Anda di halaman 1dari 9

SISTEM HUKUM ADAT

Oleh: Kelompok 4
Suryadi, S.Sy
Fauzi Nurlail, S.H
Fatkul Mujib, S.H.I
Heti Kurnaini, S.Sy
Aulia Ramdan, S.Sy
Mulyadi Antori, S.H.I
Mi’rajun Nashihin, S.Sy
Imam Mujaddid AlHakimi, Lc
Mohammad Shofi Hidayat, S.H.I
Muhammad Aulia Ramdan Daenuri, S.Sy

Diklat I Program PPC Terpadu Angkatan III


Lingkungan Peradilan Agama Seluruh Indonesia
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Bogor

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sistem hukum yang mewarnai hukum nasional kita di Indonesia selama ini
pada dasarnya terbentuk atau dipengaruhi oleh tiga pilar subsistem hukum yaitu
sistem hukum barat, hukum adat dan sistem hukum Islam, yang masing-masing
menjadi sub-sistem hukum dalam sistem hukum Indonesia. Sistem hukum Barat
merupakan warisan penjajah kolonial Belanda yang selama 350 tahun menjajah
Indonesia dan sangat berpengaruh pada sistem hukum nasional Indonesia.
Sementara Sistem Hukum Adat bersendikan atas dasar-dasar alam pikiran bangsa
Indonesia, dan untuk dapat memahami sistem hukum adat orang harus menyelami
dasar-dasar alam pikiran yang hidup di dalam masyarakat Indonesia.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Adat
Istilah adat berasal dari bahasa Arab, yang apabila diterjemahkan dalam
Bahasa Indonesia berarti “kebiasaan”. Adat atau kebiasaan telah meresap kedalam
Bahasa Indonesia, sehingga hampir semua bahasa daerah di Indonesia telah
menganal dan menggunakan istilah tersebut.
Adat atau kebiasaan dapat diartikan sebagai berikut :
“Tingkah laku seseoarang yang terus-menerus dilakukan dengan cara
tertentu dan diikuti oleh masyarakat luar dalam waktu yang lama”.
Dengan demikian unsur-unsur terciptanya adat adalah :
a) Adanya tingkah laku seseorang;
b) Dilakukan terus-menerus;
c) Adanya dimensi waktu;
d) Diikuti oleh orang lain/ masyarakat.
Menurut Prof. Kusumadi Pudjosewojo, mengatakan bahwa adat adalah
tingkah laku yang oleh masyarakat diadatkan. Adat ini ada yang tebal dan ada
yang tipis dan senantiasa menebal dan menipis. Aturan-aturan tingkah laku
didalam masyarakat ini adalah aturan adat dan bukan merupakan aturan hukum.

2
B. Ciri-Ciri Hukum Adat
Dalam pemberlakukaan di masyarakat, hukum adat mempunyai ciri-ciri
yaitu sebagai berikut:
1. Tidak tertulis dalam bentuk perundangan dan tidak dikodifikasi.
Hukum adat biasanya berbentuk tidak tertulis, namun kedudukannya diakui,
dihormati, dan dilaksanakan secara komunal atau kemasyarakatan sesuai
lingkup wilayahnya. Hal ini dapat terjadi karena adat rect merupakan
hukum lokal yang didasari pada keinginan suatu kelompok masyarakat
untuk menciptakan hubungan sosial yang lebih tinggi dan beradab.
2. Tidak tersusun secara sistematis.
Hukum adat memiliki tujuan untuk mencapai hubungan sosial yang
beradab, tetapi hukum adat tidak terkodifikasi secara sistematis. Menurut
hemat penulis ini disebabkan sejarah hukum adat yang muncul dari
kelompok masyarakat primitif yang secaram umum terbatas dalam hal
pengetahuan dan pendidikan pada jamannya.
3. Tidak dihimpun dalam bentuk kitab perundangan.
Hukum adat sampai sekarang juga tidak dihimpun dalam bentuk kitab
perundang-undangan.
4. Tidak teratur.
Hukum adat tidak bersifat tidak teratur.
5. K eputusannya tidak memakai konsideran (pertimbangan).
Keputusan-keputusan peradilan dalam hukum adat tidak memakai
pertimbangan. Dalam hukum adat jika terjadi perselisihan diselesaikan
berdasarkan kesepakatan bersama, jika terjadi pelanggaran maka keputusan
bersama bisa berupa sanksi sosial.
6. Pasal-pasal aturannya tidak sistematis dan tidak mempunyai penjelasan.
Hukum adat bersifat unik, karena tidak tertulis dan tidak sistematis, namun
mendapat penghormatan di tengah kelompok adat tersebut

3
Hukum adat (adat-recht) pertama kali digunakan oleh Christian Snouck
Hurgronye pada tahun 1893 sebagai sebutan bagi hukum rakyat indonesia yang
tidak terkodifikasi.
C. Pembagian Hukum Adat
Wilayah Hukum adat atau Lingkungan Hukum Adat .Lingkungan hukum adat
tersebut adalah sebagai berikut.

