Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH SOSIOLOGI

KEARIFAN LOKAL SUKU BATAK

NAMA KELOMPOK :
1. CINTIYA MAHARANI
2. DESI WULANDARI
3. NAGITA SALFANA
4. REVINA AHWAL ZAKIYAH
5. BIMA JUNIO WIJAYA
6. VICKY AGUS RICKARDO
7. R.M BAYU PAILANBANG

Guru Pembimbing : Dra. Hj. Emillia Deni Yusniar

DINAS PENDIDIKAN
PROVINSI SUMATERA SELATAN
SMA NEGERI 2 RUJUKAN KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam mengetahui beragam informasi tentang suku Batak

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...…………...ii

PENDAHULUAN…...…………………………………….....................................................iii

Sejarah suku Batak………………………………………….……………………………....…4

Kesenian suku Batak………………………………..................................................................5

 Seni Bangunan………………………………................................................................5
 Seni Tari……………………………….........................................................................5
 Seni Musik………………………………......................................................................6
 Seni Kerajinan………………………………................................................................7

Kekerabatan………………………………................................................................................7

Makanan Khas Batak………………………………..................................................................8

Religi………………………………........................................................................................13

Stratifikasi Sosial suku Batak ……………………………………………………………......13

Perkawinan………………………………...............................................................................14

Bahasa suku Batak……………………………….............................................................;;....14

Pengetahuan………………………………..............................................................................15

Teknologi………………………………..................................................................................1
5

Mata Pencaharian……………………………….....................................................................15

Adat Istiadat……………………………….............................................................................16

Masalah Kependudukan………………………………...........................................................17

Penutup.....................................................................................................................................18

Daftar Pustaka..........................................................................................................................19
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Kearifan lokal berasal dari dua kata yaitu kearifan (wisdom), dan lokal
(local). Local artinya setempat sementara wisdomnya artinya hasil interaksi.
Jadi, kearifan lokal dapat dikatakan sebagai gagasan atau pandangan yang
bersumber dari sebuah tempat, yang di dalamnya terdapat sifat iinteraksi
atau nilai – nilai baik yang tertanam, diyakini, dan dianut oleh suatu
masnyarakat secara turun - temurun.

Kearifan lokal di Indonesia merupakan suatu hal atau tindakan yang


dianggap baik oleh masnyarakat setempat. Makna kearifan lokal bias
terbentuk dan tercermin dari etika dan nilai – nilai luhur yang diyakini. Nilai
yang tertanam dalam kearifan lokal bias menjadi modal utama dalam
membangun masnyarakat tanpa merusak atau mengubah tatanan sosial yang
berkaitan lingkungan alam sekitar.

Kearifan lokal bias dikatakan sebagai budaya unggul dari masnyarakat


setempat. Karena nilai nilai yang di pegang masih berhubungan erat dengan
kondisi geografis dan lingkungan alam sekitar. Uniknya, meskipun dari
bernilai lokal, nilai yang diyakini bersifat universal. Artinya, nilai tersebut
bias mengatur seluruh aspek dalam kehidupan masnyarakat.

Sejarah Suku Batak


Banyak versi yang menyebutkan asal-usul bangsa Batak. Ada yang mengatakan
bangsa Batak berasal dari Thailand, keturunan dari bangsa Proto Malayan. Proto Malayan ini
pernah dijajah oleh bangsa Mongoloid. Lalu mereka berpencar ke berbagai wilayah dan
negara, Sementara Suku Batak mendarat di pantai Barat pulau Sumatera. Di situ suku bangsa
Batak terpecah menjadi beberapa gelombang. Gelombang pertama berlayar terus dan
mendarat di pulau-pulau Simular, Nias, Batu, Mentawai, Siberut sampai ke Enggano di
Sumatera Selatan.

Ada lagi versi yang mengatakan, Suku Batak berasal dari India melalui Barus
berkelana ke Selatan hingga bermukim di pinggir Danau Toba pada abad ke-6. Barus
merupakan wilayah yang ada di Tapanuli Tengah Sumatera Utara. Orang-orang yang dari
India tadi berdagang dan mendirikan di kota dagang Barus. Nama Barus sendiri merupakan
barang dagangan yang mereka perdagangkan, yakni kapur Barus.

