KELOMPOK 9
1 / 1 /2021
2021
MODUL INTEGRASI ILMU DALAM HIDUP BERMASYARAKAT & BERKEBUDAYAAN 2021
PENDAHULUAN
Keragaman budaya, tradisi dan agama adalah suatu keniscayaan hidup, sebab setiap
orang atau komunitas pasti mempunyai perbedaan sekaligus persamaan. Di sisi lain pluralitas
budaya, tradisi dan agama merupakan kekayaan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Namun
jika kondisi seperti itu tidak dipahami dengan sikap toleran dan saling menghormati, maka
pluralitas budaya, agama atau tradisi cenderung akan memunculkan konflik bahkan
kekerasan (violence). Oleh karena itu memahami pluralitas secara dewasa dan arif merupakan
keharusan dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Jika tidak, perbedaan budaya,
tradisi atau kultur seringkali menyebabkan ketegangan dan konflik sosial. Kenyataan di
lapangan menyebutkan bahwa perbedaan budaya atau tradisi dalam suatu komunitas
masyarakat tidak selamanya dapat berjalan damai. Penulis mempunyai asumsi bahwa konflik
yang muncul akibat perbedaan budaya salah satunya disebabkan oleh sikap fanatisme sempit
serta kurangnya sikap tasamuh (toleran) di kalangan umat. Fanatisme dan intoleransi
hanya akan memyebabkan terjadinya desintegrasi bangsa dan konflik di masyarakat.
Tidak berlebihan jika pluralitas tradisi dan budaya diasumsikan dalam masyarakat ibarat
pedang bermata dua. Di satu sisi ia merupakan 2 kekayaan masyarakat Indonesia, namun di
sisi lain ia dapat menjadi faktor pemicu konflik horisontal. Persoalanya adalah bagaimana
menjembatani perbedaan tradisi dan budaya tersebut. Mampukah Islam sebagai agama yang
diklaim ― rahmatan lil alamin dan sholihun li kulli zaman wa makan‖ menjadi mediator bagi
perbedaan-perbedaan budaya tersebut.
Bagaimana menampilkan Islam yang bersifat akomodatif sekaligus reformatif dan tidak
hanya bersifat purikatif terhadap budaya - budaya atau tradisi - tradisi yang plural tersebut.
Kenyataan di atas, menunjukkan masih ada rasa khawatir terhadap hubungan antara agama dan
kebudayaan. Kekhawatiran ini sesungguhnya dapat dijawab secara sederhana, karena bila
diruntut ke belakang kekhawatiran itu bersumber dari ketakutan teologis mengenai relasi antara
yang sakral dan profan. Secara eksistensial, bila ketuhanan (agama) difahami dan dihayati
sebagai tujuan akhir yang kemudian, menghasilkan apa yang disebut aktualisasi, maka
aktualisasi kesadaran akan Tuhan(Allah SWT) dalam perilaku menjadi tidak mengenal dualisme
antara yang suci dan duniawi. Dengan demikian, agama sebagai yang sakral mejadi substansi
atau inti kebudayaan. Kebudayan merupakan perwujudan konfigurasi semangat Agama.
Manifestasi agama dalam berbagai bentuk budaya lokal.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
MODUL INTEGRASI ILMU DALAM HIDUP BERMASYARAKAT & BERKEBUDAYAAN 2021
STANDAR KOMPETENSI
Memahami tentang integrasi ilmu dalam hidup bermasyarakat dan berkebudayaan.
KOMPETENSI DASAR
Mejelaskan segala aspek yang berkaitan dengan integritas ilmu dalam hidup bermasyarakat dan
berkebudayaan
DESKRIPSI MODUL
Modul ini merupakan modul pembelajaran mata kuliah Islam dan Disiplin Ilmu untuk
Mahasiswa dan Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka semester 3 khususnya
pada kelas 3B. Guna modul ini untuk mempermudah dalam proses pembelajaran. Didalam
modul ini terdapat 1 kegiatan pembelajaran dengan tema besar Integrasi ilmu dalam hidup
bermasyarakat dan berkebudayaan.
