Anda di halaman 1dari 7

PEMIMPIN DALAM MASYARAKAT MELAYU

Oleh :
Juswandi
Staf Pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning Pekanbaru

Abstrak

“Bila pemimpin tak tahu diri, umat binasa rusaklah negeri”.Maksud dari ungkapan
ini menunjukkan bahwa apa bila seorang pemimpin yang tidak lagi bisa memberikan
teladan, baik ucapan, tingkah laku, kemudian tidak tahu lahu hak dan kewajibannya
dan tidak menyadari bahwa amanah itu adalah suatu beban yang amat berat. Maka
bangsa ini akan hancur bimasa.

Kata Kunci: Pemimpin, Melayu

Abstract
"If the leaders did not know themselves, the people will be perish and the country
will be broken". The idiom means that if a leader is can not give an example, a good
speech, behavior, did not know rights and obligations, and did not realize that the
mandate is a heavy burden, Then the nation will be destroyed usual.

Keyword: Leader, Malay.

1. Pendahuluan.
Seorang pemimpin pada dasarnya adalah seorang nakhoda, dituntut harus
mampu manakhodai kapalnya supaya selamat sampai kepulau yang hendak di tuju
sehingga ia wajib paham. akan tetapi bukan hanya sekedar pandai, bisa yang lebih
penting yaitu “paham”. Paham mengandung nilai dimensi capability, capacity,
creadibility dan intergrity. Nakhoda tidak hanya mampu menyelamatkan dirinya
sendiri dan penumpang, tetapi juga mampu memberikan kesenangan kepada
penumpangnya”.
Manusia suka atau benci, memang ditakdirkan menjadi pemimpin. Dari taraf
terendah sampai tertinggi, manusia diamanahkan menjadi pemimpin bagi dirinya
sendiri, keluarganya, masyarakat atau komunitasnya, lembaganya, perusahaannya,
organisasinya, suku dan puaknya, partainya, daerahnya seterusnya dan sebagainya
sampailah kepada negara-bangsanya.
Seorang pemimpin yang memimpin hendaknya dapat menjadi teladan bagi
rakyatnya. Oleh karena itu yang akan menjadi pemimpin memiliki sifat-sifat seorang
pemimpin. Dalam budaya Melayu yang selalu berhubungan dengan Islam memiliki
syarat bagi pemimpinnya, pemimpin juga dapat memahami falsafah senasib
sepenanggungan seaib dan semalu dengan rakyatnya. Seperti Pepatah Melayu Raja
berdaulat bersama rakyat, raja bertuah memegang amanah, raja terpuji bersama
berbudi, raja termashur tiada terledor, raja terpandang hatinya lapang.

2. Pembahasan
Kepemimpinan membawa arti filosofi suatu energi untuk menggerakkan
orang lain kearah suatu tujuan. Disisi lain pemimipin merupakan tempat rakyat

1
bercermin. Menurut Bung Karno “siapa bisa merantai suatu bangsa, kalau
semangatnya tak mau dirantai” “Siapa bisa membinasakan suatu bangsa, kalau
semangatnya tak mau dibinasakan”. Artinya tidak semudah itu untuk membuat
negeri ini memudarkan semangat empat lima yaitu semangat para pejuang bangsa
yang telah lalu, maka hari ini kita sebagai pengisi dan menyambung cita-cita para
pejuang haruslah dengan semangat yang kuat dengan tidak membelakangi norma-
norma kehidupan berbangsa dan bernegara
Raja Ali Haji di dalam Abdul malik mengatakan bahwa “ada tiga sifat
kepemimpinan melayu” Pendapat beliau ini berangkat dari Gurindam Raja Ali Haji.
1. Pemimpin melayu tidak boleh lari dari ijtihad sehingga jadi salah.
Nilai Melayu sangat sarat kaitannya dengan Islam, malah salah satu ciri-
ciri orang melayu bergama Islam. Jadi disini raja Ali Haji mengutamakan
seorang pemimpin harus dekat dengan Allah SWT, hak ini dilakukan tentu ada
tujuannya agar apa yang dikerjakan mendapat pertolongan dari Allah SWT.
Abdul Malik juga menjelaskan sifat pemimipin yang harus dimiliki
seorang pemimpin mestilah: .1) Mampu memiliki hati rakyat, berlaku adil,
maknanya dengan berlaku adil ini juga sifat Allah SWT, menciptakan rakyat
yang berhati benar kepada pemimpinnya. mampu menyatukan rakyat tak boleh
sampai bercerai belai, harus ikhlas serta berperilaku bersih; 2) Pemimpin yang
harus benar akan ditolong Allah SWT, apapun cobaan yang dihadapinya akan
dapat diatasi, karena berhati benar; 3) Pemimpin harus bijak, tanggap, depat
dalam menanggapi berbagai maslah yang terjadi.

Pemimpin tempat rakyat mengadu, kita bisa lihat ada tiga macam aduan
rakyat:
- Aduan yang bersumber dari malaikat
- Aduan yang bersumber dari hawa nafsu dan
- Aduan yang bersumber dari syaitan
Dari ketiga jenis aduan ini seorang pemimpin harus cermat dan bijak
dalam mengambil keputusan. Aduan jenis pertama biasanya yang perkaranya
boleh diurus, sedangkan jenis yang kedua dan ketiga merupakan kearifan
pemimpin untuk mempertimbangkan secara teliti karena aduan jenis-jenis ini
bertujuan menjerumuskan pemimipin dan manusia.

2. Pemimpin harus merakyat


Pemimpin harus membela hak-hak rakyat, seperti diperintahkan oleh
syariat. Tak boleh membeda-bedakan rakyat. Syarat pemimpin dalam kitab
Tsamarat al-Muhimmah [24]. Raja Ali Haji mengemukan persyaratan atau
kriteria baik yang bersifat lahir maupun bersifat batin. Syarat bersifat lahir antara
lain:
1. Raja harus Islam
2. Seorang pemimpin hendaknya laki-laki
3. Mempunyai pembicaraan yang baik
4. Mempunyai pendengaran yang baik
5. Mempunyai penglihatan yang baik
Makna filosofi yang terkandung dari kriteria-kriteria lahir tersebut
sebagai berikut:

2
 Syarat Islam pada dasarnya bukan hanya secara lahiriyah, pengakuan secara
lisan, akan tetapi harus benar-benar mencerminkan nilai-nilai moral Islam
seperti jujur, adil, toleran dan lain-lain.
 Syarat laki-laki menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus mempunyai
semangat yang kuat, tegas dan pemberani. Seperti dalam ungkapan melayu
“yang disebut pemimpin jantan, syarak, dan adat jadi pakaian.”
 Mempunyai pendengaran, penglihatan, dan pembicaraan yang baik berarti
seorang pemimpin harus mau mendengarkan dan melihat suara hati nurani
rakyat, perhatian, mengayomi, memperhatikan aspirasi mereka dan dapat
melihat realitas yang terjadi di masyarakat.
Pembicaraannya sesuai dengan realitas dan fakta bukan hanya sekedar di
mulut. Pemimpin yang hanya dimulut dalam ungakapan melayu disebutkan
 Mukallaf, berarti sudah cakap hukum yaitu seorang pemimpin sudah dapat
bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan.
 Merdeka, bahwa kebijakan pemimpin harus bebas dari kepentingan pribadi
atau kelompok dan benar-benar mandiri.
 Adil, pemimpin yang memberi penghargaan yang sama pada semua orang
dengan tidak membedakan dari semua unsur atau golongan. Hal ini
dibuktikan dengan jalannya hukum yang berlaku tanpa pandang bulu.
 Mempunyai kemampuan ijtihad yang baik, seorang pemimpin harus benar-
benar cermat dalam mengambil keputusan dan kebijakan.
 Mempunyai keberanian yang kokoh
 Rajin, tidak malas mengurusi permasalahan yang ada dalam didalam
pemerintahannya

Menurut Raja Ali Haji, pada hakikatnya seorang pemimpin ada tiga karakter
yaitu:
Pertama pemimpin (Raja) mempresentasikan eksistensi seorang khalifah.
Raja sebagai khalifah maksudnya ialah raja sebagai pengganti Tuhan dibumi
sekaligus pengganti Nabi Muhammad SAW, sehingga harus melanjutkan syariat dan
ajaran-ajaran yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Kedua pemimpin (raja) mempresentasikan seorang imam. Seperti imam pada
shalat, yang setiap perbuatannya harus diikuti oleh makmum. Maka dari itu
pemimpin harus bertindak sesuai petunjuk Al-Qur’an dan al-Hadist agar
perbuatannya tidak menyimpang dari kehendak Allah SWT.
Ketiga pemimpin (raja) eksistensi seorang Sultan. Sultan di sini dimaksudkan
bahwa raja telah mendapat kepercayaan dari rakyatnya dan segala kepentingan
rakyat diserahkan kepada seorang raja sebagai pemimpin yang di percaya dan tidak
diragukan oleh masyarakatnya..
Seorang pemimpin harus bisa membagi atau memenej waktu sebaik-baiknya
seperti: Waktu untuk menjalankan kewajiban perintah agama, Waktu untuk
melakukan kewajiban pemerintahan, Waktu untuk makan dan tidur, dan Waktu
untuk beristirahat, bersenang-senang dengan keluarga
Menurut Bukhari al-Jauhari
Sebuah kitab mahakarya budaya-politik-peradaban Melayu yakni Taj al-
Salatin (Mahkota Raja-raja) karangan Bukhari al-Jauhari tahun 1630 yang patut
kembali menjadi bacaan kita saat ini. Buku ini merupakan panduan untuk
memerintah bagi raja-raja Melayu seperti Kedah dan Johor.

3
Bukhari menggariskan ada 10 sifat raja atau pemerintah yang baik, sebagai berikut:
Sempurna iman dengan taqwanya
Sempurna akal dengan pikirannya
Sempurna ilmu dengan amalnya
Sempurna hati dengan pakaiannya.

Ketaatan bukan hanya sebagai kewajiban yang dimiliki oleh rakyat terhadap
pemimpinnya, melainkan juga dimiliki oleh seorang pemimpin itu sendiri. Budaya
politik Melayu menekankan pentingnya hubungan timbal balik yang baik antara
pemimpin dan yang dipimpin. Rakyat wajib menaati pemimpin, begitu pula
sebaliknya Raja harus mentaati suara rakyat. Ia tak boleh mengabaikan aspirasi
warganya, terlebih apabila suara itu adalah keputusan musyawarah. Ia harus taat pada
kewajibannya untuk membela negara dan rakyatnya. Selain itu, yang paling penting
juga adalah bahwa ia harus taat pada Allah SWT, karena bagaimanapun Ia adalah
perwakilan Allah SWT di muka bumi.
1. Pertama Berilmu.
Berilmu ini ada tiga tingkatan :
a. Pertama tahu,
b. Kedua cerdik dan
c. Ketiga pandai.

Pertama: Tahu;
Tahu duduk pada tempatnya
Tahu tegak pada layaknya
Tahu kata yang berpangkal
Tahu kata yang berpokok

Seorang pemimpin yang baik haruslah mempunyai banyak pengetahuan.


Penguasa harus mengetahui bagaimana ia harus bersikap, bagaimana ia harus berfikir,
bagaimana kondisi rakyat, dan pengetahuan-pengetahuan lainnya. Hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah penguasa dalam menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang ada sekaligus mencegah munculnya permasalahan baru. Tanpa
pengetahuan yang memadai, sang penguasa akan kesulitan untuk memecahkan
permasalahan permasalahan yang ada.
Pemerintahan hampir dapat dipastikan berjalan lancar apabila seorang raja
mengetahui apa yang baik untuk rakyatnya dan apa yang harus dihindari karena tidak
baik untuk rakyatnya. Penguasa akan mudah dalam memimpin apabila ia tahu apa
yang harus dikerjakan dan apa yang tak boleh dilakukan. Tanpa pengetahuan,
seorang pemimpin tak akan memiliki visi yang besar. Kalaupun ia memiliki visi
besar, pastilah ia akan kesulitan merealisasikannya.

Kedua: Cerdik;
Cerdiknya mengurung dengan lidah
Cerdik mengikat dengan adat
Cerdik menyimak dengan syarak
Cerdik berunding sama sebanding
Cerdik mufakat sama setingkat
Cerdik mengalah tidak kalah

4
Cerdik berlapang dalam sempit

Cerdik berlayar dalam perahu bocor


Cerdik duduk tidak suntuk
Cerdik tegak tidak bersundak

Selain memiliki pengetahuan yang cukup, seorang pemimpin harus


mencerminkan diri sebagai orang yang cerdik. Kecerdikan di sini dapat diartikan
sebagai proses pengolahan pengetahuan yang dimiliki untuk mencapai keputusan
yang paling tepat dalam menangani masalah. Sebagai seorang pemimpin, ia pasti
berkutat dengan permasalahan-permasalahan yang kompleks. Maka dari itu,
dibutuhkan sebuah kecerdikan untuk menghasilkan solusi yang tepat. Tanpa
kecerdikan, seorang pemimpin akan rentan menghasilkan kebijakan yang tidak efekif.
Kebijakan yang salah atau tidak efektif tentu akan berpengaruh pada berhasil atau
tidaknya suatu pemerintahan. Inilah yang menjadi alasan mengapa kecerdikan
diperlukan dalam proses memimpin.

Ketiga: Pandai;
Pandai membaca tanda alamat
Pandai mengunut mengikuti jejak
Pandai menyimpan tidak berbau
Pandai mengunci dengan budi

Pengetahuan dan kecerdikan tidaklah lengkap apabila tidak dilengkapi


dengan sifat pandai. Kepandaian dalam konteks ini dapat dimaknai sebagai
kemampuan analisis yang baik terhadap masalah-masalah yang ada. Dengan
ditunjang adanya pengetahuan yang cukup, ditambah dengan kepandaian dalam
analisis, maka pemimpin harus cerdik dalam mengambil setiap keputusan. Analisis
adalah bagian terpenting dalam usaha penyelesaian masalah. Oleh karena itu,
kemampuan analisis yang baik sangat dibutuhkan untuk menjadi pemimpin yang
baik. Pepatah lama mengatakan. Tanpa kepandaian, benang kusut tersebut tak akan
pernah selesai untuk di capai, .

Biasanya dengan demikian ia mampu memilih teman untuk bekerja sama


yang positif bukan kerja sama yang negatif atau kepentingan kelompok atau
kepentingan lainnya yang nilainya tidak di terima oleh orang banyak atau rakyat
yang di pimpin.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak menyalahgunakan


kekuasaannya untuk melakukan perbuatan sewenang-wenang. Pemimpin adalah
seseorang yang ditunjuk untuk melayani kepentingan masyarakat, bukan seseorang
yang hanya diberi kekuasaan untuk memuaskan ambisi pribadinya. Oleh karena itu,
bagi bangsa Melayu, sifat sewenang-wenang dalam memerintah pantang dilakukan
oleh seorang pemimpin.

Pemimpin juga adalah seorang yang harus membela kepentingan rakyatnya.


Ia harus rela untuk banyak hal demi terpenuhinya kepentingan warganya. Syair di
atas menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus rela sengsara demi membela hak,

5
dan kepentingan rakyat, dan ia harus rela membela kawan meski harus berkorban. Ia
juga harus rela dalam kesulitan ketika rakyatnya kesulitan, mengusahakan
kebahagiaan untuk rakyatnya saat ia bahagia.

Jiwa patriotisme juga ditanamkan di sini karena bela negara memang sangat
dianjurkan. Bahkan, seorang pemimpin harus rela mati demi membela bangsanya,
serta rela berpenat dan terkebat dalam membela adatnya. Bagaimanapun seorang
pemimpin memang difungsikan sebagai orang yang bersedia berkorban demi orang
banyak. Dan ini sudah terkonsep dalam empat pilar kehidupan berbangsa dan
bernegara kehidupan bangsa Indonesia akan semakin kukuh pemahaman dan
mengamalkan Pancasila

1. Mengenang jasa orang atau tahu balas budi.


2. Berani; jika berani maka pengikutnya juga akan berani.
3. Cukup dalam makan tidur supaya tidak lalai.
4. Mengurangi atau tidak berfoya-foya atau tidak “bermain” dengan perempuan.
5. Laki-laki.

6
Simpulan
Di dalam masyarakat Melayu apa bila hendak menjadi seorang pemimpin
maka perhatikanlah norma-norma atau adat-istiadat yang berlaku pada
masyarakatnya, sebab bila ini tidak diperhatikan bukan berarti seorang itu tidak
berhasil namun berbalik arah pemimpin akan menjadi kualat. Pemimpin dalam
masyarakat Melayu hendaknya pemimpin yang taat agama mengetahui dan
memahami adat-istiadat Melayu. Pemimpin yang memiliki intelektual yang tinggi,
pemimpin yang dapat di hormati dan ditaati oleh rakyatnya. dengan demikian,
pemimpin mampu menjalankan kepemimpinanya dengan baik, sehingga terciptanya
masyarakat yang adil makmur dan sejahterah serta bermarwah.

DAFTR PUSTAKA

Chaidir. 2002. Suara dari gedung Lancang Kuning. Yayasan Pustaka Riau
Pekanbaru. Hal.12

Suwidi. 2008. Mahakarya Soekarno-Hatta Tonggak Pemikiran Bapak Bangsa.


Jakarta.

Tenas Effendy. 2002. Kearifan Pemikiran Melayu. Dinas Kebudayaan Dan


Pariwisata Pemerintah Provinsi Riau Pekanbaru. Hal:163.

---------------. 2012. Pemimpin Dalam Ungkapan Melayu, Dewan Bahasa Dan


Pustaka Kuala Lumpur

---------------. 2004. Butir-Butir Tunjuk Ajar Sopan Santun Budaya Melayu.


Pemerintah Kota Pekanbaru Dan Lembaga Adat Melayu Riau. Hal: 249.

Anda mungkin juga menyukai