Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
membahas tentang "Suku Bugis".Kami menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pengantar Arsitektur 2 yang diampu oleh Bapak
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan makalah ini.
1|Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………….
PENDAHULUAN………………………………………………………..
PEMBAHASAN…………………………………………………………
A. Sejarah Bugis………………………………………………..
B. Kerajaan Bugis………………………………………………
C. Keadaan Geografis dan Demografis……………………….
D. 7 Unsur Kebudayaan………………………………………..
1. Agama dan system kepercayaan……………………….
2. Mata pencaharian………………………………………..
3. System kepercayaan…………………………………….
4. System kekerabatan……………………………………..
5. Bahasa…………………………………………………….
6. Kesenia……………………………………………………
7. Teknologi………………………………………………….
E. Adat Istiadat…………………………………………………
KESIMPULAN…………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….
2|Page
PENDAHULUAN
3|Page
Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku-sukuDeuteroMelayu.Masuk
ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan.
Kata "Bugis" berasal dari kata To Ugi, yang berartiorang Bugis. Penamaan "ugi"
merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yangterdapat di Pammana,Kabupaten
Wajosaat ini, yaitu La Sattumpugi. Ketikarakyat La Sattumpugi menamakan dirinya,
maka mereka merujuk pada rajamereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi
atau orang-orang ataupengikut dari La Sattumpugi.Suku Bugis merupakan penduduk
asli Sulawesi Selatan. Di sampingsuku asli, orang-orang Melayu dan Minangkabau
yang merantau dariSumatera ke Sulawesi sejak abad ke-15 sebagai tenaga
administrasi danpedagang di kerajaan Gowa, juga dikategorikan sebagai orang Bugis.
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, populasi orang Bugis sebanyak 6 juta
jiwa. Kini suku Bugis menyebar pula di propinsi Sulawesi Tenggara,Sulawesi Tengah,
Papua, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, bahkanhingga manca negara.
Bugis merupakan salah satu suku yang taat dalam mengamalkan ajaran Islam.
Dalam makalah ini penulis akan memaparkan tentang kebudayaansuku bugis, yang
meliputi kondisi geografis dan demografi, peralatan dan perlengkapan hidup, sistem
mata pencaharian, sistem kekerabatan dan organisasi sosial, bahasa, kesenian, dan
sistem kepercayaan.
4|Page
PEMBAHASAN
A. SEJARAH SUKU BUGIS
Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku-suku deutrou melayu. Masuk
ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya
Yunan. Kata "Bugis" berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan
"ugi" merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang terdapat di Pammana,
Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi.
Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada
raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau
pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan
bersaudara dengan Batara Lattu, ayah dari Sawerigading. Sawerigading sendiri
adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo
yang membuat karya sastra terbesar di dunia dengan jumlah kurang lebih 9000
halaman folio. Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di Ware) adalah kisah
yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis.
Dalam perkembangannya, komunitas ini berkembang dan membentuk beberapa
kerajaan. Masyarakat ini kemudian mengembangkan kebudayaan, bahasa,
aksara, dan pemerintahan mereka sendiri. Beberapa kerajaan Bugis klasik antara
lain Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa, Sawitto, Sidenreng dan Rappang. Meski
tersebar dan membentuk suku Bugis, tapi proses pernikahan menyebabkan
adanya pertalian darah dengan Makassar dan Mandar.
Saat ini orang Bugis tersebar dalam beberapa Kabupaten yaitu Luwu, Bone,
Wajo, Soppeng, Sidrap, Pinrang, Barru. Daerah peralihan antara Bugis dengan
Makassar adalah Bulukumba, Sinjai, Maros, Pangkajene Kepulauan. Daerah
peralihan Bugis dengan Mandar adalah Kabupaten Polmas dan Pinrang. Kerajaan
Luwu adalah kerajaan yang dianggap tertua bersama kerajaan Cina (yang kelak
5|Page
menjadi Pammana), Mario (kelak menjadi bagian Soppeng) dan Siang (daerah di
Pangkajene Kepulauan).
B. MASA KERAJAAN
1. Kerajaan Bone
Di daerah Bone terjadi kekacauan selama tujuh generasi, yang kemudian muncul
seorang To Manurung yang dikenal Manurungnge ri Matajang. Tujuh raja-raja
kecil melantik Manurungnge ri Matajang sebagai raja mereka dengan nama
Arumpone dan mereka menjadi dewan legislatif yang dikenal dengan istilah ade
pitue. Manurungnge ri Matajang dikenal juga dengan nama Mata Silompoe.
