Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SUMBER AJARAN AKHLAK

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Integrasi Akhlaq, Tasawuf, dan Ilmu Kalam
Dosen pengampu : Abdul Rozak., Lc, M.Ag

Disusun oleh kelompok 2:


1. Haula Alfikri Ibtakari : 2020080005
2. Ahmad Dzulkifli : 2020080006

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH
DI WONOSOBO
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Sumber Ajaran Akhlaq,
moral, dan etika  ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada bidang studi Integrasi Akhlaq, Tasawuf, dan Ilmu Kalam. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang sumber ajaran akhlaq, moral, dan etika
dalam islam bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Saya mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Abdul Rozak., Lc, M.Ag, selaku dosen mata kuliah Integrasi Akhlaq, Tasawuf,
dan Ilmu Kalam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan program studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Mojotengah, 9 Maret 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang 1
2. Rumusan Masalah 1
3. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Dasar-dasar Qur’ani tentang akhlak, moral dan etika 2
1. Akhlak kepada Allah 2
2. Akhlak kepada Keluarga 2
3. Akhlak kepada Diri Sendiri 5
4. Akhlak kepada Manusia 5
B. Hadits Nabi Saw tentang akhlak, moral, dan etika
1. Mempunyai akhlak, moral, dan etika yang baik dapat mendekatkan kita dengan
Rasulullah Saw di hari kiamat kelak 6
2. Dijamin masuk surga 6
3. Menjadi sebaik-baik umat 7
BAB III. PENUTUP
1. Kesimpulan 8
2. Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak, moral dan etika yang baik merupakan dorongan dari keimanan
seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam perilaku nyata sehari-hari.
Dalam pandangan islam, akhlak memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari pada ilmu.
Bahkan, nabi terakhir yang diutus oleh Allah Swt ke bumi adalah untuk
menyempurnakan akhlak umatnya. Pendidikam merupakan suatu aktifitas untuk
mengembangkan seluruh aspek kepribaian manusia yang berjalan seumur hidup 1.
Dalam Al-Qur’an, banyak ayat yang memberikan penjelasan seputar akhlak, moral
dan etika sebagai makhluk ciptaan-Nya yang paling sempurna. Dengan akal pikiran,
tentunya kita dapat memahami sesuatu yang hak dan yang batil.
Dalam realitas kehidupan dapat diamati bahwa krisis yang paling menonjol
dari dunia pendidikan kita adalah krisis pendidikan akhlak. Titik berat pendidikan
masih lebih banyak pada malasah kognitif. Penentu kelulusan pun masih lebih banyak
pada prestasi akademik dan kurang memperhitungkan akhlak dan budi pekerti siswa.
Upaya menanamkan kembali nilai-nilai akhlak yang terkandung di dalam al-
Qur’an menjadi sangat urgen dan keharusan. Salah satu cara untuk memiliki dan
senantiasa berakhlak mulia, yaitu dengan menjadikan pribadi Rasulullah SAW.
sebagai contoh yang baik (Uswah hasanah), karena dalam diri Rasulullah SAW.
terdapat sifat-sifat yang mulia danterpuji yang dapat dijadikan sebagai pedoman bagi
umatnya. Hal ini sesuai dengan fitrah manusia yang menempatkan akhlak yang baik
sebagai pemelihara eksistensi diri manusia sebagai makhluk yang paling mulia. Tanpa
akhlak, manusia akan kehilangan derajat sebagai hamba Allah paling terhormat2.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dasar-dasar Qur’ani tentang ajaran akhlak, moral, dan etika?
2. Apa saja hadits Nabi Saw tentang akhlak, moral, dan etika?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dasar-dasar Qur’ani tentang ajaran akhlak, moral, dan etika.
2. Mengetahui hadits Nabi Saw tentang akhlak, moral, dan etika.
BAB II

1
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 145.
2
M. dkk Sholihin, Akhlak Tasawuf, Manusia, Etika, Dan Makna Hidup (Bandung: Nuansa, 2004), hlm. 70.