Menurut sejarah, kakek moyang suku bangsa batak pada mulanya berdiam disekitar
danau toba. Perkampungan leluhur batak (siraja batak) adalah Sianjur mula-mula, di kaki
gunung Pusut, tidak berada jauh dari kota Pangururan sekarang. Dari tempat inilah
keturunanya menyebar, mula-mula ke daerah sekitarnya dan lambat laun ke seluruh penjuru
tanah Batak, menyebutkan bahwa Tanah Batak (de Bataklanden) tersebut berada diantara
0,5-3,5 Lintang Utara dan 97,5-100 Bujur Timur dengan luas wilayah 50.000 km . selama
beberapa abad lamanya , pergaulan mereka dengan suku-suku bangsa Indonesia lainnya
sangat terbatas, sehingga baru kemudian hari terdapat keanekaragaman dalam suku bangsa
tersebut.
Masuknya pengaruh dunia luar terhadap masyarakat batak antara lain melalui
perdagangan. Bandar Barus sebagai pelabuhan ekspor kapur barus dan kemenyan menjadi
terkenal di dunia sampai ke Eropah. Melalui Barus inilah kebudayaan asing mulai
mempengaruhi kebudayaan Batak. Selain dari barus ada juga yang datang dari sebelah
selatan Tapanuli dan Pantai Timur Sumatera. Pada waktu itu orang Batak masih menganut
agama suku dan system pemerintahanya bersifat kerajaan demokratis. Setiap kampung (huta)
merupakan kerajaan kecil yang berdiri sendiri dan rajanya dipilih sendiri oleh rakyatnya. Di
atas kerajaan-kerajaan ada Raja Sisingamangaraja sebagai pengikat yang merupakan kepala
kerohanian dan keduniawian. Selain sebagai tali pengikat, Sisingamangaraja merupakan
lambang persatuan lambang persatuan, dan dipuja sebagai dewa. Masyarakat hidup dalam
rasa kekeluargaan dan untuk melakukan sesaji dilaksanakan melalui musyawarah. Rasa
kekeluargaan dalam satu kampung tumbuh dengan erat, solidaritas terpupuk terus dan silsilah
dapat dipelihara dengan baik.
Kesenian Suku Batak

1. Seni Bangunan
Rumah adat Batak disebut ruma/jabu (bahasa Toba) merupakan kombinasi seni pahat
ular serta kerajinan. Ruma akronim Ririt di Uhum Adat yang artinya sumber hukum adat dan
sumber pendidikan masyarakat Batak. Ruma berbentuk panggung yang terdiri atas tiang
rumah yang berupa kayu bulat, tiang yang paling besar disebut tiang persuhi. Tiang-tiang
tersebut berdiri di tiap sudut di atas batu sebagai pondasi yang disebut batu persuhi. Bagian
badan terbuat dari papan tebal, sebagai dinding muka belang, kanan dan kiri, dinding muka
belakang penuh ukiran cicak. Atap sebelah barat dan timur menjulang ke atas dan dipasang
tanduk kerbau sebagai lambang pengharapan.

2. Seni Tari
Tari yang terkenal dari Batak, yaitu tor-tor. Tari tor-tor terdiri atas beberapa jenis.
Beberapa jenis tari tor-tor sebagai berikut.

a) Pangurdot, anggota badan yang bergerak hanya kaki, tumit, hingga bahu.

b) Pangeal, anggota badan yang bergerak hanya pinggang, tulang punggung, dan
bahu.

c) Pandenggal, anggota badan yang bergerak hanya lengan, telapak tangan hingga jari
tengah.

d) Siangkupna, anggota badan yang bergerak hanya leher.

e) Hapunana, anggota badan yang bergerak hanya wajah.


3. Seni Musik
Seni musik suku bangsa Batak adalah ogung sabangunan. Peralatan yang digunakan
adalah empat gendang dan lima taganing (sejenis gamelan Batak). Nama-nama gendang
ogung, yaitu oloan, ihutan, doal, dan jeret. Macam-macam tari tor-tor yang diiringi ogung
sabangunan sebagai berikut.

a) Tor-tor/gondang mula-mula, dilakukan dengan menyembah berputar ke arah mata angin.

b) Tor-tor/gondang mangido pasu-pasu, dilakukan dengan tangan menari artinya petuah,


nasihat, dan amanat orang tua.

c) Tor-tor/gondang liat-liat, dilakukan dengan menari berkeliling artinya keluarga mendapat


kebahagiaan.

d) Tor-tor/gondang hasahatan, dilakukan dengan menari di tempat artinya petuah/rahmat


Tuhan YME.