Selama Pembelajaran
Pendalaman materi pada modul
Mempelajari serta memahami materi yang disajikan
Setelah Pembelajaran
Dapat memahami secara keseluruhan dari materi agar segala hal yang baik yang ada di
dalam modul bisa di terapkan di kehidupan bermasyarakat dan berkebudayaan.
TUJUAN AKHIR
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan kepada para pembaca modul untuk dapat
memahami Integrasi ilmu dalam hidup bermasyarakat dan berkebudayaan.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
MODUL INTEGRASI ILMU DALAM HIDUP BERMASYARAKAT & BERKEBUDAYAAN 2021
KEGIATAN BELAJAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
MODUL INTEGRASI ILMU DALAM HIDUP BERMASYARAKAT & BERKEBUDAYAAN 2021
qawm (kaum) adalah kelompok yang dibangun atas dasar menegakkan individu dengan
berserikat, bersatu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan (Nanih Machendrawaty,
2001:7).
Adapun untuk menunjuk masyarakat yang disatukan oleh agama, maka istilah yang
dianggap cocok adalah //ummah// (umat). Karena umat sering diartikan para penganut
atau pengikut suatu agama (Machendrawaty, 2001:7).
B. Unsur Masyarakat
Secara sosiologis masyarakat itu setidaknya memiliki empat unsur pokok. Yakni:
manusia yang hidup bersama
bercampur untuk waktu yang cukup lama
mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan
mereka merupakan suatu sistem hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan
(Soerjono Soekanto, 2001:26).
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
MODUL INTEGRASI ILMU DALAM HIDUP BERMASYARAKAT & BERKEBUDAYAAN 2021
tidak selalu baik baginya. Manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik
dalam bidang spiritual maupun materiil. Kebutuhan- kebutuhan masyarakat diatas, sebagian
besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Hasil karya
masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan
utama di dalam melindungi masyarakat tehadap lingkungan dalamnya. Teknologi pada
hakikatnya meliputi paling sedikit tujuh unsur, yaitu :
a. Alat - alat produktif
b. Senjata
c. Wadah
d. Makanandan minuman
e. Pakian dan perhiasan
f. Tempat berlindung
g. Alat- alat transport
Dalam tidakan-tindakannya untuk melindungi diri terhadap lingkungan alam, pada
taraf permulaan, manusia bersikap menyerah dan semata - mata bertindak di dalam batas -
batas untuk melindungi dirinya. Taraf tersebut masih banyak di jumpai pada masyarakat yang
masih rendah tahap kebudayaanya. Misalnya suku bangsa Kubu yang tinggal di pedalaman
daerah Jambi yang masih sangat tergantung oleh alam dan tidak memiliki teknologi yang
canggih. Keadaanya berbeda dengan masyarakat yang sudah kompleks, di mana taraf
kebudayaanya tinggi. Hasil karya manusia tersebut, yaitu teknologi, memberikan kesempatan
seluas - luasnya untuk memanfaatkan hasil - hasil alam dan apabila memungkinkan menguasai
alam.
Kebudayaan mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya
bertindak, berbuat, menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain.
Apabila manusia hidup sendiri, maka tak aka nada manusia lain yang merasa terganggu oleh
tindakan - tindakanya. Akan tetapi setiap orang, bagaimanapun hidupnya, ia akan selalu
meciptakan kebiasaan bagi dirinya sendiri. Kebiasaan (habbit) merupakan suatu pola
perilaku pribadi.
Menurut Ferdinand Tonnies, kebiasaan mempunyai tiga arti, yaitu : Dalam arti yang
menunjuk pada suatu kenyataan yang bersifat obyektif. Misalnya, kebiasan untuk bangun pagi.
