Anda di halaman 1dari 7

LISANI: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya ISSN: 2622-4909 (online)

Volume 1 Nomor 2 Juli-Desember 2018 ISSN: 2613-9006 (print)


http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/lisani lisani.tradisilisan@uho.ac.id

TRADISI ANTAMA BALLA PADA SUKU BUGIS MAKASSAR DI


KECAMATAN BAROMBONG KABUPATEN GOWA

Suci Ayu Anggraeni1, La Niampe, Sitti Hermina2


Jurusan Tradisi Lisan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo
1
ayusuci1301@gmail.com, 2hermina_sitti@yahoo.co.id

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan tradisi antama balla dan dapat
mendeskripsikan makna simbolik yang terkandung dalam tradisi antama balla. Penelitian ini dilaksanakan di
Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa tahapan pada
proses pelaksanaan tradisi antama balla, tahapan yang pertama, tahap awal yaitu accini allo (pemilihan hari yang
baik) berdasarkan bulan-bulan yang telah dipilih oleh panrita balla, buritta (mengundang sanak keluarga),
menyiapkan alat dan bahan yang terdiri dari kain putih dan baki sedangkan bahannya yaitu jajjakkang dan pasa’bi.
Tahapan yang kedua, pelaksanaan appasili balla (menyucikan rumah) yang dilakukan oleh panrita balla yang
mendoakan dan menyucikan rumah dengan tujuan mengusir roh halus, dilanjutkan dengan akkaliling balla
(berkeliling rumah setelah itu acara nganre-nganre/makan bersama), tahapan ketiga tahap akhir yaitu barazanji
merupakan puji-pujian terhadap Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Makna pada setiap prosesi tradisi antama
balla adalah sebagai bentuk rasa syukur terhadap Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW karena tuan rumah
mengharapkan kebaikan, keberkahan, kesehatan, rezeki, agar dapat menjadi perantara untuk tujuan yang mereka
inginkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Semua prosesi tradisi antama balla yang dilakukan oleh panrita balla pada
setiap prosesnya mengandung makna agar mendapatkan pertolongan dan terhindar dari hal-hal yang negatif, yang
tidak baik untuk keluarga yang akan menempati rumah baru tersebut.

Kata Kunci:
Makna Simbolik, Tradisi Antama Balla

Abstract
The purpose of this study is to investigate the implementation process of the ballama antama and be able to describe
the symbolic meaning contained in the ballama antama. This research was conducted in Barombong Subdistrict,
Gowa Regency. The results of this study indicate that there are several stages in the process of implementing of this
tradition, the first stage, the initial stage, namely Accini Allo (selection of good days) based on the months chosen by
Panrita Balla, Buritta (inviting relatives), preparing tools and material consisting of white cloth and tray while the
material is jajjakkang and pasa'bi. The second stage, the implementation of the appaisi balla (purifying the house)
conducted by the Panrita Balla who pray and purify the house with the aim of expelling spirits, followed by
akkaliling balla (going around the house after the event nganre-nganre/eating together), the third stage of the final
stage namely barazanji is a compliment to Allah SWT and the Prophet Muhammad SAW The meaning of each
procession of the antama balla is as a form of gratitude towards Allah SWT and the Prophet Muhammad SAW
because the host expects goodness, blessing, health, fortune so that he can be an intermediary for the purpose what
they want to God-Almighty. All the processions of the antama balla carried out by Panrita Balla in each process
contain meaning in order to get help and avoid negative things, which are not good for the family who will occupy
the new house.

Keywords:
Simbolic Meaning, Antama Balla.

PENDAHULUAN
Kebudayaan merupakan persoalan yang heterogen tentu berbeda adat istiadat dan
sangat kompleks dan luas, misalnya kebiasaannya. Seiring dengan
kebudayaan yang berkaitan dengan cara perkembangan zaman, teknologi modern
manusia hidup, adat istiadat dan tata krama. telah menyentuh dan mempengaruhi
Kebudayaan sebagai bagian dari kehidupan, masyarakat, namun kebiasaan yang
cenderung berbeda antara satu suku dengan merupakan tradisi turun temurun bahkan
suku lainnya. Masyarakat Indonesia yang yang telah menjadi adat masih tetap