4. Seni Kerajinan
Kerajinan suku bangsa Batak yang terkenal adalah kain ulos. Peranan ulos bagi
masyarakat Batak sejak lahir hingga meninggal sangat tinggi. Macam-macam ulos dan
fungsinya dalam suatu acara, meliputi:

a) ulos lobu-lobu adalah ulos yang diberikan ayah kepada putra dan menantu saat pernikahan;

b) ulos hela adalah ulos yang diberikan orang tua pengantin perempuan;

c) ulos tondi adalah ulos yang diberikan orang tua kepada putrinya saat hamil tua;

d) ulos tujung adalah ulos yang diberikan kepada janda atau duda.

e) ulos saput adalah ulos penutup jenazah yang diberikan paman almarhum jika yang
meninggal laki-laki;
Kekerabatan
Perkawinan pada masyarakat Batak merupakan suatu pranata yang tidak hanya
mengikat seorang laki-laki dengan seorang perempuan. Perkawinan juga mengikat kaum
kerabat laki-laki (paranak dalam bahasa Toba, si pempokan dalam bahasa Karo) dengan
kaum kerabat si perempuan (parboru dalam bahasa Toba, sinereh dalam bahasa Karo).
Menurut adat lama pada masyarakat Batak, seorang laki-laki tidak bebas dalam memilih
jodoh. Perkawinan antara orang-orang rimpal (marpariban dalam bahasa Toba) yakni
perkawinan dengan anak perempuan dari saudara laki-laki ibunya (cross cousin) dianggap
perkawinan ideal.

Sistem kekerabatan masyarakat Batak adalah patrilineal, dengan dasar satu ayah, satu
kakek atau satu nenek moyang. Dalam masyarakat Batak hubungan berdasarkan satu ayah
disebut sada bapa (bahasa Karo) atau saama (bahasa Toba). Adapun kelompok kekerabatan
terkecil adalah keluarga batih (keluarga inti, terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak) yang
disebut jabu, dan ripe dipakai untuk keluarga luas yang virilokal (tinggal di rumah keluarga
pihak laki-laki). Dalam masyarakat Batak, banyak pasangan yang sudah kawin tetap tinggal
bersama orang tuanya. Adapun perhitungan hubungan berdasarkan satu kakek atau satu
nenek moyang disebut sada nini (pada masyarakat Karo) dan saompu (pada masyarakat
Toba). Keluarga sada nini atau saompu merupakan klen kecil. Adapun klen besar dalam
masyarakat Batak adalah merga (dalam bahasa Karo) atau marga (dalam bahasa Toba).

Perkawinan pada masyarakat Batak tidak hanya mengikat seorang laki-laki dan perempuan.
Perkawinan juga mengikat kaum kerabat laki-laki dan kaum kerabat si perempuan.

Makanan Khas Batak


 Arsik
Arsik adalah salah satu masakan khas Batak yang paling banyak digunakan
pada saat acara adat. Arsik ini sendiri berbahan dasar ikan seperti ikan mas,
nila dan ikan mujahir. Biasanya ikan ini ditangkap langsung dari Danau Toba
 Naniura
Nanuira bisa dikatakan seperti sushinya orang Batak. Naniura tidak dimasak,
digoreng ataupun direbus. Makanan ini berbahan dasar ikan mas, ikan nila
atau pun ikan mujahir. 

 Manuk (ayam) Napinadar


Ciri khas makanan ini adalah ayam dan andaliman. Manuk Napinadar menjadi
salah satu makanan favoriteku. Ayam dibakar dan kemudian dibumbui dan
dicampurkan dengan darah segar ayam itu sendiri dengan proses kematangan
yang pas.

 Saksang
Saksang berbahan dasar daging babi(B2) atau pun daging anjing (B1).
Saksang dimasak dengan bumbu khusus yang hampir mirip dengan bumbu
napinadar dan proses memasaknya pun bisa dicampur dengan darah daging itu
sendiri.