Adapun ade' pitue terdiri dari matoa ta, matoa tibojong, matoa tanete riattang,
matoa tanete riawang, matoa macege, matoa ponceng. istilah matoa kemudian
menjadi arung. setelah Manurungnge ri Matajang, kerajaan Bone dipimpin oleh
putranya yaitu La Ummasa' Petta Panre Bessie. Kemudian kemanakan La
Ummasa' anak dari adiknya yang menikah raja Palakka lahirlah La Saliyu
Kerrempelua. pada masa Arumpone (gelar raja bone) ketiga ini, secara massif
Bone semakin memperluas wilayahnya ke utara, selatan dan barat.
2. Kerajaan Makassar
Di abad ke-12, 13, dan 14 berdiri kerajaan Gowa, Soppeng, Bone, dan Wajo, yang
diawali dengan krisis sosial, dimana orang saling memangsa laksana ikan.
Kerajaan Makassar (Gowa) kemudian mendirikan kerajaan pendamping, yaitu
kerajaan Tallo. Tapi dalam perkembangannya kerajaan kembar ini (Gowa & Tallo)
kembali menyatu menjadi kerajaan Makassar (Gowa).
6|Page
3. Kerajaan Soppeng
Di saat terjadi kekacauan, di Soppeng muncul dua orang To Manurung. Pertama,
seorang wanita yang dikenal dengan nama Manurungnge ri Goarie yang
kemudian memerintah Soppeng ri Aja. dan kedua, seorang laki-laki yang bernama
La Temmamala Manurungnge ri Sekkanyili yang memerintah di Soppeng ri Lau.
Akhirnya dua kerajaan kembar ini menjadi Kerajaaan Soppeng.
4. Kerajaan Wajo
Sementara kerajaan Wajo berasal dari komune-komune dari berbagai arah yang
berkumpul di sekitar danau Lampulungeng yang dipimpin seorang yang memiliki
kemampuan supranatural yang disebut puangnge ri lampulung. Sepeninggal
beliau, komune tersebut berpindah ke Boli yang dipimpin oleh seseorang yang
juga memiliki kemampuan supranatural. Datangnya Lapaukke seorang pangeran
dari kerajaan Cina (Pammana) beberapa lama setelahnya, kemudian membangun
kerajaan Cinnotabbi.
Selama lima generasi, kerajaan ini bubar dan terbentuk Kerajaan Wajo.
Kerajaan pra-wajo yakni Cinnongtabi dipimpin oleh masing-masing : La Paukke
Arung Cinnotabi I, We Panangngareng Arung Cinnotabi II, We Tenrisui Arung
Cinnotabi III, La Patiroi Arung Cinnotabi IV. setelahnya, kedua putranya menjabat
sekaligus sebagai Arung Cinnotabi V yakni La Tenribali dan La Tenritippe. Setelah
mengalami masa krisis, sisa-sisa pejabat kerajaan Cinnotabi dan rakyatnya
bersepakat memilih La Tenribali sebagai raja mereka dan mendirikan kerajaan
baru yaitu Wajo. Adapun rajanya bergelar Batara Wajo. Wajo dipimpin oleh La
Tenribali Batara Wajo I (bekas arung cinnotabi V), kemudian La Mataesso Batara
Wajo II dan La Pateddungi Batara Wajo III. Pada masanya, terjadi lagi krisis
bahkan Batara Wajo III dibunuh. kekosongan kekuasaan menyebabkan lahirnya
perjanjian La Paddeppa yang berisi hak-hak kemerdekaan Wajo. setelahnya, gelar
7|Page
raja Wajo bukan lagi Batara Wajo akan tetapi Arung Matowa Wajo hingga adanya
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
8|Page
dengan pembagian 3.602.000 laki-laki dan63.918.204 orang perempuan dan
memiliki relief berupa jazirah-jazirah yang panjang serta pipih yang ditandai fakta
bahwa tidak ada titik daratan yang jauhnya melebihi 90 km dari batas pantai.
Kondisi yang demikian menjadikan pulau Sulawesi memiliki garis pantai yang
panjang dan sebagian daratannya bergunung-gunung.Provinsi Sulawesi Selatan
terletak di 0°12' - 8° Lintang Selatan dan116°48' - 122°36' Bujur Timur. Luas
wilayahnya 62.482,54 km². Provinsi ini berbatasan dengan Sulawesi Tengah dan
Sulawesi Barat di utara, Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara di timur, Selat
Makassar di barat, dan Laut Flores di selatan.