80 | Lisani: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya


Suci Ayu Anggraeni, La Niampe, Sitti Hermina

bertahan. Kebiasaan-kebiasaan tersebut balla adalah nama tradisi yang dilaksanakan


masih sering dilakukan meskipun dalam oleh masyarakat dalam rangka untuk
pelaksanaannya telah mengalami perubahan, mendapatkan keselamatan beserta semua
namun nilai-nilai dan maknanya masih tetap penghuninya, khusus untuk masyarakat
terpelihara. Bugis Makassar yang memasuki rumah
Salah satu wilayah yang masyarakatnya baru, terdapat beberapa rangkaian prosesi
hingga kini masih mempertahankan nilai- yang akan dilakukan diawali dengan
nilai tradisi dalam kehidupan adalah penentuan hari yang baik yang dilakukan
masyarakat suku Bugis Makassar khususnya oleh panrita balla (Ramli dalam Aswad,
yang ada di Kecamatan Barombong 2016: 2).
Kabupaten Gowa. Salah satu bentuk tradisi Dalam proses pelaksanaan antama balla,
yang masih tetap dilaksanakan oleh panrita balla (orang yang ahli mengenai
masyarakat Bugis Makassar yang ada di tradisi masuk rumah) berperan aktif dalam
daerah ini, mulai dari leluhur yang memimpin jalannya upacara, pemilik rumah
diwariskan secara turun-temurun dari yang akan berpindah ke rumah yang baru
generasi ke generasi dan masih mengundang panrita balla meminta nasehat
dipertahankan hingga sekarang adalah mengenai memilih hari baik agar terlindungi
tradisi masuk rumah yang dikenal dengan dari segala kesusahan dan memastikan hasil
sebutan antama balla. yang positif didapatkan oleh seluruh
Masyarakat Bugis Makassar memiliki penghuni rumah baru setelah mendapatkan
suatu tradisi dalam setiap keluarga, ketika nasehat, pemilik rumah berdiskusi dengan
akan membangun rumah atau berpindah ke istrinya dan anggota keluarga lainnya
rumah/tempat tinggal yang baru dilakukan setelah itu tuan rumah melakukan Buritta
serangkaian upacara adat. Rangkaian mulai atau biasa yang disebut menggundang
saat persiapan menentukan bahan-bahan kerabat terdekat dan tetangga sekitar rumah
untuk membangun rumah, ketika rumah untuk melakukan acara makan bersama.
akan dibangun atau didirikan, maupun Secara umum tahapan yang dilakukan
ketika rumah tersebut siap untuk dihuni. dalam prosesi tradisi Antama balla diawali
Masyarakat Bugis Makassar di Gowa dengan menyiapkan sajian makanan. Dalam
memiliki tradisi menghargai sesuatu hal tradisi masuk rumah baru berbagai macam
yang baru, baik berupa suasana baru makanan dan penganan tradisional yang
maupun dalam bentuk pemilikan barang disajikan sebagai bentuk tradisi seperti
baru. Sesuatu yang baru tersebut selalu songkolo, beras ketan, pisang, air putih,
dirayakan sebagai bentuk rasa syukur umba-umba yang telah disiapkan oleh
kepada Pencipta. (Ramli dalam Aswad, pemilik rumah, karena sajian makanan ini
2016: 2) rumah merupakan tempat bertemu menurut masyarakat Bugis Makassar
anggota keluarga untuk berinteraksi, tempat sebagai perlengkapan tradisi yang wajib
manusia dilahirkan, dibesarkan, menikah selalu ada. (Pelras, 2006: 224).
lalu kemudian ia meninggal karena itu Tradisi Antama balla merupakan tradisi
membangun rumah haruslah didasarkan yang hingga kini eksistensinya masih
pada tradisi dan kepercayaan yang dipertahankan oleh masyarakat suku Bugis
diwariskan secara turun-temurun dari Makassar yang ada di Kecamatan
leluhur. Barombong Kabupaten Gowa Provinsi
Tradisi antama balla dalam masyarakat Sulawesi Selatan. Mereka beranggapan
Bugis Makassar merupakan rangkaian ritual bahwa tradisi serta sajian yang disajikan
yang dilakukan dengan berbagai prosesi. adalah merupakan bentuk tradisi yang perlu
tidak semata-mata dilakukan pada saat dilestarikan sebagai bentuk kekayaan
rumah tersebut selesai dibangun, tetapi juga khazanah budaya lokal masyarakat Bugis
pada saat memasuki rumah baru. Antama Makassar. Tradisi antama balla akan selalu

