada sama sekali gambar gambar yang menarik
sehingga mengakibatkan kebosanan dalam menggambar
V.IMPLIKASI TERHADAP
a.Teori Konsep
Dalam buku ini memiliki beberapa pembeljaran penting bagi seorang
pelajar ,dalam buku ini kita mengetahui tentang budaya keparawisatan di
Sumatra utara lebih jelas .
b.Perogam Pembangunan di Indonesia
Buku ini sangat bagus dan sangat layak menjadi refrensi bagi siapa saja terkusus
bagi para pelajar di Indonesia karena buku ini memiliki pandangan dengan cara
tersendiri untuk menyampaikan suatu ilmu .yang bisakita kembangkan tentang
kwparawisataan .
c.Analisis Mahasiswa
model buku yang di perlihatkan tidak lain untuk di pergunakan sebagai
pelajaran bagi kita sehingga kita pengetahui tentang wisata wisata dan budaya
budaya di sumatera utara dan tidak lain yaitu daerah kita sendiri.
SARAN
Jadi saran saya iyalah menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna
serta minimnya sumber yang dimiliki oleh penulis ,maka penulis akan selalu
menerma kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan critical buku ini
menjadi lebih baik untuk .untuk saran bisa berisi keritik atau saran terhadap
kesimpulan dari bahasa critical book yang telah dijelaskan
KEPUSTAKAAN
https://haloedukasi.com/contoh-pantun-dalam-bahasa-pakpak
https://dispar.pakpakbharatkab.go.id/
http://disbudpar.sumutprov.go.id/objek