Kombinasi ini meghamparkan alam yang mempesona dipandang baik dari
daerah pesisir maupun daerah ketinggian. Sekitar 30.000 tahun silam,
pulauSulawesi telah dihuni oleh manusia. Peninggalan peradaban di masa
tersebut ditemukan di gua-gua bukit kapur daerah Maros kurang lebih 30 km dari
Makassar, ibukota Propinsi Sulawesi Selatan. Peninggalan prasejarah lainnya yang
berupa alat batu peeble dan flake serta fosil babi dan gajah yang telah
punah,dikumpulkan dari teras sungai di Lembah Wallanae, diantara Soppeng dan
Sengkang, Sulawesi Selatan.Pada masa keemasan perdagangan rempah-rempah
di abad ke15 sampai dengan abad ke19, Kerajaan Bone dan Makassar yang
perkasa berperan sebagaipintu gerbang ke pusat penghasil rempah, Kepulauan
Maluku. Sejarah itu telah memantapkan opini bahwa Sulawesi Selatan memiliki
peran yang sangat strategis bagi perkembangan Kawasan Timur
Indonesia.Penduduk Sulawesi Selatan terdiri atas empat suku utama yaitu
Toraja,Bugis, Makassar, dan Mandar. Suku Toraja terkenal memiliki keunikan
tradisi yang tampak pada upacara kematian, rumah tradisional yang beratap
melengkung dan ukiran cantik dengan warna natural. Sedangkan suku Bugis,
Makassar danMandar terkenal sebagai pelaut yang patriotik. Dengan perahu
layartradisionalnya, Pinisi, mereka menjelajah sampai ke utara Australia,
9|Page
beberapapulau di Samudra Pasifik, bahkan sampai ke pantai Afrika. Hasil
penelitian sejarahwan Australia Utara bernama Peter G. Spillet M,
mengungkapkan salah satu fakta yang tidak terbantahkan bahwa orang Sulawesi
7 Selatanlah yang pertama mendarat di Australia dan bukannya Abel Tasman
(Belanda) atau James Cook (Inggris) tahun 1642. Upaya pelurusan fakta sejarah
tersebut dilakukan Peter yang kemudian dijuluki Daeng Makulle dengan sangat
hati-hati melalui jejak, buku-buku sejarah berupa hubungan orang Makassar
dengan orang Aborigin (Merege). Orang Makassar tiba di sana dengan
menggunakan transportasi perahu.
D. 7 UNSUR KEBUDAYAAN
1. AGAMA DAN SISTEM KEPERCAYAAN
Religi orang Bugis dalam zaman pra-Islam seperti yang disebutkan
dalam sure’ Galigo (karya sastra kuno Bugis), sebenarnya telah
mengandung suatu kepercayaan kepadasatu dewa yang tunggal, yang
disebut dengan beberapa nama seperti
Patoto’E (Dia yangmenentukan nasib);
To-palanroE (Dia yang menciptakan);
Dewata seuaE (Dewa yangtunggal);
Tu-riE A’ra’na(kehendak yang tertinggi);
Puang Matua (Tuhan yang tertinggi).
Waktu agama Islam masuk ke Sulawesi Selatan pada permulaan abad
ke-17, makaajaran Tauhid dalam Islam, dapat mudah diterimadan proses
itu dipercepat dengan adanyakontak terus-menerus dengan pedagang-
pedagang Melayu Islam yang sudah menetap di Makassar, maupun
10 | P a g e
dengan kunjungan-kunjungan niaga orang Bugis ke negeri-negeri
lainyang penduduknya sudah beragama Islam.
Siri’ Ketika dibicarakan tentang Panngaderreng telah disebut tentanG
konsepsiri’ yang menintegrasikan secara organis semua unsur pokok dari
panngaderreng. Namun darihasil penelitian yang terjadi dilapangan,
diketahui bahwa konsep siri’ itu, telah diintegrasikan dalam berbagai
macam bidang. B.F. Matthes, menerjemahkan istilah siri’ itudengan
‘malu’, ‘beschaamd’ ‘schroomvallig’ ‘verlegen’. Diakui oleh beliau bahwa
penjabaran baik dengan bahasa Indonesia maupun dengna bahasa
Belanda, tidak dapatmendekati maknanya secara tepat. Dlain pihak, C.H.
Slambasjah memberikan batan atas katsiri’ dengan memberikan tiga
pengertian :
Siri’ sama artinya dengan malu, isin (Jawa), shame (Inggris).
Siri’merupakan daya pendorong untuk melenyapkan (membunuh)
mengasingkan, mengusir, terhadap barang siapa yang menyinggung
perasan mereka. Hal inimerupakan kewajiban adat, kewajiban yang
mempunyai sanksi adat, yaitu hukumanmenurut norma-norma adat,
jika kewajiban itu tidak dilaksanakan.
Siri’ sebagai daya pendorong, bervariasi ke arah sumber
pembangkitan tenaga untuk membanting tulang, bekerja mati-
matian, untuk suatu pekerjaan atau usaha.Menurut Casutto, Siri’
merupakan pembalasan yang berupa kewajiban moril untuk
membunuh pihak yang melanggar adat.
11 | P a g e
satuaspeknya sja, memperhatikan perwujudannya saja. Hal itu mudah
dimengerti, karena siri’adalah suatu hal yang abstrak dan hanya akibtnya
saja yang berwujud konkret sehingga dapat diamati dan diobservasi.
