Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH SEMANTIK MAKNA DALAM KATA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Semantik

Dosen Pengampu : Dra. RR. Sulistyawati, M.Hum.

DISUSUN OLEH
Salsabila Putri Anggraini 2001045066
Syaharani Gustiawati 2001045078
Siti Fara Dibah 2001045090
Wulandari 2001045099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASAN DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat dan hidayah-
Nya serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Makalah ini yang berjudul
“MAKALAH SEMANTIK BATASAN MAKNA DALAM KATA”. Adapun tujuan penulisan
makalah ini untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Semantik Bahasa Indonesia, selain itu makalah
ini ditulis untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai batasan bentuk dan jenis-jenis
makna kata bagi pembaca dan penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih untuk Ibu Sulistyawati M.Pd selaku Dosen Pengampu
Mata Kuliah Semantik Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas makalah dan
membimbing dalam penulisan makalah ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang memberi pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Namun penulis menyadari penulisan
makalah ini belum sempurna. Maka dari itu penulis menerima kritik serta saran untuk penulisan
makalah yang lebih baik.

Jakarta, 15 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
B. Tujuan......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 3


A. Pengertian Semanti .................................................................................................... 3
B. Semantik Leksikal ...................................................................................................... 3
C. Makna dalam Kata ..................................................................................................... 4
1. Batasan Kata ............................................................................................................... 4
2. Bentuk Kata ................................................................................................................ 5
3. Makna dalam Leksem ................................................................................................. 5
4. Makna Paduan Leksem ............................................................................................... 6
5. Makna Kata Bebas ...................................................................................................... 9
6. Bentuk yang Mengakibatkan Makna .......................................................................... 9
7. Makna Kata Berimbuhan ............................................................................................ 11
8. Makna Kata Berulang ................................................................................................. 12
9. Makna Kata Majemuk................................................................................................. 13
10. Makna Kata Terikat Konteks Kalimat ...................................................................... 16
11. Makna Akronim ........................................................................................................ 18
12. Makna Singkatan ...................................................................................................... 20
13. Makna Bentuk yang Diplesetkan ............................................................................. 20

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 21


A. Kesimpulan ................................................................................................................ 21
B. Saran ........................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari arti atau makna yang terkandung
pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Dengan kata lain, semantik merupakan
pembelajaran tentang makna. Semantik biasanya dikaitkan dengan dua aspek lain, yakni
sintaksis, pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana, serta pragmatik,
penggunaan praktis simbol oleh komunitas pada konteks tertentu. Kata semantik itu sendiri
menunjukkan berbagai ide - dari populer yang sangat teknis. Hal ini sering digunakan dalam
bahasa sehari-hari untuk menandakan suatu masalah pemahaman yang datang ke pemilihan
kata atau konotasi. Masalah pemahaman ini telah menjadi subjek dari banyak pertanyaan
formal, selama jangka waktu yang panjang, terutama dalam bidang semantik formal.
Dalam linguistik, itu adalah kajian tentang interpretasi tanda-tanda atau simbol yang
digunakan dalam agen atau masyarakat dalam keadaan tertentu dan konteks.Dalam
pandangan ini, suara, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan proxemics memiliki semantik konten
(bermakna), dan masing-masing terdiri dari beberapa cabang kajian. Dalam bahasa tertulis,
hal-hal seperti struktur ayat dan tanda baca menanggung konten semantik, bentuk lain dari
bahasa menanggung semantik. Makna di dalam ujaran bahasa sebenarnya sama saja dengan
makna yang ada dalam sistem lambang atau sistem tanda lainnya karena bahasa
sesungguhnya juga merupakan suatu sistem lambang. Hanya bedanya makna dalam bahasa
diwujudkan dalam lambang-lambang yang berupa satuansatuan bahasa, yaitu kata/leksem,
frase, kalimat, dan sebagainya.
Kajian formal semantik bersinggungan dengan banyak bidang penyelidikan lain,
termasuk leksikologi, sintaksis, pragmatik, etimologi dan lain-lain, meskipun semantik
adalah bidang yang didefinisikan dengan baik dalam dirinya sendiri, sering dengan sifat
sintetis Dalam filsafat bahasa, semantik dan referensi berhubungan erat. Bidang-bidang
terkait termasuk filologi, komunikasi, dan semiotika. Kajian formal semantik karena itu
menjadi kompleks.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah diangkat
dari makalah ini mengenai pembatasan bentuk kata serta jenis-jenis makna kata.
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan semantik mengenai pembatasan bentuk
kata serta jenis-jenis makna kata.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Semantik
Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang artinya tanda atau lambang (sign).
“Semantik” pertama kali digunakan oleh seorang filolog Perancis bernama Michel Breal
pada tahun 1883. Kata semantik kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk
bidang linguistik yang mempelajari tentang tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang
ditandainya. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau
tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan
semantik (Chaer, 1994: 2).(Nafinuddin, 2020)
Semantik berdasarkan tataran atau bagian dari bahasa yang menjadi objek penyelidikan
dapat dibedakan menjadi empat, yaitu (1) semantik leksikal yang merupakan jenis semantik
yang objek penelitiannya adalah leksikon dari suatu bahsa, (2) semantik gramatikal yang
merupakan jenis semantik yang objek penelitiannya adalah makna-makna gramatikal dari
tataran morfologi, (3) semantik sintaksikal yang merupakan jenis semantik yang sasaran
penyelidikannya bertumpu pada hal-hal yang berkaitan dengan sintaksis, (4) semantik
maksud yang merupakan jenis semantik yang berkenaan dengan pemakaian bentuk-bentuk
gaya bahsa, seperti metafora, ironi, litotes, dan sebagainya.