 Mie gomak
Mie ini terkenal sebagai makanan khas daerah tanah Batak Toba. Mie gomak
juga sering disebut dengan spageti Batak karena bentuknya yang mirip. Mie
gomak bisa dibuat mie goreng dan mie rebus. Rasanya akan semakin mantap
apabila ditambah dengan bumbu andaliman.

 Dali Ni Horbo (Susu Kerbau) Khas Batak


Dali Ni Horbo adalah susu kerbau yang diolah secara tradisional dan cukup
banyak ditemukan di daerah Batak.

 Tango - tango
Mirip dengan saksang, tanggo-tanggo biasanya berbahan dasar B1 dan B2,
bedanya hanya pada ukuran. Masakan tanggo-tanggo dipotong lebih besar
kira-kira sebesar kepalan tangan. Tanggo-tanggo biasanya menggunakan
hewan yang lebih muda untuk menciptakan tekstur masakan yang tidak terlalu
keras, sehingga bumbu meresap dan daging lebih empuk.

 Daun Ubi Tumbuk


Daun Ubi Tumbuk menjadi sayur favorite yang sering ada rumah makan
Batak.
Daun ubi menjadi sayur yang paling mudah untuk didapatkan karena hanya
meletakkan kayunya saja akan muncul tunas-tunas daun ubi.

 Lapet
Lapet adalah jajanan tradisional khas Batak yang terbuat dari tepung beras,
kelapa parut yang tidak terlalu tua dan gula merah. Kue ini dibungkus
menggunakan daun pisang dan diolah dengan cara dikukus.
 Itak Gurgur
Kue tradisional khas Batak ini biasanya digunakan pada acara adat tertentu.
Bahan yang digunakan sama seperti bahan yang digunakan pada kue lapet.
Yang membedakan adalah proses pembuatannya. Semua bahan dicampur,
dicetak dan tidak dikukus. Namun itak gurgur juga dapat dikukus setelah
dicetak

Religi
Bangsa Batak memiliki sistem kepercayaannya sendiri, terutama di daerah pedesaan
masih mempertahankan sistem religi atau kepercayaan tersbeut.Orang batak memiliki
konsepsi, bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan oleh Debeta Mula Jadi Na Balon. Ia
bertempat tinggal di atas langit dan mempunyai nama-nama sesuai dengan tugas dan
kedudukannya.Namun, saat ini agama yang mendominasi bangsa Batak adalah Islam dan
Kristen. Tetapi agama Kristen merupakan agama mayoritas suku Batak saat ini.

Stratifikasi Sosial Suku Batak

Stratifikasi sosial orang Batak didasarkan pada empat prinsip, yaitu perbedaan tigkat umur,
perbedaan pangkat dan jabatan, perbedaan sifat keaslian, dan status kawin. Kelompok kekerabatan
suku bangsa Batak berdiam di daerah pedesaan yang disebut Huta atau Kuta menurut istilah
Karo.Biasanya satu Huta didiami oleh keluarga dari satu marga.

Ada pula kelompok kerabat yang disebut marga taneh yaitu kelompok pariteral keturunan
pendiri dari Kuta. Marga tersebut terikat oleh simbol-simbol tertentu misalnya nama marga

Perkawinan
Dalam persoalan perkawinan, dalam tradisi suku Batak seseorang hanya bisa
menikah dengan orang Batak yang berbeda klan. Maka dari itu, jika ada yang menikah harus
mencari pasangan hidup dari marga lain.Apabila yang menikah adalah seseorang yang bukan
dari suku Batak, maka dia harus diadopsi oleh salah satu marga Batak (berbeda klan).Acara
tersebut dilanjutkan dengan prosesi perkawinan yang dilakukan di gereja bila agama yang
dianutnya adalah Kristen.
Bahasa Suku Batak
Bahasa yang digunakan oleh orang Batak adalah bahasa Batak. Tapi sebagian juga
ada yang menggunakan bahasa Melayu.Setiap puak memiliki logat yang berbeda-beda.
Orang Karo menggunakan Logat Karo, sementara logat Pakpak dipakai oleh Batak Pakpak,
logat Simalungun dipakai oleh Batak Simalungun, dan logat Toba dipakai oleh orang Batak
Toba, Angkola dan Mandailing

Pengetahuan
Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno
dalam hal bercocok tanam. Dalam bahasa Karo aktivitas itu
disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut
Marsiurupan.