Disamping konsepsiri’ itu, terdapat lagi semacam konsep yang dianggap
sedikit lebih rendah dari konsep siri’ yaitu pesse . Menurut arti
leksikalnya, pesse/ pace dapat diterjemahkan dengan ‘pedis’ atau ‘pedih’.
Sebuah ungkapan dalam amanat orang-orang tuamenerangkan konsep
pesse/ pace itu sebagai berikut :
2. MATA PENCAHARIAN
Wilayah Suku Bugis terletak di dataran rendah dan pesisir pulau
Sulawesi bagian selatan. Di dataran ini, mempunyai tanah yang cukup
subur, sehingga banyak masyarakat Bugis yang hidup sebagai petani.
Selain sebagai petani, Suku Bugis juga di kenal sebagai masyarakat
nelayan dan pedagang. Meskipun merekamempunyai tanah yang subur
dan cocok untuk bercocok tanam, namun sebagianbesar masyarakat
mereka adalah pelaut. Suku Bugis mencari kehidupan dan
mempertahankan hidup dari laut.Tidak sedikit masyarakat Bugis yang
merantau sampai ke seluruh negeri dengan menggunakan Perahu Pinisi-
nya. Bahkan, kepiawaian suku Bugis dalam mengarungi samudra cukup
12 | P a g e
dikenal luas hingga luar negeri, di antara wilayah perantauan mereka,
seperti Malaysia, Filipina, Brunei, Thailand, Australia, Madagaskar dan
Afrika Selatan. Suku Bugis memang terkenal sebagai suku yanghidup
merantau. Beberapa dari mereka, lebih suka berkeliaran untuk
berdagang dan mencoba melangsungkan hidup di tanah orang lain. Hal
ini juga disebabkan oleh faktor sejarah orang Bugis itu sendiri di masa
lalu.
3. SISTEM KEPERCAYAAN
Sejak dahulu, masyarakat Sulawesi Selatan telah memiliki aturan
tatahidup. Aturan tata hidup tersebut berkenaan dengan, sistem
pemerintahan, sistemkemasyarakatan dan sistem kepecayaan. Orang Bugis
menyebut keseluruhan sistem tersebut Pangngadereng, orang Makassar
Pangadakang, Orang Luwumenyebutnya Pangngadaran, Orang Toraja Aluk To
Dolo dan Orang Mandar Ada’.
Dalam hal kepercayaan penduduk Sulawesi Selatan telah percaya
kepadasatu Dewa yang tunggal. Dewa yang tunggal itu disebut dengan istilah
DewataSeuwaE (dewa yang tunggal). Terkadang pula disebut oleh orang Bugis
denganistilah PatotoE (dewa yang menentukan nasib). Orang Makassar
seringmenyebutnya dengan Turei A’rana (kehendak yang tinggi). Orang
Mandar PuangMase (yang maha kedendak) dan orang Toraja menyebutnya
Puang Matua (Tuhanyang maha mulia). Mereka pula mempercayai adanya
dewa yang bertahta di tempat-tempattertentu. Seperti kepercayaan mereka
tentang dewa yang berdiam di GunungLatimojong. Dewa tersebut mereka
sebut dengan nama Dewata Mattanrue.Dihikayatkan bahwa dewa tersebut
kawin dengan Enyi’li’timo’kemudian melahirkan PatotoE. Dewa PatotoE
13 | P a g e
kemudian kawin dengan Palingo danmelahirkan Batara Guru.Batara Guru
dipercaya oleh sebagian masyarakat Sulawesi Selatan sebagaidewa penjajah.
Ia telah menjelajahi seluruh kawasan Asia dan bermarkas dipuncak Himalaya.
Kira-kira satu abad sebelum Masehi Batara Guru menuju keCerekang Malili dan
membawa empat kasta. Keempat kasta tersebut adalah kastaPuang, kasta
Pampawa Opu, kasta Attana Lang, dan kasta orang kebanyakan.Religi suku
Bugis dan Makassar pada zaman pra islam adalah sure galigo,sebenarnya
keyakinan ini telah mengandung suatu kepercayaan pada satu dewatunggal,
biasa disebut patoto e (dia yang menentukan nasib), dewata seuwae(tuhan
tunggal), turie a rana (kehendak yang tertinggi). Sisa kepercayaan inimasih
tampak jelas pada orang To latang dikabupaten Sidenreng Rappang danorang
Amma Towa di Kajang kabupaten Bulukumba.