Artinya adalah, bahwa seseorang biasa melakukan perbuatan itu dalam tata cara
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
MODUL INTEGRASI ILMU DALAM HIDUP BERMASYARAKAT & BERKEBUDAYAAN 2021
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
MODUL INTEGRASI ILMU DALAM HIDUP BERMASYARAKAT & BERKEBUDAYAAN 2021
Prinsip Pertama Keberagaman Sunatullah terdapat dalam Surat Al-Hujurat ayat 13 dan
Surat An-Nahl ayat 93 :
―Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Qs. al-Hujurat: 13)‖
―Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi
Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa
yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah
kamu kerjakan. (Qs. An-Nahl: 93)‖
Prinsip Kedua Adil kepada sesama manusia, meskipun diluar agamanya terdapat Surat
Al-Maidah 8 : ―Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. al-Maidah:
8)‖
Prinsip Ketiga Prinsip Toleransi terdapat dalam Surat Al-Baqarah : ayat 256, Surat
Yunus : ayat 99, Surat Al-Qahfi [18] : ayat 29.
―Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui. (Qs. AlBaqarah: 256)‖
―Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di mukabumi
seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang-orang yang beriman semuanya? (Qs. Yunus: 99)‖
―Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
MODUL INTEGRASI ILMU DALAM HIDUP BERMASYARAKAT & BERKEBUDAYAAN 2021
kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang
gejolaknya mengepung mereka. (Qs. Al-Qahfi [18]: 29)‖
Diantara makna Laa ikraha fiddin Ayat laa ikraha fiddin memberi jaminan
kepada seluruh manusia perihal kebebasan menganut kepercayaan dan keyakinan
yang dipercayainya. Hikmah luhur dibalik kebebasan ini adalah: Pertama, Allah
Swt. Ingin memuliakan dan menghormati kehendak, pikiran dan perasaan
manusia. Kedua, Allah swt menghendaki agar setiap orang merasakan kedamaian.
Ketiga, Allah Swt. Menghendaki (ingin disembah dengan tulus).
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
MODUL INTEGRASI ILMU DALAM HIDUP BERMASYARAKAT & BERKEBUDAYAAN 2021
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
MODUL INTEGRASI ILMU DALAM HIDUP BERMASYARAKAT & BERKEBUDAYAAN 2021
Kesepuluh, orang-orang Yahudi Bani ‗Auf adalah satu umat dengan orangorang
mukmin. Bagi kaum Yahudi agama mereka, dan bagi kaum Muslimin agama mereka.
Kecuali orang yang melakukan perbuatan aniaya dan durhaka. Orang semacam ini
hanya menghancurkan diri dan keluarganya sendiri.
Kesebelas, orang-orang Yahudi berkewajiban menanggung nafkah mereka sendiri,
dan kaum Muslimin pun berkewajiban menanggung nafkah mereka sendiri. Di antara
mereka harus ada tolong-menolong dalam menghadapi siapa pun yang hendak
menyerang pihak yang mengadakan perjanjian ini.
Kedua belas, jika di antara orang-orang yang mengakui perjanjian ini terjadi
perselisihan yang dikhawatirkan menimbulkan kerusakan, perkara itu dikembalikan
kepada Allah dan Muhammad Rasulullah.
Ketiga belas, siapa pun yang tinggal di dalam kota Madinah ini, keselamatannya
tetap terjamin, kecuali yang berbuat kezaliman dan melakukan kejahatan.
Keempat belas, sesungguhnya Allah melindungi apa yang tercantum di dalam
Piagam ini. Sesungguhnya Allah melindungi siapa pun yang berbuat kebaikan dan
bertakwa.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
MODUL INTEGRASI ILMU DALAM HIDUP BERMASYARAKAT & BERKEBUDAYAAN 2021
• wawasan keterbukaan
• partisipasi
• kebebasan (terutama di bidang agama serta ekonomi) dan
• tanggung jawab sosial-politik secara bersama.