Lisani: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya | 81


Tradisi Antama Balla pada Suku Bugis Makassar
Di Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa

dipertahankan karena tradisi ini memiliki Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa,


makna tersendiri yang ada di dalamnya yang yang sudah menjadi tradisi nenek moyang
perlu dijaga dan diwariskan secara turun pada masa lampau hingga sekarang, yang
temurun kepada masyarakat maupun pelaku masih dilakukan secara turun-temurun.
tradisi tersebut, namun sebagian besar Seseorang yang sudah membuat rumah baru
masyarakat tidak memahami makna akan tetapi belum melaksanakan tradisi
simbolik dari tradisi antama balla tersebut. tersebut dapat dikatakan bahwa si pemilik
Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumah belum sah memiliki rumah tersebut,
tujuan dari penelitian ini adalah untuk karena harus melakukan beberapa prosesi
mendeskripsikan proses pelaksanaan tradisi dalam memasuki rumah baru.
antama balla pada suku Bugis Makassar di Dalam proses pelaksanaan tradisi
Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa antama balla harus melewati beberapa
dan untuk menjelaskan makna simbolik tahapan, mulai dari persiapan yakni tahapan
dalam tradisi Antama balla pada suku Bugis awal yaitu accini allo (pemilihan hari yang
Makassar di Kecamatan Barombong baik), buritta (mengundang sanak
Kabupaten Gowa. keluarga), menyiapkan alat dan bahan.
Selanjutnya tahap pelaksanaan yang
METODE diantaranya appasili balla (menyucikan
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan rumah), akkaliling balla (berkeliling
Barombong Kabupaten Gowa. Jenis data rumah), nganre-nganre (makan bersama),
yang digunakan dalam penelitian ini adalah hingga tahap akhir yaitu barazanji. Untuk
data kualitatif. Adapun teknik pengumpulan lebih jelasnya sebagai berikut:
data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi langsung yang dilakukan di 1. Tahapan Awal
lokasi penelitian pada saat tradisi Antama a. Accini Allo (Pemilihan Hari Baik)
Balla dilaksanakan untuk memperoleh data- Suku Bugis Makassar merupakan suku
data akurat. Data tersebut dilengkapi dengan yang masih mempercayai bahwa di
dokumentasi yang berupa dokumentasi dalam setiap jangka waktu tertentu ada
video dan gambar atau foto-foto. Penentuan beberapa waktu yang dianggap baik
informan dalam penelitian ini dilakukan dan sakral dalam melaksanakan suatu
secara purposive sampling, dalam penelitian prosesi upacara-upacara tradisi yang
ini adalah yang mengetahui dan paham dipercayai dapat menambah
mengenai tradisi antama balla. Adapun keberuntungan dan rezeki suatu
yang dijadikan informan dalam penelitian individu atau kelompok suku tersebut,
ini adalah: tokoh adat, panrita balla, imam dengan diawali berbagai persiapan
desa dan masyarakat yang mengetahui termasuk menentukan hari yang
tradisi antama balla tersebut. Penelitian ini dianggap baik untuk memasuki sebuah
menggunakan analisis deskriptif kualitatif rumah baru. Sebelum ditentukannya
seperti yang diungkapkan oleh Miles dan hari pelaksanaan akan terlebih dahulu
Huberman (2014: 16-19) analisis data terdiri berkomunikasi oleh panrita balla yang
dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara dianggap lebih memahami pemilihan
bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian hari yang baik.
data, penarikan kesimpulan/verifikasi.
b. Buritta (Mengundang Sanak
HASIL DAN PEMBAHASAN Keluarga dan Kerabat Dekat)
Prosesi Tradisi Antama Balla Selanjutnya ketika sudah ditentukan
Tradisi antama balla adalah tradisi yang hari yang baik, maka pihak tuan
masih sering dilakukan oleh sebagian rumah melakukan buritta untuk
masyarakat suku Bugis Makassar pada memanggil kerabat terdekat baik itu

82 | Lisani: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya


Suci Ayu Anggraeni, La Niampe, Sitti Hermina

keluarga maupun tetangga secara lisan 5) Bente adalah biji yang berbentuk
untuk menghadiri tradisi Antama balla pop corn yang terbuat dari padi.
tersebut. 6) Kue-kue tradisional yang harus
Dalam proses memasuki rumah baru, disajikan adalah semacam kue-
pemilik rumah mengajak masyarakat kue dan makanan tradisional
setempat untuk menghadiri tradisi yaitu Umba-umba, kue lapis,
antama balla. Tuan rumah songkolo putih dan hitam dan air
mengundang masyarakat yang lebih putih yang disimpan diatas baki
dikenal dengan bahasa lokalnya yaitu pada saat tradisi antama balla.
buritta dalam hal ini pemilik rumah Mengenai bahan makanan untuk
mem-buritta-i masyarakat setempat dibaca-bacakan, terdapat makanan
biasanya lima hari sebelum acara ini khusus yang dihidangkan pada saat
dilaksanakan, kegiatan mem-buritta-i pelaksanaan tradisi antama balla
ini dilakukan oleh para wanita atau yaitu masakan seperti ayam, nasi
ibu-ibu yang biasanya mereka putih, daging, dan ketupat tidak harus
memakai jilbab dan memakai sarung, disediakan untuk pembacaan pada
yang memang dari latar belakang saat ammaca–maca sesuai dengan
keluarga dekat pemilik rumah, wanita kesanggupan pihak keluarga untuk
yang membantu untuk mengundang menyiapkan tradisi antama balla.
masyarakat setempat sebagai
perwakilan dari pemilik rumah 2. Tahap Proses Pelaksanaan Tradisi
sebelum acara berlangsung. Antama Balla
Pada hari yang sudah ditentukan,
c. Menyiapkan Alat dan Bahan maka pihak yang ingin memasuki rumah
untuk Pelaksanaan Tradisi baru mempersiapkan dirinya untuk
Antama Balla mengikuti prosesi antama balla tersebut,
Ketika acara tradisi antama ballaakan diawali dengan beberapa tahapan antara
dilaksanakan maka berbagai persiapan lain sebagai berikut:
harus dipersiapkan, beberapa alat dan
bahan yang harus disediakan tuan a. Appasili Balla (Menyucikan Rumah)
rumah yang terdiri dari: Pemilik rumah menyiapkan daun
1) Jajjakkang terdiri dari beras, lilin passili, daun khusus yang biasanya
merah, dan uang seserahan. sengaja ditanam ataupun disimpan dan
2) Pasa’bi adalah suatu bahan yang dibudidayakan oleh masyarakat. Daun
harus disediakan pada saat appassili terdiri dari empat macam
prosesi tradisi antama balla yaitu daun nangka, daun maling-
dilaksanakan sebagai penyaksian maling, daun passili dan daun
rasa syukur terhadap Allah SWT ta’baliang kemudian disimpan pada
beserta Nabi Muhammad SAW pammaja/wajan yang berisi air yang
dengan cara memasang beberapa sebelumnya telah disiapkan didepan
sesajen, diantaranya adalah pintu rumah, panritaballa bertugas
pisang, gula merah, dan kelapa untuk mendoakan rumah. Panrita
3) Daun appassili terdiri dari empat balla duduk di depan pintu
macam yaitu daun ta’baliang, berhadapan dengan pammaja/wajan
daun passili, daun rappocidu dan yang telah terisi air dan uang koin lalu
daun maling-maling yang diikat diberi daun passili kemudian didoa-
menjadi satu. doakan.
4) Kalumping adalah daun sirih
yang dilipat-lipat

Lisani: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya | 83


Tradisi Antama Balla pada Suku Bugis Makassar
Di Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa

b. Akkaliling Balla (Berputar Makna Simbolik Alat dan Bahan yang


Mengelilingi Rumah) Digunakan dalam Tradisi Antama Balla
Setelah appasili selesai, panrita balla Alat-alat yang digunakan dalam tradisi
memanggil tuan rumahnya untuk antama balla memiliki makna simbolik
memasuki rumah barunya, tetapi sebagai berikut:
sebelum masuk panrita balla 1. Kain Putih (kaci) sebagai salah satu
membaca doa di depan pintu lalu pelengkap tradisi antama balla dan kain
panrita balla membawa bente untuk putih ini mempunyai makna simbolik
ditaburkan ke sekeliling rumah sambil sebagai penutup pisang pasa’bi.
diikuti oleh istri, suami, beserta anak- Masyarakat Bugis Makassar khususnya
anaknya dengan syarat tuan rumah Kecamatan Barombong meyakini bahwa
perempuan harus memegang kelapa kain putih atau biasa disebut kain kaci
dan gula merah sambil mengelilingi merupakan lambang kedamaian dan
rumah sebanyak tiga kali, seperti kesucian serta ketentraman di dalam
orang yang sedang mengelilingi rumah,
ka’bah dengan diikuti suaminya dan 2. Baki (Loyang) sebagai alat untuk
anak-anaknya yang dipimpin oleh meletakkan sebuah sajian atau makanan
panrita balla. bagi sebagian masyarakat namun sangat
berbeda dengan masyarakat Bugis
c. Nganre-nganre (Makan Bersama) Makassar bukan hanya sekedar untuk
Jalannya tradisi ini ketika sudah menyimpan makanan saat tradisi antama
diadakan ammaca-maca, semua balla dilaksanakan. Penggunaan baki
peserta tradisi yang hadir akan dalam alat perlengkapan tradisi antama
dipersilahkan untuk makan, karena balla bermakna sebagai alat untuk
merupakan salah satu bentuk ucapan meletakkan makanan yang akan
terima kasih dari pemilik rumah dimantrakan oleh panrita balla atau
kepada orang-orang yang sempat hadir sandro balla dan juga dianggap sebagai
di rumah baru tersebut. simbol penghormatan dan dapat
menyatukan keluarga maupun tetangga
3. Tahapan Akhir lainnya.
Barazanji adalah suatu bentuk nyanyi- 3. Pasa’bi sebagai penyaksian rasa
nyanyian berupa puji-pujian terhadap syukur terhadap Allah Swt beserta
Allah yang dilagukan dengan ciri yang Nabi Muhammad Saw dengan
khas dan di dalamnya ditemukan banyak menggunakan pisang sebanyak tiga
bacaan shalawat Nabi dan doa-doa. sisir. Ketika akan diadakannya
Karena barazanji sesungguhnya sering tradisi masuk rumah baru, tuan
dijumpai dalam beberapa tradisi suku rumah menyediakan Pasa’bi
Bugis Makassar seperti pada saat sebagai ungkapan rasa syukur
mappaccing acara pernikahan, aqiqah kepada Allah dan Nabi
anak, dan sunah (khitanan). Melakukan Muhammad SAW yang telah
barazanji tentu saja bukan sesuatu yang memberikannya rezeki dan pasa’bi
ditradisikan oleh Nabi Saw. Barazanji itu adalah sebuah pisang sebanyak
sebagai bentuk kepercayaan masyarakat tiga sisir dan dalam tiga sisir
Bugis Makassar bahwa barazanji sebagai diharuskan empat puluh biji.
bentuk puji-pujian kepada Allah dan Nabi Maknanya agar ada empat puluh
besar Muhammad SAW. malaikat yang dapat menyaksikan
tradisi antama balla agar lebih
banyak memiliki rezeki dan
berkah.

84 | Lisani: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya


Suci Ayu Anggraeni, La Niampe, Sitti Hermina

4. Gula Merah dan Kelapa 1. Proses tradisi antama balla meliputi


5. Nasi ketan putih dan hitam beserta telur beberapa tahap yaitu diantaranya :
(Songkolo) a. Tahapan awal, accini allo (pemilihan
6. Kue Lapis (kanrejawa lapisi) hari yang baik) yang ditentukan oleh
7. Taibani panrita balla berdasarkan bulan-bulan
8. Kalumping yang telah ditentukan seperti bulan
Syafar, Rabiul Awal, Jumadil Akhir,
Makna Simbolik dalam Pelaksanaan Syaban dan Ramadhan. Buritta
Tradisi antama balla (mengundang sanak keluarga dan
1. Makna Simbolik Appasili Balla kerabat dekat) lalu menyiapkan alat
Appasili sebagai salah satu tahapan dan bahan untuk pelaksanaan tradisi
awal yang harus dilaksanakan guna untuk antama balla.
mengusir roh jahat yang tidak kasatmata b. Tahap pelaksanaan yang diantaranya
dan sebagai tolak bala sehingga segala appasili balla (menyucikan rumah),
kesialan hilang dengan menebas- akkaliling balla (berputar
nebaskan daun appasili sambil mengelilingi rumah) dan nganre-
membacakan mantra yang diawali surat nganre (makan bersama).
al-fatihah oleh panrita balla. c. Tahapan terakhir yaitu barazanji
2. Makna Simbolik Akkaliling Balla sebagai bentuk puji-pujian kepada
(Mengelilingi Rumah) Allah SWT dan Nabi Muhammad
Sebelum memasuki rumah baru SAW atas rezeki yang telah diberikan.
perempuan harus mengelilingi rumah 2. Makna simbolik dalam tradisi antama
terlebih dahulu dengan menenteng gula balla yaitu meliputi sebagai berikut :
merah dan kelapa. Menurut kepercayaan a. Appasili balla (menyucikan rumah)
masyarakat Bugis Makassar bahwa istri sebagai awal dari prosesi pelaksanaan
atau perempuan dianggap sebagai syarat tradisi antama balla yang memiliki
untuk melaksanakan tradisi tersebut, makna agar dapat mengusir roh jahat
sebab perempuan dianggap sebagai yang tidak kasatmata dan sebagai
tempat menyimpan rezeki, yang masuk di tolak bala sehingga segala kesialan
dalam rumah baik dari rezeki suami hilang dari rumah tersebut dengan
maupun orang lain. cara menebas-nebaskan daun appasili.
3. Makna Simbolik Barazanji b. Akkaliling balla (mengelilingi rumah)
Barazanji adalah puji-pujian kepada yang dipimpin langsung oleh panrita
Allah dan Nabi besar Muhammad SAW, balla sebagai proses pengenalan
makna dari barazanji sebagai ungkapan terhadap roh/makhluk tidak kasat
rasa syukur terhadap Allah beserta Nabi mata serta rezeki tuan rumah tidak
Muhammad Saw karena di dalam jauh dari rumahnya.
ungkapan-ungkapan barazanji terdapat c. Barazanji adalah bentuk nyanyian
ungkapan puji-pujian yang berasal dari yang memuji Allah SWT dan Nabi
Al-Quran sebagai bentuk rasa syukur Muhammad SAW sebagai ucapan
tuan rumah atas rezeki yang didapatnya. rasa syukur kepada Allah dan Nabi
Besar Muhammad Saw bahwa atas
PENUTUP rezekinya rumah baru ini dapat
Kesimpulan dibangun dan ditinggali.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Makna pada setiap prosesi tradisi antama
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa balla adalah sebagai bentuk rasa syukur
tradisi antama balla memiliki beberapa terhadap Allah SWT dan Nabi Muhammad
tahapan sebagai berikut: SAW karena tuan rumah mengharapkan
kebaikan, keberkahan, kesehatan, rezeki,

Lisani: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya | 85


Tradisi Antama Balla pada Suku Bugis Makassar
Di Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa

agar dapat menjadi perantara untuk tujuan Barombong Kabupaten Gowa, sehingga
yang mereka inginkan kepada Tuhan Yang generasi yang akan datang tidak
Maha Esa. Dengan hal ini bahwa semua kehilangan budaya asli daerahnya,
prosesi tradisi antama balla yang dilakukan walaupun harus tinggal di daerah lain
oleh panrita balla pada setiap prosesnya dan hidup dalam budaya yang berbeda
agar mendapatkan pertolongan dan atau alam modern.
terhindar dari hal-hal yang negatif, yang 2. Diharapkan perhatian kepada pihak
tidak baik untuk keluarga yang akan pemerintah serta kerja sama dari seluruh
menempati rumah baru tersebut. masyarakat Kecamatan Barombong
Kabupaten Gowa, untuk selalu
Saran mempertahankan warisan budaya agar
Dalam penelitian ini diperoleh dari selalu terjaga hingga ke generasi
beberapa saran berdasarkan kesimpulan selanjutnya. Karena tradisi tersebut
yang telah dijelaskan maka pokok utama terdapat nilai leluhur yang dijadikan
yang menjadi yakni: cerminan yang dapat dampak positif
1. Tradisi antama balla perlu ditumbuh- terhadap perilaku masyarakat dalam
kembangkan dan dipertahankan aktivitas sehari-hari dan sekaligus dapat
kelestariannya oleh masyarakat Bugis mempertahankan tradisi daerah dan
Makassar khususnya di Kecamatan memperkaya kebudayaan nasional.

Daftar Pustaka
Aswad, Fajar. 2016. Tradisi Menre Bola Tentang Metode-Metode Baru.
Pada Masyarakat Bugis. Skripsi Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi.
Universitas Halu Oleo Kendari. Jakarta: UI-Press.
Miles, M.B., dan Huberman, A.M. 2014.
Analisis Data Kualitatif Buku Sumber

86 | Lisani: Jurnal Kelisanan Sastra dan Budaya

Anda mungkin juga menyukai