21Saat agama islam masuk ke Sulawesi Selatan pada awal ke-17,
ajaranagama islam mudah diterima masyarakat. Karena sejak dulu mereka
telah percayapada dewa tunggal. Proses penyebaran islam dipercepat dengan
adanya kontak terus menerus antara masyarakat setempat dengan para
pedagang melayu islamyang telah menetap di Makassar.Pada abad ke-20
karena banyak gerakan-gerakan pemurnian ajaran islamseperti
Muhammadiyah, maka ada kecondongan untuk menganggap banyak bagian-
bagian dari panngaderreng itu sebagai syirik, tindakan yang taik sesuaidengan
ajaran Islam, dan karena itu sebaiknya ditinggalkan. Demikian Islam diSulawesi
Selatan telah juga mengalami proses pemurnian.Sekitar 90% dari penduduk
Sulawesi Selatan adalah pemeluk agamaIslam, sedangkan hanya 10% memeluk
agama Kristen Protestan atau Katolik.Umat Kristen atau Katolik umumnya
terdiri dari pendatang-pendatang orangMaluku, Minahasa, dan lain-lain atau
dari orang Toraja. Mereka ini tinggal dikota-kota terutama di Makassar.
14 | P a g e
4. SISTEM KEKERABATAN
Suku Bugis merupakan suku yang menganut sistem patron klien
atausistem kelompok kesetiakawanan antara pemimpin dan pengikutnya yang
bersifatmenyeluruh. Salah satu sistem hierarki yang sangat kaku dan rumit.
Namun, mereka mempunyai mobilitas yang sangat tinggi, buktinya dimana kita
berada tak sulit berjumpa dengan manusia Bugis. Mereka terkenal berkarakter
keras dansangat menjunjung tinggi kehormatan, pekerja keras demi
kehormatan namakeluarga.
Sedangkan untuk kekerabatan keluarga mereka menganut system
cognaticatau bilateral, seseorang ditelusuri melalui garis keturunan ayah dan
juga ibu.Panggilan yang biasa untuk kerabat mereka adalah kaka’(saudara
yang lebih tua)dan Anri’(saudara yang lebih muda). Amure’(paman) dan
Inure’(bibi). Masih banyak lagi sebutan dalam system kekerabatan mereka
yang lainnya.
15 | P a g e
biasanya tidak memiliki pertalian keluarga sebelumnya. Keluarga kedua
belah pihak saling mengaggap keluarga sendiri. Orang bugis mengistilahkan
kekerabatan ini dengan siteppang teppang.
Sikampung
Sistem kekerabatan ini terbangun karena bermukim dalam satu kampung,
sekalipun dalam kelompok ini terdapat orang orang yang sama sekali tidak
ada hubungan darah.
5. BAHASA
Bahasa Bugis adalah bahasa yang digunakan etnik Bugis di
SulawesiSelatan, yang tersebar di kabupaten sebahagian Kabupaten Maros,
sebahagian Kabupaten Pangkep, Kabupaten Barru, Kota Pare-pare, Kabupaten
Pinrang, sebahagian kabupaten Enrekang, sebahagian kabupaten Majene,
KabupatenLuwu, Kabupaten Sidenrengrappang, Kabupaten
Soppeng,Kabupaten Wajo,Kabupaten Bone, Kabupaten Sinjai, Kabupaten
Bulukumba, dan Kabupaten Bantaeng. Masyarakat Bugis memiliki penulisan
tradisional memakai aksaraLontara. Pada dasarnya, suku kaum ini
kebanyakannya beragama Islam Dari segiaspek budaya.Etnik Bugis mempunyai
bahasa tersendiri dikenali sebagai Bahasa Bugis (Juga dikenali sebagai Ugi).
Konsonan di dalam Ugi pula di kenali sebagaiLontara yang berdasarkan tulisan
Brahmi. Orang Bugis mengucapkan bahasa Ugidan telah memiliki
kesusasteraan tertulis sejak berabad-abad lamanya dalambentuk lontar. Huruf
yang dipakai adalah aksara lontara, sebuah sistem huruf yangberasal dari
Sanskerta.Seperti halnya dengan wujud-wujud kebudayaan lainnya. Penciptaan
tulisan pun diciptakan karena adanya kebutuhan manusia untuk mengabdika
hasil-hasil pemikiran mereka.
16 | P a g e
Konsonan Lontara
17 | P a g e
5. Sebagai Media Interaksi
1. Huruf Lontara
2. Huruf Jangang-Jangang
3. Huruf Serang
18 | P a g e
gulungan pita kaset. Cara membacanya dari kiri kekanan. Aksara lontara biasa
juga disebut dengan aksara sulapaq eppaqKarakter huruf bugis ini diambil dari
Aksara Pallawa (Rekonstruksi aksaradunia yang dibuat oleh Kridalaksana).