1) Aceh (Aceh Besar, Pantai Barat, Singkel, Semeuleu)

2) Tanah Gayo, AlasdanBatak


2.1 Tanah Gayo (Gayolueus)
2.2 Tanah Alas
2.3 Tanah Batak (Tapanuli)
2.3.1 Tapanuli Utara; BatakPakpak (Barus), Batakkaro, BatakSimelungun,
Batak Toba (Samosir, Balige, Laguboti, LumbunJulu)
2.3.2 Tapanuli Selatan; Padang Lawas (TanoSepanjang), Angkola,
Mandailing (Sayurmatinggi)
2.3.3 Nias (Nias Selatan)

3) Tanah Minangkabau (Padang, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota,


tanah Kampar, Kerinci)

4) Mentawai (Orang Pagai)

5) Sumatera Selatan
5.1 Bengkulu (Renjang)
5.2 Lampung (Abung, Paminggir, Pubian, Rebang, Gedingtataan,
TulangBawang)
5.3 Palembang (Anaklakitan, JelmaDaya, Kubu, Pasemah, Semendo)
5.4 Jambi (BatindanPenghulu)
5.5 Enggano

6) Tanah Melayu(Lingga-Riau, Indragiri, Sumatera Timur, Orang Banjar)

4
7) Bangka dan Belitung

8) Kalimantan (Dayak Kalimantan Barat, Kapuas, Hulu, Pasir, Dayak,


Kenya, DayakKlemanten, DayakLandak, DayakTayan, DayakLawangan,
LepoAlim, LepoTimei, Long Glatt, DayatMaanyan, DayakMaanyanSiung,
DayakNgaju, DayakOtDanum, DayakPenyambungPunan)

9) Gorontalo(BolaangMongondow, Boalemo)

10) Tanah Toraja(Sulawesi Tengah, Toraja, TorajaBaree, Toraja Barat, Sigi,


Kaili, Tawali, TorajaSadan, To Mori, To Lainang, Kep. Banggai)

11) Sulawesi Selatan (Orang Bugis, Bone, Goa, Laikang, Ponre, Mandar,
Makasar, Selayar, Muna)

12) Kepulauan Ternate (Ternate, Tidore, Halmahera, Tobelo, Kep. Sula)

13) Maluku Ambon (Ambon, Hitu, Banda, Kep. Uliasar, Saparua, Buru,
Seram, Kep. Kei, Kep. Aru, Kisar)

14) Irian (Papua)

15) Kep. Timor (Kepulauan Timor, Timor, Timor Tengah, Mollo, Sumba,
Sumba Tengah, Sumba Timur, Kodi, Flores, Ngada, Roti, SayuBima

16) BalidanLombok (Bali Tanganan-Pagrisingan, Kastala, KarrangAsem,


Buleleng, Jembrana, Lombok, Sumbawa)

17) JawaPusat, JawaTimursertaMadura (JawaPusat, Kedu, Purworejo,


Tulungagung, JawaTimur, Surabaya, Madura)

18) Daerah Kerajaan(Surakarta, Yogyakarta)

19) Jawa Barat (Priangan, Sunda, Jakarta, Banten)

5
D. Corak Hukum Adat
Corak hukum adat di Indoensia nampak pada implementasi hukum adat ini
dalam tata kehidupan masyarakat, yaitu :
1. Religius Magis yaitu corak yang merefleksikan nilai-nilai kepercayaan
yang hidup tentang keyakinan akan kekuatan lain yang memiliki daya
pengaruh terhadap kehidupan. Keyakinan ini kemudian dimanifestasikan
melalui ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota
masyarakat.
2. Komunal / kemasyarakatan yaitu corak yang menggambarkan keterikatan
satu dengan yang lain dalam satu kelompok sehingga menimbulkan nilai-
nilai kebersamaan, kegotongroyongan, dan solidaritas yang tinggi.
3. Demokrasi yaitu corak yang memberikan prioritas kepada kepentingan
bersama daripada kepentingan pribadi dalam kehidupan bermasyarakat.
Implementasi dari corak ini adalah dengan bentuk musyawarah mufakat
dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada di masyarakat.
4. Kontan artinya di dalam hukum adat terkait dengan peralihan suatu hak
satu harus dilakukan secara bersamaan, yaitu peristiwa penyerahan dan
penerimaan harus dilakukan secara serentak untuk menjaga keseimbangan
di dalam pergaulan bermasyarakat.
5. Konkrit yaitu adanya tanda yang kelihatan yaitu tiap-tiap perbuatan atau
keinginan dalam setiap hubungan-hubungan hukum tertentu harus
dinyatakan dengan benda-benda yang berwujud. Tidak ada janji yang
dibayar dengan janji, semuanya harus disertai tindakan nyata, tidak ada
saling mencurigai satu dengan yang lainnya.
6. Terbuka Dan Sederhana. Terbuka artinya hukum adat itu dapat menerima
unsur-unsur yang datangnya dari luar asal tidak bertentangan dengan jiwa
hukum adat itu sendiri. Sedangkan corak hukum adat itu sederhana artinya
hukum adat itu bersahaja, tidak rumit dan tidak banyak administrasinya,
mudah dimengerti, dilaksanakan berdasarkan saling percaya.