1
PEMBAHASAN
A. Dasar-dasar Qur’ani tentang akhlak, moral dan etika
1. Akhlak kepada Allah
Nasehat yang penuh hikmah yang disampaikan oleh Luqman dalan Al-Qur’an
adalah jangan berlaku syirik kepada Allah
﴾ ١٣ ‫ي اَل تُ ْش ِر ْك بِاهّٰلل ِ ۗاِ َّن ال ِّشرْ كَ لَظُ ْل ٌم َع ِظ ْي ٌم‬
َّ َ‫﴿ َواِ ْذ قَا َل لُ ْقمٰ نُ اِل ْبنِ ٖه َوهُ َو يَ ِعظُهٗ ٰيبُن‬
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman
yang besar”. (Q. S. Luqman/31: 13).
Al-Nahlawi menjelaskan bahwa tujuan pendidikan ketauhidan adalah untuk: 1)
Ikhlas dalam beribadah kepada Allah SWT. 2) Mengetahui arti dan tujuan
beribadah kepada Allah. 3) Menjauhi larangan Allah SWT., seperti syirik dan hal-
hal yang dapat mengalihkan ketauhidan dan mengaburkan tujuan pendidikan.3
2. Akhlak kepada Keluarga
Hormat dan berbakti kepada kedua orang tua menempati tempat kedua setelah
penggunaan berbakti kepada Allah SWT. Berikut beberapa ayatnya :
ِ ‫ي ْال َم‬
‫ ْي ُر‬q‫ص‬ َّ َ‫ك ِال‬ َ ِ‫ص ْينَا ااْل ِ ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ۚ ِه َح َملَ ْتهُ اُ ُّمهٗ َو ْهنًا ع َٰلى َو ْه ٍن َّوف‬
َ ۗ ‫ َد ْي‬qِ‫صالُهٗ فِ ْي عَا َم ْي ِن اَ ِن ا ْش ُكرْ لِ ْي َولِ َوال‬ َّ ‫﴿ َو َو‬
﴾ ١٤
Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada
kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu. (Q. S.
Luqman/31: 14)
ٍ ۗ ‫وا اَوْ اَل َد ُك ْم ِّم ْن اِ ْماَل‬qْٓ qُ‫انً ۚا َواَل تَ ْقتُل‬q‫ َدي ِْن اِحْ َس‬qِ‫ا َّوبِ ْال َوال‬qًًٔ‫﴿ ۞ قُلْ تَ َعالَوْ ا اَ ْت ُل َما َح َّر َم َربُّ ُك ْم َعلَ ْي ُك ْم اَاَّل تُ ْش ِر ُكوْ ا بِ ٖه َش ْئـ‬
‫ق‬
‫ق‬ ْ ِ‫ َّر َم هّٰللا ُ اِاَّل ب‬q‫س الَّتِ ْي َح‬
ِّ ۗ ‫ال َح‬q َ ‫وا النَّ ْف‬qqُ‫ا بَطَ ۚنَ َواَل تَ ْقتُل‬q‫ا َو َم‬qqَ‫ َر ِم ْنه‬qَ‫ا ظَه‬q‫ش َم‬ َ ‫نَحْ نُ نَرْ ُزقُ ُك ْم َواِيَّاهُ ْم ۚ َواَل تَ ْق َربُوا ْالفَ َوا ِح‬
﴾ ١٥١ َ‫صى ُك ْم بِ ٖه لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقِلُوْ ن‬ ّ ٰ ‫ٰذلِ ُك ْم َو‬
Artinya : Katakanlah (Muhammad), “Marilah aku bacakan apa yang diharamkan
Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baik
kepada ibu bapak, janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah
yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; janganlah kamu mendekati
perbuatan yang keji, baik yang terlihat ataupun yang tersembunyi, janganlah

3
Abdurrahman Al-Nahlawi, Ushul Al-Tarbiyyah al- Islamiyah Wa Asalibuha Fi al-Bait Wa al-Madrasah al-
Mujtama’ (Beirut: Dar Al Fikr, 1999), hlm. 28.