B. Semantik Leksikal
Semantik leksikal adalah kajian semantik yang lebih meluas apda pembahasan sistem
makna yang terdapat dalam kata. Semantik leksikal memperhatikan makna yang terdapat di
dalam kata itu sendiri. Kamus sangat membantu dalam pencarian makna suatu kata. Misalnya
kata basis yang maknanya: 1. alas, dasar, 2. garis alas pada segitiga, 3. pangkalan perang
dimana serangan dilakukan. Pateda (1996) membahas semantik leksikal menjadi beberapa
bagian yaitu: 1. Pengertian makna, 2. makna dalam kata, 3. Perubahan makna, 4. Sekitar
makna.Pateda (1985) membahas makna dalam kata terdiri dari: (Ginting & Ginting, 2019)
(1) Makna dalam leksem
(2) Makna panduan leksem
(3) Maknakata bebas

3
(4) Bentuk yang mengakibatkan makna
(5) Makna kata berimbuhan
(6) Makna kata berulang
(7) Makna kata majemuk
(8) Makna kata terikat konteks kalimat
(9) Makna akronim
(10) Makna singkatan
(11) Makna bentuk yang diplesetkan

C. Makna dalam Kata


Semantik leksikal menekankan kajian makna pada tingkat kata. Kata merupakan momen
kebahasaan yang bersama sama dalam kalimat menyampaikan pesan dalam sesuatu
komunikasi. Kata berwujud dalam berbagai bagai bentuk. Kebenermacaman bentuk kata
tersebut di fokuskan dalam BI yang tentu saja berbeda sistemnya jika di bandingkan dengan
bahasan lain didunia ini. Hal itu tidak mengheranan karea setiap bahasa mempuyai sistem
(Unlenbeck1982:19).
1. Batasan Kata
Sebelum dikemukakan batasan kata, ada baiknya dipaparkan lebih dahulu ciri
kata. Bloomfied (1933:78) menggunakan kebebasan berdiri sendiri di dalam ujaran
sebagai ciri kata; Hockett (1958:167) menggunakan ciri : (i) momen bahasa; (ii) dapat
dipisahkan; (iii) dapat di pindahkan; dan (iv) dapat di tukar, sementara de Groot
(1964:117)berpendapat ciri kata adalah berdiri sendiri dan bermakna.
Batasan kata dapat dilihat dari pandangan, kata sebagai kata dan kata istilah teknis
yang berlaku dalam linguistik. Di dalam kamus besar bahasa indonesia
(Depdikbud,1993:451) kata bermakna: (i) unsur bahasa yang di ucapkan atau dituliskan
yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat di gunakan dalam
berbahasa; (ii) ujar,bicara; (iii) morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan
dianggap sebagai satuan bahasa yang berdiri sendir,terjadi dari morfem tunggal atau
gabungan mofem.
Secara teknis yang didasarkan pada ciri yang telah disebutkan di atas, kata adalah
satuan ujaran yang berdiri sendiri yang terdapat di dalam kalimat, dapat dipisahkan, dapat

4
ditukar, dapat dipindahan dan mempunyai makna serta digunakan untuk berkomunikasi
(cf.Ramlan, 1983:28).
Bentuk kata bermacam-macam. Berdasarkan kenyataan yang terdapat di dalam
BI, dapat ditetukan bentuk-bentuk kata.

2. Bentuk Kata
Membicarakan bentuk kata yang dilihat dari kenyataan yang terdapat dalam BI,
bentuk kata dapat dibagi atas: (i) bentuk dasar atau leksem (lexeme) bersama leksikal; (ii)
paduan leksem; (iii) bentuk berimbuhan; (iv) benuk berulang; (v) bentuk majemuk; (vi)
bentuk yang terikat konteks kalimat; (vii) akronim; dan (viii) singkatan. Karena itu
membicarakan makna, maka kenyataan menunjukan ada pula bentuk yang
mengakibatkan munculnya makna. Hal hal ini akan segera dibahas berikut ini.

3. Makna dalam Leksem


Menurut Harimurti (1989;9) “Leksemlah yang merupakan bahan dasar yang
setelah mengalami pengolahan gramatikal menjadi kata dalam subsistem gramatika.
Pengertian leksem tersebut terbatas pada satuan morfem dasar atau kata.”
Makna dalam leksem yang dimaksud di sini, yakni bentuk yang sudah dapat
diperhitungkan sebagai kata. Dalam BI terdapat bentuk seperti ini: kunci, lompat, makan,
pagar, tidur. Bentuk kunci dapat menghasilakan bentuk turunan di kunci, mengunci dan
kata pagar dapat di ber imbuhan sehingga menjadi di pagari,memagari, terpagar. Kata
kunci dan pagar telah memiliki makna leksikal dan demikian pada kata kunci, mengunci,
dipagari, memagari, terpagar.
Sementara itu bentuk lompat, makan, tidur dapat muncul dalam kalimat, misalnya
"Ayo, lompar!" "Ayah, silakan makan!" "Sebaiknya engkau tidur sebab sudah larut
malam."
Timbul pertanyaan, apakah makna leksikal bentuk-bentuk seperti itu? Bentuk-
bentuk seperti ini menurut Verhaar (1983:9) maknanya dapat dengan mudah dicari di
dalam kamus, misalnya di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1993).

5
Ada baiknya diingatkan bahwa ada juga leksem yang belum dapat ditentukan
makna leksikalnya. Misalnya, leksem juang.
Bahwa ada juga leksem yamg belum dapat ditentukan makna leksikalnya.
Misalnya, leksem juang.apakah makna leksem juang? Makna lesikalnya dapat di tentukan
setelah leksem tersebut diberi imbuhan, misalnya menjadi: berjuang, diperjuangkan,
memperjuangkan, pejuang, perjuangan, seperjuangan. Kata kata ini sudah memiliki
makna leksikal yang maknanya dapat dilihat di dalem kamus dibawah entri juang.
Jadi, makna dalam leksem disini adalah makna leksikal yang terdapat dalam
leksem yang berwujudkata, yang makna leksikalnya dapat dicari didalam kamus. Makna
leksem seperti itu tidak akan penuis jeaskan lagi. Bentuk-bentuk seperti juang yang
belum bermakna leksikal telah didaftarkan oleh Harimuri (1982:219-232) sebanyak 1282
leksem.