6. KESENIAN
Alat musik
1. Kacapi(kecapi)
Salah satu alat musik petik tradisional Sulawesi Selatan khususnya
sukuBugis, Bugis Makassar dan Bugis Mandar. Menurut sejarahnya kecapi
ditemukanatau diciptakan oleh seorang pelaut, sehingga bentuknya
menyerupai perahu yang memiliki dua dawai,diambil karena penemuannya dari
tali layarperahu.Biasanya ditampilkan pada acara penjemputan para
tamu,perkawinan,hajatan, bahkan hiburan pada hari ulang tahun.2. SinriliAlat
musik yang mernyerupai biaola cuman kalau biola di mainkandengan
membaringkan di pundak sedang singrili di mainkan dalam keedaanpemain
duduk dan alat diletakkan tegak di depan pemainnya.3. GendangMusik perkusi
yang mempunyai dua bentuk dasar yakni bulat panjang danbundarseperti
rebana.4. SulingSuling bambu/buluh, terdiri dari tiga jenis, yaitu:
o Suling panjang (suling lampe), memiliki 5 lubang nada. Suling jenis ini
telahpunah.
o Suling calabai (Suling ponco),sering dipadukan dengan piola (biola)
kecapidan dimainkan bersama penyanyi
o Suling dupa samping (musik bambu), musik bambu masih terplihara
didaerahKecamatan Lembang. Biasanya digunakan pada acara karnaval
(barisberbaris) atau acara penjemputan tamu.
19 | P a g e
Seni Tari
o Tari pelangi; tarian pabbakkanna lajina atau biasa disebut tari meminta
hujan.
o Tari Paduppa Bosara; tarian yang mengambarkan bahwa orang Bugis jika
kedatangan tamu senantiasa menghidangkan bosara, sebagai
tandakesyukuran dan kehormatan
o Tari Pattennung; tarian adat yang menggambarkan perempuan-
perempuanyang sedang menenun benang menjadi kain. Melambangkan
kesabaran danketekunan perempuan-perempuan Bugis.
o Tari Pajoge
o Tari Anak Masari; tarian ini dilakukan oleh calabai(waria), namun jenis
tarian ini sulit sekali ditemukan bahkan dikategorikan telahpunah.
Jenis tarian yang lain adalah tari Pangayo, tari Passassa ,tari Pa galung, dantari
Pabbatte (biasanya di gelar padasaat Pesta Panen).
Permainan
20 | P a g e
Beberapa permainan khas yang sering dijumpai di masyarakat Bugis
(Pinrang):Mallogo, Mappadendang, Magasing, Mattoajang (ayunan), getong-
getong,Marraga, Mappasajang (layang-layang), Malonggak
7. TEKNOLOGI
Dengan terciptanya peralatan untuk hidup yang berbeda, maka
secaraperlahan tapi pasti, tatanan kehidupan perorangan, dilanjutkan
berkelompok, kemudian membentuk sebuah masyarakat, akan penataannya
bertumpu pada sifat-sifat peralatan untuk hidup tersebut. Peralatan hidup ini
dapat pula disebut sebagaihasil manusia dalam mencipta. Dengan bahasa
umum, hasil ciptaan yang berupaperalatan fisik disebut teknologi dan proses
penciptaannya dikatakan ilmupengetahuan dibidang teknik. Sejak dahulu, suku
Bugis di Sulawesi Selatan terkenal sebagai pelautyang ulung. Mereka sangat
piawai dalam mengarungi lautan dan samudera luashingga ke berbagai
kawasan di Nusantara dengan menggunakan perahu Pinisi.
Perahu Pinisi
21 | P a g e
Perahu Pinisi termasuk alat transportasi laut tradisional masyarakat Bugisyang
sudah terkenal sejak berabad-abad yang lalu. Menurut cerita di dalamnaskah
Lontarak I Babad La Lagaligo, Perahu Pinisi sudah ada sekitar abad ke-14M.
Menurut naskah tersebut, Perahu Pinisi pertama kali dibuat olehSawerigading,
Putra Mahkota Kerajaan Luwu. Bahan untuk membuat perahutersebut diambil
dari pohon welengreng (pohon dewata) yang terkenal sangatkokoh dan tidak
mudah rapuh. Namun, sebelum pohon itu ditebang, terlebihdahulu
dilaksanakan upacara khusus agar penunggunya bersedia pindah ke
pohonlainnya. Sawerigading membuat perahu tersebut untuk berlayar menuju
negeriTiongkok hendak meminang Putri Tiongkok yang bernama We Cudai.
Singkat cerita, Sawerigading berhasil memperistri Puteri We Cudai.Setelah
beberapa lama tinggal di Tiongkok, Sawerigading rindu kepada
kampunghalamannya. Dengan menggunakan perahunya yang dulu, ia berlayar
ke Luwu.Namun, ketika perahunya akan memasuki pantai Luwu, tiba-tiba
gelombangbesar menghantam perahunya hingga pecah. Pecahan-pecahan
perahunyaterdampar ke 3 (tiga) tempat di wilayah Kabupaten Bulukumba,
yaitu diKelurahan Ara, Tana Beru, dan Lemo-lemo. Oleh masyarakat dari
ketigakelurahan tersebut, bagian-bagian perahu itu kemudian dirakit kembali
22 | P a g e
menjadisebuah perahu yang megah dan dinamakan Perahu Pinisi.Hingga saat
ini, Kabupaten Bulukumba masih dikenal sebagai produsenPerahu Pinisi,
dimana para pengrajinnya tetap mempertahankan tradisi dalampembuatan
perahu tersebut, terutama di Keluharan Tana Beru.