2
kamu membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang
benar. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu mengerti”. (Q.S.
al-An’am/6 : 151)
qَ ‫ك اَاَّل تَ ْعبُد ُْٓوا آِاَّل اِيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن اِحْ ٰسنً ۗا اِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْن َد‬
‫ٓا‬qq‫لْ لَّهُ َم‬qqُ‫ا فَاَل تَق‬qq‫ ُدهُ َمٓا اَوْ ِك ٰلهُ َم‬q‫ك ْال ِكبَ َر اَ َح‬ ٰ َ‫﴿ ۞ َوق‬
َ ُّ‫ضى َرب‬
﴾ ٢٣ ‫اُفٍّ َّواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُلْ لَّهُ َما قَوْ اًل َك ِر ْي ًما‬

Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah


selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan
ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.(al-Isra’/17: 23)
Allah memerintahkan kepada manusia agar mereka menghormati dan
memuliakan kedua orang tuanya. Sebab dengan melalui jalan orang tua itulah
manusia dilahirkan ke muka bumi. Dalam Islam diajarkan bahwa hidup di dunia
adalah buat beribadat kepada Allah, buat berterima kasih. Dan buat jadi khalifah.
Semuanya tidak dapat dilaksanakan kalau kita tidak lahir kedunia. Sebab itu
hormatilah ibu bapak yang tersebab dia kita telah dimunculkan oleh Allah ke
dunia4.
Sedangkan Q.S. an-Nur ayat 58, 59 dan 60 menjelaskan tentang tata tertib dan
sopan santun dalam rumah tangga agar kehidupan dalam rumah tangga itu benar-
benar harmonis, aman dan tenteram (Departemen Agama RI, 2009: 636).
‫ ِر‬qْ‫ ٰلو ِة ْالفَج‬q‫ص‬ َ ‫ت ِم ْن قَ ْب ِل‬ ٍ ۗ ‫ث َم ٰ ّر‬ َ ‫ت اَ ْي َمانُ ُك ْم َوالَّ ِذ ْينَ لَ ْم يَ ْبلُ ُغوا ْال ُحلُ َم ِم ْن ُك ْم ثَ ٰل‬ ْ ‫﴿ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا لِيَ ْستَأْ ِذ ْن ُك ُم الَّ ِذ ْينَ َملَ َك‬
‫ا ۢ ٌح‬qqَ‫ْس َعلَ ْي ُك ْم َواَل َعلَ ْي ِه ْم جُ ن‬ َ ‫ت لَّ ُك ۗ ْم لَي‬
ٍ ‫وْ ٰر‬qq‫ث َع‬ ُ ‫ ۤا ۗ ِء ثَ ٰل‬q ‫ ٰلو ِة ْال ِع َش‬q ‫ص‬ َ ‫ ِد‬q‫ َر ِة َو ِم ۢ ْن بَ ْع‬q‫ابَ ُك ْم ِّمنَ الظَّ ِه ْي‬qqَ‫عُوْ نَ ثِي‬q ‫َض‬ َ ‫َو ِح ْينَ ت‬
‫ا ُل‬qqَ‫طف‬ ْ َ ‫ َغ ااْل‬qَ‫ َواِ َذا بَل‬٥٨ ‫ت َوهّٰللا ُ َعلِ ْي ٌم َح ِك ْي ٌم‬ ‫هّٰللا‬
ِ ۗ ‫ك يُبَيِّنُ ُ لَ ُك ُم ااْل ٰ ٰي‬ َ ِ‫ذل‬qٰ q‫ْض َك‬ ٰ
ٍ ۗ ‫ ُك ْم عَلى بَع‬q‫ْض‬ ُ ‫وْ نَ َعلَ ْي ُك ْم بَع‬qqُ‫ َده ۗ َُّن طَوَّاف‬q‫بَ ْع‬
َ‫ ُد ِمن‬q‫ َو ْالقَ َوا ِع‬٥٩ ‫ه َوهّٰللا ُ َعلِ ْي ٌم َح ِك ْي ٌم‬qۗ ٖ qِ‫ك يُبَيِّنُ هّٰللا ُ لَ ُك ْم ٰا ٰيت‬ َ ِ‫ذل‬qٰ q‫تَأْ َذنَ الَّ ِذ ْينَ ِم ْن قَ ْبلِ ِه ۗ ْم َك‬q‫اس‬
ْ ‫ا‬qq‫تَأْ ِذنُوْ ا َك َم‬q‫ِم ْن ُك ُم ْال ُحلُ َم فَ ْليَ ْس‬
ٰ
‫ ٌر‬q‫تَ ْعفِ ْفنَ خَ ْي‬q‫ ۗ ٍة َواَ ْن ي َّْس‬qَ‫ت بِ ِز ْين‬ ٍ ۢ ‫رِّ ٰج‬qqَ‫ َر ُمتَب‬q‫ابَه َُّن َغ ْي‬qqَ‫ض ْعنَ ثِي‬ َ َّ‫ْس َعلَ ْي ِه َّن ُجنَا ٌح اَ ْن ي‬ َ ‫النِّ َس ۤا ِء الّتِ ْي اَل يَرْ جُوْ نَ نِ َكاحًا فَلَي‬
﴾ ٦٠ ‫لَّه ۗ َُّن َوهّٰللا ُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Hendaklah hamba sahaya (laki-laki
dan perempuan) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig (dewasa)
di antara kamu, meminta izin kepada kamu pada tiga kali (kesempatan) yaitu,
sebelum salat Subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari,
dan setelah salat Isya. (Itulah) tiga aurat (waktu) bagi kamu. Tidak ada dosa
4
Hamka, Tafsir Al-Azhar Jilid 7 , Cet. Ke-2 (Singapura: Pustaka Nasional, 19993), hlm. 5567.