Sekelompok orang tetangga atau kerabat dekat


bersama-sama mengerjakan tanah dan masing-masing
anggota secara bergiliran. Raron itu merupakan satu
pranata yang keanggotaannya sangat sukarela dan lamanya
berdiri tergantung kepada persetujuan pesertanya.

Teknologi – Peralatan
Masyarakat Batak telah mengenal dan
mempergunakan alat-alat sederhana yang
dipergunakan untuk bercocok tanam dalam
kehidupannya. Seperti cangkul, bajak (tenggala
dalam bahasa Karo), tongkat tunggal (engkol
dalam bahasa Karo), sabit (sabi-sabi) atau ani-
ani.

Masyarakat Batak juga memiliki senjata


tradisional, yaitu piso surit (sejenis belati), piso
gajah dompak (sebilah keris yang panjang),
hujur (sejenis tombak), podang (sejenis pedang
panjang). Unsur teknologi lainnya yaitu alat tenun untuk menenun kain ulos.

Mata Pencaharian
Pada umumnya, mata pencaharian masyarakat Batak
adalah bercocok tanam padi di sawah dan ladang. Lahan
didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap
kelurga mandapatkan tanah tadi tetapi tidak boleh
menjualnya. Selain tanah ulayat adapun tanah yang
dimiliki perseorangan.

Selain pertanian, perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak. Hewan yang
diternakan antara lain kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek.

Masyarakat yang tinggal di sekitar danau Toba sebagian bermata pencaharian menangkap
ikan. Selain itu juga, mereka berprofesi pada sektor kerajinan. Hasil kerajinannya antara lain
tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, tembikar, dan lainnya yang ada kaitan dengan pariwisata.

Adat Istiadat
Batak merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah
tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal
dari Tapanuli dan Sumatera Timur, di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan
sebagai Batak adalah:Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak
Angkola, dan Batak Mandailing.

Saat ini pada umumnya orang Batak menganut agama Kristen Protestan, Kristen


Katolik, dan Islam Sunni. Tetapi ada pula yang menganut kepercayaan tadisional yakni:
tradisi Malim dan juga menganut kepercayaan animisme (disebut Sipelebegu atau Parbegu),
walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang.
Orang Batak sendiri secara tradisional memiliki konsepsi bahwa alam ini beserta
isinya diciptakan oleh Debata Mulajadi Na Bolon (Debata Kaci-kaci dalam bahasa Batak
Karo).

Debata Mulajadi Na Bolon adalah Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki kekuasaan di
atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu, yaitu Siloan Nabolon
(Toba) atau Tuan Padukah ni Aji (Karo).

Menyangkut jiwa dan roh, orang Batak mengenal tiga konsep yaitu sebagai berikut.

• Tondi, adalah jiwa atau roh seseorang yang sekaligus merupakan kekuatannya.

• Sahala, adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang.

• Begu, adalah tondi yang sudah meninggal.

Dalam kehidupan masyarakat Batak, ada suatu hubungan kekerabatan yang mantap.
Hubungan kekerabatan itu terjadi dalam kelompok kerabat seseorang, antara kelompok
kerabat tempat istrinya berasal dengan kelompok kerabat suami saudara perempuannya.

Tiap-tiap kelompok kekerabatan tersebut memiliki nama sebagai berikut.

• Hula-hula; orang tua dari pihak istri, anak kelompok pemberi gadis.

• Anak boru; suami dan saudara (hahaanggi) perempuan kelompok penerima gadis.

• Dongan tubu; saudara laki-laki seayah, senenek moyang, semarga, berdasarkan


patrilineal.

Pada masyarakat Batak, sistem kepemimpinan terdiri atas tiga bidang.

1. Bidang adat. Kepemimpinan pada bidang adat ini tidak berada dalam tangan seorang
tokoh, tetapi berupa musyawarah Dalihan Na Tolu (Toba), Sangkep Sitelu (Karo).
Dalam pelaksanaannya, sidang musyawarah adat ini dipimpin oleh suhut (orang yang
mengundang para pihak kerabat dongan sabutuha, hula-hula, dan boru dalam Dalihan
Na Tolu).
2. Bidang agama. Agama Islam dipegang oleh kyai atau ustadz, sedangkan pada agama
Kristen Katolik dan Protestan dipegang oleh pendeta dan pastor.