23 | P a g e
perlengkapan upacara adat.
Ruma adat
24 | P a g e
Setiap budaya memiliki Ciri Khas Rumah Adatnya Masing-masing. Begitu Pula
Dengan Bugis, rumah adat bugis itu terdiri dari tiga Bagian. Yang Dimana
Kepercayaan Tersebut terdiri atas :
1. Boting Langiq (Perkawinan Di langit yang Dilakukan Oleh We Tenriabeng)
bahwa
Rumah ini bisa berdiri tampa mengunakan satu paku pun orang daluhu kala
mengantikan Fungsi Paku Besi menjadi Paku Kayu. Rumah adat suku Bugis
Makassar dapat di bedakan berdasarkan status sosial orang yang
menempatinya, Rumah Saoraja (Sallasa) berarti rumah besar yang di tempati
oleh keturunan raja (kaum bangsawan) dan bola adalah rumah yang di tempati
oleh rakyat biasa.
Tipologi kedua rumah ini adalah sama-sama rumah panggung, lantainya
mempunyai jarak tertentu dengan tanah, bentuk denahnya sama yaitu empat
persegi panjang. Perbedaannya adalah saoraja dalam ukuran yang lebih luas
25 | P a g e
begitu juga dengan tiang penyangganya, atap berbentuk prisma sebagai
penutup bubungan yang biasa di sebut timpak laja yang bertingkat-tingkat
antara tiga sampai lima sesuai dengan kedudukan penghuninya. Rumah adat
suku bugis baik saoraja maupun bola terdiri atas tiga bagian : Awa bola ialah
kolong yang terletak pada bagian bawah, yakni antara lantai dengan tanah.
Kolong ini biasa pada zaman dulu dipergunakan untuk menyimpan alat
pertanian, alat berburu, alat untuk menangkap ikan dan hewan-hewan
peliharaan yang di pergunakan dalam pertanian. Alle bola ialah badan rumah
yang terdiri dari lantai dan dinding yang terletak antara lantai dan loteng. Pada
bagian ini terdapat ruangan-ruangan yang dipergunakan dalam aktivitas sehari-
hari seperti menerima tamu, tidur, bermusyawarah, dan berbagai aktifitas
lainnya. Badan rumah tediri dari beberapa bagian rumah seperti: · lotang
risaliweng, Pada bagian depan badan rumah di sebut yang berfungsi sebagai
ruang menerima tamu, ruang tidur tamu, tempat bermusyawarah, tempat
menyimpan benih, tempat membaringkan mayat sebelum dibawa ke
pemakaman. Lotang ritenggah atau Ruang tengah, berfungsi sebagai tempat
tidur kepala keluarga bersama isteri dan anak-anaknya yang belum dewasa,
hubungan social antara sesame anggota keluarga lebih banyak berlangsung
disini. · Lontang rilaleng atau ruang belakang, merupakan merupakan tempat
tidur anak gadis atau orang tua usia lanjut, dapur juga di tempatkan pada
ruangan ini yang dinamakan dapureng atau jonghe. Rakkeang ialah loteng
yang berfungsi sebagai tempat menyimpan hasil pertanian seperti padi,
jagung, kacang dan hasil perkebunan lainnya. Sebagaimana halnya unsur-unsur
kebudayaan lainnya maka teknologi arsitektur tradisionalpun senantiasa
mengalami perubahan dan perkembangan. Hal ini juga mempengaruhi
arsitektur tradisional suku bangsa bugis antara lain bola ugi yang dulunya
berbentuk rumah panggung sekarang banyak yang di ubah menjadi rumah
26 | P a g e
yang berlantai batu. Agama Islam juga memberi pengaruh kepada letak dari
bagian rumah sekarang yang lebih banyak berorientasi ke Kabah yang
merupakan qiblat umat Isalam di seluruh dunia. Hal tersebut di karenakan
budaya Islam telah membudaya di kalangan masyarakat bugis makassar,
symbol-simbol yang dulunya di pakai sebagai pengusir mahluk halus yang
biasanya diambil dari dari jenis tumbuh-tumbuhan dan binatang tertentu dig
anti dengan tulisan dari ayat-ayat suci Al-Qur’an.