4. Makna Paduan Leksem


Ada 3 istilah yang harus dicermati pada bagian ini, yakni idiom, kata majemuk,
dan paduan leksem. Harimurti (1989:107) mengatakan, “ Idiom adalah konstruksi yang
maknanya tidak sama dengan kata komponen-komponennya,” sedangkan “semi-idiom
adalah kontruksi itu saja’’ idiom, misalnya buah bibir yang bermakna bahan
pembicaraan; busuk hati yang bermakna jahat, dengki, khianat; jantung hati yang
bermakna orang yang di sayangi; makna angin yang bermakna jalan jalan. Semi-idiom,
misalnya anak angkat yang bermakna anak orang lain yang di pelihara dan sah menurut
hukum; banting harga yang bermakna menjual dengan harga murah; gatal tangan yang
bermakna suka mengerjakan yang tidak-tidak, mencoret-coret.
Kata majemuk adalah gabungan morfem dasar yang seluruhnya berstatus sebagai
kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantik yang khusus menurut
kaidah bahasa yang bersangkutan. Makna kata majemuk bukanlah makna unsur-
unsurnya, atau makna gabungan unsur-unsurnya, tetapi makna baru, makna lain dari
unsur-unsurnya. Contohnya, batu api yang maknanya sejenis bahan yang dapat
menimbulkan api yang ada didalam geretan.
Panduan leksem adalah gabungan dua leksem atau lebih yang diperhitungkan
seagai kata. Menurut Harimurti (1989:104-105) paduan leksem menjadi calon kata

6
majemuk, konsep paduan leksem tidak sama benar dengan konsep kata majemuk. Makna
paduan leksem dapat dirunut dari unsur yang membentukya. Dalam BI terdapat paduan
leksem daya juang; unsur daya bermakna akal, kemampuan, muslihat, tenaga; daya juang
bermakna kemampuan untuk berjuang; agar bagaimana caranya berjuang. Terlihat dari
sini, pada paduan leksem terdapat unsur inti sedangkan unsur yang lain bersifat peripel.
Beberapa paduan leksem telah penulis daftarkan (ihat Pateda, 1995:54-70).
Ada baiknya diperhatikan makna paduan leksem sebagaimana
tertera di bawah ini:

Inti Paduan Makna


Abdi Abdi masyarakat Pengayom, pelayan masyarakat
adi Adi daya Berkekuatan besar dalam segala hal.
terutama ekonomi dan militer.
Air Air limbah Air buangan, kadang-kadang beracun
Anak Anak asuh Anak orang lain yang sudah dipelihara seperti anak
sendiri
Angkat Angkat senjata Bertempur
Arus Arus barang Masuk keluarnya barang
Bahan Bahan jadi Bahan yang sudah sudah dapat digunakan
budaya Budaya kredit Kebiasaan dengar-dengar kepada atasan
Budaya kredit Kebiasaan suka mengutang
Bulan Bulan madu Sersenang-senang bagi pengantin baru
Cacat Cacat hukum Tidak sesuai dengan hukum
Daya Daya beli Kemampuan membeli
dengar Dengar pendapat Rapat (di DPR)
Gagal Gagal total Gagal seluruhnya
Hak Hak pilih Hak untuk memilih
Hukum Hukum rimba Tidak menurut hukum
Juru Juru bayar Kasir
Kawan Kawan bicara Pendengar
Kerja Kerja lembur Bekerja setelah jam resmi

7
Laik Laik terbang Diizinkan terbang
Lepas Lepas landas Terbang
Makan Makan waktu Menggunakan waktu banyak
Naik Naik saksi Menjadi saksi dalam perkara
Olah Olah piker Berpikir
Perang Perang ekonomi Bersaing dalam ekonomi
Rancang Rancang bangunan Desain bangunan
Srah Serah terima Pergantian pimpinan
Tanam Tanam paksa Dipaksa menanam sesuatu
Tindak Tindak lanjut Pekerjaan menyelesaikan
Tukar Tukar tambah Sistem jual beli dengan jalan mempertukarkan dan
salah satu pihak menambah harga yang disetujui
Turun Turun minum Istirahat dalam permainan, misalnya sepak bola
Umpan Umpan balik Saran
Unjuk Unjuk rasa Berdemonstrasi
Wajib Wajib militer Kewajiban menjadi tantara
Wajib pajak Orang yang berkewajiban membayar pajak
Wisata Wisata nostalgia Berwisata untuk mengenang pengalaman dulu
zakat Zakat mal Zakat harta

Contoh-contoh ini memperlihatkan makna akibat perpadua leksem. Paduan


leksem ini sudah dapat digunakan untuk berkomunikasi. Orang berkata, "Mereka
mengadakan unjuk rasa me minta agar gaji mereka dinaikkan." Terlihat pula pada
contoh- contoh ini bagaimana makna muncul. Makna dimaksud, yakni makna yang dapat
dirunut dari unsurnya. Misalnya, makna paduan leksem wajib militer adalah suatu
kewajiban untuk berdinas sebagai militer karena negara membutuhkan. Makna kewajiban
terdapat pada unsur wajib, sedangkan makna militer tetap melekat pada kata
militer itu sendiri.
Ada gejala memendekkan paduan leksem sehingga menjadi akronim. Dewasa ini
terdapat kata asbun yang berasal dari paduan leksem asl bunyi yang bermakna asal
berbicara tanpa dasar yang kuat, biasanya dalam rapat. Terdapat pula akronim lansia yang

8
berasal dari paduan leksem lanjut usia yang bermakna orang yang sudah tua. Selain itu
terdapat akronim rudal yang berasal dari paduan leksem peluru kendali yang bermakna
melepas atau menembakkan peluru secara terkendali samapi ke sasaran.

5. Makna Kata Bebas


Yang dimaksud dengan kata bebas disini, yakni kata-kata yang dapat berdiri
sendiri dalam ujaran tanpa mendapat imbuhan atau tanpa didampingi kata yang lain
Makna kata-kata bebas yangbersifat leksikal dapat dicari didalam kamus bahasa yang
bersangkutan.
Kata bebas pada umumnya berkategori nomina. Ambillah kata arang. Kata arang
bermakna : (i) bahan bakar yang hitam warnanya dibuat atau terjadi dari bara kayu yang
dipengap; (ii) serbuk hitam bekas kayu yang dibakar (Depdikbud, 193:54). Ingin
diingatkan pula bahwa kata arang dapat muncul dalam brntuk idiom, misalya patah arang
yang bermakna putus sama sekali. Ingin diingatkan pula bahwa kata-kata bebas dapat
saja maknanya bergeser apabila kata-kata tersebut berada di dalam kalimat. Contoh : kata
kawat bermakna logam yang biasa dipakai sebagai tali. Kalau orang berkata, “Kirim
kawat kepadanya yang menyatakan bahwa Dedeng telah menninggal,” makna kawat
disini bukan lagi logam untuk tali, tetapi telegram atau berita yang dikirim melalui kantor
Telkom.