3
bagimu dan tidak (pula) bagi mereka selain dari (tiga waktu) itu; mereka keluar
masuk melayani kamu, sebagian kamu atas sebagian yang lain. Demikianlah
Allah menjelaskan ayat-ayat itu kepadamu. Dan Allah Maha Mengetahui,
Mahabijaksana(58). Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur dewasa, maka
hendaklah mereka (juga) meminta izin, seperti orang-orang yang lebih dewasa
meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepadamu. Allah
Maha Mengetahui, Mahabijaksana(59). Dan para perempuan tua yang telah
berhenti (dari haid dan mengandung) yang tidak ingin menikah (lagi), maka tidak
ada dosa menanggalkan pakaian (luar) mereka dengan tidak (bermaksud)
menampakkan perhiasan; tetapi memelihara kehormatan adalah lebih baik bagi
mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui(60). (QS. An-Nur : 58,59,60)
Selanjutnya pada ayat 61 Allah menerangkan hukum makan di rumah sendiri dan
di rumah kaum kerabat. Hal ini dibolehkan dalam Islam asal tuan rumah tidak
merasa keberatan sedikit pun, walaupun yang ikut makan bersama itu orang cacat
seperti pincang atau sakit (Departemen Agama RI, 2009: 639).
‫أْ ُكلُوْ ا ِم ۢ ْن‬qqَ‫ ُك ْم اَ ْن ت‬q‫ َر ٌج َّواَل ع َٰلٓى اَ ْنفُ ِس‬q‫ْض َح‬ ِ ‫ري‬q ِ q‫ َر ٌج َّواَل َعلَى ْال َم‬q‫ج َح‬ ِ ‫ َر‬q‫ْس َعلَى ااْل َ ْعمٰ ى َح َر ٌج َّواَل َعلَى ااْل َ ْع‬ َ ‫﴿ لَي‬
‫ت َع ٰ ّمتِ ُك ْم‬
ِ ْ‫و‬qqُ‫ت اَ ْع َما ِم ُك ْم اَوْ بُي‬ ِ ْ‫ت اَخَ ٰوتِ ُك ْم اَوْ بُيُو‬ِ ْ‫ت اِ ْخ َوانِ ُك ْم اَوْ بُيُو‬ ِ ْ‫ِ ُك ْم اَوْ بُيُو‬q‫ت ٰابَ ۤا ِٕٕى‬
ِ ْ‫ت اُ َّم ٰهتِ ُك ْم اَوْ بُيُو‬ ِ ْ‫بُيُوْ تِ ُك ْم اَوْ بُيُو‬
‫تَاتً ۗا‬q‫ا اَوْ اَ ْش‬qq‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح اَ ْن تَأْ ُكلُوْ ا َج ِم ْي ًع‬ َ ْ‫ت ٰخ ٰلتِ ُك ْم اَوْ َما َملَ ْكتُ ْم َّمفَاتِ َح ٗ ٓه اَو‬
َ ‫ص ِد ْيقِ ُك ۗ ْم لَي‬ ِ ْ‫ت اَ ْخ َوالِ ُك ْم اَوْ بُيُو‬ ِ ْ‫اَوْ بُيُو‬
‫هّٰللا‬ َ ِ‫فَا ِ َذا َد َخ ْلتُ ْم بُيُوْ تًا فَ َسلِّ ُموْ ا ع َٰلٓى اَ ْنفُ ِس ُك ْم تَ ِحيَّةً ِّم ْن ِع ْن ِد هّٰللا ِ ُم ٰب َر َكةً طَيِّبَةً ۗ َك ٰذل‬
ِ ‫ك يُبَيِّنُ ُ لَ ُك ُم ااْل ٰ ٰي‬
ࣖ َ‫ت لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقِلُوْ ن‬
﴾ ٦١
Artinya : Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang,
tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu, makan (bersama-sama
mereka) di rumah kamu atau di rumah bapak-bapakmu, di rumah ibu-ibumu, di
rumah saudara-saudaramu yang laki-laki, di rumah saudara-saudaramu yang
perempuan, di rumah saudara-saudara bapakmu yang laki-laki, di rumah saudara-
saudara bapakmu yang perempuan, di rumah saudara-saudara ibumu yang laki-
laki, di rumah saudara-saudara ibumu yang perempuan, (di rumah) yang kamu
miliki kuncinya atau (di rumah) kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagi kamu
makan bersama-sama mereka atau sendiri-sendiri. Apabila kamu memasuki
rumah-rumah hendaklah kamu memberi salam (kepada penghuninya, yang berarti
memberi salam) kepada dirimu sendiri, dengan salam yang penuh berkah dan
baik dari sisi Allah. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat(-Nya) bagimu,
agar kamu mengerti.
3. Akhlak kepada Diri Sendiri
4
‫ا هّٰللا ُ ۗا َّن هّٰللا‬qq‫أْت به‬qq‫مٰ ٰوت اَوْ فى ااْل َرْ ض ي‬q‫الس‬
َ ِ َِ ِ َ ِ ِ ِ َ ‫ك ِم ْثقَا َل َحبَّ ٍة ِّم ْن خَ رْ َد ٍل فَتَ ُك ْن فِ ْي‬
َّ ‫ ْخ َر ٍة اَوْ فِى‬q‫ص‬ ُ َ‫ي ِانَّهَٓا ِا ْن ت‬
َّ َ‫﴿ ٰيبُن‬
ٌ ‫لَ ِطي‬
﴾ ١٦ ‫ْف َخبِ ْي ٌر‬
Artinya : (Lukman berkata), ”Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi,
niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus,
Mahateliti. (Q. S. Luqman/31: 16)
َ ِ‫ك اِ َّن ٰذل‬
﴾ ١٧ ‫ك ِم ْن ع َْز ِم ااْل ُ ُموْ ِر‬ َ ۗ َ‫صاب‬ ِ ْ‫ي اَقِ ِم الص َّٰلوةَ َو ْأ ُمرْ بِ ْال َم ْعرُو‬
َ َ‫ف َوا ْنهَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َواصْ بِرْ ع َٰلى َمٓا ا‬ َّ َ‫﴿ ٰيبُن‬
Artinya : Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat
yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang
penting. (Q. S. Luqman/31: 17)
Menurut Hamka kandungan modal hidup diberikan Luqman kepada anaknya dan
dibawakan menjadi modal pula bagi kita semua, disampaikan oleh Muhammad
kepada Umatnya5. (Hamka, 1993: 5570)
4. Akhlak kepada Manusia
﴾ ١٨ ‫ض َم َرح ًۗا اِ َّن هّٰللا َ اَل يُ ِحبُّ ُك َّل ُم ْختَا ٍل فَ ُخوْ ۚ ٍر‬
ِ ْ‫ش فِى ااْل َر‬ ِ َّ‫ك لِلن‬
ِ ‫اس َواَل تَ ْم‬ َ ُ‫﴿ َواَل ت‬
َ ‫صعِّرْ َخ َّد‬
Artinya : Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena
sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. (Q. S.
Luqman/31: 18)
﴾١٩ ࣖ ‫ت ْال َح ِمي ِْر‬
ُ ْ‫صو‬
َ َ‫ت ل‬ َ ۗ ِ‫صوْ ت‬
ِ ‫ك اِ َّن اَ ْن َك َر ااْل َصْ َوا‬ ِ ‫﴿ َوا ْق‬
َ ِ‫ص ْد فِ ْي َم ْشي‬
َ ‫ك َوا ْغضُضْ ِم ْن‬
Artinya : “Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Q. S. Luqman/31: 19)
Pada ayat ini dijelaskan bahwa Luqman menjelaskan kepada anaknya tentang
bersosial/muamalah antas sesama, yaitu: hubungan dengan manusia dan
lingkungan. Nasehat Luqman berkaitan dengan akhlak dan sopan santun dalam
berinteraksi dengan sesama manusia. Banyak rincian yang dijelaskan oleh al-
Qur’an yang berkaitan dengan perlakukan terhadap sesama manusia, baik dalam
bentuk berita/khabar, perintah/amar, maupun larangan/nahi. Menurut al-Qur’an,
setiap orang sebaiknya didudukkan secara wajar karena semua manusia pada
hakikatnya sama dan setara, hanya iman dan takwalah yang membedakan derajat
manusia di sisi Allah6.
B. Hadits Nabi Saw tentang akhlak, moral, dan etika
5
Hamka, hlm. 5570.

5
Hadits-hadits Nabi saw. demikian beragam berbicara tentang akhlak. Terkadang berisi
perintah dan anjuran untuk berhias dengan akhlak yang terpuji dalam bergaul dengan
manusia. Ada kalanya beliau menyebut besarnya pahala akhlak mulia dan beratnya
pahala akhlak dalam timbangan, serta keutamaan memilikinya.
1. Mempunyai akhlak, moral, dan etika yang baik dapat mendekatkan kita dengan
Rasulullah Saw di hari kiamat kelak
‫ي َوأَ ْق َربِ ُك ْم ِمنِّي َمجْ لِسًا يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة أَحْ َسنُ ُك ْم أَ ْخاَل قًا‬
َّ َ‫إِ َّن ِم ْن أَ ِحبِّ ُك ْم ِإل‬
Artinya : “Sesungguhnya di antara orang-orang yang paling aku cintai dan paling
dekat tempat duduknya pada hari kiamat denganku yaitu orang yang paling baik
akhlaknya.” (HR. Tirmidzi)
Salah satu keutamaan jika memiliki akhlak yang baik adalah pada hari kiamat
kelak, seseorang yang mempunyai akhlak mulia akan duduk dekat dengan nabi.
Yang dimaksud dekat dengan nabi berarti pasti akan berbahagia sebab akan
dijauhkan dari siksa neraka.
2. Dijamin masuk surga
‫ت فِي َو َس ِط ْال َجنَّ ِة لِ َم ْن تَ َرك‬ ٍ ‫ض ْال َجنَّ ِة لِ َم ْن تَ َركَ ْال ِم َرا َء َوإِ ْن َكانَ ُم ِحقًّا َوبِبَ ْي‬ ٍ ‫أَنَا َز ِعي ٌم بِبَ ْي‬
ِ َ‫ت فِي َرب‬
ُ‫ت فِي أَ ْعلَى ْال َجنَّ ِة لِ َم ْن َحسَّنَ ُخلُقَه‬ ِ ‫ب َوإِ ْن َكانَ َم‬
ٍ ‫ازحًا َوبِبَ ْي‬ َ ‫ْال َك ِذ‬
Artinya : “Aku adalah penjamin sebuah rumah di sekitar taman (Surga) bagi
seseorang yang meniggalkan perdebatan walaupun ia benar, penjamin rumah
ditengah Surga bagi orang yang meninggalkan dusta walaupun ia bercanda, juga
menjadi penjamin sebuah rumah di Surga paling atas bagi orang yang memiliki
akhlak yang baik.” (HR. Abu Dawud)
Seseorang yang memiliki akhlak yang baik dijamin oleh Rasulullah Saw masuk
surga, bahkan mereka akan memiliki sebuah rumah yang indah disurga kelak.
Dengan begitu, orang berakhlak mulia akan mempunyai derajat yang tinggi pula
disisi Allah Swt.

3. Menjadi sebaik-baik umat


Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ashz meriwayatkan bahwa Rasululullah saw pernah
bersabda:

6
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat
(Bandung: Mizan, 1996), hlm. 194.

6
“ Sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik
akhlaknya”(HR. al-Bukhari, 10/378 dan Muslim no. 2321)
Dalam hadits lain, Rasulullah berpesan kepada Abu Dzar al-Ghifari dan Mu’adz
bin Jabal untuk bergaul dengan manusia dengan akhlak yang baik dalam sabda
beliau yang artinya :
“Bertakwalah kamu kepada Allah di mana pun kamu berada. Iringilah
kesalahanmu dengan kebaikan, niscaya ia dapat menghapusnya. Dan pergaulilah
semua manusia dengan akhlak (budi pekerti) yang baik.”
(HR. at-Tirmidzi no. 1987, beliau mengatakan, “Hadits ini hasan”)
Pendidikan akhlak bermasyarakat dalam pandangan hadis bisa memberikan
inpirasi dan motivasi dalam menciptakan kehidupan yang penuh dengan akhlak
yang mulia. Ajaran pendidikan akhlak yang disabdakan Nabi dalam kehidupan
masyarakat mulai dari pendidikan yang ruang lingkupnya sempit sampai kepada
pendidikan yang luas7.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
7
“Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Hadis Nabi.Pdf,” n.d., hlm. 43.

7
Semua yang baik dan telah menjadi kebiasaan apabila dipelihara dan
diamalkan akan menghasilkan sesuatu yang baik. Semua yang buruk jika disadari
bisa untuk diperbaiki menjadi baik dan secepatnya di pelihara untuk menjadi baik,
maka hasilnya tetap menjadi baik. Akhlak yang baik adalah manifestasi dari iman
dan takwa yang terwujud dalam perilaku dan amal saleh. Oleh karenanya untuk
membangun akhlak yang terpuji diperlukan perangkat mental serta kesungguhan
dimulai dari diri sendiri, keluarga hingga kemudian lingkungan sosial. Akhlak
terpuji tercermin dalam seluruh tindakan, ucapan, perbuatan dan dapat memberi
mamfaat bagi sesama, memberi kedamaian bagi segenap makhluk bernyawa
maupun bendabenda tak bernyawa, serta senantiasa memelihara kondisi
lingkungan dari berbagai masalah atau penyakit
B. Saran

Demikianlah makalah yang dapat kami buat. Sebagai manusia biasa kami
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Nahlawi, Abdurrahman. Ushul Al-Tarbiyyah al- Islamiyah Wa Asalibuha Fi al-Bait Wa
al-Madrasah al-Mujtama’. Beirut: Dar Al Fikr, 1999.
Hamka. Tafsir Al-Azhar Jilid 7 , Cet. Ke-2. Singapura: Pustaka Nasional, 19993.

8
“Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Hadis Nabi.Pdf,” n.d.
Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an, Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat. Bandung: Mizan, 1996.
Sholihin, M. dkk. Akhlak Tasawuf, Manusia, Etika, Dan Makna Hidup. Bandung: Nuansa,
2004.
Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

Anda mungkin juga menyukai