E. UNSUR KEBUDAYAAN
Adat Pernikahan
27 | P a g e
AbelaeIalah perkawinan antara saudara sepupu derajat ketiga, baik dari pihak
ayah maupun ibu atau masih mempunyai hubungan keluarga.Adapun perkawinan
perkawinan yang dilarang dan dianggap sumbang(salimara):
o perkawinan antara anak dengan ibu / ayah
o perkawinan antara saudara sekandung
o perkawinan antara menantu dan mertua
o perkawinan antara paman / bibi dengan kemenakan5. perkawinan antara
kakek / nenek dengan cucu Tahap
28 | P a g e
Pasangan Pengantin
Hari pernikahan dimulai dengan
mappaendre balanja , ialah prosesi
darimempelai laki-laki disertai rombongan
dari kaum kerabat, pria-wanita, tua-
muda,dengan membawa macam-macam
makanan, pakaian wanita, dan mas-kawin
kerumah mempelai wanita. Sampai di
rumah mempelai wanita langsung
diadakanupacara pernikahan,dilanjutkan
dengan akad nikah. Pada pesta itu biasa
para tamumemberikan kado tau paksolo
setelah akad nikah dan pesta pernikahan
dirumah mempelai wanita selesai
dilalanjutkan dengan acara mapparola yaitu mengantar mempelai wanita ke
rumah mempelai laki-laki.mappaenre botting Beberapa hari setelah pernikahan
para pengantin baru mendatangi keluargamempelai laki-laki dan keluarga
mempelai wanita untuk bersilaturahim dengan memberikan sesuatu yang
biasanya sarung sebagai simbol perkenalan terhadapkeluarga baru. Setelah itu,
baru kedua mempelai menempati rumah mereka sendiriyang disebut nalaoanni
alena.Sistem organisasi sosial yang terdapat di suku Bugis cukup menarik untuk
diketahui. Yaitu, kedudukan kaum perempuan yang tidak selalu di
bawahkekuasaan kaum laki-laki, bahkan di organisasi sosial yang berbadan
hukumsekalipun. Karena Suku Bugis adalah salah satu suku di Nusantara
yangmenjunjung tinggi hak-hak Perempuan. Sejak zaman dahulu, perempuan di
sukuBugis sudah banyak yang berkecimpung di bidang politik setempat.Jadi,
29 | P a g e
banyak perempuan Bugis yang berani tampil di muka umum, merekaaktif dalam
semua bidang kehidupan, menjadi pendamping pria dalam diskusiurusan publik,
tak jarang pula mereka menduduki tahta tertinggi di kerajaan.Misalnya Raja
Lipukasi pada tahun 1814 dipimpin oleh seorang perempuan.Sampai perang
kemerdekaan pun, perempuan tetap berperan aktif dalam medanlaga. Namun di
lain hal, pepatah Bugis mengatakan,”Wilayah perempuaN adalah sekitar rumah
sedangkan ruang gerak laki-laki menjulang hingga kelangit”. Artinya, laki-laki lah
yang berkewajiban menafkahi keluarga dengansekuat tenaga. Jadi kedudukan
kaum perempuan yang derajatnya hampirdisamakan dengan derajat laki-laki
dalam sistem organisasi sosial, bukan berartikaum perempuan wajib untuk
mencari nafkah bagi keluarganya melainkanseorang laki-laki lah yang wajib
bekerja keras untuk menghidupi keluarganya.
Hukum Adat
Di Sidrap pernah hidup seorang Tokoh Cendikiawan Bugis yang cukupterkenal
pada masa Addatuang Sidenreng dan Addatuang Rappang (Addatuang
)semacam pemerintahan distrik di masa lalu) yang bernama Nenek Mallomo. Dia
bukan berasal dari kalangan keluarga istana, akan tetapi kepandaiannya
dalamtata hukum negara dan pemerintahan membuat namanya cukup tersohor.
Sebuahtatanan hukum yang sampai saat ini masih diabadikan di Sidenreng yaitu:
NaiyaAdE e De nakkeambo, deto nakkeana. (Terjemahan : sesungguhnya ADAT
30 | P a g e
KESIMPULAN
31 | P a g e
oleh keinginan akan kemerdekaan. Kebahagiaan dalam tradisi Bugis hanya dapat
diraihmelalui kemerdekaan.
SARAN
Sebagai salah satuwarisan budaya nusantara, sudah menjadi kewajibankita untuk
merawat dan melestarikan kebudayaan suku bugis, dengan caramenghormati
dan menghargai mereka, penyaringan budaya luar, tumbuhkankecintaan sejak
dini terhadap budaya lokal.
32 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
http://wahyunis2012.blogspot.com/2013/05/sistem-mata-
pencaharian-masyarakat-suku.html
Abd.Kadir Ahmad,2004, Masuknya islam di Sulawesi Selatan
dan Sulawesi Tenggara, Makassar, Balai Litbang Agama
Makassar
Koetrajaningrat, 1990, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta .
PT. Rineka Cipta
Mattuladda, 1974, Bugis Makassar , Manusia dan Kebudayaan
Makassar.
33 | P a g e