6. Bentuk yang Mengakibatkan Makna


Bentuk yang mengakibatkan makna di sini, yakni imbuhan. atau yang dimaksud
dengan bentuk yang mengakibatkan makna adalah imbuhan. Ada imbuhan yang
bermakna biasanya imbuhan yang sifatnya serapan contohnya seperti asocial,
rekrontruksi, reboisasi, reorganisasi. Imbuhan dalam Bahasa Indonesia belum bermakna
tapi mengakibatkan muculnya makna. Ing diberikan catatan lebih dahulu bahwa ada juga
imbuhan yang bermakna Imbuhan itu, misalnya a- dalam kata asosial yang bermakna
tidak sosial. Dengan kata lain, prefiks a- bermakna tidak. Imbuhan lain misalnya re- yang
bermakna kembali, misalnya dalam kata reorganisasi yang bermakna diorganisasikan
kembali; restrukturalisasi yang ber makna disusun kembali. Imbuhan yang sudah
bermakna adalah imbuhan yang bersifat serapan.

9
Imbuhan dalam BI belum bermakna, tetapi mengakibatkan munculnya makna.
Karena itu, sebuah imbuhan dapat saja mengaki batkan munculnya makna yang
bermacam-macam. Ambillah prefis me-. Prefiks me- yang dilekatkan pada leksem
karang, menghasilkan kata mengarang yang bermakna melaksanakan aktivitas sesuai
dengan yang ditunjukkan oleh leksemnya. Prefiks me- yang dilekatkan pada leksem lebar
mengakibatkan makna menjadi sesuai dengan leksemaya Hal yang sama terjadi pula jika
dilekatkan pada leksem batu, sehingga menjadi membatu.
Prefiks me- yang dilekatkan pada kata babi buta, mengakibatkan munculnya
makna berlaku seperti. Prefiks me- yang dilekatkan pada leksem dinding, mengakibatkan
munculnya makna melekatkan, dalan hal ini melekatkan dinding. Prefiks me- yang
dilekatkan pada leksem rokok, mengakibatkan munculnya makna mengisap, dalam hal ini
mengisap rokok. Prefiks me- yang dilekatkan pada leksem ga menimbulkan makna
membuat, dalam hal ini membuat gulai. Prefiks me- yang dilekatkan pada leksem darat,
mengakibatkan munculnya makna menuju, dalam hal ini menuju darat. Hal yang sama
terjadi pula, jika prefiks me- dilekatkan pada leksem tepi yang menghasilka kata menepi
yang bermakna menuju tepi.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan ini, terlihat pada kita bahwa prefiks me- hanya
mengakibatkan munculnya makna. Beberapa contoh yang telah dikemukakan
memperlihatkan sekurang-kurangnya prefiks me- mengakibatkan munculnya makna 7
macam.
Baiklah, diambil imbuhan yang lain, yakni ber- prefiks ber- dilekatkan pada
leksem nyanyi, mengakibatkan munculnya makna yang melaksanakan kegiatan yang
sesuai dengan leksem. Prefiks ber- yang dilekatkan pada leksem gembira, mengakibatkan
munculnya makna dalam keadaan, dalam hal ini dalam keadaan gembira. Prefiks ber-
yang dilekatkan pada leksem lima, mengakibatkan munculnya makna kumpulan, dalam
hal ini berlima yang bermakna kumpulan sebanyak 5 orang. Prefiks ber- yang dilekatkan
pada leksem baju, mengakibatkan munculnya makna memakai; kata berbaju bermakna
memaki baju, Prefiks ber- yang dilekatkan pada leksem ladang, mengakibatkan
munculnya makna mengusahakan atau bermata pencaharian; kata berladang bermakna
mengusahakan ladang atau mata pencaharian- nya berladang. Prefiks ber- yang
dilekatkan pada leksem cincin, meng- akibatkan makna mempunyai, memiliki; kata

10
bercincin bermakna mempunyai atau memiliki cincin. Prefiks ber- yang dilekatkan pada
leksem tamu, mengakibatkan munculnya makna menjadi; kata ber tamu bermakna
menjadi tamu. Akhirnya prefiks ber- yang dilekatkan pada leksem sepeda,
mengakibatkan munculnya makna mengendarai sepeda. Terlihat di sini, prefiks ber-
mengakibatkan munculnya 8 ma cam makna dalam BI.
Imbuhan yang lain dapat dicari sendiri oleh pembicara, dan makna yang
diakibatkannya dapat diramalkan pula. Yang penting berdasarkan hal-hal yang telah
dikemukakan, dan bukti-bukti yang akan ditemukan sendiri oleh pembaca, terdapat
kenyataan bahwa im buhan mengakibatkan munculnya makna. Makna yang muncul
sesuai dengan makna leksem yang dilekati imbuhan tersebut. Dengan kata lain, dalam BI
terdapat bentuk yang mengakibatkan munculnya makna. Bentuk tersebut yakni imbuhan.

7. Makna Kata Berimbuhan


Imbuhan telah dijelaskan di depan. Maksud penulis, imbuha itu mengakibatkan
munculnya makna. Telah diketahui, imbuhan terdiri dari prefiks, infiks, sufiks, konfiks,
dan gabungan. Jika imbuhan tersebut dilekatkan, baik pada leksem maupun pada kata,
umumnya menghasilkan kata berimbuhan.
Timbul pertanyaan, apakah makna kata berimbuhan tersebut? Kita tidak
mempersoalkan bagaimana proses imbuhan melekat atay dilekatkan pada kategori kata
mana? Dengan kata lain telah terlibat hasilnya. Maksudnya, kata berimbuhan. Makna
kata tersebut tentu kembali ke persoalan, imbuhan apa yang melekat, dan imbuhan
tertentu itu melekat pada leksem yang mana?
Dalam BI terdapat kata berimbuhan berdatangan yang leksemnya datang,
mendapat imbuhan ber-/-an. Kata berdatangan bermakna banyak orang datang; orang
yang datang tersebut berasal dari berbagai tempat; orang yang datang tidak sekaligus tiba.
Dengan kata lain kata berdatangan bermakna proses datangnya banyak orang yang datang
dari berbagai tempat, dan datang tidak sekaligus. Terlihat di sini makna inti adalah
datang.
Ambillah kata berimbuhan yang lain, misalnya pemberian yang leksemnya beri
mendapat imbuhan pe-l-an. Kata pemberian bermakna apa yang diberikan, atau benda
apa yang diberikan. Orang berkata, "Saya mendapat pemberian berupa 5 buah buku cetak

11
dari Pak Ayub." Berdasarkan kenyataan ini, untuk mendapatkan atau menentukan makna
kata berimbuhan, orang harus mengetahui leksem. Selain itu ia harus mengetahui
imbuhan yang dilekatkan pada leksem tersebut. Berdasarkan pengetahuan tersebut, ia
dapat menerka maknanya. Jika masih terdapat kesimpulan, cara yang paling ampuh,
yakni mencari makna kata tersebut di dalam kamus. Dalam hubungan ini, kita harus
mengetahui lebih dahulu leksemnya. Dalam ilmu perkamusan, leksem disebut lema, atau
kata kepala. Entri, kata kepala, atau lema, biasanya dihitamkan car penulisannya. Hal
yang sama berlaku pula untuk turunan dan idiom.