6
7. Tidak terkodifikasikan artinya hukum adat tidak tertulis namun semua
anggota masyarakat memahami dan memegang hukum ini secara turun
temurun.
E. Sumber Hukum Adat
Sumber-sumber hokum adat adalah :1
1) Adat-istiadat atau kebiasaan yang merupakan tradisi rakyat
Setiap wilayah di Indonesia tentunya tidak memiliki hukum adat yang
sama. Hal tersebut terbukti dari beberapa contoh dari hukum ada. Salah satunya
adalah Hukum adat Minangkabau. Hukum adat tersebut mengharuskan wanita
mendapat warisan utuh dari orang tuanya sedangkan laki-laki Minangkabau
bertugas merantau ke tanah orang untuk mencari harta kemudian ilmu yang
mereka dapatkan di tanah rantau diamalkan di kampung halaman.
Di sisi lain juga terdapat hukum adat yang sampai saat ini masih dipatuhi
dan enggan dilanggar oleh masyarakat setempat. Dimana terdapat larangan
pernikahan antara marga yang sama pada orang Batak (Tapanuli). Hal tersebut
berasalan karena dianggap perkawinan sesama saudara. Sebaliknya hal yang
berlawanan dipercayai oleh suku Dayak. Masyarakat Dayak mengharuskan
perkawinan dilaksanakan dengan sistem endogami. Sistem endogami merupakan
perkawinan antar keluarga yang masih terdapat dalam satu rumpun suku bangsa
bersangkutan.2
2) Kebudayaan tradisionil rakyat
3) Ugeran/ kaidah dari kebudayaan Indonesia asli
4) Perasaan keadilan yang hidup dalam masyarakat
5) Pepatah adat (adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah)
6) Yurisprudensi adat
7) Dokumen-dokumen yang hidup pada waktu itu, yang memuat ketentuan –
ketentuan Hokum yang hidup.
8) Kitab-kitab hukumyang pernah dikeluarkan oleh Raja-Raja.

1
https://sei-kura29.blogspot.com/2017/07/sumber-sumber-hukum-adat.html, diakses
taangal 21 agustus 2018 pukul 09. 32 WIB
2
Lihat http://artikel-az.com/pengertian-hukum-adat/ diakses taangal 21 agustus 2018
pukul 09. 37 WIB

7
9) Doktrin tentang hokum adat
10) Hasil-hasil penelitian tentang hukum adat nilai-nilai yang tumbuh dan berlaku
dalam masyarakat.
F. Sistem Peradilan Adat
Peradilan dapat dilaksanakan oleh anggota masyarakat secara perorangan,
keluarga, kepala kerabat atau kepala adat (hakim adat), oleh kepala desa atau oleh
pengurus perkumpulan organisasi, peraturan perundang-undangan di indonesia
mengakui hukum adat, pengakuan akan hukum adat ini terdapat dalam pasal 18B
ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi :

“ negara mengakui dan menghormati kesatuan – kesatuan masyarakat


hukum adat beserta hak – hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip negara kesatuan republik
indonesia, yang diatur dalam undang-undang”

Dalam prakteknya, seorang hakim juga harus bisa menggali, mengikuti dan
memahami nila-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup di masyarakat. Hal ini
tercantum dalam pasal 5 ayat 1 undang – undang nomor 48 tahun 2009 tentang
kekuasaan kehakiman.

Macam-macam peradilan adat :

Peradilan adat adalah peradilan perdamaian di lingkungan masyarakat hukum


adat, yang mempunyai kewenangan dan mengadili sengketa adat dan perkara
pidana diantara para warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan

1. Peradilan pribumi : mengadili antara orang pribumi putra yang tidak


termasuk wewenang gubernemen/pemerintahan pada masa penjajahan
belanda
2. Peradilan desa : peradilan bagi pribumi di jawa kadang - kadang
merupakan bagian swapraja/daerah yang mendapat otonomi khusus di luar
jawa
3. Peradilan pamong praja : peradilan yang berada pada kekuasaan otonomi
pada daerah swapraja

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahwa hukum adat harus tetap dipertahankan sepanjang tidak
bertentangan dengan Undang undang, kesusilaan dan ketertiban umum, karena
hukum adat merupakan salah satu sumber hukum nasional kita. Kalau bisa harus
di buatkan undang undang yang mengatur tentang pemberlakukan hukum adat di
wilayah dimana hukum adat itu berlaku. Tidak bisa di pungkiri bahwa di
Indonesia masih banyak orang – orang yang menggunakan hukum adat dalam
penyelesaian masalah, terutama masyakat pedesaan. Untuk hukum adat, kebiasaan
dan budaya Indonesia tolong di terapkan kepada jiwa-jiwa anak bangsa dari kecil
supaya mereka yang belajar mulai saat kecil tersebut tumbuh rasa cinta terhadap
tanah air yang penuh dengan kekayaan adat dan budaya yang ada.

Anda mungkin juga menyukai