3. Bidang pemerintahan. Kepemimpinan di bidang pemerintahan ditentukan melalui


pemilihan.

Masalah Kependudukan
Salah satu masalah kependudukan masyarkat suku Batak adalah bahwa banyak orang
dari suku Batak yang merantau ke kota-kota besar seperti Jakarta, Pontianak, Jogjakarta, dsb
untuk mencari mata pencaharian. Sehingga orang-orang batak yang tersisa di kampong
halaman mereka secara tidak langsung akan berkurang. Tidak hanya itu, masyarakat Batak
yang merantau tersebut akan terpengaruh oleh budaya kota-kota besar tersebut, sehingga
pikiran mereka semakin terbuka. Sebagai contoh sebagai budaya patrilineal dan budaya turun
warisan batak yang mewariskan hanya pada laki-laki, sudah mulai ditinggalkan karena sudah
banyak orang Batak yang berpendidikan. Dan untuk kedepanya diperkirakan akan semakin
banyak orang Batak yang pergi merantau ke kota-kota untuk mencari mata pencaharian. Hal
positif dari hal ini adalah bahwa semakin banyak orang Batak yang berpendidikan dan
berpikiran terbuka. Hal negatifnya adalah bahwa budaya Batak yang perlahan mulai luntur.

PENUTUP

KESIMPULAN

Batak adalah suku yang memiliki tradisi yang kuat dalam berprinsip dan berkeluarga,
orang batak selalu peduli. Dibalik setiap sifat yang keras dan suara yang lantang, sebenarnya
suku batak adalah suku yang memiliki segala keunikan.
Suku Batak memiliki adat budaya yang baku yang disebut Dalihan Na Tolu yang dapat
menembus sekat-sekat agama/kepercayaan mereka yang dapat berbeda-beda. Adat budaya
Batak ini memiliki tujuh nilai inti yaitu kekerabatan, agama, hagabeon, hamoraan, uhum dan
ugari, pangayoman, dan marsisarian. Nilai kekerabatan atau keakraban berada di tempat
paling utama dari tujuh nilai inti budaya utama masyarakat batak. Nilai budaya hagabeon
bermakna harapan panjang umur, beranak, bercucu yang banyak, dan baik-baik. Nilai
hamoraan (kehormatan) terletak pada keseimbangan aspek spiritual dan material yang ada
pada diri seseorang. Nilai uhum (law) mutlak untuk ditegakan dan pengakuaanya tercermin
pada kesungguhan dalam penerapannya dalam menegakan keadilan. Nilai suatu keadilan itu
ditentukan dari keta’atan pada ugari (habit) serta setia dengan padan (janji). Pengayoman
(perlindungan) wajib diberikan terhadap lingkungan masyarakat. Marsisarian artinya saling
mengerti, menghargai, dan saling membantu.

Daftar Pustaka
Purba, O. H. S. dan Elvis F. Purba. 1997. Migrasi Spontan Batak Toba
(Marserak). Medan: Monora
Van den end, 2002. "Harta Dalam Bejana", Jakarta BPK: Gunung Mulia. hal 276.
M.C. Ricklefs,(terj) 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta:
Serambi
Panitia Distrik IX Perayaan Jubileum, 1961. Seratus Tahun Kekristenan Dalam
Sejarah Rakyat Rakyat Batak. Jakarta: Panitia Distrik IX Perayaan
Jubileum.
B. Napitupulu, 2008. Almanak HKBP, Pematang Siantar: Unit Usaha Percetakan
HKBP.
Al Lumban Tobing, 1992. Makna Wibawa Jabatan Dalam Gereja Batak, Jakarta:
BPK Gunung Mulia.
Van den end & Weitjens, SJ. 2008, Ragi Carita 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
Kozok, Uli. Utusan Damai di Kemelut Perang. Peran Zending dalam Perang Toba
berdasarkan Laporan L.I. Nommensen dan Penginjil RMG lain. Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor, École française d’Extrême-Orient. Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial, Unimed,
Sekolah Tinggi Teologi Jakarta. Jakarta 2011.

Anda mungkin juga menyukai