Dalam perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dalam QS. Āli- Imrān (3) ayat 110 disebutkan
syarat-syarat untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-sebenarnya itu. Jika syarat-
syarat itu terpenuhi, maka tidak hanya terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
semata, tapi seiring dengan itu melekat pulalah dalam tubuh umat itu predikat sebagai khaira
ummah. Untuk mengetahui syarat-syarat itu, mari kita perhatikan dan resapi QS. Āli- Imrān
(3) ayat 110 berikut ini. Allah SWT menuturkan: Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik
yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma rūf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan
mereka adalah orang-orang fasik. Dalam ayat di atas terbagi menjadi empat bagian. Pertama,
kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia. Kedua, karena kamu
menyuruh (berbuat) yang ma rūf. Ketiga, kamu mencegah dari yang munkar. Keempat, kamu
beriman kepada Allah. Hamka menuturkan bahwa keempat bagian dari ayat tersebut saling
memiliki keterkaitan yang erat. Oleh sebab itu, keempat bagian dari ayat tersebut merupakan
satu ayat yang utuh dan tidak boleh dipotong-potong.
Berdasarkan ayat di atas juga, maka dapat diformulasikan karakteristik masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya (khaira ummah) secara garis besar. Di antara karakteristik itu antara
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
MODUL INTEGRASI ILMU DALAM HIDUP BERMASYARAKAT & BERKEBUDAYAAN 2021
lain: Pertama, umat yang secara terus menerus menyuruh kepada yang ma rūf, yakni apa
yang dinilai baik oleh masyarakat selama sejalan dengan nilai-nilai Islam dan akal sehat.
Kedua, umat yang mencegah perbuatan yang munkar, yakni apa yang dinilai tidak baik
dalam masyarakat dan bertentangan dengan nilai-nilai Islam serta akal sehat. Ketiga, beriman
kepada Allah SWT. Dengan iman yang benar maka akan membebaskan manusia dari segala
belenggu perbudakan dan kejahiliyahan. Iman yang benar akan menuntun kita untuk menjadi
manusia auntentik dan merdeka. Iman yang benar akan mengarahkan kita untselama umat
Islam masih melaksanakan ketiga syarat di atas, maka selama itulah predikat khaira ummah
akan melekat dalam tubuh umat Islam. Namun sebaliknya, jika ketiga syarat itu tidak
dilaksanakan dengan sesungguhsungguhnya, maka boleh jadi umat ini akan terpuruk dan
menjadi seburuk-buruk umat. Kalau umat Islam sudah terpuruk menjadi seburuk-buruk umat,
niscaya cita-cita perjuangan untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
akan sulit terwujudkan.
M. Penutup
Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Tak ada
masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa
masyarakat sebagai wadah dan penduduknya. Kata kebudayaan berasal dari (bahasa
sansekerta) ―buddhayah‖ yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi
atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal atau budi.
Kebudayaan mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak,
berbuat, menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Semuanya
itu tentunya tidak lepas dari sebuah ilmu. Dimana ilmu itu juga mengatur integritas yang
akan terjadi di kehidupan bermasyarakat dan berkebudayaan. Dengan terjadinya hubungan
antara masyarakat dan kebudayaan nantinya akan terwujud integrasi sosial. Integrasi sosial
ini merupakan sebuah jenis keniscayaan yang memililki prinsip di dalam ajaran islam.
Selanjutnya integrasi sosial ini juga terdapat di isi piagam madinah. Mengapa piagam
madinah, alesannya karna piagam madinah ini merupakan contoh model integrasi ilmu sosial
di dalam islam.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
MODUL INTEGRASI ILMU DALAM HIDUP BERMASYARAKAT & BERKEBUDAYAAN 2021
N. Daftar Pustaka
Collins, B.,1986, “Defining Feminist Social Work” dalam Social Work 31.
م. ا. ز. یراز, ―Integrasi ilmu dalam hidup bermasyarakat,‖ Islam, pp. 1–15, 1384.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA