Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah,
logis dan memiliki obyek dan kaidah tertentu. Fiqih tidak seperti tasawuf yang
lebih merupakan gerakan hati dan perasaan. Juga bukan seperti tarekat yang
merupakan pelaksanaan ritual-ritual.Pembekalan materi yang baik dalam
lingkup sekolah, akan membentuk pribadi yang mandiri, bertanggung jawab,
dan memiliki budi pekerti yang luhur. Sehingga memudahkan peserta didik
dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi di zaman
modern sekarang semakin banyak masalah-masalah muncul yang
membutuhkan kajian fiqih dan syari’at. Oleh karena itu, peserta didik
membutuhkan dasar ilmu dan hukum Islam untuk menanggapi permasalahan
di masyarakat sekitar.1
Tujuan pembelajaran Fiqih adalah untuk membekali para santri agar
dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci
dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan dalil aqli melaksanakan dan
mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar.2
Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat
ilmiyah,logis dan memiliki obyek dan kaidah tertentu. Fiqih tidak seperti
tasawuf yang lebih merupakan gerakan hati dan perasaan. Juga bukan seperti
tarekat yang merupakan pelaksanaan ritual-ritual.Pembekalan materi yang
baik dalam lingkup sekolah, akan membentuk pribadi yang mandiri,
bertanggung jawab, dan memiliki budi pekerti yang luhur. Sehingga
memudahkan peserta didik dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari. Apalagi di zaman modern sekarang semakin banyak masalah-
masalah muncul yang membutuhkan kajian fiqih dan syari’at.
1
Ishak Abdulhak, Fiqih Ibadah, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010), hal.64
2
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 2 tentang Standar
kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran pendidikan agama islam dan bahasa arab
Madrasah Ibtidaiyah tahun 2008
Oleh karena itu, peserta didik membutuhkan dasar ilmu dan hukum Islam
untuk menanggapi permasalahan di masyarakat sekitar. sekolah, akan
membentuk pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki budi
pekerti yang luhur. Sehingga memudahkan peserta didik dalam
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi di zaman modern
sekarang semakin banyak masalah-masalah muncul yang membutuhkan
kajian fiqih dan syari’at. Oleh karena itu, peserta didik membutuhkan dasar
ilmu dan hukum Islam untuk menanggapi permasalahan di masyarakat
sekitar.
Dalam mempelajari fiqih, bukan sekedar teori yang berarti tentang ilmu
yang jelas pembelajaran yang bersifat amaliah, harus mengandung unsur teori
dan praktek. Belajar fiqih untuk diamalkan, bila berisi suruhan atau perintah,
harus dapat dilaksanakan, bila berisi larangan, harus dapat ditinggalkan atau
dijauhi.Pembelajaran fiqih harus dimulai dari masa kanak-kanak yang berada
disekolah dasar. keberhasilan fiqih dapat di lihat dalam kehidupan sehari-hari
baik di dalam rumah maupun diluar rumah. Contohnya, dalam rumah
kecenderungan anak untuk melakukan shalat sendiri secara rutin. Sedangkan
diluar rumah misalnya intensitas anak dalam menjalankan ibadah seperti
shalat dan puasa dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam kehidupan di
sekolah. Proses pembelajaran yang sementara ini dilakukan di lembaga-
lembaga pendidikan kita masih banyak yang mengandalkan cara-cara lama
dalam penyampaian materinya. Pembelajaran yang baik adalah bersifat
menyeluruh dalam melaksanakannya dan mencakup berbagai aspek, baik
aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, sehingga dalam pengukuran
tingkat keberhasilannya selain dilihat dari segi kuantitas juga dari kualitas
yang telah dilakukan di sekolah-sekolah.Mengacu dari pendapat tersebut
makapembelajaran yang aktif ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana
yang melibatkan siswa secara langsung, komprehensif baik fisik, mental
maupun emosi. Hal semacam ini sering diabaikan oleh guru karena guru
lebih mementingkan pada pencapaian tujuan dan target kurikulum.

3
Modul Strategipem Belajar Anpgmi (Surabaya: LAPIS PGMI 2008)
4
Baharuddin & Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2012), hal. 31
Salah satu upaya guru dalam menciptakan suasana kelas yang aktif,
efektif dan menyenangkan dalam pembelajaran yakni dengan menggunakan
metode yang benar.
Pembelajaran kooperatif tipe TGT diharapkan dapat memberikan
peluang kepada siswa untuk saling berkerjasama, berkomunikasi, bertukar
pikiran, dan menjawab atau memberikan pertanyaan. Permasalahan yang
dihadapi Seluruh santri Bustanul hikmah adalah hasil belajar fiqih yang
belum tuntas yakni belum mencapai angka minimal daya serap yang telah
ditentukan. Salah satu faktor dalam pembelajaran fiqih guru lebih banyak
berceramah, sehingga Santri menjadi cepat bosan, jenuh, dan kurang
bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Terlihat dari 23 Santri
Berdasarkan pernyataan Para ustad/ustadzah, kenyataan tersebut dapat
diduga bahwa penyebab mengapa sebagian nilai santri masih rendah pada
pembelajaran fiqih antara lain :
1. Seluruh Santri Kurang Memperhatikan saat dijelaskan
2. Minat baca Santri terhadap buku teks fiqih kurang.
3. Santri Kurang Prektek dan kurang berdiskusi.5
Hal itu ditambah dengan pendapat Santri bahwa pelajaran fiqih
dianggap sulit, sehingga tidak menarik untuk belajar, sehingga berdampak
pada rendahnya hasilbelajar yang diperoleh siswa. Rendahnya hasil belajar
siswa juga terjadi pada Ujian Akhir Semester (UAS). Hal tersebut,
diperkirakan karena kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep
pembelajaran fiqih. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan di
Ponpes Bustanul Hikmah, diantara permasalahan tersebut, sebenarnya ada
satu masalah utama yang perlu mendapat perhatian berkaitan dengan hasil
belajar santri pada pelajaran fiqih, kurang antusias dalam menjalani
pembelajaran
Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini peneliti tertarik
untuk meneliti Berdasarkan uraian di atas penulis menetapkan judul “
Ugrensi Pembelajaran Fiqih Dalam Meningkatkan religiusitas Santri
Bustanul Hikamah

5
Hasil wawancara dengan Ahmad yais S.Pd, Kepala Pondok , 2 Januari 202
Hasil wawancara dengan Bapak Sigit Sayoto, S.Pd.I, guru Fiqih kelas IV MI Ngreco I
6

Tegalombo Pacitan, 25 Maret 2016


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Peningkatan Pembelajaran fiqih Santri Bustanul Hikmah?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar Fiqih Santri Bustanul Hikmah?
3. Bagaimana kendala Pembelajaran fiqih Santri Bustanl Hikmah?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mendeskripsikan penerapan model Pembelajaran Fiqih Di
Bustanul hikmah
2. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar Santri Bustanul hikmah
3. Untuk mengetahui kendala penerapan model Pembelajaran Fiqih
Dibustanul Hikmah

D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Secara teoritis, penelitian ini sebagai sumbangan untuk memperkaya
hazanah ilmiah, khususnya tentang penerapan Pembelajaran
2. Secara praktis
a. Bagi Kepala Pondok Pesantren Bustanul Hikmah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
mengambil kebijaksanaan terutama dalam menyediakan sarana dan
prasarana yang sesuai guna mengoptimalkan mutu pendidikan
b. Bagi ustadz/ustadzah Butanul Hikmah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam upaya meningkatakan prestasi belajar terutama dalam pemilihan
metode yang sesuai dengan pembelajaran.

E. Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah


Untuk memperoleh data yang relevan dengan judul penelitian ini, maka
penelitian ini akan dibatasi subyek, obyek dan ruang lingkup masalah yang
akan diteliti. Adapun ruang lingkup dan pembatasan tersebut antara lain:

1. Subyek penelitian yang sesuai dengan judul penelitian ini, adalah kepala
Pondok, guru mata pelajaran Fiqih serta serta Seluuruh santri
F. Sistematika Pembahasan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh, sistematika
pembahasan skripsi ini dibagi dalam lima bab:
Bab pertama memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang linkup penelitian, serta sistematika
pembahasan.
Bab kedua merupakan pembahasan tentang kajian teori, yang mencakup
pembahasan tentang Pembelajaran Fiqih, dan penerapan model Pembelajaran
untuk meningkatkan hasil belajar Fiqih di MI.
Bab ketiga berisi setting penelitian, metode pengumpulan data, metode
analisis data, penggunaan siklus dan prosedur penelitian.
Bab keempat merupakan bab yang berisi tentang penelitian tindakan
kelas dan pembahasan
Bab kelima penutup berisi tentang kesimpulan dan saran
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Penelitian ini bertujuan menganalisis pentingnya pembelajaran


fiqih di Pondok Peantren sebagai sarana pembelajaran Santri, sehinga santri
mampu memiliki sikap spiritual dan religius yang baik Dan Mampu
Menguasai ilmu fiqih sehari-hari. Pembelajaran fiqih memuat beragam materi
tentang pengembangan potensi diri ke arah spiritual. Karena itu, pendidikan
agama adalah pendidikan yang sangat penting untuk diajarkan kepada
generasi penerus, karena di dalamnya mengajarkan banyak pelajaran tentang
hidup untuk membentuk manusia menjadi cerdas dan shaleh, salah
satunya adalah bagaimana cara manusia berhubungan dengan manusia
yang sesuai dengan norma-norma sosial dan hubungan manusia dengan
Yang Maha Kuasa. Perihal menjalani agama ini, siswa dan para pengajar
dituntut dapat memiliki suatu pemahaman dan pemikiran agar dapat
memahami agama secara menyeluruh. Dalam hal ini pembelajaran fiqih
sangat dibutuhkan, karena ia merupakan salah satu cara dan jalan untuk dapat
mengerti dan menjabarkan anjuran dan aturan dari Allah SWT dalam al-
Qur’an yang sebagian masih bersifat umum. Oleh karena itu, urgensi
pembelajaran fiqih perlu diajarkan dan diterapkan di berbagai lembaga
pendidikan khususnya di Indonesia.
Pendidikan tidak dipungkiri telah menjadi elemen penting bagi
kejayaan suatu bangsa dan merupakan wadah dalam mengartikan pesan-
pesan yang tertuang dalam konstitusi. Tujuan pendidikan secara umum
adalah terwujudnya suatu perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik santri dan sekaligus sebagai ikhtiar untuk mendewasakan
manusia dengan upaya pelatihan dan pengajaran. Tidak terkecuali
pembelajaran fiqih. Fiqih merupakan ilmu pengetahuan dasar yang
berkaitan dengan ketentuan, mekanisme, dan prinsip-prinsip kehidupan.
Praktisnya, pembelajaran ini terintegrasi dalam mata pelajaran pendidikan
agama Islam
yang diajarkan di sebuah lembaga pendidikan.1 Pembelajaran fiqih
adalah alat untuk melaksanakan tujuan pendidikan di dunia, melatih siswa
agar mengerti tentang syari’at agama Islam. Fiqih secara umum yaitu
salah satu pelajaran Islam yang tidak sedikit membahas mengenai hukum
Islam yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, antar sesama
manusia dan antara manusia dan dirinya sendiri atau lingkungan
kehidupannya.2
Dalam pembelajaran fiqih Para ustadz/Ustadzah merupakan salah satu
faktor keberhasilan, oleh sebab itu maka seorang guru perlu memiliki
pengetahuan dan sarana dalam menjalankan tugasnya. Selain
ustadz/ustadzah ada juga beberapa alasan yang dapat mempengaruhi
proses pembelajar Santri yang terbagi menjadi dua faktor, yaitu internal
dan eksternal.3
Faktor internal diantaranya yaitu jasmaniah, psikologi dan daya
tahan/kelelahan. Sedangkan untuk faktor eksternal yaitu orang tua, guru
dan lingkungan sekitar. Di dalam tujuan psikologis sedikitnya ada tujuh
faktof yang melibatkan belajar antara lain: kecerdasan, minat, bakat,
perhatian, kematangan, motif, dan kesiapan. Faktor-faktor inilah yang harus
sangat diperhatikan oleh seriap guru supaya mampu mengendalikan dan
mengolah proses pembelajaran sehingga dapat secara langsung efektif,
terarah, dan optimal.4 Pendidik juga merupakan salah seorang yang
memiliki kedekatan dengan siswa selama proses pembelajaran di sekolah,
sehingga bisa dikatakan bahwa guru seharusnya mampu memahami
bagaimana kondisi psikologis yang dialami siswa.

Pendidik yang baik adalah pendidik yang mampu memahami dan


permasalahan atau kendala yang dialami siswa dan persoalan psikologi
siswa. pendidik yang dapat memahaimi dan memgerti siswa tidak akan
memaksakan keinginanya kepada siswa, yang mendengarkan keluh kesah
dan kedala belajar dari siswa dan juga tidak memaksakan dalam peberian
tuggas yang melebihi kemampuan siswa. Kondisi psikologis siswa dapat
dipengaruhi oleh beberapa fakto
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan diPonpes Bustanul Hikmah jl.Raya Mantup
Desa. Dumpiagung Kec.Kembangbahu kab. Lamongan . Penelitian ini
diawali dengan Studi Pendahuluan, selanjutnya mengurus surat izin penelitian
penelitian ini dilaksanakan selama 4 Hari
Peneliti memilih Pondok ini sebagai tempat berdasarkan beberapa
pertimbangan yaitu sebagai berikut :
1. Sesuai dengan minatnya
2. Sesuai dengan jangka waktu penelitian
3. Tempat penelitian mudah di jangkau
4. Ketika masuk kedalam tempat penelitian para informan tidak
menyadari bahwa peneliti dengan mengadakan penelitian
5. Peneliti mudah dalam memperoleh izin untuk mengadakan penelitian

B. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan
naturalistik. Istilah naturalistik menunjukkan bahwa pelaksanaan penelitian
ini memang terjadi secara alamiah, dalam situasi normal yang baik dan tidak
dimanipulasi keadaan dan kondisinya.1 Dengan menggunakan pendekatan ini
maka peneliti dituntut keterlibatan secara langsung dilokasi penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan fenomena konformitas
teman sebaya dalam prilaku menyontek siswa yang terjadi di Ponpes
Bustanul Hikmah . Penelitian ini bertujuan untuk menelaah lebih jauh
berkenaan dengan masalah penelitian berdasarkan atas berbagai
pertimbangan yaitu sebagai berikut :2
1. Masalah yang diteliti memerlukan suatu pengungkapan yang
bersifat deskriptif.
2. Temuan peneliti mampu meberikan kesan yang lebih mendalam
nyata, penuh arti dan lebih menyakinkan dan dapat diterima.

1
Salim dan Syahrum, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Ciptapustaka 2012)
hal. 42
Langkah-lagkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Rumuskan tujuan yang akan dicapai secara jelas
2. Kumpulkan data yang diperlukan sesuai dengan rancangan yang telah
disediakan
3. Data-data yang telah dikumpulkan diorganisasikan secara baik dan
utuh
4. Susunan laporan penelitian dengan mengindari efek “bias” dari pribadi
peneliti.

C. Sumber Data
Sumber utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan.
Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.3

1. Kata-kata tindakan adalah sumber data ini dicatat melalui catatan

tertulis atau perekam yang merupakan hasil dari gabungan melihat,

mendengar dan bertanya pada saat wawancara di SMA N 1 Kutacane.

Adapun informasi penelitian kualitatif merupakan informasi yang sengaja

dipilih karena dapat memberikan informasi yang dibutuhkan.

a. Kepala Pondok sebagai penanggung jawab atas terselenggaranya


proses kegiatan
b. Devisi Tarbiyah yang berlatar belakang jurusan bimbingan dan
konseling.
c. Para Musyrif/Musyrifah
d. Para Santri
2. Sumber Tulisan adalah berupa data tambahan seperti buku arsip, dan
dokumen-dokumen lainnya contohnya catatan harian guru wali kelas
dan guru mata pelajaran

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Research & Development.


2

(Bandung: Alfabeta 2000) Hal.49


3
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, ( Jakarata: Raja Grafindo 2001) Hal.136
3. Foto alat penelitian dalam pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
dapat memberikan gambaran perjalanan sehingga sebagai pendorong
kearah menghasilkan data.

D. Informan Penelitian dan Subjek Penelitian


Informan merupakan orang yang dimanfaatkan oleh peneliti untuk
memberikan informasi yang jelas tentang situasi dan kondisi latar penelitian. 4
Dalam menentukan orang yang akan dijadikan informan dalam penelitian ini,
maka peneliti lebih dahulu menentukan informan kunci dan selanjutnya dari
informan kunci maka akan ditetapkan informan selanjutnya. Pemilihan informan
kunci menurut adalah subjek yang benar-benar menguasai permasalahan5.

E. Teknik Pengumpulan Data


Beberapa alat atau instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Observasi (pengamatan)
Observasi adalah suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan
memperhatikan tingkah lakunya. Pengumpulan data dengan
menggunakan observasi berperan untuk mengungkapkan makna suatu
kejadian dari setting tertentu merupakan perhatian esensial dalam penelitian
kualitatif. Observasi berperanserta dilakukan untuk objek penelitian.10 Dalam
proses wawancara peneliti melakukan wawancara terhadap narasumber-
narasumber dengan melakukan tanya jawab seputaran permasalahan yang
akan diteliti.
2. Wawancara
Wawancara terhadap Kepala pondok , Devisi tarbiyah Para Pengurus dan
santri sebagai sumber data atau informasi dilakukan dengan tujuan
penggalian informasi tentang fokus penelitian. Wawancara adalah sebuah
percakapan yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi
dari terwawancara, wawancara selalu digunakan untuk menilai keadaan
seseorang, misalnya mencari data tentang latar belakang orang tua murid,
pendidikan, perhatian, dan sikapnya terhadap sesuatu.11
Wawancara juga diartikan dengan percakapan yang dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewawancara dan yang diwawancarai. Wawancara menurut
Lexy Moleong adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan
oleh dua pihak yaitu pewawancara
Dalam melakukan wawancara ada beberapa langkah yang harus dilakukan
langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:13
a. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
b. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan
c. Mengawali atau membuka alur wawancara
d. Melangsungkan alur wawancara
e. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan
mengakhirinya
f. Menuliskan hasil wawancara kedalam catatan lapangan
g. Mengidentifikasikan tindak lanjut hasil wawancara yang telah
diperoleh.
1. Dokumentasi
Dokumentasi adalah alat ukur penelitian yang menggunakan dokomen-
dokumen tertulis sebagai sumber datanya. semua jenis rekaman, vidio,
dan catatan. Teknik pengambilan data berupa dokumen ini digunakan
dalam penelitian sebagai sumber data yang bermanfaat untuk menguji,
menafsirkan, dan menambah rincian spesifik lainnya guna mendukung
informasi dari sumber-sumber lain. Alat pengambil data ini terdiri dari
dokumentasi pribadi dan dokumentasi resmi.14

F. Teknik Analisis Data


Analisis data menurut Lexi J Meleong adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa
yang dapat diceritakan kepada ora ng lain.15
Maka dari itu, analisis data adalah pengumpulan data dengan cara
mengorganisasikan atau memilih data yang penting yang kemudian dipelajari
dari data yang diperoleh.
Analisis data dalam penelitian dilakukan selama dan sesudah
pengumpulan data ada kegiatan dalam analisis data yaitu :16
1. Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemuatan perhatian,
penyederhanakan, pengabstrakan dan tranformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses tersebut dilakukan dengan
cara mengumpulkan berbagai data-data serta informasi dari informan
seperti catatan harian guru BK dan wali kelas mengenai tingkah laku
siswa tentang fenomena konformitas teman sebaya dalam prilaku
menyontek siswa.
2. Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang
memungkinkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Proses
penyajian data ini adalah mengungkapkan secara keseluruhan dari
sekelompok data yang diperoleh agar mudah dibaca. Dengan adanya
penyajian data maka peneliti dapat memahami apa yang sedang terjadi
dalam kancah penelitian dan apa yang akan dilakukan peneliti dalam
mengantisipasinya.
3. Verifikasi atau menarik kesimpulan adalah satu kegiatan yang dilakukan
untuk menguji kebenaran, kekokohan dan kecocokan data. dengan cara
peneliti memeriksa kembali data yang telah di dadapatkan dari informan
mengenai permasalahan siswa tentang fenomena konformitas teman
sebaya dalam prilaku mencontek siswa.
G. Teknik Keabsahan Data
Kesahihan penelitian kualitatif dapat dibangun dengan 4 (empat)
karakteristik dalam penelitian yaitu, credibility (keterpercayaan), transferability
(keteralihan), dependability (kebergantungan) dan confirmability (kepastian).17
1. Credibility (keterpercayaan)
a. Dalam penelitian kualitatif, peneliti terjun kelapangan dan ikut serta
dalam kegiatan-kegiatan subjek penelitian. Keikutsertaan tersebut
tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, akan tetapi memerlukan
waktu yang lebih lama dari sekedar untuk melihat dan mengetahui
subjek penelitian. Dengan perpanjangan keikutsertaan ini berarti
peneliti tinggal dilapangan penelitian sampai data yang dikumpulkan
penuh. Perpanjangan keikutsertaan peneliti dapat menguji kebenaran
informasi yang diperoleh karena peneliti dapat mempelajari
kebudayaan dan juga dapat menguji kebenaran informasi yang
diperkenankan oleh distori baik berasal dari peneliti maupun subjek.
Perpanjangan keikutsertaan ini dapat membangun kepercayaan
informan kepada peneliti, sehingga antara peneliti dan informan pada
akhirnya tercipta hubungan yang baik sehingga memudahkan subjek
untuk mengungkapkan sesuatu secara lugas dan terbuka.18
b. Ketekenunan pengamatan, yaitu atas pengalaman secara langsung
merupakan alat yang ampuh untuk mengetes kebenaran, teknik
pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri
kemudian mencatat prilaku dan kejadian sebagaimana sebenarnya.
Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi
yang berkaitan dengan pengetahuan yang langsung diperoleh dari mata
dan memahami gejala lebih mendalam tentang fenomena konformitas
teman sebaya dalam prilaku menyontek siswa.19 mengadakan
pengamatan secara teliti dan berkesinambungan terhadap subjek
penelitian agar memahami gejala lebih mendalam terhadap fenomena
konformitas teman sebaya dalam prilaku mencontek siswa.
c. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu, Teknik
triangulasi yang paling banyak digunakan ialah melalui sumber
lainnya. Teknik triangulasi adalah suatu teknik untuk mengukur
keabsahan data dalam rangka kepastian pengecekan atau pembanding
terhadap data tersebut. Triangulasi dilakukan untuk memperoleh data
yang absah dan valid. 20 ada beberapa macam triangulasi dalam metode
penelitian kualitatif ini diartikan sebagai pengecekan dari berbagai
sumber dengan berbagai teknik yaitu:21
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber adalah untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber contohnya data yang di dapat dari guru BK, Wali
kelas, guru mata pelajaran, dan kepala sekolah. Triangulasi dengan
sumber digunakan juga untuk pengecekan data tentang
keabsahannya dengan memanfaatkan berbagai sumber data dan
informasi sebagai bahan pertimbangan, disini penulis
membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara,
dan juga membandingkan hasil wawancara dengan wawancara
lainnya.
b. Triangulasi teknik
untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek
data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda, misalnya
data yang di peroleh dari wawancara lalu dicek dengan obsevasi.
c. Triangulasi waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat
narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan
data yang lebih valid. 22
2. Transferability (keteralihan)
Kriteria ini merujuk kepada keyakinan peneliti bahwa semua data yang
dikumpulkan terbatas pada konteks dan tujuan penelitian bukan untuk
generalisasi kepada kelompok yang lebih besar. Hasil penelitian kualitatif
hanya memungkinkan keteralihan yaitu hasil penelitian dapat digunakan
pada situasi lain jika konteksnya ikut dialihkan. Untuk tercapainya
pengembangan hasil penelitian maka peneliti bisa melakukan hal-hal
berikut :23
a. Kumpulkan data secara terinci sehingga memungkinkan melakukan
perbandingan pada konteks yang lain sehingga keteralihan hasil
penelitian dapat diterapkan pada situasi yang lain.
b. Kembangkan deskripsi data yang terinci untuk menjamin kecocokan
hasil penelitian pada situasi lain yang memungkinkan. Untuk
menerapkan hasil penelitian yang telah didapat, maka peneliti dapat
membuat laporannya dan memberikan uraian yang jelas, sistematis dan
dapat dipercaya. Dengan demikian pembaca menjadi jelas atas hasil
penelitian yang telah didapat sehingga dapat memutuskan baik atau
tidaknya hasil penelitian di aplikasikan di tempat lain.24
3. Dependability (kebergantungaV n)
Kriteria ini merujuk kepada stabilitas data. untuk mendapatkan data
yang relevan dengan penelitian maka peneliti bisa melakukan langkah-
langkah berikut:25
a. Menggunakan berbagai metode untuk mengumpulkan data untuk
menutupi kelemahan masing-masing metode. Misalnya melakukan
wawancara dengan siswa untuk membantu pemahaman peneliti
terhadap hasil observasi tentang perilaku siswa

23
Masganti, Metode Penelitian Pendidikan Islam, ( Medan :IAIN PRESS 2016) Hal.223
24
Musicalandpsychologist.blogspot.co.id/2015/04/uji-keabsahan-data-dalam
penelitian.html?
m=1
25
Ibid Hal.223
b. Membangun sebuah audit jejak (audit trail). Proses ini dapat

dilakukan dengan melibatkan seseorang auditor mungkin seorang

teman yang kritis, atasan atau seorang ahli untuk menguji proses

pengumpulan, analisis, dan interpretasi data.

4. Confirmability (kepastian)

Kriteria ini merujuk pada netralitas dan objektivitas data yang

dikumpulkan. Ada dua langkah yang dapat dilakukan untuk menjamin

apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil

penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam

laporan lapangan, yaitu :

a. Mempraktikan triangulasi yaitu dengan menggunakan berbagai

metode pengumpulan data dan melakukan cross-chek data.

b. Melakukan refleksi. Cara ini dilakuakan dengan membuat jurnal

harian dalam penelitian yang dilakukan.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian


Tahap ini akan dipaparkan hasil penelitian tentang penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Make a match untuk meningkatkan hasil belajar
peserta didik pada mata pelajaran fiqih peserta didik kelas IV-A MI Bendiljati
Wetan Sumbergempol Tulungagung, dan juga untuk menjelaskan peningkatan
hasil belajar yang diperoleh peserta didik dengan diterapkannya model
pembelajaran kooperatif tipe Make a match ini.
1. Paparan Data Pra Tindakan
Setelah seminar proposal dilaksanakan yang diikuti oleh 13
mahasiswa serta seorang dosen pembimbing, maka peneliti segera
mengajukan surat izin penelitian ke kantor Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
keguruan (FTIK). Setelah mendapatkan surat izin penelitian secara resmi,
pada hari sabtu tanggal 19 November 2016, peneliti ditemani teman
sejawat yang sama-sama akan mengadakan penelitian di MI Bendiljati
Wetan Sumbergempol Tulungagung untuk bertemu dengan Ibu Siti
Masruroh, M.Pd.I selaku Kepala MI Bendiljati Wetan Sumbergempol
Tulungagung. Pada pertemuan tersebut peneliti menyerahkan surat izin
untuk melakukan penelitian di madrasah tersebut. Kepala madrasah tidak
merasa keberatan dan menyambut baik maksud peneliti untuk mengadakan
penelitian dengan harapan penelitian tersebut dapat memberikan
sumbangan yang besar dalam proses pembelajaran di madrasah tersebut.
Pada hari itu juga peneliti bertanya kepada kepala madrasah tentang kapan
dapat dimulai penelitian di madrasah tersebut. Kemudian kepala madrasah
menjelaskan bahwa penelitian dapat dilaksanakan sebelum pelaksanaan
UAS. UAS pada madrasah tersebut tanggal 5 Desember 2016. Kami hanya
mempunyai waktu 2 minggu untuk melakukan penelitian. Kemudian Ibu
Kepala Madrasah memberi saran supaya peneliti menemui guru bidang
studi fiqih kelas IV-A untuk membicarakan perihal waktu penelitian dan
langkah selanjutnya.
a. Rancangan Pre test
Pre test dirancang dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman
peserta didik tentang materi yang akan diajarkan, mengetahui tingkat
kesiapan peserta didik dalam mempelajari materi yang akan
disampaikan dan mengetahui prasyarat sebelum melakukan tindakan.
Pada hari jumat tanggal 25 November 2016, Peneliti datang kembali
ke MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung untuk
melaksanakan pre test. Sebelum itu, peneliti menyampaikan rencana
peneliti yang akan dilaksanakan.
b. Pelaksanaan Pre test
Pada hari tersebut, peneliti memberikan pre test tentang materi
prasyarat dalam materi zakat. pre test berlangsung selama 10 menit.
Pre test terdiri dari 5 soal uraian. Pada pelaksanaan pre test ini terlihat
peserta didik mengalami kesulitan dalam mengerjakan karena
sebelumnya tidak diberi informasi akan diadakannya pre test ini.
c. Hasil Pre test dan Observasi Pre test
Adapun hasil pre test mata pelajaran fiqih pokok bahasan zakat kelas
IV-A dapat dilihat dalam tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Data Hasil Pre test (Tes Awal)
Jenis Ketuntasan Belajar
No Nama Nilai Pre test
Kelamin T TT
1 farid P 15 √
2 Rizal L 75 √
3 Fudin P 77.5 √
4 Aris P 45 √
5 Yais L 45 √
6 Roqib P 50 √
7 Imam L 22.5 √
8 farik L 25 √
9 rofi L 45 √
10 johar L 0 √
11 afif L 57.5 √
12 devan L 67.5 √
13 irul L 75 √
14 dani L 80 √
15 ngatemen P 75 √
16 irfan P 12.5 √
17 adharul P 25 √
18 nafis L 80 √
19 nizar P 75 √
20 ambim P 57.5 √
21 fandi P 37.5 √
22 Rama P 0 √
Jumlah skor yang diperoleh 1042.5 7 15
Nilai rata-rata 47.39
4.2 Diagram Peningkatan Ketuntasan Peserta didik dan Hasil Observasi
Aktivitas Peneliti dan Peserta didik pada Siklus I dan
Siklus II

120.00%
100%
100.00% 93% 93% 96% 98%
90%
81.82%
80.00%
59%
60.00%47.39%
40.00%

20.00%

0.00%
Ketuntasan HasilAktivitas PenelitiAktivitas PesertaAktivitas Kerja BelajarDidiksama

Pre TestPost Test IPost Test II

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar peserta

didik mengalami peningkatan mulai dari pre test, post test siklus I, sampai post

test siklus II. Dengan demikian pembelajaran fiqih melalui penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Make a match terbukti mampu membantu peserta

didik dalam meningkatkan pemahaman dan hasil belajar peserta didik sesuai

dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ilmu fikih merupakan sebuah disiplin keilmuan yang berkaitan dengan

hukum-hukum syariat yang digali dari sumber-sumbernya. Sumber-sumber

tersebut terdiri dari beberapa hal, namun yang paling fundamental dan utama

adalah al-Qur’an itu sendiri. Sedangkan dari berbagai sumber hukum tersebut,

setidaknya ada lima hukum yang biasanya dihasilkan. Lima hukum tersebut

terdiri dari wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Hukum-hukum inilah

yang

B. Saran

Dengan penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pemikiran dan

gagasan dalam kajian hukum Islam, khususnya terkait dengan hukum

menikahkan al-aya>ma> dalam perspektif hukum Islam. Tema pokok

penelitian ini merupakan sebuah kajian yang masih terbilang langka

dibicarakan dan disosialisasikan di realitas umat Islam, meskipun ternyata sudah

cukup banyak dibahas dalam literatur-literatur. Meskipun demikian, penulis

menemukan pembahasan tersebut masih didominasi oleh tafsir-tafsir klasik,

sedangkan buku-buku khusus dalam disiplin ilmu fikih, bisa dikatakan masih

sangat sedikit untuk tidak mengatakannya belum ada sama sekali. Karena

itulah, penelitian terhadap persoalan ini sangat membutuhkan kajian atau

penelitian lebih lanjut sebagai upaya untuk pengembangannya.

Anda mungkin juga menyukai