8. Makna Kata Berulang


Telah diketahui bahwa kata berulang atau reduplikasi adalah pengulangan
satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagian- baik dengan variasi fonem
maupun tidak" (Ramlan, 1983:55). Hasil pengulangan disebut kata ulang atau
reduplikasi, misalnya nya, rumah-rumah berjalan-jalan, lauk-pauk, dan sebagainya.
Ada baiknya diingatkan bahwa kata ulang tidak sama dengan ulangan kata.
Ulangan kata adalah kata yang diulang-ulang, misal- nya mana: "Mana, mana yang
kau maksud?" Kata mana yang diulang beberapa kali, disebut ulangan kata,
sedangkan kata mana-mana dalam kalimat, "Mana-mana yang kau sukai, ambil saja. "
adalah kata ulang. Makna kata mana-mana, yakni benda atau bahan apa saja.

Berdasarkan data yang ada, makna kata berulang dalam BI dapat dirinci menjadi:
1. menyatakan banyak, misalnya pemimpin pemimpin bermakna banyak pemimpin;
rumah-rumah bermakna banyak rumah;
2. meskipun, misalnya kata jambu, jambu mentah dalam kalimat, "Jambu jambu
mentah dimakannya juga," kata jambu, jambu mentah bermakna meskipun jambu
mentah;
3. me- nyerupai seperti yang disebutkan pada leksem, misalnya anak- anakan yang
bermakna menyerupai anak;
4. perbuatan yang di- sebutkan pada leksem dilaksanakan berulang-ulang, misalnya
ber- teriak-teriak yang bermakna berulang-ulang berteriak;

12
5. pekerjaan yang disebutkan pada leksem dilaksanakan secara tidak sepenuhnya,
misalnya duduk-duduk yang bermakna duduk secara santai;
6. saling, misalnya berpukul-pukulan yang bermakna saling memukul
7. hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan yang disebutkan pada leksem,
misalnya cetak-mencetak,
8. agak, misalnya ke- merah-merahan yang bermakna agak merah
9. paling, tingkat yang paling tinggi yang dapat dicapai, mialnya seberat-beratnya
yang bermakna paling berat;
10. menyatakan intensitas, misalnya mengharap-harapkan yang bermakna secara
intens mengharapkan;
11. bermacam-macam, misalnya beras petas yang bermakna ber- macam-macam
beras; lauk-pauk yang bermakna bermacam-macam lauk; dan
12. menyatakan sifat, sekaligus menyatakan jamak bagi yang disifati, misalnya
pandai-pandai yang bermakna banyak yang pandai atau seluruhnya pandai. Orang
berkata, "Mereka panda pandai". Kata pandai-pandai, bukan saja bermakna sifat
pandai, tetapi juga, yang pandai lebih dari seorang. Pada kalimat ini di
lambangkan dengan kata mereka.
Berdasarkan uraian tersebut, sekurang-kurangnya terdapat 12 macam makna yang
terdapat pada kata berulang dalam Bl.
9. Makna Kata Majemuk
Seperti telah dikemukakan di depan (lihat abjad D) ada tiga istilah teknis yang
baiknya dibedakan, yakni idiom, kata majemuk, dan paduan leksem. Menurut
Harimurti (1989:107) "idiom adalah konstruksi yang maknanya tidak sama dengan
makna komponen- komponennya", sedangkan Alwi, dkk (1993:165) mengatakan
"idiom merupakan perpaduan dua kata atau lebih yang maknanya tidak dapat secara
langsung ditelusuri dari makna masing-masing kata yang tergabung"; sementara Chaer
(1984:7) berpendapat bahwa idiom adalah gabungan kata yang maknanya tidak dapat
diramalkan dari unsur yang membentuk gabungan tersebut. Contoh idiom, besar mulut,
panjang tangan, tebal telinga.
Tentang leksem, Harimurti (1989:9) berkata, "Leksemlah yang merupakan bahan
dasar yang setelah mengalami pengolahan grama tikal menjadi kata dalam subsistem

13
gramatika. Pengertian leksem tersebut terbatas pada satuan yang diwujudkan dalam
gramatika dalam bentuk dasar atau kata." Dengan kata lain leksem adalah: (i) satuan
terkecil dalam leksikon; (ii) satuan yang berperan sebagai input dalam proses
morfologis; (iii) bahan baku dalam proses morfologis; (iv) unsur yang diketahui
adanya dari bentuk yang telah disegmentasikan dari bentuk kompleks yang merupakan
bentuk dasar yang lepas dari proses morfologis; (v) bentuk yang tidak tergolong
proleksem atau partikel (Harimurti, 1989:9).
Perpaduan leksem adalah proses penggabungan dua leksem atau lebih yang
membentuk kata. Output proses itu disebut paduan leksem atau kompositum yang
menjadi calon kata majemuk. Contoh paduan leksem, yakni budi daya, cetak ulang,
daya jang, unjuk diri, wajib lapor. Makna paduan leksem masih dapat ditelusuri dari
unsur-unsurnya. Makna paduan leksem wajib lapor, yakni kewajiban untuk
melaporkan diri, apakah tiap hari, tiap minggu sekali, bergantung pada instansi yang
mewajibkannya.
Selanjutnya kata majemuk secara leksikologis dapat dikatakan gabungan morfem
dasar yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis,
gramatikal, dan semantis yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan
(Depdikbud, 1993:452). Ramlan (1983:67) mengatakan "Kata majemuk ialah kata
yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya." Makna yang muncul bukanlah gabungan
makna pada tiap unsur, melainkan makna lain dari unsur membentuknya. Misalnya,
rumah sakit. Kata rumah mempunyai makna leksikal, kata sakit mempunyai makna
leksikal, tetapi yang dimaksud dengan makna rumah sakit adalah rumah tempat orang
sakit. Hal itu berbeda dengan urutan kata ayah sakit. Urutan kata ayah sakit bermakna
ayah menderita sakit (tidak disebutkan, apa penyakitnya).
Persoalan kata majemuk dalam BI pernah diperdebatkan. Maksudnya, ada pakar
yang tidak mengakui keberadaan kata majemuk dalam B1, sedangkan pakar yang lain
mengakui keber- adaan kata majemuk itu dalam BI (lihat Masinambouw, Peny, 1980).
Dewasa ini kata majemuk telah diakui sebagai salah satu bentuk kata dalam BI yang
dibuktikan oleh pembahasan bentuk kata ini di dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia (lihat Alwi, dkk, 1993:164-170; 193-194; 270-273).

14
Ada beberapa ciri yang dapat membedakan kata majemuk dengan unsur yang lain.
Ciri itu, yakni (i) tidak dapat diperluas; (ii) tidak dapat disela; (iii) tidak dapat diubah
strukturnya; (iv) tidak dapat dijauhkan (cf. Alwi, dkk, 1993:165). Harimurti
(1989:104- 105) menyebut 3 ciri yang membedakan kata majemuk deng unsur yang
lain. Ketiga ciri itu, yakni: (i) ketaktersisipan; (ii) ketak terluasan; dan (i)
ketakterbalikan (cf. Ramlan, 1983:69-72).
Timbul pertanyaan, apakah makna kata majemuk itu? Makna kata majemuk dapat
ditelusuri melalui kategori kata yang mem bentuknya. Kata majemuk dalam BI
terdapat dalam kata yang ber kategori verbal, nomina, dan ajektiva.

Makna kata majemuk pada kata yang berkategori verbal dapet dirinci, antara lain:
1. melaksanakan kegiatan, misalnya bunuh diri, tatap muka;
2. dan, misalnya timbul tenggelam, jatuh bangun;
3. penyebab, misalnya gegar otak, mabuk laut;
4. untuk, misalnya berani mati, ganti rugi;
5. akan, misalnya gila pangkat;
6. intensitas, misalnya hancur lebur, luluh lantak, terang benderang.
Makna kata majemuk pada kata yang berkategori nomina, antara lain:
1. tempat, misalnya rumah makan, rumah sakit;
2. kepunyaan, misalnya kaki meja, lunas perahu;
3. dari, misalnya garam Inggris, songkok Demak,
4. bahan, misalnya cincin emas, baju sutra;
5. dan, misalnya suami istri, anak cucu;
6. tentang, misalnya tata kota, gambar perahu;
7. mengenai, misalnya lomba lari, balap sepeda;
8. untuk, misalnya uang muka, wajib militer,
9. menghasilkan, misalnya batu api;
10. berbentuk, misalnya segi empat, empat persegi panjang.
Makna kata majemuk pada kata yang berkategori adjektiva, antara lain bermakna sifat,
misalnya baik budi.

15
Tentu masih ada makna lain yang belum tercatat di sini. Anda tentu dapat
menemukan kata majemuk tersebut dan menen- akan maknanya.

10. Makna Kata Terikat Konteks Kalimat


Dalain BI ada kata-kata yang mempunyai makna leksikal, tetapi ada pula kata-kata
yang daput ditentukan maknanya jika kata tersebut telah berada dalam satuan yang
disebut kalimat. Itu sebab- nya kata-kata seperti itu disebut kata yang terikat konteks.
Kata- kata seperti ini akan memiliki makna jika didampingi kata yang lain, apakah di
depan atau berada di belakang kata tersebut. Kata- kata tersebut digolongkan ke dalam
kata-kata tugas atau partikel.
Makna kata yang terikat konteks kalimat dengan sendirinya harus ditelusuri ketika
kata itu telah berada dalam kalimat. Beberapa kata yang terikat konteks kalimat akan
segera dikemukakan maknanya berikut ini.
Adakalanya bermakna kadang-kadang, sekali-sekali, sekali waktu, misalnya dalam
kalimat, "Kehidupan di dunia ini adakala- nya senang, adakalanya susah." Kata adakan
bermakna mana ada, masakan, misalnya dalam kalimat, "Adakan rusa menembak orang."
Kata adalah bermakna: (i) identik dengan, misalnya dalam kalimat "Harimau adalah
kucing ukuran besar"; (ii) sama maknanya sama dengan, misalnya dalam kalimat "Kata
adalah satuan bahasa yang bermakna"; (iii) termasuk dalam kelompok atau golongan,
misalnya dalam kalimat, "Saya adalah anggota MLI." (Masyarakat Linguistik Indonesia).
Kata adapun bermakna hal, mengenal, misalnya dalam kalimat, "Adapun pencuri itu
telah di tangan polisi" Kata akan bermakna; (i) menyatakan sesuatu yang akan terjadi,
hendak, misalnya dalam kalimat, "Saya menyangka ia akan pegi"; (ii) kepada, misalnya
dalam kalimat, "Jangan lupa akan orang-tua kita!"; (iii) mengenai, tentang, terhadap,
misalnya dalam kalimat, "Akan uangnya di bank dibiarkannya saja"; (iv) untuk, misalnya
dalam kalimat "Uang ini akan pembeli songkok".
Kata asal bermakna (1) keadaan yang semula, pangkal permulaan, misalnya dalam
kalimat, "Asa! baju ini Jepang"; (ii) mula-mula sekali, semula, misalnya dalam kalimat,
"Batas-batasnya yang asa sudah tidak dikenal lagi"; (iii) dengan syarat, apabila, misalnya
dalam kalimat, "Saya pergi asal kau beri uang"; (iv) sembarang misalnya dalam kalimat,

16
"Jangan asal berkata saja"; (v) yang penting, misalnya dalam kalimat, "Biar lambat asal
selamat; (vi) sembarang misalnya dalam kalimat, "Kalau bekerja jangan asal saja."
Kata bahwa bermakna (1) kata penghubung untuk menyata kan isi atau uraian bagian
kalimat yang di depan, misalnya dalam kalimat, "Saya mengira bahwa ia telah
meninggal"; (ii) kata peng. hubung untuk mendahului anak kalimat yang menjadi pokok
kalimat, misalnya dalam kalimat, "Bahwa ia pandai, tidak mengherankan."
Kata dan bermakna sebagai penghubung, penggabung, misal nya dalam kalimat,
"Saya dan dia telah lama berkenalan."
Makna kata ke yakni kata depan untuk menandai arah atau tujuan, misalnya dalam
kalimat, "Saya akan pergi ke pasar."
Makna kata lain (i) asing, beda, tidak sama, misalnya dalam kalimat "Pendapat orang
lain perlu didengar"; (ii) tidak termasuk, misalnya dalam kalimat "Harganya sejuta
rupiah, ongkosnya lain (iii) berselisih, misalnya dalam kalimat "Lain rasa mangga golek
jika dibandingkan dengan rasa mangga biasa."
Makna kata pada, yakni (i) kata depan yang dipakai untuk menunjukkan posisi di
atas atau dalam hubungan dengan, misalnya dalam kalimat "Pada dasarnya saya setuju
dengan pendapat Saudara"; (ii) menurut, misalnya dalam kalimat "Pada ingatannya, uang
itu tersimpan di sela-sela buku"; (iii) cukup, misalnya dalam kalimat "Buku itu ada pada
saya".
Makna kata seperti, yakni: (1) serupa dengan, sebagai semacam, misalnya dalam
kalimat, "Bola itu bentuknya seperti jenk Bali"; (ii) sama halnya dengan, tidak ubahnya,
misalnya dalam kalimat, "Kelakuannya seperti kelakuan ayahnya"; (iii) sebagaimana,
sesuai dengan, menurut, misalnya dalam kalimat "Segala-galanya dilaksanakan seperti
perintahmu"; (iv) seakan-akan, seolah-olah, misalnya dalam kalimat, "Seperti tidak ada
orang yang ia takuti"; () misalnya, umpamanya, misalnya dalam kalimat, "Saya seperti
kubis"; (vi) akan hal, misalnya dalam kalimat, "Seperti saya tidak perlu kau risaukan".
Makna kata telah, yakni sudah, misalnya dalam kalimat, "Pekerjaan rumah telah saya
kerjakan".
Makna kata untuk, yakni: (i) bagian, misalnya dalam kalimat, "Kue itu untuk ayah";
(ii) sebab atau alasan, misalnya dalam kalimat, "Untuk kelalaiannya ia dihukum"; (iii)
tujuan atau maksud, misalnya dalam kalimat, "Saya pergi ke pasar untuk membeli ikan";

17
(iv) pengganti, misalnya dalam kalimat, "Peti itu dipakai untuk meja makan"; (v) selama,
misalnya dalam kalimat, "Saya ke Jakarta untuk beberapa hari"; dan (vi) sudah, misalnya
dalam kalimat, "Saya naik haji untuk yang ketiga kalinya".
Makna kata yang, yakni: (i) kata untuk menyatakan bahwa kata atau kalimat yang
berikut diutamakan atau dibedakan dari yang lain, misalnya dalam kalimat "Orang yang
baik hati selalu disayangi orang"; (ii) kata yang menyatakan bahwa bagian kalimat yang
berikutnya menjelaskan kata yang di depan, misalnya dalam kalimat "Saya temukan
seorang anak yang menangis karena ditinggalkan ibunya"; (iii) kata yang dipakai sebagai
kata pembeda misalnya dalam kalimat "Yang pandai sama yang pandai"; (iv) adapun,
akan, misalnya dalam kalimat "Yang hamba ini yang selalu dimarahinya"; (v) bahwa,
misalnya dalam kalimat, "Ia percaya yang kuasa hanya Allah jua".
Beberapa kata yang terikat konteks kalimat ini memperlihat- kan kenyataan bahwa
maknanya hanya dapat diketahui melalui yang konteks kalima. Kata-kata ini berdiri
sendiri, bahkan ciri utamanya, yakni tak dapat diberikan atau dilekati imbuhan. Kata-kata
ini berbeda, misalnya dengan kata meja, yang tanpa bantuan kata y lain telah bermakna
leksikal. Orang sudah dapat membayangkan meja. Tetapi kalau kata yang, apakah yang
dapat dibayangkan? Dengan kata lain acuannya belum tampak. Acuan itu pun akan
menampak jika kata-kata terikat konteks kalimat itu telah berada di dalam kalimat.
11. Makna Akronim
Akronim adalah pemendekan dua kata atau lebih menjadi satu kata saja. Dengan kata
lain akronim merupakan kata. Maknanya merupakan kepanjangan kata tersebut. Jadi,
kalau kita ingin mengetahui makna akronim adpel, maka harus diketahui lebih dahulu
kepanjangan akronim adpel. Kepanjangan akronim adpel adalah administrasi pelabuhan.
Maknanya, yakni di pelabuhan, terutama administrasinya.
Kelihatannya dalam BI proses pembentukan akronim tidak didasarkan pada kaidah
yang mengikat. Kelihatannya syarat enak dengar yang sangat menentukan. Akronim
adpel terjadi dengan cara memendekkan, yakni mengambil suku pertama pada setiap
kata.
Ambillah akronim amdal. Bagaimanakah proses pem- bentukannya? Akronim amdal
dipendekkan dari kata-kata analisis mengenai dampak lingkungan. Terlihat di sini huruf-
huruf pertama yang diambil, kecuali pada kata dampak. Pada kata dampak, dua huruf

18
pertama yang diambil. Lalu, apakah makna akronim amdal? Maknanya, yakni
kepanjangan akronim itu sendiri, analisis me ngenai dampak lingkungan. Orang harus
mengetahui, apakah maka kata analisis, apakah makna mengenai, apakah makna dampak,
da harus mengetahui makna kata lingkungan. Kelihatannya sudah merupakan ilmu
tersendiri. Suatu perusahaan belum diizin- kan melaksanakan kegiatan jika belum
memasukkan amdal.
Dalam BI dewasa ini telah ada akronim aspal dan aspri. Apakah kepanjangan kedua
akronim itu? Aspal kepanjangan- asli tetapi palsu, dan aspri kepanjangannya asisten
pribadi. Apakah maknanya? Makna akronim aspal, yakni asli tetapi palu nya Orang
mengatakan "Ijazahnya aspal," maksud ijazah itu asli, tetapi palsu. Kedua kata ini
memiliki makna yang mengaget- kan, ironis. Bagaimanakah sebuah ijazah yang asli,
tetapi palsu.
Akronim ini muncul setelah ada kasus di negeri ini, yakni orang yang menunjukkan
ijazahnya sebagai asli, tetapi selidik demi seli-dik, ih... ternyata palsu. Mengapa palsu
tidak dipersoalkan? Makna akronim aspal bersifat efektif, sedangkan makna akronim
aspri bersifat emotif, menimbulkan rasa gembira bagi orang yang me-nyandangnya.
Di negara tercinta ini ada akronim Babinkumnas yang ke- panjangannya Badan
Pembinaan Hukum Nasional, Bakin yang kepanjangannya Badan Koordinasi Intelijen
Negara, serta Bakop- tranas yang kepanjangannya Badan Koordinasi Penyelenggaraan
Transmigrasi Nasional. Apakah makna akronim-akronim ini? Makna akronim-akronim
ini, yakni kepanjangan akronim itu sendiri. Kalau seseorang mengatakan Bakin, orang
yang mendengar sudah me maklumi maknanya.
Apakah makna akronim paskibraka? Maknanya, yakni ke- panjangan akronim ini.
Apakah kepanjangannya? Kepanjangannya, yakni pasukan pengibar bendera pusaka.
Pasukan ini biasanya pelajar SLTA, laki-laki atau perempuan yang memenuhi syarat
untuk itu. Kalau paskibraka tingkat nasional diambil dari wakil 27 provinsi digemblengi
di Jakarta, dipersiapkan sebagai pasukan pengibar bendera pusaka di istana negara setiap
tanggal 17 Agustus. Orag yang mendengar akronim paskibraka, terbayang padanya
pelajar, apakah laki-laki atau perempuan yang berpakian putih- putih berbaris rapi,
kemudian mengibarkan bendera merah putih.

19
Apakah yang dapat disimpulkan berdasarkan uraian di atas? Kesimpulannya, yakni
makna akronim adalah makna kepanjangan kata-kata yang membentuk akronim tersebut.
Akronim sudah dianggap kata.

12. Makna Singkatan


Berbeda dengan akronim, singkatan atau abreviasi terarur cara memendekkan kata
yang menjadi unsurnya Ambillah singkatan ABRI yang kepanjanganya adalah Angkatan
Bersejata Republik Indonesia. Pada singkatan ini diambil huruf pertama pada tiap unsur.
Timbul pertanyaan, apakah makna singkatan? Makna singkatan harus dicari pada
unsur yang membentuk singkatan. Dengan kata lain, maknanya adalah kepanjangan
singkatan itu sendiri. Singkatan digolongkan oleh Harimurti kedalam kependekan karena
menurutnya (Hrimuti, 1989:162-163) kependekan terdiri dari : (i) singkatan, misalnya
ABRI; (ii) penggalan, misalnya, prof. (professor); (iii) akronim, mislnya asbun = asal
bunyi; (iv) kontraksi, misalnya takkan = tidak akan; dan (v) lambang huruf, misalnya cm
= sentimeter; g = dram; l = liter, X = 10.
Kadang-kadang singkatam dianggap sudah seperti kata. Karena itu, dapat
dipendekkan atau disingkatkan lagi ketika singkatan tersebut ditambah dengan unsur lain.
Misalya, ABRI yang digabungkan dengan urutan kata masuk desa terbentuklah singkatan
A.M.D. yang kepanjangannya ABRI Masuk Desa yang maknanya, juga dalam
kepanjangannya itu sendiri.
13. Makna Bentuk yang Diplesetkan
Plesetan digambarkan sebagai kegiatan berbahasa yang mengutamakan atau
memanfaatkan secara maksimal pembentukan berbagai pernyataan dan aneka makna
yang dimungkinkan oleh sifat sewenang-wenang pada kaitan pertanda – makna –realitas
empiric (Heryanto, dalam Pateda, 2011:153)
Makna bentuk yang diplesetkan merupakan sebuah gejala dari fenomena pemakai
bahasa yang pada mulanya mengalami kesilapan lidah hingga diupayakan menyerupai
dan menimbulkan makna yang dirasa negatif. Pada dasarnya bentuk plesetan ini
merupakan sebuah bentuk makna bahasa Indonseia yang baru (Nafinuddin, 2020).
Contoh kata kata tolong menjadi lontong, kepala menjadi kelapa dalan sebagainya

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Semantik merupakan salah satu sub disiplin linguistik yang membahas mengenai
makna yang terdapat dalam suatu proses pemaknaan baik dari pihak si pembicara
maupun juga si pendengar dalam suatu pembicaraan. Semantik memiliki peran penting
bagi linguistik khususnya berkaitan dengan makna. Ilmu semantik terdapat beberapa
hal yang perlu dikaji terutama terletak pada makna suatu kata. Beranggapan bahwa
makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian dari linguistik
yang mempelajari tentang tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya.
Berbagai teori tentang semantik yang berhubungan dengan makna, maka dapat
diungkapkan bahwa setiap kata itu mempunyai makna atau arti yang berbeda-beda.
Tinjauan semantik dalam pengkajian makna meliputi hiponim, hipernim, sinonim,
antonim, polisemi dan homonim. Dalam pemakaian bahasa, ternyata tidak sedikit
bentuk kata yang memiliki hubungan. Hal ini dapat dilihat, baik pada cara pengucapan,
penulisan, maupun dalam bentuk pemaknaan.

3.2 Saran
Sebagaimana kita ketahui bahwa ilmu tentang semantik sangatlah diperlukan dalam
kehidupan sehari- hari. Maka dari itu saya sarankan kepada para pembaca semua agar
terus mempelajari semantik. Karena semantik mempunyai banyak manfaat, khususnya
dalam kegiatan pembelajaran. Kemudian, kritik dan saran dalam makalah akan di nanti
sebagai bahan pertimbangan dan selalu diterima dengan baik demi kesempurnaan
dalam makalah ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ginting, H., & Ginting, A. (2019). Beberapa Teori Dan Pendekatan Semantik. Pendidikan
Bahasa Indonesia Dan Sastra (Pendistra), 71–78.
https://doi.org/10.54367/pendistra.v2i2.594

Nafinuddin, S. (2020). Pengantar semantik (pengertian, hakikat, jenis). Pengantar Sematik, 1–21.
https://doi.org/10.31219/osf.io/b8ws3

Saefullah, N. (2009). Makna Idiomatikal Dalam Paduan Leksem Bahasa Prancis. Sastra.

Setyoningsih, L. A. (2018). Digital Repository Repository Universitas Universitas Jember


Jember Digital Digital Repository Repository Universitas Universitas Jember Jember. In
Digital Repository Universitas Jember (Issue September 2019).

Pateda, P. D. (2010). Semantik Leksikal. Rineka Cipta.

22

Anda mungkin juga menyukai